∞ SAY SOMETHING ∞
Timeline:
Tahun ke-7 setelah perang usai.
Warning : Newbie Author, Sebagian OOC, Typo(s), Absurd, Whatever (-_-)
Disclaimer : J.K Rowling
The Story Owned By Me
-o0o-
"HAPPY ANNIVERSARY, HOGWARTS!"
Aku terbawa suasana.
Lalu kini aku merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirku. Begitu lembut dan hangat hingga aku terbuai dan kini aku mengalungkan lenganku ke leher jenjangnya dengan mata yang terpejamkan. Aku begitu menikmati setiap lumatan lembut yang diciptakan pria ini. Ia pun merapatkan tubuhku ke tubuhnya dengan kedua tangannya yang kini telah melilit di pinggangku. Kami terus berdansa pelan dengan posisi bibir yang masih saling bertaut dan tak mempedulikan tatapan murid-murid lainnya.
Ia melepaskan bibirnya dari bibirku setelah kami berdua sama-sama merasa membutuhkan pasokan oksigen. Ia menempelkan keningnya ke keningku dan menatap mataku dengan hangat. Aku masih berusaha mengatur napasku karena perlakuan hangat pria ini barusan. Lalu ia pun menyunggingkan seringaian yang kali ini…sepertinya aku mengenali siapa pemilik seringaian itu.
"I found you, Granger."
-o0o-
Chapter 05 : Beating Hearts
"Malfoy…"
Aku melepaskan tanganku yang sebelumnya bergelayut santai dilehernya, mundur beberapa langkah, mengamati sekali lagi pria bertopeng yang tengah menyeringai di depanku ini.
"No way…" gumamku sambil menyentuh bibirku.
"Way no, Granger." Ia mendekati ku hendak membisikkan sesuatu padaku. "Malam ini, kau cantik sekali."
Merlin, sepertinya jantungku saat ini sudah tidak berfungsi lagi. Kepalaku seperti berputar. Aku meraih jasnya, mencoba menyeimbangkan tubuhku dan dengan sigap pun ia memegang kedua lenganku. Aku menatapnya ragu.
Biru?
Tanpa sadar aku menyentuh wajahnya yang langsung saja ditangkisnya pelan saat aku hendak membuka topengnya. "Aku butuh udara segar." Ujarku. Aku melepaskan peganganku dari jasnya dan berjalan dengan gontai keluar dari ruangan ini.
-o0o-
Aku sadar ia kini tengah mengikuti ku di belakangku dari suara sol sepatunya yang bergesekan dengan lantai lorong Hogwarts ini. Aku menghentikan langkahku sejenak dan tanganku langsung menggapai tiang besar lorong ini untuk kembali menopang diriku.
"Granger?!"
"Menjauhlah…" Desisku dan ku coba kembali untuk berjalan namun tiba-tiba semua terasa benar-benar berputar sampai aku menyadari kalau kini ia sedang memapah tubuhku.
"Kau sakit?" Aku menggeleng. "Kau harus ke Hospital Wings dan—"
"Kau benar-benar Malfoy?" tanyaku padanya yang membuatnya sedikit melonggarkan tangannya dari lenganku. Tak ada jawaban selama beberapa saat. Aku membalikkan tubuhku perlahan dan kembali berusaha menatap pria ini. Mencoba meyakinkan diriku sendiri. "Kalau bukan, menjauhlah dariku. Aku mohon…"
Matanya menatapku ragu namun perlahan ia melepaskan tangannya dari tubuhku, mundur beberapa langkah walaupun ia masih dalam posisi siaga siap menampung tubuhku kalau saja tiba-tiba aku ambruk.
Aku tak peduli.
"Bagaimana kalau aku adalah Malfoy?" Tiba-tiba ia berkata seperti itu dan membuka topengnya secara perlahan saat aku hendak melanjutkan langkahku menuju menara ketua murid.
"No way…" aku terperangah.
"I said way no, Granger."
-o0o-
When you was just a young'un your looks but so precious. But now your grown up so fly its like a blessing, but you can't have a man look at you for 5 seconds, without you being insecure
Dimana aku?
Aku mengerjapkan mataku.
"Arghh!" Aku memegangi kepalaku yang terasa nyeri. Perlahan aku memperbaiki posisiku untuk duduk dan mengamati ruangan ini.
Aku…di kamarku?
Well, ternyata aku berada dikamarku sendiri. Kamar ketua murid. Aku melirik jam yang menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Tunggu dulu…
Bagaimana aku bisa berada disini?
Bukankah seharusnya aku masih berada di aula besar?
Aku menyibakkan selimutku dan menyadari sesuatu kalau aku masih mengenakan gaun pesta ku lengkap dengan stiletto ku. Hanya saja aku tak tahu dimana topengku berada. Ah aku juga mengenakan jubah.
Jubah?
Jubah Slytherin?
"Arghh!" Tiba-tiba sekelebat kejadian berputar dikepalaku yang membuat kepala ku pun mendadak semakin nyeri. Aku menggeleng pelan.
"Malfoy…" gumamku.
Aku melepas jubah itu, bangkit dari ranjang dan melangkah keluar. Tak ada siapapun di ruang rekreasi. Aku memeriksa kamarnya, kamar Malfoy. Ia juga tak ada di kamarnya. Aku kembali ke ruang rekreasi dan menghempaskan tubuhku di sofa, mencoba menjernihkan pikiranku sampai tiba-tiba seseorang muncul dari pintu masuk menara. Aku menoleh dan mendapati sosok yang sedari tadi ku cari. Ia mencoba menatapku tanpa ekspresi namun dapat ku lihat keterkejutan di wajahnya. Ia berdeham dan hendak berlalu meninggalkanku di ruangan ini yang masih mencoba menunggu sesuatu yang mungkin ingin ia katakan padaku.
"Malfoy…" ia menghentikan langkahnya namun tak menatapku. Aku mendekatinya, meraih bahunya dan memutar tubuhnya.
Kami bertatapan cukup lama. Tak ada yang memulai pembicaraan. Aku masih merasa ragu kalau pria di depanku ini benar-benar rekan ketua muridku, Malfoy.
Come up to meet you, tell youI'm sorry
You don't know how lovely you are…
I had to find you, tell you I need you, tell you I set you apart…
Tell me your secrets,
and ask me your questions…
Ia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum berkata, "Duduklah, akan ku buatkan kau cokelat hangat." Aku menurutinya dan kembali ke sofa tanpa suara. Aku memandangi punggungnya yang tengah menyalakan kompor di dapur. Mengamatinya untuk yang kesekian kalinya.
Ya, pria yang berdansa denganku tadi juga mengenakan tuxedo seperti itu. Aku melirik ke sofa di seberangku yang berwarna hijau emerald itu.
Topeng.
Aku meraih topeng silver yang terselip di antara bantal-bantal sofa itu. Ini juga topeng yang sama yang dikenakan pria itu. Aku tersentak kaget saat Malfoy kini sudah berdiri di depanku. Ia meletakkan nampan yang berisikan cangkir dengan asap yang mengepul di atas meja di depanku ini.
"Minumlah. Selagi hangat." Aku mengabaikan perintahnya yang sudah duduk di depanku dan aku pun segera saja menunjukkan topeng itu padanya.
"Bisa kau jelaskan sesuatu padaku?" Tanyaku setelah melihat ekspresi datarnya saat menatap topeng silver itu. Kini tatapannya beralih padaku.
"Malfoy?" Ia masih tak bersuara sedikitpun selama bermenit-menit. Aku menghela napas. Mungkin ia tak mengerti apa yang baru saja ku tanyakan. Mungkin juga pria bertopeng itu bukan rekan ketua murid ku ini.
Oke, aku lelah. Sebaiknya aku kembali saja ke kamarku.
"Granger…" ia meraih tanganku yang sudah hendak berdiri dan menghampiriku yang kembali terduduk. Aku menatapnya sejenak yang kini duduk disebelahku. Ia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi aku tak tahu apa.
Tanpa basa-basi ia segera meraih leher jenjang ku dengan cepat dan mengecup bibir ku dengan lembut. Berbeda dengan Malfoy yang terpejam sambil menikmati bibirku, aku masih diam terpaku. Bibirku terasa kaku untuk membalas ciuman darinya, dari Malfoy. Hangat dan lembut. Ciuman seperti di lorong Hogwarts seminggu yang lalu, dan…
…seperti di aula besar tadi.
Aku membelalakkan mataku dan mendorong tubuhnya.
"Ka-kau…"
"Ya." Ia menyeringai lalu mencium ku kembali. Kali ini beda dengan ciuman sebelumnya. Kasar dan penuh gairah. Ia mendorong tubuhku pelan hingga tertidur di sofa dan ia berada diatasku. Merasa kini bibir ku sudah mulai meluluh, aku menyambut ciuman itu sedikit liar. Malfoy melumat dengan nafsu bibir ku dan aku merengkuh lehernya agar memperdalam ciuman ini. Malfoy mengambil topeng silver nya yang ku pegang dan melemparkannya ke sembarang tempat, aku meraba dengan liar pinggang hingga punggung belakangnya yang masih terbalut tuxedo mewahnya.
Ia menggigit bibir bawahku dengan lembut dan membuatku membuka mulutku dan membiarkannya bermain didalamnya. Aku meremas kuat rambut belakangnya yang tak pirang, melainkan cokelat. Hal itulah yang membuatku tak yakin kalau pria bertopeng itu adalah Malfoy. Aku tak dapat menolak kenikmatan ini. Aku membiarkan ia mendominasi. Kini kedua tangannya mulai turun dan menyentuh setiap lekuk tubuhku yang masih mengenakan gaun pesta. Ia mendaratkan bibirnya ditepi leher ku dan berhasil membuatku mendesah tak tertahankan. Malfoy mencium, menghisap dan menggigit dengan lembut leher ku sehingga menyisakan banyak tanda merah yang sangat kontras dengan kulitku.
"Mal-Malfoy…" Aku menghentikan tangannya yang hendak menyibakkan gaunku. Ia menatapku bingung. Aku masih berusaha mengatur napasku.
"Bagaimana bisa kau menemukanku?" Ia menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajahku dan tersenyum.
"Ini…" Aku menurunkan pandanganku darinya ke arah yang ditunjuk dengan dagunya itu. Awalnya aku mengira ia menunjuk gaun ku, tapi itu tidak mungkin karena aku menyihir penampilanku sendiri tanpa ada seorang pun yang tahu.
Jadi…
Kalung?
"A-apa maksudmu?" Dan seolah aku mengerti hanya dengan melihat seringaian diwajahnya yang semakin melebar ini pun, aku membelalakkan mataku. "Ini…dari kau?" Ia mengangguk santai. Aku mendorong tubuhnya dan kembali duduk ke posisi semula. Aku menggelengkan kepalaku sehingga kini ia menatapku heran.
"Kau pasti bercanda. Kau pasti berniat mengerjaiku, bukan?" Tanyaku lagi dan ia mendengus.
"Bukankah kau duluan yang berniat mengerjaiku?"
A-apa?
Bagaimana ia bisa tahu?
"Kau me-legillimens ku?" Ia hanya mengedikkan bahunya saja. Aku mendengus kesal. "Sudah berapa kali ku katakan jangan pernah melakukan hal itu padaku dengan sesuka hatimu, Malfoy." Suara ku sedikit meninggi.
"Kau marah?"
Cih. Apa maksud pertanyaan dia ini? Tentu saja aku marah.
"Baguslah, karena aku akan semakin sering membuatmu marah agar kau selalu terlihat cantik seperti saat ini." Ia sudah memotong perkataanku sebelum aku sempat menjawab pertanyaannya tadi. Aku dapat mendengar perkataannya barusan dan aku tak ingin memintanya mengulangi kata-kata itu lagi.
Apa dia sudah gila?
Ya Tuhan, cabut saja nyawaku.
"Kau gila." Aku bangkit dari sofa dan memondar-mandirkan diriku di depannya. Aku menatapnya sejenak, lalu menghampirinya lagi.
"Say something…" ia mengerutkan dahinya.
"Like what?"
"Katakan sesuatu, apa saja, kalau kau baru saja menenggak berbotol-botol whisky atau mungkin kau baru saja menabrakkan kepala mu ke bokong Troll sehingga kau menjadi gila seperti ini, Malfoy." Ia tergelak sejenak sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.
"Oh, ayolah…tentu saja kau tahu kalau tidak ada whisky di pesta ini dan bukan Troll yang membuat ku gila seperti ini…" Ia menatapku dengan pandangan seriusnya. Aku tak pernah melihat ia menatapku dengan seserius ini sebelum-sebelumnya selain saat ia mencoba menindas atau mengolok-olokku dulu. Wajahnya semakin mendekati wajahku dan bisa ku cium aroma mint dari mulutnya yang menciumku tadi. Benar, tak ada bau alkohol yang keluar dari mulutnya. "…tapi kau." Lanjutnya yang sukses membuatku berulang kali mengerjapkan mataku.
Kaget.
"A-apa?"
"Kau mendengarnya, Granger. Aku tak perlu mengulanginya lagi."
"Hah, kau pasti bercanda!" Ujarku dengan tawa sumbang yang langsung terhenti ketika ia melanjutkan kalimatnya, "Kau sudah mengatakan itu 2 kali."
Aku menjauhkan pandanganku darinya. Menatap apa saja yang bisa ku tatap selain dirinya. Berulang kali aku menggeleng dan meyakinkan diriku kalau pria ini bukanlah Malfoy. Aku menatapnya lagi.
"Aku masih tak percaya kalau kau adalah Malfoy…" aku menatap seluruh penampilannya. "…matamu biru, rambutmu cokelat, dan Malfoy yang ku kenal tak pernah tersenyum tak jelas seperti ini, apalagi kau bilang kalau kau lah yang memberikan kalung ini padaku, itu bukan seorang Malfoy sekali. Dan aku yakin kau pasti Ron atau siapapun yang meminum ramuan polyjus dan merubah dirimu menjadi Malfoy. Cih. Ayolah ngaku saja." Gantian aku yang melipat kedua tanganku dan menatapnya sinis. Tiba-tiba ia mengeluarkan tongkat dari balik tuxedo nya. Aku dengan sigap pun mengeluarkan tongkatku.
"Mau apa kau?" Dengan sekali ayun cahaya biru pendar yang keluar dari tongkat itu merubah penampilannya. Penampilan awalnya. Maksudku, penampilan aslinya.
Rambutnya perlahan berubah menjadi pirang. Dan mata kelabu itu…kembali ke pemiliknya.
Ini tidak mungkin.
"Masih tak mempercayaiku?"
Ekspresi apalagi yang harus kuucapkan saat ini? Pria di depan ku ini benar-benar rekan ketua muridku. Malfoy. Draco Malfoy.
Kepala ku seperti berputar lagi.
Aku menggeleng.
"A-aku…ingin kembali ke kamar." Aku bangkit dan segera melangkah menuju kamarku. Dengan susah payah aku berjalan sambil mengangkat gaun ku ini menuju pintu kamarku yang kali ini entah mengapa terasa jauh sekali.
Aku bersandar di belakang pintu kamarku setelah aku berhasil masuk dan menutupnya tanpa membantingnya.
"Ya Tuhan…aku baru saja berciuman dengannya. Dengan pria yang dulunya menindas dan mengolok-olok ku dengan sebutan Mudblood." Aku menggeleng lagi dan kini tubuhku merosot masih di belakang pintu kamarku tentunya. Jantungku masih belum bisa ku kendalikan. Napasku masih tersengal-sengal. Ia menciumku bukan hanya sekali saja. Tapi tiga. Tiga kali. Dan sialnya aku baru menyadari pria bertopeng itu adalah dia setelah ia mencium ku untuk yang ketiga kalinya. Seharusnya aku bisa mengenalinya saat ia mencium ku di aula besar.
Tapi…
…ciuman di lorong dan di aula tadi sangat berbeda. Sama hangatnya namun…
"Granger."
Merlin! Tak bisa kah ia membiarkan ku bernapas dengan tenang dan berpikir jernih dulu?
Now what?
"Granger, aku tahu kau masih berada dibelakang pintu ini." Bagaimana ia selalu tahu apa yang tengah ku lakukan? Seharusnya aku yang tahu segalanya karena aku memang seorang Miss-know-it-all. Oh, apakah aku baru saja menyombongkan diriku sendiri?
"Granger…" aku tak berniat menjawab panggilannya atau membukakan pintu ini sedikitpun. Jadi aku memilih berdiam diri saja dan berharap semoga ia tersadar dan lelah sendiri akibat kesalahan yang dibuatnya. "…aku tak berharap kau membuka pintu ini, tapi aku berharap kau mendengarkan perkataanku saja."
God!
Ingin rasanya aku mem-bombarda pintu ini dan memeriksa otaknya! Mungkin sekarang ia lah Ferret-know-it-all. Oh…
Aku menghentikan tanganku yang hendak membuka knop pintu saat mendengarnya mulai berbicara. "Kau tahu, aku sama sekali tak berniat mengerjaimu atau bercanda denganmu saat pesta tadi." Cukup lama aku menunggu lanjutan perkataannya sebelum ku dengar ia berdeham. "Aku sebenarnya tidak setuju dengan konsep acara pesta ini. Aku tak setuju karena aku tahu itu akan menyulitkanku untuk mencari mu dan aku pasti akan sulit untuk membuatmu marah-marah seperti tadi…" aku bisa dengar kalau ia terkekeh sejenak. "…aku jujur saat aku berkata kalau kau semakin terlihat cantik saat kau marah." Jantungku seperti berhenti sejenak dan kini dilanjutkan dengan degupan yang bisa kudengar sendiri bunyinya karena terlalu keras. Pipi ku terasa memanas.
"Aku tak setuju dengan konsep acara ini namun aku tak bisa memprotes perintah Kepala Sekolah karena saat itu kau terlihat bahagia sekali dengan konsep acara ini, aku sempat berpikir kalau kau mungkin ingin meledakkan Hogwarts saat aku sering melihatmu menyeringai menyeramkan." Ia terkekeh lagi.
Tunggu…ia menertawai apa? Aku?
"Dan aku sengaja menemani mu saat kau mengembalikan semua tongkat para murid wanita tahun ke-7 agar mungkin aku bisa sedikit mendengarkan pembicaraanmu dengan temanmu atau apa saja tentang gaun apa yang akan kau kenakan saat pesta. Namun sepertinya kau benar-benar sangat terbawa suasana pesta Hogwarts sampai-sampai kau tak menyadari kehadiranku yang sudah mengikutimu sejak kau keluar dari menara ini." Aku membelalakkan mataku. Aku benar-benar tak tahu kalau ia sudah berada di sampingku sejak aku keluar menara. Sungguh. Apa saja yang kulakukan saat itu, huh?
"Dugaan ku sebelumnya tentang aku pasti akan kesulitan untuk menemukanmu ternyata benar. Kau merubah seluruh penampilanmu. Kau.." ia berdeham. "benar-benar cantik." Aku mundur beberapa langkah sambil menangkup pipi ku yang kian memanas dengan kedua tanganku. Aku tidak salah dengar, ia sudah mengatakan hal itu berulang kali. "Makanya aku memberikan kalung itu untukmu. Aku benar-benar tak bisa mengenalimu kalau saja kau tak mengenakan kalung itu…" aku menatap kalung dengan bandul mawar merah yang tengah melingkar dileherku ini. "Aku meletakkannya di tas mu saat kau berada diperpustakaan beberapa hari yang lalu. Awalnya ku kira kau tak akan memeriksa tas mu atau kalau pun kau memeriksa tas dan menemukannya kau akan membuangnya, tapi ternyata kau mengenakannya." Membuangnya? Yang benar saja. Aku tetap akan mengenakan atau menyimpannya walaupun aku tahu kalau ia yang memberikan kalung ini padaku. Bukan aku materialistis atau apa, hanya saja kalung ini benar-benar indah. Sayang bukan kalau aku mengabaikannya?
"Granger…" aku tersadar dari lamunanku. "Aku juga tahu mungkin sampai saat ini kau masih tak percaya kalau Weasel Merah Yang Tengah Minum Ramuan Polyjus itu adalah aku, rekan ketua murid mu. Aku tahu kau akan merubah penampilanmu untuk menghindari ajakan dansa orang lain dan kau memang benar-benar ingin mengerjaiku, makanya aku pun merubah penampilanku sehingga kau juga tak bisa mengenaliku." Aku melangkah mendekati pintu kamarku lagi, masih mendengarkannya. Mendengarkan perkataan Malfoy yang sebenarnya lebih tepat disebut sebagai Penjelasan daripada Perkataan. "Aku merubah penampilanku dengan tujuan yang sama denganmu, mencoba menghindari ajakan dansa atau tatapan-tatapan lain yang pastinya dengan mudah mengenali ku apabila aku masih dengan rambut pirang dan mata kelabu ku. Tapi tujuan kita juga berbeda karena aku benar-benar tak berniat mengerjaimu…"
"Lantas apa tujuanmu melakukan semua ini?" Ia terkejut saat aku membuka pintu secara tiba-tiba yang kini aku menatapnya sinis dengan tangan yang terlipat di depan dada.
"Aa-eumm…" Bahkan kini seorang Malfoy pun tergagap.
"Dengar Malfoy…" ia sedikit terkesiap dengan interupsiku. "…aku tak tahu apa yang membuatmu akhir-akhir ini bertingkah aneh seperti ini. Secara logika kita adalah musuh-mantan musuh. Kau selalu menindasku, mengolok-olokku dengan kata-kata andalanmu sampai pada akhirnya perang berakhir dan kau tak pernah mengataiku lagi. Tapi seminggu yang lalu, kau mengataiku lagi dengan kata itu. Aku merasa berang. Berusaha sekuat tenaga untuk tidak melemparkan ke arahmu mantra-mantra yang selama ini ku ucapkan saat kami menjadi buronan Voldemort. Kenapa? Karena aku sadar, aku tahu memang seperti itulah seharusnya seorang Malfoy bertingkah laku. Bukan seperti ini.…" Aku menarik napas sejenak dan menghela kelewat frustasi. "…seperti ini dalam artian, kau menciumku setelah kau menyakiti hatiku dengan makian Mudblood mu, kau membantuku menyelesaikan semua tugas ketua murid tanpa protes termasuk saat berpatroli, kau juga tak protes saat Kepala Sekolah menyetujui konsep pesta hanya karena kau melihatku bahagia, kau juga membantuku mengembalikan semua tongkat dan dengan otomatis kau memberikanku waktu untuk berdandan karena kau tak ingin melihatku mengenakan gaun pesta tahun ke-4 ku lagi, membuatkan ku sarapan atau senampan makanan dengan cokelat hangat juga seperti sudah menjadi rutinitasmu selama menjadi rekan ketua muridku sebulan lebih ini. Yang terakhir, kau memberikanku kalung yang kuakui sangat indah ini hanya karena kau ingin mengenaliku saat pesta bahkan berdansa denganku dan kembali menciumku untuk yang kesekian kalinya. Kau membuatku terbuai. Kau juga membuatku bak dewi Yunani sungguhan dengan semua perbuatanmu itu. Kau membuatku memikirkan hal-hal yang tak pernah ku pikirkan sebelumnya. Tapi kau juga lah yang membuatku menjadi sering mendengus, menghela napas, berdecik dan menggeleng kesal yang seolah-olah aku ini adalah Wanita Pengeluh. Aku tak mengerti, Malfoy. Aku tak mengerti kenapa kau bertingkah seperti itu. Jelas saja aku masih tak percaya kalau kau adalah Malfoy. Malfoy yang seharusnya membenci dan menjauhi Mudblood seperti ku." Aku baru sadar kalau aku sudah menghancurkan riasan wajahku dengan air mataku sendiri.
Aku menyeka air mataku. "Jadi, jelaskan apa tujuan dan alasanmu melakukan semua ini?" Ia tak menjawab dan malah menatapku dengan tatapan…hangat, mungkin?
Entahlah.
"Aku…tak punya alasan untuk menjelaskan semua itu, Granger." Ia mendekatiku yang masih berdiri di ambang pintu kamar, perlahan tangannya menyentuh wajahku, menghapus sisa air mata sialan yang kembali menetes lagi saat aku merasakan sentuhan hangat itu. Ia meraih dagu ku yang membuatku menatap matanya yang sudah kembali berwarna kelabu itu. "Kau juga membuatku memikirkan dan melakukan hal-hal yang tak pernah ku pikirkan sebelumnya. Aku melakukan semua itu tanpa ku tahu mengapa aku ingin sekali melakukannya. Intinya, setelah kejadian bibi ku yang menyiksa mu di Manor, entah mengapa aku hanya ingin membuatmu melupakan rasa sakit itu dan aku hanya ingin melihatmu tersenyum." Ia merapikan rambutku dengan belaian tangannya yang berhasil membuatku ingin menangis lagi. "Aku sempat berpikir kalau mungkin saja aku sudah gila. Dan aku yakin kau memikirkan hal yang sama tentangku." Aku mendecih. Ia melakukannya lagi. Me-legillimens ku, maksudku.
"Hermione…" Bulu roma ku merinding saat nama ku disebutkan oleh pria di depanku ini. Aku menatapnya dengan tatapan terkejut sekaligus takut. Jangan-jangan memang benar ia sudah gila? "…kumohon berhentilah menangis karena mimpi buruk yang selalu kau alami setiap malam. Dan berhentilah mengkonsumsi obat tidur tanpa mimpi itu."
"Ba-bagaimana kau bisa tahu?" Ini benar-benar luar biasa. Malfoy telah resmi menggantikan posisi Miss-know-it-all ku. Tentu saja ia sebagai Mister, bukan Miss. Hah!
Ia tersenyum, bukan menyeringai. "Aku juga tak tahu mengapa aku bisa mengetahui semua tentangmu." Jawabannya benar-benar membuatku tak puas. Aku mengambil jarak sedikit menjauh darinya, aku benar-benar tak sanggup kalau terlalu lama seperti ini berada di dekatnya.
"Kau belum tahu semua tentangku, Malfoy." Gumamku sambil mondar-mandir menggigiti kuku ku. Ia hanya mengedikkan bahunya menanggapi perkataanku.
"Kau masih membutuhkan penjelasanku lagi?" Aku menoleh saat mendengar pertanyaannya itu. Aku menatapnya lama. Semua perkataannya tadi semakin membuatku bingung. Perkataannya tadi itu bukanlah penjelasan, semua perkataannya tadi hanyalah bualan belaka untuk membuatku kembali terbuai dengan dirinya. Ia mencoba menipu ku.
Tapi tak ada sedikit pun ku lihat usahanya menipu ku saat aku menatap matanya selama berbicara tadi.
"Malfoy…" ia terkesiap. "Bisakah kau keluar? Aku lelah. Dan kumohon berhentilah seolah-olah kau tahu segalanya tentangku."
Oh, please aku tak ingin melihatnya meninggalkan kamar ini!
Merlin, aku kembali berperang dengan perasaanku sendiri. Ia masih tak bergeming juga dari tempatnya dan malah kembali mendekatiku. Aku hampir saja tersandung karpet kamarku saat ia menatapku dengan ekspresi yang membuatku ingin memeluknya. Kumohon jangan tatap aku seperti itu…
"Berhenti! Berhenti disitu, jangan mendekat!" Aku mengibaskan tanganku mencoba mengusirnya namun tiba-tiba ia memelukku. Memelukku hingga aku tak bisa lagi bergerak.
"Mal-Malfoy! Lepa—"
"Merlin! Berhenti lah bergerak, Hermione." Aku terdiam. "Aku juga ingin memelukmu sejak aku menemukanmu di aula besar tadi. Jadi kumohon berhentilah bergerak." Aku terdiam mendengar kata-katanya yang terdengar sedikit memelas itu, tak bergerak lagi dan membiarkannya memelukku. "Kau juga berhentilah me-legillimens ku atau aku akan menendangmu saat ini juga." Aku tak bisa berbicara dengan jelas karena wajahku teredam di dadanya. Ia terkekeh sejenak.
"Aku tak bisa mengucapkannya dengan kata-kata atau menanyakannya langsung padamu makanya aku melakukannya." Kali ini ia tertawa. tawanya bukan karena ia baru saja menindas seseorang atau tawa karena baru saja memenangkan Quidditch dengan licik, tapi tawanya kali ini membuatku menyunggingkan senyum juga. Ia melepaskan pelukannya dan kembali menatapku.
"Aku yakin kali ini aku benar-benar sudah gila." Ia menciumku. Setelah bergumam seperti itu ia menciumku. Bahkan aku belum sempat mengatakan apa-apa padanya. Aku memejamkan mataku. Kembali menikmati setiap lumatan bibirnya. Ia menggendong tubuhku dan menidurkanku diranjang. Aku menghentikan ciuman itu sejenak dan menggeleng pelan. Ia menatapku heran.
"Bukan cuma kau saja, aku juga yakin kalau diriku juga benar-benar sudah gila." Ia menyeringai mendengar ucapanku.
"Aku akan menghapus semua mimpi buruk mu…"
"A-ap-hmmhh…" Ia membungkam bibirku dengan bibirnya. Tangannya menjelajahi kembali setiap lekuk tubuhku, perlahan melepaskan gaunku.
Entahlah. Hal ini memang tak seharusnya terjadi diantara aku dengannya. Tapi aku tak dapat menolak semua kenikmatan yang diberinya. Bahkan ciumannya saja seperti menjadi candu bagiku. Aku mengerang saat ia meraba tubuh bagian bawahku. "I want you, Hermione…" bisiknya ditelingaku dengan suara seksinya itu.
Merlin!
"Hentikan semua permainan ini dan hapus semua mimpi burukku, Malfoy." Racauku tak jelas saat ia menggodaku dengan menggigit telingaku.
"Say my name…"
"Oh, fuck me now, Dracohh …" aku merutuki diriku sendiri yang mendesah tak jelas seperti itu. Salahkan pria yang sedang mencumbuku ini, ia memperlakukanku dengan segala kelihaiannya dalam bercinta. Aku benar-benar sudah kehilangan kewarasanku.
"As you wish, Hermione…"
Tuhan, Merlin atau siapa saja maafkan perbuatanku malam ini.
-o0o-
I'd like to say we gave it a try,
I'd like to blame it all on life,
Maybe we just weren't right
But that's a lie
That's a lie…
And we can deny it as much as we want,
but in time our feelings will show.
Cause sooner or later
We'll wonder why we gave up,
But truth is, everyone knows…
Suara dengkuran disebelahku membuatku membuka kedua mata ku. Aku menoleh dan mendapati pria pirang tengah memunggungiku yang kini setengah dari tubuhnya tertutupi oleh selimut ku.
Selimutku?
Hua!
Aku beringsut kepinggir menjauh dari pria itu dan mengintip kebalik selimut yang menutupi tubuhku juga. Aku pun tak mengenakan apa-apa.
Ini benar-benar terjadi?
Bukankah itu hanya mimpi?
"Hermione?!"
Ha!
Aku menoleh ke arah pintu kamarku yang tengah di ketuk-ketuk itu. Aku juga menoleh ke arah pria yang masih terlelap di ranjangku ini.
"Hermione, ini aku Harry. Apa kau di dalam? Apa kau sudah bangun?"
No way…
Ada perlu apa ia sampai datang sepagi ini? Aku melirik jam kecil di meja nakas ku yang ternyata sudha menunjukkan pukul 09.00 pagi.
God!
"Malfoy, Malfoy bangunlah… Malfoy?!" aku berbisik ditelinganya dan mencoba menggoyangkan tubuhnya tapi tak ada pergerakan dari pria pirang yang ternyata Malfoy ini.
"Hermione, kau mengunci pintumu secara sihir, kau baik-baik saja?" Terdengar suara Harry yang mulai panik. Knop pintu kamarku pun bergerak semakin cepat.
Shit!
"Malfoy?!" Aku sedikit mengeraskan suaraku dan berusaha untuk tidak berteriak membangunkannya. Baiklah hal ini ternyata tak berguna juga. Aku bangkit dari ranjang dan mengambil jubah yang tersampir di kursi meja riasku.
Rambutku!
Aku hampir saja membuka pintu dengan sisa penampilan pesta kemarin. Dimana tongkatku?
"Hermione?!"
"Ya, Harry…" Ia terkesiap sesaat dengan posisi siap-siap meledakkan pintu ini.
"Emm… well kau sudah bangun?" Aku mengangguk dan sedikit menggeser tubuhku untuk keluar kamar saat Harry melirik ke dalam kamarku, aku buru-buru menutup pintunya.
Aku berdeham. "Ada perlu apa, Harry?" ia mengernyitkan dahinya. Aku tahu bahasa ku tadi benar-benar terdengar formal sekali.
"Ha? Oh, itu… Profesor McGonagall mencari mu dan Malfoy, kalian diharapkan menemuinya di ruangannya jam 11 nanti untuk melaporkan hasil acara tadi malam, aku disuruhnya untuk memberitahukan kalian tapi aku tak bisa menemukan Malfoy jadi aku memutuskan untuk memberitahukanmu saja. Dan…Hermione, apa kau tidak hadir di pesta tadi malam?" Harry mengamati penampilanku dari atas hingga bawah berulang kali. Aku berhasil menemukan tongkatku sesaat sebelum Harry mem-bombarda pintu kamarku dan langsung saja aku mengembalikan warna rambut ku dan menghampus riasan wajahku.
"Kau tak terlihat habis menghadiri pesta…" gumamnya. Aku hanya meringis saja.
"Aku terlalu lelah untuk acara semalam Harry, aku hanya mampir sejenak." Ia mengangguk paham
"Ah, aku ingin membicarakan sesuatu, bisakah kita berbicara didalam?" Aku membelalakkan mataku dan segera berderap ke pintu kamarku mencegah Harry membukanya. Aku menggeleng.
"Kamarku berantakan. Sangat berantakan." Harry menatapku bingung hingga kacamatanya sedikit melorot.
"Well, aku sudah terbiasa dengan itu, Hemrione. Hal ini benar-benar rahasia, aku takut ada seseorang yang mendengarkan pembicaraan kita."
"Emm…Harry, ma-maksudku kamarku kali ini benar-benar sangat-sangat berantakan. Aku terlalu bingung memilih gaun apa yang harus ku kenakan untuk pesta kemarin sehingga barang-barang yang tak seharusnya berada dikamarku pun kini ikut tercecer dimana-mana." Ia kembali mengernyitkan dahinya, membetulkan posisi kacamatanya. Aku menekankan kata barnag-barang itu karena aku yakin ia pasti akan mengerti.
"Baiklah, mungkin setelah makan siang kau berniat untuk singgah ke Gryffindor?" Aku mengangguk berlebihan. "Dan kalian jangan lupa untuk menemui Kepala Sekolah." Aku mengangguk lagi dan memaksakan senyum terbaik ku.
"Oke, bye." Aku membalas lambaian tangannya dan kembali ke dalam kamar dengan helaan napas yang kelewat lega.
"Good Lier, huh?" Aku mendengus dan berjalan kembali ke ranjang, melemparkan jubahku kesembarang tempat. "Apa yang Potter katakan padamu?" ia mendekatiku, memelukku dan membenamkan kepalanya dileher ku.
"Oh, kau sudah mendengarnya, Malfoy." Jawabku malas. Ia mengecup bahuku yang masih belum mengenakan sehelai benang pun.
"Aku ingin mendengarnya dari mulutmu, Hermione." Aku kembali merinding saat ia mengucapkan nama ku. Hal itu benar-benar masih asing ditelingaku saat Malfoy yang mengucapkannya.
"A-aku masih mengantuk. Kau keluarlah…" Ku naikkan selimutku hingga menutupi seluruh tubuhku. Tapi Malfoy tetaplah Malfoy. Ia tak akan menyerah begitu saja, ia merapatkan tubuhnya padaku membuatku kembali memikirkan hal yang tidak-tidak.
"One morning sex, huh?" Aku membalikkan badanku dan menatapnya horor.
"Malfoy!" Ia terkekeh dan semakin mempererat pelukkannya yang sesekali ia mencium setiap bagian tubuhku yang dapat dijamahnya.
"Ini bukan mimpi." Gumamnya dan aku pun mengangguk mengiyakannya.
"Damn it! Aku baru saja bercinta dengan mantan musuhku." Ia tertawa mendengar racauan ku dan kembali melumat bibirku.
-o0o-
"Selamat pagi menjelang siang Mr. Malfoy, Ms. Ganger. Silahkan duduk." Kami berdua segera mengambil tempat di depan Kepala Sekolah.
"Apa kalian menikmati pestanya?" Aku sedikit membelalakkan mataku dan mencoba melirik ke arah pria disebelahku ini.
"Sangat, Profesor. Kami sangat menikmatinya." Kepala Sekolah tersenyum mendengar jawaban Malfoy. Ia menyerahkan sebuah perkamen yang ku yakini itu adalah laporan hasil acara kemarin kepada Kepala Sekolah. Kapan ia mengerjakannya?
Kepala Sekolah menerimanya dan membacanya sejenak. "Kalian benar-benar berhasil membuat acara kemarin sangat meriah, dan aku yakin acara ini memberikan kesan yang istimewa kepada kalian, kepada murid tahun ke-7 tentunya." Aku dan Malfoy berpandangan sesaat.
Benar. Kami benar-benar menikmati acara itu dan membuat kesan yang tak terlupakan karena aku sudah bercinta dengan mantan musuhku.
"Tapi aku tak tahu dimana posisi kalian saat pesta. Kalian benar-benar bersembunyi dariku, huh?" Kami tergelak bersama. "Baiklah, aku hanya bisa mengucapkan terima kasih banyak pada kalian. Dan sampai jumpa di aula besar."
"Ya, Profesor." Kami pun beranjak keluar dari kantor Kepala Sekolah.
"Apa yang kau lakukan?" Aku menepis tangan Malfoy yang hendak merangkulku, ia menaikkan satu alisnya.
"Memeluk kekasihku?"
Aku mendengus sambil berkacak pinggang. "Ini masih di sekitar kantor Kepala Sekolah dan banyak orang yang akan melihat tingkahmu, Malfoy." Desisku pelan.
"Siapa yang akan melihat kita, huh?"
"Malfoy, Granger! What a perfect party, huh? Terima kasih atas konsep pesta luar biasa kalian tadi malam, Ketua murid. Yeah, walaupun kami benar-benar kesulitan mengenali gadis-gadis kami tapi kami tetap menikmatinya." Mereka berlalu kemudian tertawa bersama. Kini aku menoleh kearahnya, kearah Malfoy setelah segerombol pria Ravenclaw yang baru saja berbicara dengan kami tadi pergi meninggalkan kami.
"See?" Ia tak meresponku dan hanya menyeringai saja.
Oh, Merlin dengan seluruh sihirnya. Kenapa aku bisa bersama pria gila ini?
Atau aku yang gila?
Aku menggelengkan kepalaku dan melangkah meninggalkannya yang masih mencoba menggoda ku. "Kembalilah ke akal sehatmu, Malf—"
"Sampai jumpa di aula besar." Ia berjalan duluan meninggalkanku yang masih berusaha menyadari apa yang baru saja terjadi. Ia menciumku lagi. Setelah aku merasa kaki ku masih menginjak lantai ini dengan normal aku pun menoleh ke kanan, kiri, depan dan belakang. Mencoba memastikan kalau tak ada yang melihat apa yang baru saja terjadi diantara kami.
Lain kali aku harus benar-benar mengantisipasi setiap gerakan dan segala tingkah laku apa saja yang akan dilakukannya padaku nanti.
Hua!
Aku benar-benar bisa gila dengan tingkah Malfoy yang sekarang!
-TBC-
A/N : Maaf kalau ada typo(s), OOC, EYD yang berantakan dan rekan-rekannya. Saya masih author baru disini mhehe…
Dan maaf soal keterlambatan update, saya sedang berusaha memperpanjang words di chapter ini tapi tetap mentok juga di 4ribuan.
Thanks to: Nha Chang, Rina, Dark Side, Zulfanurrahmi, Aprldwprtw, Guest, AbraxasM, Amii, Koor and SILENT READERS.
I'm sorry, I'm newbie here. There's a lot of mistakes, forgive me.
Give me more review and let me know what should I do on the next chapter, so I can continue this story or not. Thank you :)
Read and Review, please.
