SAY SOMETHING ∞

Timeline:

Tahun ke-7 setelah perang usai.

Warning : Newbie Author, Sebagian OOC, Typo(s), Absurd, Whatever (-_-)

Disclaimer : J.K Rowling

The Story Owned By Me

-o0o-

"Granger, lihat aku."

"Granger!"

"Mau apa lagi, huh?! Dengar, kalau kau mau membahas soal kesalahan di lorong seminggu yang lalu itu, aku tak mau mendengarnya. Aku sudah mengatakannya padamu sebelumnya dan ku harap kau tak lupa it—"

"Kau mengenakannya."

"Sampai jumpa besok, Granger."

"Weird…"

-o0o-

Chapter 04 : Man of The Mask

Aku terbangun dari tidur lelapku.

Jam berapa ini?

Aku melirik jam kecil yang berada di meja nakas sebelah ranjangku yang ternyata masih menunjukkan pukul 7 pagi. Aku kembali menarik selimutku.

Well, ini hari Sabtu, tidak ada kelas dan hari ini juga adalah Hari Peringatan Ulang tahun Hogwarts. Yang itu artinya aku masih bisa melanjutkan tidurku.

-o0o-

Aku terbangun dari tidur lelapku. Part 2.

Kali ini setelah tambahan waktu tidur selama 2 jam, aku benar-benar harus bangkit dari ranjangku karena aku sudah puas mengumpulkan nyawaku yang sebelumnya sempat hilang karena harus berlari kesana-kemari demi mengutip tongkat anak tahun ke-7.

Aku berjalan ke dapur khusus menara ketua murid. Selain perpustakaan, asrama Gryffindor, dan kamar ketua murid (kamarku tentunya), tempat ini juga menjadi salah satu bagian favorit ku selama menjadi murid di Hogwarts. Selama menjadi ketua murid juga. Karena aku bisa memasak apa saja yang ku suka kalau aku tak berselera dengan hidangan di aula besar.

"Pagi."

Atau tidak.

Untuk pertama kalinya aku tidak menyukai dapur ini. Kenapa ia harus selalu lebih cepat dibanding denganku?

Yang menyapaku baru saja itu tetangga depan kamar ku, Malfoy. Ia kini duduk dengan santainya di mini bar sambil menyesap minumannya dan membaca Daily Prophet. Aku menghiraukan sapaannya dan berjalan malas untuk membuat cokelat panas dan sarapanku.

"Aku sudah membuatkanmu sarapan." Aku menghentikan kegiatanku yang sebelumnya hendak menyalakan kompor. Benar saja, aku tak sadar kalau di meja makan itu sudah tersedia sarapan lain selain piring dan cangkirnya. Aku ragu sesaat menatap sarapan yang disajikannya itu. Kenapa ia harus repot-repot membuatkan sarapanku juga? Mungkin saja Malfoy sedang berniat meracuni ku.

"Aku tak berniat sama sekali untuk meracunimu, Granger." Aku menatapnya lagi yang kini juga sedang memperhatikan tatapan ragu ku.

"Berhenti me-legillimens ku, Malfoy." Desisku. Ia hanya menyeringai saja dan melanjutkan kegiatannya.

Well, karena aku juga sebenarnya sedang dalam mood malas untuk memasak, jadinya kini aku tengah duduk memandang sarapanku di meja ini. Pancake dan cokelat hangat. Aku menghela napas sejenak.

"Kalau setelah memakan sarapan hasil karya mu ini aku tak bernapas lagi itu artinya kau terbukti meracuni ku dan kau harus siap-siap berhadapan dengan Ron dan menyusul kematian Voldemort, Malfoy." Gumamku yang membuatnya mendengus geli.

"Makan saja. Jangan banyak komentar." Sahutnya santai. "Aku sudah memerintahkan para Prefect mengumpulkan tongkat anak tingkat 1 sampai 6. Kau tak perlu memberitahukan mereka lagi." Lanjutnya lagi kemudian beranjak pergi dari meja makan setelah melipat Daily Prophet nya.

"Eat well…"

"Malfoy!"

Ia tertawa setelah berhasil mengacak rambutku. Aku menoleh bengis ke arahnya yang sudah lenyap dibalik pintu kamarnya.

Awas kau, Malfoy!

-o0o-

Setelah menghabiskan waktu makan siang bersama teman-teman seasramaku aku pun ijin pamit kepada mereka untuk mengembalikan tongkat anak tahun ke-7 lainnya yang ku yakini pasti aku harus kembali menelusuri tiap-tiap sudut Hogwarts hanya untuk menemukan si empunya tongkat.

Aku menghela napas.

"Maaf, Ketua Murid." Aku menghentikan langkahku dan kembali menatap salah satu murid tingkat 7 yang ku lihat dari seragamnya kalau dia adalah murid dari asrama Hufflepuff. "Ya?" Tanyaku.

"Aku hanya ingin bertanya, apakah kami memang hanya diperbolehkan menggunakan 2 mantra saja? Maksudku, apakah ada mantra lain yang diperbolehkan untuk merubah sesuatu yang lain?"

"Sesuatu yang lain?" tanya ku bingung dan ia pun mengangguk lalu mencoba mendekatiku ragu. Oh dia ingin membisikkan sesuatu padaku.

"Aku tidak terlalu percaya diri dengan tubuh bagian atasku, aku berencana ingin merubahnya ke bentuk yang lebih menarik." Aku membelalakkan mataku. Kenapa ia perlu berbisik seperti ini padaku kalau hanya ada kami berdua disini? Toh kami sesama wanita.

Lalu aku menatap anak ini dari atas hingga bawah berulang kali. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan penampilannya apalagi dengan tubuhnya yang lumayan proporsional, hanya saja untuk apa seorang murid tingkat 7 melakukan hal yang menurutku itu hanya pantas dilakukan oleh wanita-wanita dewasa?

"Dengar, aku tak tahu apakah mantra untuk hal seperti itu diperbolehkan. Yang jelas kau harus menerima kenyataan kalau tongkatmu kini hanya bisa mengeluarkan 2 mantra yang sudah ku jelaskan beberapa hari sebelumnya." Bisa kulihat kekecewaan diwajahnya tapi tiba-tiba ia meringis malu tak jelas.

Apa ia gila?

"Dan satu lagi, cobalah untuk mensyukuri apa yang sudah kau miliki." Aku tersenyum singkat lalu kembali melanjutkan tujuan utama ku mengembalikan tongkat-tongkat sihir ini kepada pemiliknya.

"Hermione!" Aku menoleh kearah 2 orang yang memanggilku secara berbarengan itu ketika aku melewati lorong menuju halaman tengah Hogwarts.

"Oh, hai! Kalian selalu saja berdua." Kembar Patil itu pun terkekeh, langsung saja aku menyerahkan tongkat mereka.

"Hermione, kira-kira berapa lama efek pembatasan mantra pada tongkat kami ini?" Finally, kali ini ada juga pertanyaan yang bermutu dari sekian banyak pertanyaan-pertanyaan aneh yang mereka lontarkan seharian ini padaku. Maksudku, pertanyaan-pertanyaan yang lain sebelumnya kebanyakan menanyakan hal tentang mantra lain untuk merubah bagian tubuh agar terlihat seksi lah, atau mantra agar bisa mengenali pasangan dansa mereka lah. Berulang kali aku menjawabnya, berulang kali juga mereka masih tidak memahaminya.

Yang benar saja…

"Maaf, Twins. Aku juga kurang mengetahuinya. Aku lupa untuk menanyakan hal itu pada Kepala Sekolah, mungkin kalian bisa menanyakannya pada Malfoy."

"Ada apa?"

"Merlin!" Rasanya aku benar-benar ingin memeriksakan kondisi jantungku. "Berhenti mengagetkanku, Malfoy!" Ia memiringkan kepalanya sedikit melihatku heran yang kini tengah mengelus-elus dadaku yang terkejut tadi tanpa mengatakan apa-apa.

"Ada apa?" Tanyanya lagi. Kali ini ia bertanya seperti itu pada si kembar Patil, tentu saja bukan menanyakan keadaan jantungku.

"Eumm…Malfoy, kami ingin bertanya mengenai berapa lama efek pembatasan mantra pada tongkat kami ini. Mungkinkah sampai 24 jam lebih?" Tanya Parvati. Malfoy hanya mengangguk saja lalu menatapku.

"Kalian bisa menanyakan hal itu padanya." Ia menunjukku dengan dagu lancipnya. Aku membelalakkan mataku.

"Justru karena aku tidak tahu makanya aku menyuruh mereka untuk menanyakan hal itu padamu, Malfoy." Ujarku berang.

Apa-apaan makhluk pirang satu ini?!

"Well, aku juga tidak tahu." Aku mendengus kesal mendengar jawabannya yang kelewat santai dan tak bernada sama sekali ini.

"Lantas kenapa kau tiba-tiba muncul seperti hantu dan ikut campur seolah-olah kau tahu apa yang akan kau lakukan, huh?!"

"Aku tidak tiba-tiba muncul." Apa lagi ini? Sudah jelas ia muncul secara tiba-tiba dibelakangku tadi seolah-olah ia adalah Voldemort yang muncul seketika saat namanya disebutkan. Aku mendengus lelah dan malas berdebat lagi dengannya. Aku melambaikan tanganku malas ke arah wajahnya dan melangkah pergi.

"Aku sedari tadi disampingmu saat kau mencoba menjawab pertanyaan salah seorang anak Hufflepuff tadi." Aku menghentikan langkahku. Benarkah?

Aku menatapnya tak percaya.

Kalau begitu ia mendengarkan pembicaraan memalukan antara aku dan anak Hufflepuff itu, bukan?

"Merlin, jangan bilang kau tak melihatku, Granger?" Aku hanya meringis. Mengartikan kalau aku memang tak melihatnya. Pantas saja anak Hufflepuff tadi meringis tak jelas dan memanggilku Ketua Murid, bukan Granger atau apa. Di belakang Malfoy ku lihat kembar Patil melambaikan tangannya dan pergi secara perlahan dengan tatapan 'kami tak ingin terlibat lempar-lemparan mantra dengan kalian'.

"Bukan begitu, aku hanya tak menyadarinya saja. Mungkin karena aku terlalu menikmati suasana menjelang Hari Ulang Tahun Hogwarts ini." Semakin pintar saja aku berdusta.

"Ku harap saja perkataanmu benar." Ia lalu mengambil beberapa sisa tongkat sihir ditanganku yang belum sempat ku kembalikan ke pemiliknya dan berjalan menuju asrama Ravenclaw. Aku mengejar ketertinggalan langkahku darinya dan mencoba merampas kembali tongkat-tongkat itu.

"Aku bisa melakukannya sendiri, Malfoy."

"Berhenti bersikap seolah kau bisa melakukan semuanya sendiri, Granger. Kau tak sadar sekarang sudah pukul berapa? Para pemilik tongkat ini pasti tengah gusar hanya karena kau terlalu lambat mengembalikan tongkat mereka dan aku yakin kau juga pasti tahu kalau wanita sangat membutuhkan banyak waktu hanya untuk mempercantik diri." Aku terdiam menundukkan kepalaku. Terdiam dan memikirkan perkataannya. Ia benar. Aku benar-benar terlalu santai sekali hari ini sampai aku tak sadar kalau mereka saat ini pasti tengah menunggu-nunggu tongkat mereka kembali untuk mulai mempercantik diri. Tiba-tiba tubuhku seperti berputar, apa aku akan pingsan?

"Kembalilah ke menara dan pikirkan dirimu juga." Aku menoleh kebelakangku dan ternyata aku tidak akan pingsan. Malfoy lah yang baru saja memutar tubuhku. "Aku ragu kau akan mengenakan gaun pesta di tahun ke-4 mu lagi kalau saat ini kau masih sibuk mengembalikan tongkat-tongkat ini." Aku mendengus padanya dan hendak menyemprotnya dengan omelanku.

"Aku akan menyelesaikan sisanya." Lanjutnya sambil mengangkat beberapa tongkat sihir di kedua tangannya. "Kembalilah…" Ia lalu pergi meninggalkanku yang masih menatapnya pongo. Beraninya ia memerintahku? Cih.

Aku mendengus, lagi.

Untuk yang kesekian, sekian, dan sekian kalinya.

Entahlah.

Entah sudah berapa kali aku mendengus, menghela napas, berdecik dan menggeleng kesal hanya karena makhluk aneh satu itu. Semua sifat dan tingkah lakunya lah yang membuatku menjadi wanita banyak mengeluh seperti ini. Dan kenapa ia harus meragukanku kalau aku akan mengenakan gaun pesta ditahun ke-4 ku itu lagi?

Lihat saja nanti. Kau akan menyesal telah membuatku menjadi Wanita Banyak Mengeluh seperti saat ini.

Aku menyeringai.

See!

Bahkan kini aku sering menyeringai!

-o0o-

I just want you close

Where you can stay forever

You can be sure

That it will only get better

You and me together

Through the days and nights

I don't worry 'cause

Everything's gonna be alright

People keep talking they can say what they like

But all i know is everything's gonna be alright

Aku keluar dari kamar mandi sambil mencoba mengeringkan rambutku dengan handuk setelah sekitar kurang lebih 20 menit waktu yang kuhabiskan hanya untuk berendam. Malfoy benar. Perempuan memang membutuhkan banyak waktu untuk berdandan.

Aku melirik sekilas kearah jam besar tua yang berdiri di tengah-tengah ruang rekreasi ini. Masih pukul 3.17 sore.

"Hermione!" Aku tersentak dan menemukan Ginny sudah berdiri dibelakangku dengan wajah yang sumringahan. "Oh, hai…" jawabku santai sambil melangkah ke kamarku dan dia pun mengekori ku dibelakang.

"Kau belum bersiap-siap?" Tanyanya sambil merebahkan tubuhnya di ranjangku. Aku menggeleng dan mendengus geli mendengarkan pertanyaannya.

"Acaranya masih lama lagi, Gin."

"Merlin, Hermione. acara itu 3 jam lagi dan kau bilang masih lama? Apa kau sudah mempersiapkan gaun dan riasanmu makanya kau bisa berkata sesantai itu, huh? Atau jangan bilang kalau kau tak akan menghadiri acara itu karena kau tak memiliki gaun yang seksi?" Oh, Ginny kenapa kini kau jadi menyebalkan seperti ini?

"Kau menyebalkan dan berlebihan, Ginny Weasley." Ia tergelak melihat ekspresi masam ku. Kini ia mengeluarkan sesuatu dari kantong kertas yang dibawanya sedari memasuki menara ketua murid ini.

"Sebenarnya aku juga bingung harus mengenakan gaun apa, 'Mione." Ujarnya yang terlihat gusar. Aku menghampirinya dan memandang sebuah gaun model lama yang tadi dikeluarkan dari kantongan kertas itu.

"Ini indah sekali, Gin." Aku meraih Maxi Dress satin berwarna biru langit itu. Tapi sepertinya Ginny tak setuju dengan perkataanku. Ia mendengus.

"Gaun ini sudah 2 kali ku kenakan selama pesta-pesta yang diadakan Hogwarts, Hermione. Tak mungkin aku mengenakannya lagi di pesta nanti. Apalagi tongkat kami sudah di sita para Prefect, jadi aku tak bisa menyihir gaunku." Ujarnya yang tampak tak bersemangat itu.

Oh.

Aku paham, Ginny Weasley.

"Maka dari itu kau menghampiriku dan hendak memintaku menyihir gaunmu?" Ia menatapku dan mengangguk-angguk berlebihan. Sama seperti apa yang dilakukan Harry saat ia khawatir tidak bisa menemukan Ginny di pesta topeng nanti. Aku tergelak.

"Kau ingin aku mengubahnya seperti apa?" Kini tatapannya terlihat penuh semangat saat aku bertanya seperti itu. Oh, Ginny.

"Aku ingin potongan gaunku ini sedikit pendek, 'Mione. Dan mungkin warna dari gaun ini juga harus diubah." Ia meraih gaunnya dan menatapnya serius.

"Kau berusaha menggoda lelaki lain dengan gaun berpotongan pendek, huh?" Godaku.

"Yang benar saja, Hermione. Aku hanya ingin Harry berusaha mencari ku dengan penampilan yang sedikit berbeda. Menarik bukan?" Sahutnya sambil menaik-naikkan kedua alisnya. Well, kita memiliki tujuan yang sama, Gin.

"Jadi, aku harus memulai dari mana? Bagaimana kalau kau kenakan terlebih dahulu gaun ini agar aku bisa tahu bagian mana saja yang harus ku ubah." Ia mengangguk setuju kemudian berlari keluar kamarku menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Tak lama berselang ia sudah lengkap dengan gaun dan HighHeels lamanya.

Sebenarnya ia sudah terlihat cantik.

Aku mengedikkan bahuku lalu berpikir sejenak untuk memutuskan gaun seperti apa yang cocok untuknya.

Aku kembali memandangi gaun itu dan mengayunkan tongkatku ke gaun yang Ginny kenakan, seketika Maxi Dress itu berubah bentuk menjadi Knitted Dress. Gaun pas badan sepanjang lutut dan memiliki lengan ¾, warna pink pastel dengan zipper panjang dibagian belakangnya. Bagian kerah melengkung lebar sehingga sedikit menampilkan kulit Ginny yang putih kemerahan itu.

"Blimey! Hermione! Ini indah sekali!" Aku tersenyum padanya. Lalu kembali ku ayunkan tongkatku dan kini HighHeels nya berubah menjadi Flatshoes berwarna silver dengan warna emas di ujungnya. Ia menatapku sedikit bingung karena aku mengubah HighHeels nya menjadi Flatshoes. Aku menaikkan alisku satu dan menyeringai kearahnya.

"Harry akan kesulitan menciummu kalau kau menggunakan heels 7cm itu, Gin."

Ia mendengus geli. "Oh, Merlin…" kami pun tertawa bersama.

Kali ini aku pun kembali mengayunkan tongkatku dan rambut merahnya yang sebelumnya tergerai bebas kini telah tergulung otomatis. Ia segera berlari ke cermin besarku dan bisa ku lihat kini ia hanya bisa membuka-tutup mulutnya saja melihat penampilannya saat ini.

"Well, sekarang kau tinggal memikirkan aksesoris dan riasan wajahmu saja. Ku sarankan kau menggunakan lipstick berwarna merah maroon." Aku mengeluarkan peralatan make up ku dan beberapa aksesoris lainnya.

"Oh, Hermione, aku bingung harus mengenakan aksesoris yang mana." Ia memandangi kotak aksesorisku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku mengambil kalung berbentuk Iron Choker berwarna emas yang langsung saja ku pasangkan ke lehernya. Ginny menutup mulutnya dengan kedua tangannya, matanya sedikit berkaca-kaca.

"Kalau ditambahkan dengan topeng, kurasa Harry benar-benar takkan mengenalimu, Gin." Ia mengangguk-angguk dan langsung memelukku.

"Thanks a lot, Hermione." aku mengangguk dalam pelukannya dan mengusap-usap punggungnya.

"Lebih baik kau mengganti bajumu sebelum kembali ke asrama agar nantinya tak ada seorang pun yang mengenalimu. Ya…kecuali aku." Kami tertawa lagi. Setelah ia selesai mengganti pakaiannya ia pun mengambil sesuatu dari meja riasku. "Aku juga pinjam lipstick ini saja dari mu." Tunjuknya. Aku hanya mengedikkan bahu ku saja.

"Well, sampai jumpa nanti malam, Hermione."

"See ya, Gin."

Aku beringsut kembali ke kamar dan duduk menatap diriku di cermin meja rias setelah Ginny kembali ke asramanya. Dan aku masih mengenakan jubah mandiku. Cukup lama. Cukup lama memandangi pantulan diriku sendiri. Bukan karena aku terlalu narsis dengan diriku sehingga aku terus-terusan memandanginya, tapi karena aku bingung apa yang akan aku lakukan pada riasan wajah dan gaun yang akan ku kenakan.

Kali ini aku merutuki diriku sendiri karena kini aku sadar seharusnya aku tak terlalu santai kemarin. Aku sadar mengapa para wanita-wanita itu gusar saat aku baru saja mengembalikan tongkat mereka tadi, terutama Ginny yang tongkatnya disita oleh Prefect Gryffindor. Tentu saja hal ini akan terjadi pada setiap wanita. Walaupun di ijinkan menggunakan tongkat untuk menyihir penampilan diri sendiri tapi itu benar-benar sulit karena kau perlu berulang kali menyihir dirimu sendiri untuk mencocokkan gaun dan riasan macam apa yang sesuai untuk penampilanmu saat pesta.

Aku menghela napas.

"Tenang, Hermione. Tarik napas dan cobalah berpikir dengan jernih."

Setelah berhasil mensugesti diriku sendiri akhirnya aku mengayunkan tongkatku untuk mengeringkan rambutku secara cepat. Tak sengaja mataku melirik ke arah kotak perhiasan hitam beludru yang beberapa hari yang lalu itu ku temukan berada di dalam tas ku. Perlahan aku menyunggingkan bibirku hingga kini menjadi sebuah senyuman yang begitu lebar.

Aku tahu harus berpenampilan seperti apa.

-o0o-

"Harry, kau lihat Hermione?" Ron menghampiri Harry yang saat itu sedang celingukan juga.

"Entahlah, Ron. Aku juga tak melihat Ginny."

"Kau mencarinya? Blimey, Harry! Apa kau tak mengetahuinya saat keluar asrama tadi?" Harry menggeleng dan Ron pun mendengus geli. "Ia sedang berdiri di dekat meja minuman itu bersama anak-anak Gryffindor lainnya, dan ia mengenakan gaun merah muda selutut dengan topeng berwarna silver. Bagaimana bisa kau tak melihatnya?" Harry membelalakkan matanya.

"Benarkah?" Ia langsung melihat kearah yang di jelaskan Ron tadi. Setelah menemukan kekasihnya itu pun ia menepuk bahu Ron dan memeluknya singkat dengan penuh girangnya. "Thanks, Ron!" Harry meninggalkan Ron yang kembali celingukan sendirian dan segera menghampiri Ginny yang sedang bersenda-gurau dengan anak-anak Gryffindor lainnya.

Tiba-tiba Ron tersenyum.

"Hermione!"

"Apa-apaan kau, Weasley?!"

"Ma-maaf. Ku kira kau Hermione. Maaf…" Ia melongos pergi dengan tampang lesu.

"Hermione, dimana kau?" Gumamnya sambil mengenakan topengnya kembali dan masih berusaha mencari-cari.

-o0o-

"Dimana kau, Granger?" Gumam pria bertopeng lainnya yang kini ikut mencari-cari seperti Ron.

-o0o-

Well, sepertinya semuanya begitu menikmati acara ini. Dan sepertinya juga ada sebagian yang terlihat kebingungan. Aku cukup tahu apa yang membuat mereka kebingungan seperti itu.

Aku menyeringai.

Benar-benar ide pesta yang menarik bukan?

Kini tak ada seorang pun yang mengenaliku. Niat balas dendamku pada Malfoy sepertinya malam ini akan berjalan dengan lancar. Balas dendam dalam artian kalau aku berniat mengerjainya dengan berpura-pura menggodanya atau melemparkan Kutukan Tak Termaafkan (aku bercanda) padanya dengan penampilanku saat ini karena sebelumnya ia sempat meragukan dan menyepelekan ku yang akan mengenakan gaun pesta di tahun ke-4 ku lagi di pesta kali ini.

Aku yakin saat ini ia pun tak akan mengenaliku.

Aku menuruni undakan tangga karena merasa sudah cukup untuk melihat suasana pesta ini dari balkon atas dan kini aku harus bergabung dengan yang lainnya dan bisa ku lihat Kepala Sekolah tengah bersiap untuk menyampaikan pidato pembukaan acara pesta topeng ini.

Profesor McGonagall mendentingkan cangkir pialanya dengan sendok kecil yang membuat semuanya mengalihkan perhatian ke arahnya. "Selamat malam semuanya." Sapanya hangat.

"Karena dalam acara ini kalian tak diharuskan mencari pasangan dansa dan kalian kesulitan mengenali teman kalian, aku cukup tahu sebagian dari kalian ada yang tidak setuju dengan konsep pesta topeng ini. Tapi aku tetap menginginkan konsep seperti ini dengan tujuan agar kalian saling mengenal satu sama lain, saling mengenal tanpa melihat dari asrama mana kalian berasal atau saling mengenal tanpa melihat latar belakang teman kalian." Ia memberikan jeda sejenak lalu memandang kami para murid didiknya dengan penuh hangat dan senyuman yang tak pernah lepas dari wajah tuanya.

"Aku menginginkannya karena hari ini, adalah hari peringatan berdirinya Hogwarts. Hari dimana tiap asrama dibangun dengan 4 perbedaan yang selama ini ingin sekali disatukan oleh ke-4 pendiri Hogwarts itu sendiri. Dan tentu saja aku, para staff pengajar, serta Kepala Sekolah Hogwarts sebelumku, mendiang Profesor Albus Dumbledore, juga menginginkan hal yang sama. Selain itu aku memang sengaja mengijinkan kalian menggunakan sihir walaupun harus ku batasi hanya untuk meminimalisir kekhawatiran para orang tua kalian tentang pesta seperti ini setelah insiden Perang Kegelapan. Aku merasa beruntung karena orang tua kalian menyetujui saranku." Aku berjalan ke arah meja minuman mencoba mengenali siapa saja sosok-sosok yang tengah mengenakan topeng di depanku ini. Dan tentu saja aku masih berusaha mencari si Pirang Malfoy itu.

"Aku juga ingin memberikan informasi tentang batas mengenai berapa lama efek pembatasan mantra pada tongkat kalian. Efek itu akan berakhir tepat pukul 12 malam." Banyak murid yang menghela napas lega. Ternyata tak selama yang mereka kira. Aku hanya mengedikkan bahuku saja mendengarkan informasi itu sambil menyesap minumanku.

"Maka di akhir kata ku ini, dimana pun kalian, gaun dan tuxedo beserta topeng apa yang kalian kenakan, aku mengucapkan terima kasih banyak untuk seluruh murid tingkat 1 sampai 7, para Prefect yang sudah rela membagi waktu belajar kalian dengan mendekorasi seisi sekolah dengan dekorasi dan interior semeriah serta indah ini…" Tepukan tangan terdengar dimana-mana.

"…dan untuk Mr. Malfoy serta Ms. Granger, aku juga tidak tahu persis dimana posisi kalian saat ini…" ia tergelak sejenak dengan mata yang berkaca-kaca "…yang jelas aku juga ingin mengucapkan terima kasih banyak karena telah berhasil mengatur dan mengarahkan semua murid yang membuatku tersenyum dan tertawa dengan tingkah kalian berdua yang selalu berusaha terlihat akur, walaupun aku tahu kalian sering bertengkar." Oh, akhirnya Profesor McGonagall menyadarinya juga. Kalau memang ia sudah menyadarinya kuharap setelah acara ini berakhir ia segera menggantikan posisi ku dengan murid yang lain.

Atau ganti saja posisi Malfoy.

Kini bisa ku dengar sebagian murid tertawa dan ada juga yang mendengus. Kepala Sekolah melanjutkan pidatonya. "Aku berharap acara ini berjalan dengan lancar sesuai dengan konsep, hingga kalian khususnya murid tingkat 7, tak akan melupakan masa-masa tahun terakhir kalian selama belajar di Hogwarts. Jadi, selamat menikmati…" Seketika langit-langit aula besar yang sebelumnya disihir dengan tampilan langit malam yang cerah kini berganti dengan dentuman dan germerlap cahaya kembang api yang ku yakini itu semua adalah produk dari toko Weasley.

"HAPPY ANNIVERSARY, HOGWARTS!"

Teriak kami semua penuh haru-bahagia sambil mengangkat gelas kami dan kini dilanjutkan dengan musik up beat. Aku terpaku sejenak. Ku kira acara ini akan di buka dengan musik klasik dan mempersilahkan beberapa pasangan berdansa, tapi aku juga baru ingat kata-kata Profesor McGonagall kalau pesta kali ini tidak memperharuskan semua murid memiliki pasangan dansa. Semua murid pun tertawa riang dan mulai menari sesuka hati mereka. Bahkan dari posisi ku ini aku bisa melihat para staff pengajar dan juga Profesor McGonagall serta para peri pun ikut menggerakkan tubuh mereka mengikuti irama musik yang biasanya hanya didengarkan oleh anak-anak muda seperti kami ini.

Selama beberapa menit kami semua begitu menikmati alunan musik up beat ini, aku menari juga sambil berusaha mencari sahabat-sahabatku. Aku benar-benar ingin melihat penampilan mereka. Sampai saat ini masih tak ada seorang pun yang mengenaliku sampai tiba-tiba aku tersentak saat seseorang menyentuh bahuku. Awalnya aku mengira kalau itu Harry, Ron, atau teman-teman seasramaku. Tapi aku segera mengenyahkan asumsi itu karena mereka pasti tidak akan mengenaliku dengan penampilan seperti ini. Saat ini aku benar-benar bukan seorang Hermione Granger. Maksudku, aku mengubah total penampilanku.

"Apa ada seseorang yang mengenali ku?" pikirku.

Deskripsi penampilanku saat ini sebenarnya aku hanya mengenakan Royal Dress Strapless panjang berwarna putih berbahan sutera yang melilit membentuk tubuhku, dengan menambahkan layer seperti oneshoulder dress panjang disisi bahu kiri ku yang menjuntai ke belakang hingga menyapu lantai yang panjangnya tak jauh berbeda dengan panjang gaunku, seolah itu adalah jubah terbangku. Untuk riasan wajah aku hanya memoleskan lipstick berwarna merah senada dengan warna liontin dan anting kecil berbentuk mawar yang kini ku kenakan juga, serta sedikit membubuhkan warna gelap pada riasan bagian mataku.

Ah, aku juga mengenakan topeng berwarna emas yang menutupi wajahku hingga bagian ujung bawah hidungku, senada dengan warna pinggiran layer dan stiletto ku. Dan yang ku bilang soal aku merubah total penampilanku adalah, aku merubah warna rambutku. Ku sihir menjadi warna hitam gelap lalu aku menggulungnya ke atas dengan menyisakan anak rambut sehingga membingkai wajahku seperti rambutku di pesta tahun ke-4 ku. Aku memang sengaja mengubah penampilanku yang terinspirasi sosok dewi-dewi jaman Yunani seperti ini agar tak ada seorang pun yang mengusik atau meledekku karena untuk pesta kali ini aku tak ingin berpasangan atau berdansa dengan siapapun. Serta tentunya untuk melancarkan rencana ku mengerjai Malfoy.

Well, jelas saja tak akan ada yang mengenali ku, bukan? Bahkan Ginny saja tak tahu kalau aku akan berpenampilan seperti ini. Lantas siapa sosok yang sedang menyentuh bahuku ini?

Langsung saja aku balik kanan dan menatap sosok yang kini tengah mengenakan tuxedo hitam lengkap dengan dasi kupu-kupu dan topeng berwarna silver itu. Ia mengamatiku from head to toe.

Berulang kali.

Cukup lama aku memandanginya berusaha untuk mengenali siapa sosok pria dibalik topeng yang bentuknya hampir sama dengan topengku ini, hanya berbeda warna saja.

Hingga ia pun mengulurkan tangannya.

Awalnya aku ragu untuk menerimanya. Tapi seperti terhipnotis oleh pesonanya kini kusadari kalau aku tengah berjalan ke tengah lantai dansa aula dengannya yang telah menggenggam tanganku. Dan aku juga baru menyadari kalau musik up beat sebelumnya telah menjadi lagu klasik yang begitu menenangkan dan santai.

Apa aku terlalu lama melamun menatap pria didepanku ini sehingga aku tak menyadari pergantian musik?

Kini lantai dansa penuh dengan pasangan-pasangan dansa lainnya.

Pria bertopeng di depanku ini, benar-benar memperlakukan bak dewi-dewi Yunani sungguhan.

Satu tangannya berada di pinggangku dan tangan satunya lagi, jemarinya yang panjang itu, kini bertaut dengan jemari tangan kananku. Kami saling berpandangan cukup lama tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aku merasa nyaman seperti ini walaupun ia tak berbicara sedikitpun padaku. Aku seperti mengenalinya namun semakin aku berusaha untuk mengenalinya, semakin aku tak tahu pula siapa pria ini.

Kami masih betah dengan posisi ini selama 3 putaran lagu. Sampai tiba-tiba jemarinya menyentuh wajahku yang tak tertutupi oleh topeng, aku seperti tersengat listrik saat ia membelai wajahku dengan lembut.

I know some people search the world to find something like what we have.
I know people will try to divide something so real,
So 'til the end of timeI'm telling you there is no one can get in the way of what I'm feeling.
No one can get in the way of what I feel for you.

You and me together through the days and nights.

I don't worry 'cause everything's gonna be alright.

People keep talking they can say what they like,

But all i know is everything's gonna be alright

Aku terbawa suasana.

Lalu kini aku merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirku. Begitu lembut dan hangat hingga aku terbuai dan kini aku mengalungkan lenganku ke leher jenjangnya dengan mata yang terpejamkan. Aku begitu menikmati setiap lumatan lembut yang diciptakan pria ini. Ia pun merapatkan tubuhku ke tubuhnya dengan kedua tangannya yang kini telah melilit di pinggangku. Kami terus berdansa pelan dengan posisi bibir yang masih saling bertaut dan tak mempedulikan tatapan murid-murid lainnya.

Ia melepaskan bibirnya dari bibirku setelah kami berdua sama-sama merasa membutuhkan pasokan oksigen. Ia menempelkan keningnya ke keningku dan menatap mataku dengan hangat. Aku masih berusaha mengatur napasku karena perlakuan hangat pria ini barusan. Lalu ia pun menyunggingkan seringaian yang kali ini…sepertinya aku mengenali siapa pemilik seringaian itu.

"I found you, Granger."

Aku bisa mendengarkan kalimat itu diantara alunan musik pesta ini.

-TBC-

A/N : Maaf kalau ada typo(s), OOC, EYD yang berantakan dan rekan-rekannya. Saya masih author baru disini mhehe…

Thanks to: AbraxasM, Guest, Nha Chang, Zulfahnurrahmani.

I'm sorry, I'm newbie here. There's a lot of mistakes, forgive me.

Give me more review and let me know what should I do on the next chapter, so I can continue this story or not. Thank you :)

Read and Review, please.