DISCLAIMER: Naruto © Masashi Kishimoto.
RATE: M (karena alasan didalamnya)
WARNING: TYPO, AU, OOC, DRAMA DAN YANG PENTING, JANGAN PERNAH MEMBACA APAPUN ITU YANG MEMBUAT MATA ANDA IRITASI. TETAPLAH PADA JALUR MASING-MASING, KARENA AKU HANYA MENCOBA MELESTARIKAN APA YANG AKU CINTAI DAN AKAN SELALU MENCINTAI APA YANG MEMBUATKU SENANG. ^_^
.
.
~Complications~
.
.
Selamat membaca...
Akhir pekan, minggu kedua sebelum liburan musim panas. Tepatnya sabtu malam di bulan Juli. Dua orang yang saling mengenal, dipertemukan disebuah bar dipusat kota metropolitan Tokyo.
Kota sibuk yang tak penah tidur, meski waktu telah menunjukan lewat tengah malam.
Uchiha Sasuke pemuda yang sudah sejak berjam-jam lalu menegak minumam berkadar alkohol tinggi, disebuah sofa VIP di bar tersebut. Namun ia masih sadar sepenuhnya untuk memastikan siapa yang tertangkap indra penglihatannya.
Sahabat merah jambu dari kekasihnya, Haruno Sakura, berdiri sambil menikmati musik keras ditenggah ruangan. Saat mata hijauh cerah itu melihatnya, Sasuke hanya tersenyum miring, sambil mengangkat gelas berisi beer ditangannya tinggi. Bermaksud mengisaratkan sebagai sapaan pada gadis yang ia kenal.
Sakura memicing, sebelum berhenti dari aktivitas menikmati musik yang diolah sang DJ, setelah matanya bertemu dengan pemuda yang memang sebenarnya tak perlu kaget lagi, apabila melihat Uchiha Sasuke ada disebuah bar.
Karena memang kerjaan pemuda itu hanya bersenang-senang seperti ini. Tapi biasanya, Sakura akan melihat dua sahabatnya juga. Yang salah satunya Namikaze Naruto, kekasihnya.
Tapi sepertinya sabtu ini, pemuda ceria itu benar-benar ada acara penting, karena bukan hanya membatalkan kencannya, yang diduga Sakura karena alasan dengan pemuda Uchiha, tapi melihat Naruto tak ada disekeliling Sasuke sekarang, itu menandakan bahwa kekasihnya itu tak berbohong saat mengatakannya tadi.
Lalu kemana Gaara? Apa pemuda itu juga ada acara penting, sampai dia tidak bersama Sasuke malam ini?
Kalau soal keberadaan Ino? Sakura tak perlu bertanya lagi, sebab ia sangat tau jawabannya.
Sakura membawa langkahnya pelan mendekati Sasuke, mungkin ini hadiah dari Kami-sama untuknya, yang beberapa lalu sempat dibuat kecawa oleh sang kekasih.
Dia tak pernah datang ketempat seperti ini sendiri, sebelumnya. Salahkan saja Naruto, pemuda itu yang telah berencana mengajaknya menghabiskan sabtu malamnya berdua, tapi tadi tiba-tiba meminta maaf, karena harus membatalkan rencan itu, dengan alasan dia mendadak diajak kedua orang tuanya makan malam bersama.
Jadi dengan label anak baik yang penurut, Naruto tak bisa menolak. Sebenarnya dia hanya takut pada ibunya. Yang apa bila marah maka akan sangat mengerikan.
Karena tadi dia sudah siap, tinggal menunggu sang pemuda menjemput, tapi tidak jadi, jadilah ia memutuskan untuk pergi seorang diri, dan entah kenapa sebuah bar yang menjadi tujuannya.
Malah sekarang ia harus bertemu dengan sosok pemuda yang sempat ia sukai. Atau mungkin masih ia sukai.
Sakura memutuskan duduk pada sofa empuk di samping Sasuke, setelah ia sampai di depan pemuda itu.
Namun yang membuat Sakura heran, kali ini Sasuke benar-benar sendiri, tidak ada satu atau dua bahkan tiga wanita yang mungkin akan menemaninya.
Melihat Sasuke minum seorang diri seperti ini, itu terlalu asing untuk Sakura. Karena pemuda itu terlalu banyak teman. Dan yang pasti tidak adda yang bisa menolak ajakannya.
"Kau sendiri? Tidak biasanya." Sakura memutuskan bertanya, untuk menjawab rasa penasarannya.
Sebelum menjawab, Sasuke lebih dulu menegak minumannya.
"Kau sendiri? Tidak biasanya melihatmu ditempat seperti ini."
Kalau mereka bisa mengobrol atau Sasuke bersikap ramah padanya, itu karena mereka saling mengenal dan terikat satu salam lain. tidak ada salahnya bersikap ramah pada kekasih sahabatnya dan juga sahabat kental kekasihnya.
Sakura hanya mengedikan bahu.
"Jadi benar, dobe ada acara keluarga?" Sasuke kembali bertanya.
Sakura hanya tersenyum sarkas, jadi Sasuke tadi juga sempat dikecewakan Naruto?
"Jadi kau juga dikecewakan olenya?"
Kali ini Sasuke yang hanya menjawab dengan mengedikan bahu, dan kembali menegak beer dalam gelass beningnya.
"Kenapa kau tidak mencoba mengajak Ino?" Kini tatapan mata Sakura berpusat pada setiap gerakan pemuda di sampingnya.
"Kau sendiri, kenapa tak menghabiskan malammu bersamanya?" Mata onyx Sasuke, menatap emerald yang juga tengah menatapnya.
Terlalu lama saling pandang dalam keheningan, membuat Sakura memecahnya dengan tersenyum lumayan keras.
"Apa kau setuju aku mengatakan, kalau Ino itu sebenarnya tidak asik?"
Kalimat yang seolah menilai kekasihnya itu, terlontar enteng dari sahabatnya sendiri membuat Sasuke menautkan alisnya.
"Kalau seandainya aku malam ini datang padanya dan menceritakaan masalahku padanya, aku yakin pasti dia akan dengan setia mendengarkanku dan aku juga yakin dia akan menemaniku kemanapun dan melakukan apapun itu yang kebanyakan remaja lakukan."
Kalimat itu membuat wajah Sasuke kembali datar. Namun ia masih belum mau menyela.
"Tapi, malam ini aku sedang tidak ingin melakukan apapun, termasuk menganggu Ino dengan masalahku." Sakura melanjutkan.
"Dan aku yakin, dia tidak akan merasa terganggu." Sasuke berceletuk sambil menyodorkan gelas berisi minuman yang sama yang ia minum pada gadis merah muda itu
"Ya, kau benar." Jawabnya pelan, kemudian memutuskan menghabiskan minumannya dengan sekali tegak. "Dia terlalu baik, sampai terlihat bodoh." Lanjut Sakura setelahnya. Pandangannya kini terarah pada banyak orang yang tengah berkumpul menikmati alunan musik keras di tengah ruangan besar itu.
Suara bising disekitar mereka tak membuat hening diantara dua remaja itu terhapus. Sasuke masih diam dengan pikirannya sendiri, tidak menanggapi pernyataan dari teman rambut merah jambunya.
Tentu saja bodoh, yang dimaksud oleh Sakura, bukan dalam bidang akademik atau otak dalam berpikir soal pelajaran, karena kekasih pirangnya itu peraih juara umum.
Entah bodoh seperti apa yang ingin Sakura nyatakan untuk sahabatnya itu.
Pandangan matanya masih ia arahkan pada sosok gadis merah jambu, yang duduk tak jauh disampingnya. Ia tau persahabatan Ino dan Sakura sudah terjalin sangat lama, menurut cerita Ino dari sejak mereka berada di taman kanak-kanak.
Jadi sudah tak diragukan lagi kan betapa eratnya persahabatan mereka. Namun yang tak pernah dimengerti oleh Sasuke adalah kebisuan Sakura atas semua prilaku Sasuke di belakang Ino selama ini.
Padahal jelas, tak jarang Sakura ada disana saat Sasuke membawa seorang gadis untuk menemani malamnya. Bukan kebetulan, karena gadis bermata zambrut itu juga tengah bersama kekasihnya.
Sasuke tak pernah mengerti kenapa Sakura tak mengadukannya pada Ino atas semua ulahnya itu, dan selama ini ia juga malas untuk bertanya atau memulai obrolan. Kalau bukan karena kebetulan seperti ini, mereka tidak akan mengobrol.
"Kenapa kau tak mengatakan pada Ino?"
Pertanyaan ambigu Sasuke membuat Sakura kembali memusatkan perhatian padanya.
"Huh, soal?" Tanya Sakura memastikan maksud Sasuke.
"Semua ulahku, kau tau, aku menghianati sahabatmu itu kan?"
Akhirnya Sasuke menyuarakan rasa penasarannya juga. Karena hanya dengan bertanya pada yang bersangkutan, maka ia akan mengetahui jawaban pastinya.
Sebuah senyum miring, menghiasi wajah manis, berpoles make up tipis. Tak ada jawaban yang di tunggu Sasuke, sepertinya Sakura mencoba mengulur jawabannya. Mungkin untuk membuat pemuda di depannya penasaran.
Namun Sasuke juga tidak terlalu minat dengan pertanyaannya sendiri, jadi ia mengabaikan jawaban yang tak kunjung keluar dari lawan bicaranya.
"Aku tidak tau kenapa, mungkin karena yang aku tau kau begitu mencintainya." Setelah sekian lama diam, Sakura tiba-tiba menjawab, pertanyaan yang telah diabaikan oleh Sasuke.
Pandangan mata Sasuke masih tearah pada botol-botol beer di atas meja tepat di depannya, tadi ia memesan lima botol beer, ukuran sedang, untuk dirinya sendiri. Dan dia sudah menghabiskan dua botol, tersisa tiga botol, dua diantaranya masih penuh.
Tanpa mempedulikan larangan mengonsumsi minuman beralkohol, karena masih dibawa umur. Karena nyatanya uang bisa membebaskannya dari semua itu. Ia juga bukan pablik figur yang takut akan paparazi saat ia berulah.
Ia hanya remaja yang ingin bersenang-senang.
"Tapi yang tidak aku tau, kenapa kau begitu mencintainya, apa yang membedakaan Ino denganku, apa yang sepesial darinya."
Pernyataan Sakura sukses membuat Sasuke memalingkan wajahnya menghadap sumber suara. Mengabaikan boto-botol yang tadinya menjadi pusat perhatian pemuda itu.
Meski Sasuke dapat melihat arah pandangan Sakura tertuju kedepan, namun entah ia bisa melihat pandangan itu kosong. Saat mengatakan kalimat yang mampuh membuat Sasuke memperhatikannya, mata berwarna emerald itu tak sedikitpun melirik padanya.
Sebenarnya apa yang coba disampaikan oleh gadis yang memiliki banyak pengagum ini?
Paham sedang diperhatikan, Sakura memalingkan wajahnya menghadap Sasuke dengan senyum simetris menghiasi wajah cantik itu.
"Apa kau tau?" Sengaja mengatungkan pertanyaannya, dengan masih mempertahankan senyum dibibirnya. "Kalau aku pernah menyukaimu, ahh tidak aku pernah mencintaimu."
Ungkapan suka dan cinta dari banyak gadis, sudah sangat biasa Sasuke dengar dalam hidupnya, namun mendengar dua kata itu dari gadis Haruno, yang notabene adalah sahabat dari kekasihnya dan kekasih dari sahabatnya, membuat Sasuke diam seperti orang tolot.
"Tapi sepertinya, menghapus rasa itu sulit, karena pada kenyataannya rasa itu masih bertahan meski aku kini telah bersama Naruto." Kini bersamaan dengan kalimat itu wajah ayunya kembali ia palingkan.
"Aku masih mencintaimu Uchiha Sasuke, bahkan aku merasa seperti gadis tolot."
Pernyataan demi pernyataan yang membuat Sasuke bungkam, ia tidak pernah menyangka sosok disampingnya ini bisa begitu enteng mengatakan bahwa ia mencintainya.
"Kau pasti tidak akan pedulikan?" Kembali mata berbeda warna itu bertemu.
"Aku juga tidak tau, kenapa aku nekat mengatakan ini, tapi setelah aku tau tentang kau dan Hinata kemarin, aku berpikir mungkin kau juga tertarik padaku?" Senyum kecut Sakura tunjukan, dan raut mengerut Sasuke sebagai respon kalimat gadis Haruno.
Apa yang ditau Sakura tentang, ia dan Hyuga kemarin? Apa Hyuga menceritakan pada gadis di depannya ini? dalam pikirannya ia masih tenang saat Sakura kembali melanjutkan.
"Kalau kau bisa tertarik dengan Hinata, jadi kenapa kau tidak bisa tertarik padaku?"
"Hentikan omong kosongmu itu Sakura." Ucap Sasuke datar, ia tidak marah tapi ia merasa ocehan gadis itu harus ia hentikan. Mungkin karena efek alkohol yang gadis itu konsumsi, jadi bisa bicara ringan seperti itu. Tanpa takut kalimat yang ia ucapkan mungkin saja akan melukai banyak orang.
Sasuke mungkin pemuda brengsek, tapi ia tau, tidak mungkin tidur dengan sahabat karib kekasihnya. Karena setau Sasuke mereka berdua, Ino dan Sakura itu saling menyanyangi seperti saudara. Sama seperti persahabatanya dengan Naruto yang terjalin sejak mereka berada dalam gendongan, karena kedua ibu mereka bersahabat.
Alasan lain karena ia tidak bisa bersenang-senang dengan Sakura. Selama ini ia tidur dengan gadis yang berbeda setiap malamnya hanya untuk bersenang-senang tidak ada rasa atas semua itu.
"Bahkan kau bisa tidur dengan gadis-gadis yang sama sekali tidak menarik, tapi kenapa melirikku barang sedikitpun saja kau tidak mau?"
Gadis ini benar-benar kelewatan. Sasuke memilih memijat pelipisnya yang entah kenapa mendadak pening, dan menyandarka kepalanya pada puncak sandaran sofa.
"Kau sudah terlalu mabuk, lebih baik kau kuantar pulang sekarang."
Sasuke sudah akan menyambar kunci mobilnya, saat Sakura malah memberikan senyum kecil.
"Tidak perlu, aku membawa mobil sendiri." Kunci mobilnya ia angkat untuk memperlihatkan pada sang pemuda, bahwa ia tidak berbohong saat mengatakan bahwa ia membawa mobil sendiri.
Bermaksud mengabaikan semua tentang gadis Haruno, Sasuke yang sudah berdiri, berpikir akan lebih baik bila ia pulang sekarang, namun tarikan kecil pada pergelangan tangannya dari sang gadis membuat Sasuke kembali menatapnya.
"Temani aku sekali saja malam ini, aku mohon." Kalimat penuh harap.
Sasuke itu orang yang tega, meski mendengar kata permohonan, tapi ia tak akan serta merta menuruti si pemohon. Namun entah ada apa dengan dirinya kali ini. kenapa ia tak menyentak tangan yang masih menahannya, kenapa ia masih berdiri diam ditempat?
Pandangan mata hijau cerah itu lekat menatap pria yang berdiri di depannya. Ia sudah mengira pasti Sasuke akan marah padanya atau yang lebih parah lagi, Sasuke akan membencinya.
Dan Sakura tidak siap akan hal itu, ia tidak siap kehidupan disekolahnya yang tinggal satu tahun lagi itu berubah menjadi seperti Neraka. Sebab ia tau betul, orang yang dibenci Sasuke adalah musuh semuanya.
Maka perlahan, tangannya ia lepas, ia menunduk untuk menyembunyikan wajah kacaunya yang ditatap oleh sang pemuda.
Setelah menghela napas yang lumayan panjang, Sasuke berucap. "Kau tau aku tidak suka menghabiskan waktuku hanya untuk mengobrol hal yang tak penting seperti ini kan?"
Wajah yang semula menunduk, kembali mendongak cepat. Menatap pemuda yang baru saja menyuarakan kalimatnya dengan cukup panjang.
Mendengar seorang Uchiha Sasuke bicara panjang, entah ditelinga Sakura itu adalah kalimat sambutan yang berarti, mungkinkah Sasuke tidak marah padanya?
Maka tidak ada selain sebuah senyum yang gadis ber bermata zabrut itu berikan. "Kau bisa melakukan apapun yang kau suka."
Setelah memberikan senyum miring akan kalimat teman wanitanya, pandangan mata Onyx Sasuke mengarah jauh.
Ia tak pernah berpikir akan berada ditempat ini bersama gadis merah muda. Tadi setelah mendengar pengakuan yang entah itu jujur atau membual ia hanya ingin segera pergi dari bar dan meninggalkan gadis itu. Karena ia memang seharusnya tidak pernah peduli dengan Sakura dan ucapannya.
Tapi entah kenapa mereka malah memilih berada disebuah kamar hotel yang memang tak jauh dari bar yang tadi mereka datangi.
Saat tadi ia mengatakan, ia tak menyukai menghabiskan waktu dengan mengobrol itu benar adanya. Namun ia tak pernah menyangka kalau Sakura akan menawarkan hal seperti ini dengan mudah.
"Apa yang kau pikirkan?" Sasuke yang lebih dulu memecah keheningan diantara mereka.
"Huh?" Sakura yang sejak tadi memusatkan pandangan ke bawah, kini menoleh pada pemuda yang duduk di sampingnya.
Mereka tengah diam dengan pikiran masing-masih, sama-sama duduk di tepi ranjang ukuran besar.
"Apa yang akan kita lakukan, mungkin akan melukai Ino dan Naruto." Jelas Sasuke.
Mungkin Sasuke sedang tidak menatapnya, tapi Sakura yakin pemuda itu bisa melihat senyum yang Sakura berikan dari sudut mata onyxnya.
"Bukankah sudah sangat lama?" Kalimat Sakura, membuat Sasuke menoleh sedikit kearahnya. "Perasaanku telah melukai mereka," gadis bersurai merah muda itu masih setia tersenyum dan menatap pemudah di sampingnya. "Dan perbuatanmu selama ini sudah melukai Ino?"
Kembali senyum miring yang Sasuke tunjukan, ia tau perbuatannya yang gadis itu maksud. Mungkin saja iya, dirinya itu brengsek karena telah berselingkuh dari kekasihnya, tidur dengan banyak wanita yang berbeda tanpa Ino tau.
Tapi Sasuke tidak pernah ada sedikitpun rasa yang ia berikan pada teman tidurnya, apapun itu yang dinamakan cinta. Karena cintanya utuh untuk si gadis pirang.
Dan bukankah seharusnya kali ini sama? Tidak ada rasa selain hanya sex? Tapi kenapa memulainya rasanya sulit. Mungkin saja ia pemuda terbrengsek yang pernah ada tapi tidur dengan Haruno Sakura adalah hal terakhir yang akan ia lakukan.
Ia juga tak pernah berkompromi terlebih dahulu seperti ini, hanya untuk sekedar memulai tidur dengan seorang wanita.
"Asal mereka tidak tau, maka tidak akan melukai mereka." Dengan mengucapkan kalimatnya, Sakura mendekat, mengulurkan tangannya untuk merangkum wajah Sasuke dan memberanikan diri mencium bibir yang masih berasa alkohol.
Belum terlalu lama, ciuman mereka, Sasuke manarik diri, tangan kanannya mengenggam tangan Sakura yang ada diwajahnya, sebelum menjauhkan tangan itu. Pandangan mata onyx-nya dalam mengamati wajah gadis yang begitu dicintai sahabatnya ini.
Dalam jarak yang cukup dekat ia bisa mencium wangi parfum yang cukup ia kenali. Wangi yang sama seperti yang dimiliki oleh Ino.
Warna mata emerald indah, yang pasti mampuh menghanyutkan siapa saja yang menatapnya. Ditambah kenyataan yang gadis itu utarakan, membuat Sasuke iba untuk pertama kalinya pada gadis yang menyukainya.
Ironi, kenapa mereka berada dilingkaran yang yang penuh scandal seperti ini? semua telah memulai dan tak tau cara untuk mengakhirnya.
Dengan sekali hembusan napas, Sasuke memilih merebahkan tubuh Sakura di atas ranjang. Bukan karena terburu, tapi lebih karena Sasuke tidak menyukai pemanasan dengan ciuman panas sebelum bercinta. Dengan semua wanita yang pernah tidur dengannya, ia hampir tak pernah memberi kesempatan wanita-wanita itu mencium bibirnya.
Mungkin berbeda bila nanti Ino yang menghangatkan ranjangnya.
Kenapa wajah kekasih pirannya itu yang kini terpikir di kepalanya?
Tubuh mereka telah polos, mungkin hanya selimut yang sedikit menutupi bagian dari tubuh keduanya.
Suara desahan yang mengema, dalam ruangan besar bersuhu rendah tak membuat mereka mengigil karena kegiatan panas yang tengah dua insan itu lakukan.
Mengabaikan bahwa tak seharusnya mereka melakukan itu, salin mempercayai bahwa apa yang mereka lakukan tidak akan melukai siapapun.
Remasan pada rambut raven saat sang pemuda mempercepat gerakannya.
Namun tangan Sasuke yang semula ada disamping tubuh polos Sakura, mencegah cengkraman pada rambutnya. Wajah yang berada diperpotongan leher gadis bersurai merah mudah itu sedikit terangkat.
"Aku tidak suka, siapapun menyentuh kepalaku." Terangnya, yang kini telah memindahkan tangan yang semula mencengkram rambutnya berada disisi kepala mera muda.
Meski saat bercinta sekalipun Sasuke tidak mengijinkan siapapun menjamah tubuhnya dengan bebas, tidak ada ciuman, tidak ada cumbuan dan bahkan meremas surai sebagai pelampiasanpun, Sasuke larang.
Bercinta macam apa ini? selain pelampiasan napsu belaka.
Apa kini Sakura menyesal? Tidak.
Saat pergumbulan mereka telah usai sepenuhnya, namun masih tak ada ucapan apapun dari mereka untuk mengakhiri.
Tubuh polos Sakura masih nyaman meringkuk pada selimut tebal kamar hotel, sedangkan Sasuke telah kembali duduk ditepi ranjang, dengan sebatang rokok yang terselip pada dua belah bibirnya. Ia sudah mengenakan celana jeansnya meski belum berbaju.
"Apa kau kedinginan?" Tidak ada kata lain selain kalimat itu yang melintas pada otak jenius Uchiha. Karena ia memang tak biasa memulai sebuah obrolan. Ia hanya melihat teman wanitanya semakin mengeratkan selimut yang ada pada tubuh telanjangnya.
Meski Sasuke tak tau, berapa derajat suhu yang diatur pada pendingin kamar itu. Yang pasti punggungnya yang telanjang sedikit kedinginan.
Sakura menggeleng, meski ia tak yakin Sasuke melihatnya.
"Kau akan pulang?" Sakura bertanya, saat melihat Sasuke mulai mengenakan T-shirt putih polosnya.
"Hn, ayo kuantar pulang." Mungkin ia biasa meninggalkan wanita setelah bercinta, tapi untuk meninggalkan Sakura di kamar hotel sendiri, rasanya tidak tega. Sebab bagaimanapun gadis itu bukanlah orang asing.
"Bukan kah aku sudah bilang, kalau aku membawa mobil sendiri?" Masih dalam posisi yang sama ia mengingatkan.
"Kalau begitu ayo pulang." Ajak Sasuke yang telah mengambil satu batang rokok lagi.
Sakura kembali menggeleng. "Pulanglah dulu, aku masih ingin disini lebih lama."
Karena tak ingin berdebat lagi, Sasuke segera mengambil jaket dan kunci mobilnya. Tanpa perlu berkata-kata lagi, pemuda berambut raven itu melangkah keluar menuju pintu.
Setelah sosoknya menghilang dari jangkauan iris emerld, sang pemilik iris masih setia memandang jejak kepergiannya yang hanya menyisakan pintu yang kembali tertutup.
Tak ada sebuah ciuman, pelukan atau bahkan ucapan selamat tinggal, untuk mengakhiri apa yang baru saja mereka lakukan. Bahkan sepertinya saat bercinta pun Sasuke hanya membayangkan Ino, begitu menyedihkannya bukan dirinya?
Apa Sasuke selalu seperti ini dengan wanita yang menemani malamnya? Lalu apa yang didapat oleh wanita-wanita itu mau tidur dengan Sasuke? Uang kah? Atau hanya sebuah pengalaman?
Lalu apa yang Sakura dapatkan dari permainannya ini? apa yang sebenarnya dirinya sendiri inginkan?
Sebuah notice dari ponsel yang tergeletak di meja nakas tepat disamping ranjangnya, membuat ia teralihkan dari segala pikirannya. Dengan malas ia mengambil ponsel pintarnya, satu pesan dari Naruto.
Ia buka pesan dari sang pemuda yang berbunyi, 'Sakura-chan, apa kau sudah tidur?'. Hanya membacanya, namun tak berniat untuk membalas pesan pemuda yang menjadi kekasihnya itu.
Sakura yakin, bila ia membalas pesan pemuda itu sudah pasti pemuda itu akan langsung meneleponnya. Sedangkan ia sangat lelah sekarang untuk sekedar berbincang.
Sebelum kembali meletakan ponselnya, Sakura lebih dulu melihat jam yang ada di layar berukuran lima inci itu. Angka yang menunjukan sudah hampir jam satu.
~Complication~
Sasuke mengendarai lamborghininya cukup pelan, menuju suatu tempat yang sudah sangat ia hapal jalannya. Jalanan kota yang tak pernah tidur itu lumayan sepi, mungkin karena memang sudah lewat tengah malam dan orang-orang memilih untuk istirahat di rumah dan tidur.
Mungkin saja orang yang ingin ia temui ini juga sudah tidur.
Mobil dua pintu itu berheti, di depan pagar rumah minimalis berlantai dua, yang tepat disampingnya terdapat toko bunga bernama Yamanaka Flowrist.
Sebelum turun ia mengambil ponselnya, bermaksud untuk menghubungi pemilik rumah. Namun sebelum men-dial nomor yang telah ia hapal, Sasuke lebih dulu membua dua pesan yang ada apa kotak masuknya.
Dua pasan dari kedua sahabatnya. Pesan pertama dari Naruto. 'Teme kau dimana? Aku akan menyusulmu.' Yang terkirim sekitar empat jam yang lalu. Dan pesan yang kedua dari sahabat rambut merahnya, Gaara. 'Sasuke kau dimana?' Pesan Gaara terkirim sekitar tiga jam yang lalu cukup singkat.
Sepertinya kedua sahabatnya itu telah selesai dengan urusan masing-masing. Sebab tadi waktu Sasuke menghubungi mereka, keduanya kompak menolak dengan alasan masing-masing. Naruto dengan alasan orang tuannya mengajak makan malam dengan keluarga besar yang tidak bisa ia tolak, sedangkan Gaara beralasan ia sudah membuat janji dengan Hyuga.
Namun kedua pesan itu ia abaikan. Kembali ketujuan awal, menghubungi sang pemilik rumah. Cukup lama hanya terdengar panggilan tersambung, namun belum ada jawaban.
Mencoba yang kedua kalinya. Kali ini ia memutuskan keluar dari adam mobil dan bersandar pada pintu mobil yang tertutup. Pandangannya tertuju pada jendela kamar lantai dua yang ia tau sebagai kamar orang yang sedang ia hubungi sekarang.
Ino menggeliat dalam tidurnya, karena sebuah suara bising dari panggilan di ponselnya yang cukup mengganggu. Gadis cantik itu mengerjap beberapa kali sebelum sadar sepenuhnya.
Dengan sangat malas mengambil ponselnya bermaksud untuk mereject panggilan dari orang kurang ajar yang menganggunya itu. Namun niatnya urung saat mengetahui nama siapa yang menelponnya.
"Uchiha Sasuke?" gumamnya terdengar serak bangun tidur.
Ia memutuskan bangun dari posisi berbaring dan mengangkatnya. "Hallo? Sasuke-kun ada apa?"
'Keluarlah, aku ada di depan rumahmu sekarang.' Kalimat suruan dari sebrang telepon membuat alis pirangnya berkerut.
"Kau? apa? Di depan rumahku?" Untuk memastikannya gadis itu buru-buru meloncat dari ranjang menuju jendela kamarnya. Diluar pagar kamarnya, ia bisa belihat sosok kekasihnya, Uchiha Sasuke. Disana sedang bersandar pada body mobil dan melambai padanya. Entah mendadak rasa kantuknya tadi menghilang entah kemana.
"Apa yang kau lakukan malam-malam seperti ini?"
'Turunlah!' Kembali Sasuke menyuruhya.
Tanpa repot untuk mengambil jaket dan memperhatikan penampilannya, Ino turun dari lantai kamarnya, membuka pintu utama dan mengambil kuncinya untuk membuka pintu pagar. Tanpa menimbulkan suara yang tak perlu, karena cukup hati-hati. Karena tidak mau mengganggu kedua orang tuannya yang sedang istirahat.
Setelah sampai di depan kekasihnya, sambungan ponselnya ia matikan.
"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Tanyanya penasaran. Apa yang membawa kekasihnya ini mendatanginya malam-malam begini?
Setelah menyimpan kembali ponsel pada saku celana jeansnya Sasuke langsung menarik gadis di depannya, membawa pada pelukan hangat.
"Aku hanya ingin bertemu denganmu." Klarifikasinya.
"Malam-malam begini?" Gadis itu mendongak dalam pelukan sang kekasih. "Kau tau sekarang jam berapa?"
"Hn, apa aku menganggumu?"
Bukankah sudah jelas? Namun gadis itu tak menjawab, melainkan hanya menarik napas pendek.
Pelukan pada gadisnya Sasuke lepas, hanya untuk melihat wajah ayu sang pemilik. Wajah khas bangun tidur, namun entah malah terlihat cantik dimata Sasuke. mata biru laut yang indah, sedikit sayu, mungkin efek dia mengantuk. Rambut pirang platina yang tergerai lurus dan jangan lupa pakaian tidurnya, yang hanya mengenakan setelan celana cukup pendek dan tank top yang pas pada tubuh proposonalnya.
Kesimpulannya, semua yang ada pada gadisnya dan dalam keadaan apapun gadis itu, dia tetap cantik.
Tangan kanannya bergerak membelai wajah yang tengah menatapnya. "Kau tau aku mencintaimu kan?"
Ino mengangguk pelan. "Huuh."
Wajah Sasuke mendekat untuk mengecup bibir yang berwarna merah alami milik kekasihnya. Pertautan bibir mereka bertahan cukup lama sampai Sasuke menyudainya hanya untuk memberikan waktu sang kekasih bernapas.
Setelah pertautan bibir mereka terpisah Sasuke kembali menarik Ino dalam pelukannya.
"Aku juga sangat mencintaimu Uchiha Sasuke, sangat mencintaimu." Ucap Ino dalam pelukan Sasuke.
Hal itu membuat Uchiha Sasuke kembali melepas pelukannya. "Katakan sekali lagi." Perintahnya.
Ino dengan mantap mengatakan sekali lagi. "Aku mencintaimu."
Sebuah senyum yang jarang sekali pemuda itu tunjukkan terukir disana, setelah mendengar kalimat aku mencintaimu dari gadisnya.
"Kau tau, kau jauh lebih tampan saat tersenyum." Ino kembali berkata saat melihat kekasihnya tersenyum yang jarang ia tunjukan.
Namun bukannya mempertahankan senyum di wajahnya, Sasuke malah merubah raut wajahnya kembali datar, tak tersisa sedikit saja bibir yang tertarik simetris keatas.
Berbeda dengan Ino, gadis itu malah tersenyum lebar melihat perubahan cepat yang ditunjukan Sasuke. Bahkan sedikit terkikik kecil.
Padahal yang ia katakan tadi benar adanya, meski kekasihnya itu memang sudah tampan dari sejak lahir. Tangan kecilnya terangkat, menyentuh pipi kiri Sasuke dengan ibu jarinya memberi sentuhan pada sudut bibir yang baru saja tersenyum itu.
Sasuke masih diam dengan apa yang dilakukan sang kekasih.
Tak ingin membuat lebih cemberut lagi, kali ini Ino berinisiatif menyatukan bibir mereka lebih dulu. Hanya sebuah kecupan ringan, tapi hal itu disambut dengan baik oleh sang pemuda raven.
Ciuman mereka yang kedua dimalam itu, yang bertahan cukup lama dan dalam. Tak mempedulikan berada dimana mereka sekarang.
Tangan Ino yang tadinya berada di pipi Sasuke, kini ia seret kebelakan kepala, meremas pelah surai gelap kekasihnya, sedangkan tangan Sasuke bertengger memeluk erat pinggang kecil yang hanya tertutup tank top berwarna merah muda.
Remasan pada rambutnya semakin ia rasa saat kedua tangan Ino berada disana, namun sedikitpun Sasuke tak mempermasalahakannya. Karena memang inilah yang ia inginkan. Ia malah semakin memperdalam ciumannya.
Ciuman panas itu membuat Ino merasa kedinginan, ia sedikit menggigil ketika angin kecil membelai kulitnya. Hal itu cukup dirasa juga oleh Sasuke, karena menyadarinya Sasuke melepas ciuman mereka.
"Kau kedinginan?"
Kekasihnya mengangguk. "Huuh, apa tidak sebaiknya kita masuk, ini sudah sangat malam."
Tak perlu lama untuk memberikan jaket hangatnya pada sang gadis pirang, yang terlihat kebesaran di tubuh Ino yang kecil. Setelah selesai memakaikannya Sasuke menjawab. "Istirahatlah, aku akan pulang."
"Kau akan langsung pulangkan?"
Pemuda didepannya itu mengangguk.
"Masuklah." Perintah Sasuke.
Ino mundur terlebih dahulu sebelum memutar tumitnya untuk memasuki rumah. Belum juga ia membawa langkahnya menjauh, tangannya sudah kembali ditahan.
Ino kembali menoleh karena perbuatan Sasuke. Mata sebiru samudra itu memberi tatapan ada apa. Tapi lagi, bukannya menjawab, kakasihnya itu malah kembali menariknya kedalam pelukan.
"Apa kau akan selalu memaafkan apapun kesalahanku?" Tanya Sasuke kemudian.
Ino tak mengerti apa yang dimaksud Sasuke, hanya diam tak menjawab dalam pelukannya. Apa Sasuke telah membuat kesalahan?
"Apa kesalahan itu telah menyakiti dan melukaiku?" Ia mulai sedikit takut saat menanyakan itu.
Sasuke menghela napas, sebelum menjawab. "Aku bertanya bukan menyatakan."
Ino mendongak, dan melepas pelukannya. Sebuah senyum ia tunjukkan. "Asal kesalahan itu tidak menyakiti dan melukaiku aku akan memaafkanmu."
Sasuke mengerutkan alisnya. Memangnya ada ya kesalahan yang tak menyakitkan? Ia bertanya dalam hati.
Dan gadis itu tau apa yang dipikirkan kekasihnya. Dengan sedikit menelengka kepalanya ia melanjutkan jawabannya. "Tidak semua kesalahan itu menyakitkan, aku tau semua kesalahanmu." Pernyataan itu membuat Sasuke semakin mengerutkan keningnya.
"Kau yang selalu menghabiskan waktumu dengan sahabat-sahabatmu, kau yang tak bisa merhenti merokok dan minum. Itukan? Aku memaafkanmu."
Meski Ino tak tau kesalah apa yang dimaksud Sasuke untuk ia selalu memaafkannya, tapi ia tidak ingin menerka, jadi itulah jawaban yang ia berikan untuk mencairkan suasana. Meski ia tak tau adakah kesalahan yang tidak menyakitkan.
Sasuke tersenyum miring, dan membawa kedua tangan besarnya merangkum wajah Ino. Sebelum mendaratkan ciuman pada puncak kepala persura pirang dengan cukup lama.
Ia tak tau, apa semua kesalahannya tidak sampai menyakiti gadisnya.
Setelah menarik diri mereka saling menatap satu sama lain. Ino kembali mundur dan Sasuke masuk kedalam mobil mewahnya. Tanpa kata lagi, mereka berpisah dipenghujung malam, sang pemuda mulai menjalankan mobilnya pelan, dan sang gadis berputar untuk memasuki kediamannya. Mungkin melanjutkan tidurnya.
~Complications~
Setelah sekitar tiga jam yang lalu, acara makan malamnya usai dengan Hinata, Gaara segera menghubungi sang sahabat, Uchiha Sasuke, karena tadi temannya itu mengajaknya ke bar namun ia tak bisa karena telah membuat janji dengan Hinata.
Namun satu pesan yang ia kirim tak ada balasan dari temannya itu, mungkin Sasuke tengah menghabiskan waktunya dengan Ino. Atau malah menghabiskan sabtu malamnya dengan gadis lain. Gaara tak tau.
Seminggu ini, ia bisa melihat perubahan pada sikap Hinata. Karena itulah Gaara ingin membicarakan apa yang terjadi pada gadis itu. Dan malam inilah waktu yang Gaara anggap tepat.
Namun saat Gaara bertanya, gadis itu tak menjawab. Meski saat nama Sasuke ia sebut perubahan pada rautnya terlihat. Entah apa yang terjadi pada keduanya. Meski ia tak ingin percaya bahwa gadis pendiam seperti Hinata bisa menghianati sahabatnya.
Tak masalah bila Hinata menghianatinya, sebab hanya sebagai tantangan dari Sasukelah ia mengencani gadis itu, tapi bagaimana bila Hinata bisa menghianati Ino? Gadis baik yang mau berteman dengannya, disaat semua menganggap Hinata gadis cupu.
Tadi ia mengendarai mobilnya dengan cukup pelan, setelah mengantar Hinata pulang. Berharap Sasuke membalas pesannya, jadi Gaara bisa langsung menuju ke tempat temannya itu berada.
Namun sampai ia tak tau kemana ia akan pergi, masih tak ada balasan dari pemudah berambut raven. Jadi Gaara memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
Sesampainya dirumah, ia tak langsung tidur, menghabiskan malamnya dengan menontop TV di kamar dengan ditemani secangkir kopi. Rumahnya sudah sepi, kedua orang tuanya sudah tidur sedangkan kedua kakaknya sedang tidak ada dirumah.
Sampai larut, jam telah menunjukan lewat dua dini hari. Namun mata jade nya tak kunjung mau mengantuk. Mungkin juga karena efek kopi yang ia minum.
Televisi yang ada didepannya menyiarkan berita olahraga. Namun entah layar besar itu atau bukan yang kini menjadi pusat perhatiannya.
Karena apa yang ada dipikrannya kini adalah, soal tantangannya dengan Sasuke. persahabatan mereka. memang belum lama Gaara mengenal Sasuke dan Naruto tapi mereka sudah meenerimanya menjadi sahabat yang sama gilanya.
Dulu Saat masih di Amerika Gaara selalu menarik diri dari pergaulan. Meski tak membuat ia tumbuh menjadi remaja yang baik dan penurut. Malah pergaulan remaja barat yang menjadi kiblatnya.
Dan sekarang setelah ia kembali ke negara kelahirannya, ia malah bertemu dua orang sahabat yang sama parahnya dengan cara pandang orang barat soal bergaul.
Bibir tipisnya menyunggingkan senyum. Memang kekuasaan dan uang bisa merubah orang dengan cepat. Tapi status ayahnya yang menjabat sebagai perdana mentri negara membuat Gaara harus berhati-hati saat berulah. Karena sedikit saja scandalnya tercium media maka hancur sudah kesan terhormat dalam keluarganya.
Ayahnya, Sabaku Rasa adalah seorang pengusaha sukses dan lima tahun yang lalu ayahnya maju ke dalam kursi politik dan terpilih. Rencananya tahun inipun sang ayah akan kembali mencalonkan diri.
Karena itu ayahnya cukup sibuk, kedua kakaknya juga. Maka tak jarang Gaaralah yang menghandle perusahaan, yang katanya memang akan jatuh ditangannya. Ia tidak tau kenapa bukan kakak keduanya, Kankuro yang mewarisi perusahaan, karena ayahnya tak pernah memberi tau alasannya selain mengatakan Kankuro lebih memilih menjadi dokter.
Sedang kakak pertamanya, Temari ia lebih memilih menjalani karir modelnya di Paris Prancis. Dan ibunya hanya menjadi ibu rumah tangga.
Berbeda dengan Sasuke yang bebas berulah dan membuat scandal yang dia suka, sebab kekayaan Uchiha terkenal turun temurun sebagai pengusahan sukses yang jenius. Karena dipimpin oleh Itachi si jenius Uchiha. Jadi sahabatnya itu tak perlu takut kan?
Sedangkan Naruto? Sebenarnya sipirang yang berisik itu hampir sama dengannya sayangnya pemuda itu terlalu santai menyikapi status keluarganya.
Dengan segala pikirannya itu membuat pemuda berambut merah itu menghepaskan kepalanya pada sandaran sofa. Sudah hampir pagi namun ia masih saja terjaga. Sedikit menghela napas, ia memutuskan untuk keluar kamar. Mencari sesuatu di lemari pendingin yang mungkin bisa ia makan. Karena ia merasa lapar berharap setelah makan ia bisa tidur. Tak masalah tidur pagi dan akan bangun saat sore hari, karena besok adalah hari minggu.
Dan Gaara tak punya rencana untuk minggu besoknya. Berbeda bila Sasuke mengajak menghabiskan akhir pekannya.
~To Be Continue~
Terimakasih banyak telah menunggu Complication ini dengan setia, dan telah sudi membaca dan memberi review. maaf apa bila terlalu lama updatenya. Semoga chapter ini membuat kalian tak mengecewakan.
