Unlimited Food Works
Naruto: Masashi Kishimoto
Azur Lane : Manjuu
.
.
.
.
.
.
.
Menu pertama: Unagi no Guriru
.
.
.
.
Dengan langkah kaki yang gontai, dia perlahan menuju pintu itu dengan sisa-sisa tenaganya. Sudah 2 hari dirinya tersesat tanpa makanan, dan kabut yang menghalangi penglihatannya sama sekali tidak membantu. Beruntungnya, di tempat aneh ini dia menemukan sebuah bangunan yang terlihat seperti sebuah Izakaya, "Dari luar tampak tak ada yang aneh, sih," gumamnya. Namun, tangannya sedari tadi telah bersiaga di gagang pedangnya untuk jaga-jaga apa yang akan dia temukan di dalam sana. Bagaimanapun juga, rasanya cukup aneh ada sebuah kedai makan berdiri di pulau tanpa penghuni seperti ini.
Kruyuk!
Perutnya menggeram, berdiri diam di sini pun tidak akan menjawab keraguannya. Ia hanya bisa berharap di dalam sana dia bisa menemukan bantuan atau setidaknya makanan untuk mengembalikan tenaganya, "Shoukaku-Nee, jika aku mati di sini aku ingin kau tahu kalau adikmu ini sangat menyayangimu," batinnya seraya membuka pintu itu secara perlahan dan cepat.
Ia telah menghunuskan pedangnya tatkala melompat masuk ke dalam, tapi sangat disayangkan yang menyambutnya bukanlah musuh tapi sebuah rumah makan bergaya Jepang tradisional yang sangat khas di mana kau bisa melihat secara langsung tempat koki memasak. Namun, saat sekarang tampaknya tempat ini masih kosong
Zuikaku lantas kembali menyarungkan pedang miliknya karena tak menemukan satu ancaman pun di sini, telinganya sedikit berkedut tatkala mendengar langkah kaki yang perlahan-lahan mendekat, "Oh, ada pelanggan rupanya?" suara yang terdengar muda berbicara. Menoleh ke sana, dia mendapati seorang pemuda pirang dengan mata biru yang tersenyum lebar ke arahnya. Ia penasaran, apakah guratan di pipinya itu asli atau hanya tato, "Ingin makan sesuatu?" tanya orang itu dengan sangat ramah.
Zuikaku mengangguk, ia sebenarnya tidak memiliki uang saat ini. Tapi prioritas sekarang adalah untuk memulihkan tenaganya, tak masalah jika nanti orang itu akan marah besar setidaknya dia akan berusaha meminta maaf, "Tolong, apa saja tidak masalah," ujarnya seraya duduk di salah satu bangku di sana. Bersamaan dengan itu pula, si koki muda itu langsung menuju ruang kekuasaannya.
Matanya dengan intens memandang Zuikaku, ia mengusap dagunya, melihat pelanggan barunya yang sangat terlihat kelaparan dia bingung ingin menyajikan apa, "Mau belut bakar?" tanyanya yang dijawab dengan anggukan oleh Zuikaku sehingga membuat si koki tersenyum lebar.
Zuikaku melihat orang itu dengan lihainya menangkap belut yang ada di ember tanpa terlepas dari tangannya, sebelum akhirnya memaku kepala hewan itu dan mulai membelah dagingnya menjadi dua dari arah kepalanya dengan hasil yang sangat rapih serta mulus. Walaupun bukan koki, harus Zuikaku akui kalau kemampuan memotong orang ini sangat luar biasa, tapi tanpa dia sadari pisau yang digunakan untuk memotong belut itu sedikit diselimuti pendar cahaya hijau yang samar untuk sesaat.
Koki itu lantas menusuk potongan daging belut itu dengan beberapa lidi dan mulai memanggangnya di atas arang untuk beberapa menit.
Koki itu lantas menusuk potongan daging belut itu dengan beberapa lidi dan mulai memanggangnya di atas arang untuk beberapa menit sembari membolak-balikannya hingga berwarna kecoklatan. Walaupun terlihat sederhana, tapi itu sudah cukup untuk membuat Zuikaku ngiler melihat itu semua. Yah, tentunya ini belum selesai karena si koki pirang memasukkan belut bakar itu ke dalam pengukus, "Bersabarlah sedikit, Nona," ujarnya yang terkekeh melihat Zuikaku.
Setelah beberapa saat, si koki tersenyum puas sembari mengeluarkan belut itu dari pengukus dan mulai membakarnya lagi. Kali ini, dia mengoles daging belut itu dengan semacam saus yang berwarna agak hitam, sehingga langsung saja ledakan aroma seolah menghipnotis Zuikaku, "A-apa apaan itu!?" batinnya. Pada titik ini, aroma yang manis dan harum itu sangat mengundang selera makannya, seolah belut bakar itu terus memanggil-manggil namanya untuk segera menyantapnya.
Ia semakin tak bisa menahan diri tatkala belut bakar itu telah tersaji di depannya beserta semangkuk nasi hangat, warna coklat kering pada belut diiringi dengan wangi yang sangat harum membuat hidangan ini terlihat begitu sangat menggugah selera, sehingga tanpa sadar Zuikaku meneguk ludahnya sendiri, "Nah, Silahkan dinikmati Unagi no guriru Anda, nona," ujar si koki dengan menampilkan senyum lebarnya.
Zuikaku merobek daging belutnya. Hanya dengan sumpit saja, dirinya sudah bisa merasakan seberapa lembut tekstur dari makanan di depannya itu. Memulai dengan potongan kecil, dia secara perlahan memasukkan daging itu ke dalam mulutnya "E-enak!!" ia tak menyangka itu. Sejujurnya, rasa dari belut iti seperti sebuah kejutan baginya di mana kombinasi yang agak asam dan manis itu berpadu dengan tekstur belut yang lembut nan kenyal, menjadi sebuah kombinasi yang sangat mengagumkan dalam sebuah harmoni.
Rasa dan aromanya seolah memenuhi otaknya. Di Sakura Empire memang ada yang membuat Unagi no Guriru juga, tapi yang dia makan saat ini benar-benar berada di level yang berbeda. Jika diibaratkan, rasa Unagi ini seperti sebuah pecut yang mencambuk tubuhnya dengan keras tapi semakin dicambuk malah semakin membuatnya ketagihan, "Bos, ini benar-benar luar biasa!" ujarnya yang sadar atau tidak sedang menangis membuat si koki tersenyum geli melihatnya.
"Syukurlah jika kau puas, aku senang melihatnya," balas si koki sebelum menghidangkan dua porsi Unagi lagi pada Zuikaku sehingga membuat gadis itu sangat bahagia.
Ia dengan lahapnya terus memakainya hingga tak tersisa, melupakan semua rasa laparnya sejak tersesat kemarin, "Ahhn~" Zuikaku secara refleks langsung menutup mulutnya ketika sadar apa yang keluar dari sana. Ya, sebuah desahan kepuasan yang terdengar sangat ... Sensual. Wajahnya memerah malu dan menjadi gelagapan. Ia langsung menoleh pada si koki yang hanya bisa menahan senyumnya ketika melihat itu baru saja terjadi, "M-maaf!"
Si koki hanya mengangkat kedua bahunya, seolah tak peduli dengan kejadian aneh barusan agar pelanggannya tak merasa canggung, "Jangan pikirkan itu," jawabnya santai.
Ketika melihat makanannya sudah habis semua dan perutnya telah kenyang, dia kembali teringat dengan masalah yang harus dia hadapi sekarang ini. Ia meneguk ludahnya, mencoba untuk mengakui sesuatu tapi dia juga merasa tak enak karena pemilik kedai ini telah memberikan padanya makanan yang sangat enak, "Emm, Tuan," panggilnya membuat si koki itu menoleh padanya, hanya untuk bingung ketika melihat ekspresi pelanggannya.
Zuikaku menarik nafas panjang guna mengumpulkan keberanian, "A-aku sebenarnya tidak memiliki uang. Kumohon maafkan aku," bagaimanapun juga, makan tanpa membayar adalah sesuatu yang memalukan apalagi bagi seorang 'Samurai' sepertinya yang menjunjung kata kehormatan, "Tapi sebagai gantinya kau bisa mengambil ini sebagai jaminan. Aku akan kembali lagi nanti!" lanjutnya sambil menundukkan badan dan menyodorkan katana miliknya. Yah, bagaimanapun juga itu terlihat mahal.
Koki itu hanya tertawa melihatnya, "Itu tidak perlu. Kau sama sekali tidak perlu membayarnya kali ini," ujarnya membuat Zuikaku mengerjapkan matanya. Tentunya sejak awal dia sudah mengetahui kalau Zuikaku tak memiliki uang jika dilihat dari Keadaannya, lagian dirinya sama sekali tidak tertarik pada uangnya. Ia lebih tertarik ketika melihat aksesoris pada pedang gadis itu ketika awal masuk tadi, sebuah gantungan dengan lambang bunga sakura yang sangat dia kenal, "Sebagai gantinya, mau kah kau mengantarkan ini pada seseorang?" tanyanya seraya meletakkan sesuatu yang dibungkus di atas meja.
"Eh? Apa itu?" tanya balik Zuikaku. Ia sama sekali tidak menyangka, orang ini akan sangat baik membiarkan dirinya makan banyak tanpa membayar sepeser pun terlebih lagi rasanya sangat enak, "Ini adalah Bento. Isinya ada 3, tapi dua boleh kau makan di perjalanan," jawabnya.
Zuikaku tersenyum senang, ia tak menyangka kalau pemilik kedai ini akan sangat baik padanya. Tak hanya memberikannya makanan enak yang gratis, tapi juga memberikannya sebuah Bento, "Baik, tapi ke mana aku harus mengantarkan ini?" Tanyanya. Yah, dia seorang kapal induk jadi seharusnya tak punya masalah dengan jarak selama tak ada yang menghalangi penglihatannya seperti tadi.
Pria itu melebarkan senyumnya mendengar kesanggupan Zuikaku, "Sakura Empire seorang gadis bernama Nagato," jawabnya membuat gadis itu tergagap. Yah, dia sudah bisa menduga reaksi seperti itu dari gadis ini. Namun, Zuikaku hanya mengangguk saja karena tak punya pilihan lain.
Zuikaku lantas bangkit dari kursinya dan memberikan bungkuk hormat pada si koki, "Baiklah kalau begitu, aku pasti akan mengantarkan ini pada Nagato-Sama," ujarnya seraya beranjak dari sana. Namun baru beberapa langkah dia berjalan, kakinya tiba-tiba berhenti dan menoleh ke Koki, "Tuan, aku ingin mengingat ini. Kalau boleh tahu, siapa namamu?" tanya Zuikaku.
"Naruto ... Uzumaki Naruto," jawab Naruto dengan senyuman ramah khasnya. Zuikaku juga membalasnya dengan anggukan, sebelum akhirnya dia beranjak pergi dari sana dengan segudang pertanyaan di benaknya.
"Naruto, kah? Aku akan mengingatnya," batinnya dengan sebuah senyum indah yang merekah di bibir ranumnya.
Sesaat setelah Zuikaku keluar dari sana dan Naruto yang masih sibuk merapikan bekas makan dari pelanggannya barusan, seorang remaja berusia sekitar 18 dengan rambut merah masuk ke dalam ruangan melalui pintu belakang, "Ah, Bos. Maaf aku sedikit telat," ujarnya yang hanya dibalas lambaian tangan oleh Naruto seolah tidak peduli dengan hal itu.
"Jangan Khawatir, Shirou," jawabnya.
Mata remaja bernama Shirou itu melihat peralatan makan habis pakai di meja, "Oh, ada pelanggan ya? Tidak biasanya mereka sepagi ini," ujarnya mengingat mereka tak pernah ada yang datang sangat pagi. Bahkan, salah satu pelanggan aneh mereka saja tak pernah sepagi ini.
Ngomong-ngomong soal kedai, Shirou tampak mengingat sesuatu, "Bos, kau belum mengubah tema kedai untuk hari ini," ujar Shirou membuat Naruto menepuk jidatnya sembari tertawa karena melupakan hal sederhana semacam ini, "Ah ya ampun, kau benar Shirou,"
Poft
Dalam satu segel tangan, seluruh kedai itu langsung ditutupi dengan asap tebal. Namun, ketika secara perlahan asap menghilang, tempat yang tadinya terlihat seperti sebuah Izakaya tradisional kini telah berubah menjadi layaknya sebuah restoran sushi yang hanya menjual makanan itu. Yah, jangan tanya mengapa mereka melakukan hal seperti ini karena saya hanya dibayar untuk membaca narasi, bukannya memberikan penjelasan.
Di saat yang sama pula kusen pintu kedai mereka dibuka oleh seseorang dengan semangatnya, pelakunya adalah seorang gadis yang terlihat seperti seorang anak SMP dengan mata kuning dan kulit pucat, "Chef apa kau sudah buka? Aku sangat kelaparan! Lihat apa yang kutemukan di perjalanan kemari," ujarnya seraya menunjukkan ikan hiu besar yang dengan mudahnya ia bawa dengan satu tangan, bahkan dengan senyuman gembira.
Naruto hanya memasang senyum geli ketika melihat salah satu pelanggan setianya sudah datang kemari, bahkan membawakannya bahan mahal yang masih segar Secara gratis, "Ah Purifier-San, duduklah, aku akan menyiapkannya untukmu," ujarnya dengan sangat santai. Yah, walaupun cukup aneh untuk melihat seorang gadis yang dengan entengnya membawa seekor hiu yang masih meronta-ronta di tangannya. Biarlah, lagian tempat ini sejak awal memang sudah aneh sehingga tak aneh jika pelanggannya juga aneh.
Bersambung
