DISCLAIMER: Naruto © Masashi Kishimoto.

RATE: M

WARNING: TYPO, AU, OOC, DRAMA DAN YANG PENTING, JANGAN PERNAH MEMBACA APAPUN ITU YANG MEMBUAT MATA ANDA IRITASI. TETAPLAH PADA JALUR MASING-MASING, KARENA AKU HANYA MENCOBA MELESTARIKAN APA YANG AKU CINTAI DAN AKAN SELALU MENCINTAI APA YANG MEMBUATKU SENANG. ^_^

.

.

~Complications~

.

.

Uzumaki Karin

Libur musim panas telah di depan mata, waktunya bagi semua pelajar mengistirahatkan pikirannya dari segala macam diktean para guru soal pelajaran. Tak terkecuali gadis cantik seperti boneka, Yamanaka Ino.

Satu minggu setelah kejadian pelecehan yang dilakukan pria tak dikenal di dalam bus umum terhadap dirinya, kini ia lebih ekstra berhati-hati. Hal itupun juga dilakukan oleh sang kekasih. Uchiha Sasuke.

Pemuda tampan itu lebih memprotect gadisnya. Bahkan tidak membiarkan Ino pulang dan pergi dengan kendaraan umum.

Hari ini adalah sekolah terakhir mereka, karena besok mereka sudah memasuki libur musim panas.

Dalam perjalanan pulang sore hari, seperti biasa, ino masih diantar Sasuke.

"Kau tak ingin menghabiskan liburanmu denganku tahun ini?" Ucap sang pemuda yang masih fokus pada jalan.

Berbeda dengan gadisnya yang seketika itu menoleh mendengarnya.

"Heemm..." Terlihat ia menimbang jawaban yang mungkin akan keluar dari mulutnya. Ino cukup tau kekasihnya ini akan selalu menghabiskan liburanya keluar kota bahkan tak jarang keluar Negeri. "Memangnya kau akan berlibur kemana Sasuke-kun?"

Kali ini Sasuke menoleh sekilas pada gadisnya. "Entahlah, kau ada ide?"

Manik aqua itu masih lekat menatap pemuda disampingnya. "Menunggu toko bungaku?" Tanpa dosa ia mengucapkan pernyataan sekaligus pertanyaan itu tanpa tau kalimat itu adalag kalimat yang paling tidak ingin dengar oleh sang kekasih.

Sasuke hanya melirik wajah yang kini tersenyum kearahnya. Ya, seharusya pemuda itu sudah tau kan? Selama mereka bersama, jarang bahkan hampir tak pernah Ino menghabiskan waktu libur dengannya. Dan ia yang mempunyai keputusan mutlakpun tak bisa memaksa keinginan kekasihnya itu.

Karena Sasuke cukup tau alasannya. Itulah yang membuat Sasuke ingin cepat menikahi gadisnya. Mungkin setelah lulus sekolah menengah atasnya, itu berarti satu tahun lagi. Tak perlu melanjutkan ke Universitas untuk mempelajari bisnis seperti halnya sang kakak, Uchiha Itachi.

"Bagaimana kalau kita menikah saja?" Pertanyaan yang spontan melintas pada otak yang tak pernah bercanda. Ingat otak jeniusnya akan selalu bereaksi berbeda terhadap Ino, dan Sasuke paling suka menggodanya seperti ini.

Seketika terlihat perubahan raut muka gadis yang masih setia memandanganya. Dan itu tandanya Sasuke berhasil menggodanya.

"Apa kau sebegitunya mecintaiku?"

"Menurutmu?"

"Kau sangat mencintaiku." Dengan kerlingan jahil ia berikan pada sang kekasih yang masih fokus pada jalan.

Mobil yang berjalan pelan itu mendadak diberhentikan oleh Sasuke, setelah pertanyaan itu meluncur dengan penuh percaya diri dari bibir merah mudah gadisnya.

Ino sudah hampir tertawa, kalau saja ia tak dibuat mengerut karena Sasuke menghentikan mobilnya tiba-tiba. Padahal ini masih jau dari rumahnya.

Belum juga ia bertanya kenapa, Sasuke sudah lebih dulu menciumnya tiba-tiba. Mendorok tumbuhnya pada sandaran kursi mobil dan menekan tubuhnya. Ia yang sempat kaget akan ulah sang kekasih, membuat ia hanya diam pasrah dengan manik yang melebar dan bibir yang sedikit terbuka menerima ciuman yang dilakukan sang kekasih.

Ciuman lembut yang penuh kehati-hatian. Sasuke tau Ino tak siap dengan ciumannya, memang inilah caranya untuk membungkam kecerewetan yang kelewat percaya diri gadisnya. Meski benar apa yang ia nyatakan, Bahwa dirinya begitu mencintai gadis ini.

"Ehhngg..."

Sedikit erangan lolos dari mulut yang masih saling bertaut, lidah yang saling bertaut saling mengklam sebagai miliknya. Meski Sasuke lebih mendominasi karena Ino sudah lebih dulu terengah karena ia membutuhkan lebih banyak udara untuk bernapas.

Mengerti akan kebutuhan gadisnya, Sasuke melepas ciumannya. Namun ia tak sertamerta menjauhkan wajahnya melainkan malah menurunkan ciumannya pada leher Ino yang masih mencoba mengatur napasnya.

Leher yang setengah terhalang oleh seragam musim panas, membuat Sasuke harus ekstra berusahan untuk lebih menjamah area sensitif yang dimiliki gadisnya.

Ciuman yang Sasuke berikan mungkin bisa meninggalkan bekas merah pada leher jenjang Ino, tapi sepertinya pemuda bermanik onyx itu tak akan peduli.

Bukankah lebih baik bila semua orang mengetahuinya milik siapa gadis ini dengan adanya bekas ciumannya?

Kini tangan yang semula berada pada belakang kepala pirang, mulai turun menuju kearah seragam atas yang Ino kenakan, berusaha menyikapnya agar lebih memudahnya untuk mengespos leher bawah sang kekasih.

Ino merespon dengan baik setiap sentuhan yang dilakukan oleh Sasuke terhadap area sensitifnya.

"Ssa-sukehh-kunh-"

Entah kalimat apa yang akan Ino ucapkan, karena kata selanjutnya telah teredah oleh desahannya yang menurutnya terlalu berlebihan.

Mendengar nama yang terucap dari bibir kekasihnya, Sasuke menarik kepalanya dari perpotongan leher jenjang Ino.

Mata onyx-nya memandang sayang pada wajah ayu di depannya yang juga tengah menatapnya sayu. Terlihat kacau akibat perbuatannya.

Ino yang baru menyadari akan desahannya yang mungkin kelewat keras, hanya bisa nyengir dengan menggigit bibir bawahnya, malu.

Tentu bukan hal itu yang menganggu pemuda itu sampai membuat Sasuke berhenti dari perbuatannya. Tapi ia pikir, ia perlu meminta ijin untuk melanjutkan ke yang lebih.

Tangan besarnya ia gunakan untuk mengusap sisi wajah yang masih bersemu merah di depannya. Menarik napas pendek sebelum bertanya. "Apa aku boleh menyentuhmu lebih dari ini?"

Mata beriris sebiru air laut dalam itu memandang tanpa kedip iris gelap bak batu obsidian pekat. Napas yang belum sepenuhnya teratur terlihat jelas dari naik turunnya habu kecilnya.

Namun Ino tau, Sasuke menunggu jawabannya. Gadis cantik itu tersenyum kecil, saat tangannya menggegam tangan pemuda yang masih setia membelai wajahnya. Sebelum ia memberi jawaban yang di tunggu oleh pemuda di depannya.

"Apa kau keberatan, menunggunya sampai kita menikah?" Dengan sedikit bersalah dan penuh harap ia mengatakannya.

Mata onyx itu berkedip pelan sekali, sebelum menarik napas pendek. Seakan ia baru menyadari, seharusnya Sasuke sudah tau jawabannya.

Sebelum menarik tubuhnya menjauh dari sang gadis, Sasuke memberikan ciuman pada kening gadisnya. Tanpa perlu ia memberi jawaban akan pertanyaan yang baru saja diajukan oleh Ino, Sasuke kembali menjalankan mobilnya, menuju ketujuan awal.

Dengan ciuman itu Sasuke paham pasti Ino sudah tau jawabnnya. Cintanya pada gadis inilah yang membuatnya harus lebih bersabar lagi. Dan mungkin juga membuatnya terlihat menjadi pemuda brengsek yang suka mengeluh.

つつつ

Terlihat seorang gadis remaja sedang memasuki taxi disalah satu bandara. Setelah beberapa saat lalu keluar dari salah satu pintu bandara Internasional dengan menyeret satu koper ukuran sedang dan tak lupa tas jinjing dan kaca mata hitam yang menemaninya.

Rambut merah magentanya terurai bebas, warna yang sama dengan mata yang tersembunyi dibalik kaca mata hitamnya.

Setelah mengatakan tujuannya pada sang sopir, taksi yang membawa gadis itu berjalan meninggalkan kawasan bandara. Menuju ketempat yang menjadi tujuan gadis berperawakan tinggi itu.

Hari ini adalah hari yang memang telah ditunggu oleh sang gadis berambut merah itu. Bahkan jauh-jauh hari kalendernya telah ia lingkari sebagai pengingat untuk hari ini. Uzumaki Karin, menginjakan kakinya di tanah kelahiran sang ayah yang sudah hampir dua tahun ia tinggalkan. Mata yang masih terbingkai kaca mata hitam sedang menikmati pemandangan kota Tokyo sore hari, indah tapi tak seindah kisahnya.

...

Minggu pertama dibulan Agustus, bulan yang membawa hari libur musim panas pada kalender. Bulan yang juga ditunggu oleh seluruh pelajar Jepang, atau mungkin seluruh dunia.

Tak terkecuali seorang pemuda berambut merah maroon, yang kini sedang membaca deretan pesan pada layar ponselnya. Mata turqouise baru saja terbuka setelah sekitar empat jam yang lalu baru bisa terpejam.

Sabaku Gaara memang lebih sering mengalami insomnia, jadi tak jarang ia tak tidur semalaman. Dan lingkaran hitam pada matanya itu bukanlah sebuah gaya yang memang sengaja ia buat.

Turqouise-nya masih fokus mengamati sebuah pesan yang dikirim oleh salah satu sahabatnya, Uchiha Sasuke. Sebuah pesan yang memintanya untuk menjemput si bungsu Uchiha itu di rumahnya, sebelum mereka berangkat untuk menghabiskan hari libur pertamanya disebuah pantai di utara Tokyo.

Bukan sekedar berlibur, mengapa mereka memilih kesana. Jugo mengatakan bahwa orang yang bernama Momochi Zabusa ada disana. Maka dari itu mereka akan mencarinya disana sekalian berlibur. Menurut ungkapan lama 'sambil menyelam minum air'.

Tapi bukannya, ini masih terlalu pagi, untuk memintanya menjemputnya?

Didalam pesan tersebut juga mengatakan alasan kenapa Sasuke meminta Gaara untuk menjemputnya. Itu karena, mobil kesayangannya sedang dibawa Itachi, sang kakak. Karena mobil sang kakak sedang berada di bengkel untuk di service.

Gaara juga baru tau, kalau Sasuke yang memang tak bisa membantah kemauan sang kakak seperti halnya dengan kemauan kekasihnya, Yamanaka Ino.

Matanya bergulir, menatap jam beker pada nakas tepat diamping ranjangnya. Jarum pada jam yang menunjuk pukul delapan lebih. Pemuda itu bergegas bangun.

...

..

.

Tak lama Aston Martin yang Gaara kendari, berhenti di depan sebuah rumah mewah, milik sahabatnya. Sebuah pesan Gaara kirim untuk memberitau Sasuke bahwa ia telah sampai di depan kediamanya.

Beberapa menit berselang, terlihat seorang pemuda keluar dengan pakaian kasualnya. Rambut mencuatnya yang melawan gravitasi, seolah menambah ketampannya.

Sasuke masuk kedalam mobil yang tengah menunggunya. Mobil yang di dalamnya seorang pemuda yang tak kalah keren telah menunggunya.

"Apa aku juga harus menjemput Naruto?" Tanya Gaara, tak sungguh-sungguh.

Sasuke menatap sahabatnya itu sebelum memberi jawaban. "Tidak, Naruto sudah menunggu di basecamp."

Gaara sudah tau, sebenarnya pertanyaannya itu hanya untuk mengejek Sasuke. Pemuda seperti Sasuke bisa tak berkutik di depan kekasihnya dan sang kakak. Sungguh sulit dipercaya. Apa dia juga seperti itu pada ayah dan ibunya?

"Jadi apa kita langsung ke basecamp?" Tanya Gaara lagi, sambil menjalankan mobilnya.

"Antar aku ke Ino dulu."

Gaara menoleh sejenak, sebelum kembali fokus. Ia tak bertanya, Sasuke pun tak memberi penjelasan lebih lanjut. Hanya dalam otaknya yang kemudian berkata. 'Apa gadis itu akan ikut?'

Gaara tak perlu bertanya dimana rumah gadis Yamanaka itu, karena sekita seminggu yang lalu, setela kejadian di bus sore itu. Gaara ikut mengantar Ino pulang. Pemuda itu tau betapa khawatirnya ibu Ino waktu itu melihat anak gadisnya pulang dalam keadaan yang tak bisa dibilang baik seperti biasa.

Sebuah rumah minimalis sederhana, dengan toko bunga yang menyajikan berbagai macam bunga yang dijual disana. Rumah yang nyaman menurut Gaara. Mungkin juga masuk dalam rumah impiannya suatu hari nanti.

Pagi inipun sama, pemandangan yang Gaara lihat, nyaman dan menyejukan ditambah dengan adanya seorang gadis berambut pirang yang diikat tinggi tengah menyirami bungan hidup yang tertata rapi dalam pot.

Baju tidur merah muda bergambar beruang melekat pada tubuh indahnya. Yang menandakan bahwa gadis pirang itu baru bangun. Belum mandi dan berdandan, namun tetap cantik. Hal itu menjadi pemandangan yang baru Gaara lihat.

Berbeda dengan Sasuke yang sudah sering melihat gadisnya dalam keadaan seperti itu.

Ino mengernyit, saat melihat kekasihnya keluar dari mobil yang berhenti didepannya, dari sisi samping kemudi. Diikuti Gaara yang juga keluar dari mobil yang sama, namun berbeda dengan Sasuke yang langsung menghampiri sang gadis, pemuda berambut merah itu memilih bersandar pada body mobil.

Mungkin melihat apa yang akan dilakukan Sasuke pagi-pagi seperti ini, menemui sang kekasih yang terlihat belum bersiap untuk pergi itu. Dengan melipat tangannya diatas perut.

Gadis bermata biru itu, meletakan alat penyirap bunganya, saat sang kekasih mendektinya.

"Ohayou." Sapa Sasuke.

"Ohayou Sasuke-kun," Matanya bergulir kebelakang Sasuke. Dimana seorang pemuda lain yang ia kenal ada disana. "Ohayou Gaara-kun." Lanjutnya.

"Ohayou." Gaara menjawab dengan sedikit menganggukan kepalanya.

Melihat penampilan bangun tidur gadis yang ia sukai yang terkesan cantik natural dimata Gaara pagi itu yang baru ia lihat, tak bisa menyembunyikan semburat merah pada wajah datarnya. Kalau saja terik matahari pagi tidak membatu menutupinya. Mungkin saja merah wajahnya karena terik matahari. Bukan karena apa yang ia lihat dari sosok gadis itu.

"Err... kau akan pergi menghabiskan harimu bersama Gaara?" Tebak Ino. Gadis itu sudah hapal bukan, apa yang selalu membawa kekasihnya itu datang menemuinya pagi-pagi seperti ini?

Selain meminta ijin, atau sekedar memberitaunya apa yang akan mereka lakukan dan akan kemana mereka pergi.

"Hn." Jawab Sasuke dengan kata andalannya.

Gadis itu menganngguk, sebelum berkata. "Hati-hati."

Sebuah anggukan samar, Sasuke berikan. Sebelum mendekat dan memberikan sebuah ciuman selamat pagi pada pipi kiri gadisnya.

"Kau tidak ingin memberiku morning kiss juga?"

Pertanyaan Sasuke itu sukses membuat semburat merah samar muncul disana. Pipi tirus itu tak dapat menyembunyikan malunya atas perbuatan sang kekasih. Ditambah pertanyaannya yang baru saja meluncur bebas dari bibirnya. Apa lagi hal itu dilakukan kekasihnya di depan salah satu sahabatnya. Dengan bibir yang dibuat mengerucut, sebagai respon sepontan akibat pertanyaan Sasuke.

Setelah obrolan singkat dengan sang kekasih, Sasuke kembali mengajak Gaara pergi. Selama perjalanan, pemuda bermata hijau gelap itu mengeryitkan kening. Bertanya-tanya dalam benaknya. Apa hanya itu yang ingin dilakukan oleh Sasuke menemui Ino? Meminta ijin dan memberikan sebuah morning kiss di pipi?

Dan membuat Gaara baru mengetahui sisi lain dari seorang Uchiha disampingnya. Ternyata Sasuke yang liar bisa berlaku manis juga. Hari ini penuh dengan hal pertama yang baru Gaara lihat selama mereka bersama.

Mobil mewah itu berhenti lagi pada sebuah rumah yang menjadi singgah Sasuke dan Gaara. Di dalamnya juga sudah ada sahabat rambut kuningnya yang telah menunggu mereka.

Naruto terlihat sedang memainkan playstation-nya dengan serius. Mengabaikan dua sosok sahabatnya yang telah ia tunggu sejak tadi telah datang.

Setelah masuk kedalam rumah, dan mendudukan diri pada sofa yang ada disana. Ruangan besar itu hanya diisi sedikit perabotan. Hanya ada satu set sofa dan meja, dilengkapi dengan bantal dan karpet tebal sebagai alasnya.

Jangan lupakan sebuah tv berukuran besar lengkap dengan audio system dan playstation yang kini sedang dimainkan oleh salah pemuda yang ada disana.

Naruto yang masih seruis bermain playstation dengan duduk bersila pada karpet, melirik sekilas pada kedua sahabatnya yang baru datang.

"Kenapa lama sekali sih?" Tanyanya sedikit sebal. Karena harus menunggu lama keduannya, seorang diri.

"Maaf." Gaara mejawab. Sebelum kembali berkata pada Naruto. "Naruto?" Panggilnya kemudian.

"Hm?" Sahabatnya itu menyahut seadanya, karena memang terlalu asik dengan permainannya.

"Apa kau pernah melihat, yang baru saja aku lihat?"

Kali ini Naruto, mengabaikan gamenya dan menoleh pada sang sahabat. "Apa?" Tanyanya.

"Sasuke memintaku untuk mengantarnya ke rumah Ino." Kali ini mata turqouise-nya melirik pada sahabatnya raven-nya. Melihat bagaimana reaksi pemuda itu.

Sasuke mengernyitkan keningnya mendengar kalimat Gaara, yang menurutnya disengaja. Namun ia masih fokus pada ponselnya. Mengabaikan sahabat merahnya itu mengoceh. Jarang-jarang kan melihat Gaara mengosip.

Sedangkan Naruto langsung menatap Gaara. "He?" Ia menatap sang pemuda penuh tanda tanya.

"Aku pikir, aku akan disuguhi sebuah adegan panas di pagi hari," Gaara menjeda sejenak. Karena Sasuke masih diam Gaara melanjutkan. "Ternyata hanya sebuah morning kiss manis di pipi."

"Bahaha..."

Naruto tertawa terbahak karena kalimat yang dibuat sahabatnya itu, pemuda itu tau sahabat merahnya itu berniat untuk bercanda atau sekedar meledek sahabat raven-nya namun wajah dan pembawaannya yang datar jadi terkesan lebih mengelikan menurut Naruto.

"Sasuke berperilaku manis, mungkin memang hanya pada Ino, Gaara. Jadi seharusnya kau tak perlu heran." Sambil menahan tawanya ia berkata.

Namun respon yang berbeda diperlihatkan Sasuke yang langsung melempar bantal sofa pada Gaara. "Kalian memang cocok menjadi sahabat." Komentar Sasuke.

Bantal yang dilepar Sasuke, berhasil dihindari Gaara. Pemuda itu malah memberikan sebuah senyum tampan.

.

.

.

Sasuke tak pernah semalas ini membaca pesan yang dikirim oleh Uzumaki Karin, gadis yang ia kenal sudah sejak kecil. Sepupu dari sahabatnya, Namikase Naruto. Karena itulah Sasuke juga dekat dengan gadis berambut magenta itu.

Tapi selama Sasuke mengenalnya, gadis itu tak pernah semenyebalkan ini. Meski memang kadang gadis itu suka mengganggu dan bertingkah menyebalkan padanya. Mungkin seperti saat ini yang tiba-tiba mengirim pesan padanya, dan mengatakan bahwa ia tengah hamil, dan sekarang ia ada di Jepang menghabiskan liburan musim panasnya.

Tak perlu banyak bespkulasi, pemuda yang masih menatap layar ponselnya itu, segera mengetikkan pesan balasan. 'Kau dimana sekarang?'

Bukannya ia peduli, tapi pesan itu cukup menganggunya. Bukannya ia seharusnya juga tau, tak perlu kaget gadis itu dulu memang tinggal di Jepang, bersama bibinya yang juga ibu Naruto. Sebelum enam bulan setelah mereka resmi menjadi murid sekolah menengah atas, Karin memutuskan pindah ke Amerika, karena memang orang tuanya ada disana. Meski alasan pastinya tak pernah ia tau.

Dan seharusnya Sasuke juga sudah bisa menebak, dimana gadis itu sekarang. Dimana lagi, selain menghabiskan liburannya bersama keluarga Uzumaki.

Namu sepertinya ia salah, saat ia membaca balasan dari gadis yang kini ada dipikirannya itu.

'Aku menyewa hotel selama liburan, tak jauh dari pusat kota.'

Pemuda datar itu mengerutkan alis hitamnya. Apa lagi sekarang yang dibuat oleh Uzumaki Karin? Kenapa malah memilih tinggal di hotel?

"Aku harus menemuimu dimana?" Hanya dengan bicara secara langsung Sasuke bisa merasa semua pertanyaannya akan terjawab. Karena bukan sebentar ia mengenal gadis itu.

Setelah pesan balasan ia dapat, tak lama ia langsung beranjak dari duduknya. Padahal ini sudah malam, setelah makan malam ia memutuskan untuk tidur lebih cepat sebenarnya. Tapi sepertinya keinginan tidur lebih cepat itu tak pernah terwujud. Tadi ia gagal bertemu dengan orang yang meraka cari, Momochi Zabusa. Mungkin besok mereka akan mencarinya lagi. Itulah yang membuat Sasuke, memutuskan tidur lebih awal. Namun sebuah gangguan kecil menyelanya, yang membuatnya sedikit mengumpat saat menyambar kunci mobil keesayangannya.

Sesampainya di depan hotel yang dimaksud, Sasuke lebih memilih menelepon Karin, yang dianggap lebih cepat. Dan benar, ia tak perlu menunggu lama untuk mendengar suara dari sambungan.

"Turunlah, aku ada di depan hotel kau menginap." Perintahnya.

Terdengar jawaban dari seberang telepon, suara yang begitu ia kenali. 'Kenapa tidak masuk, bukankah aku sudah memberimu nomer kamarku?'

"Aku malas masuk, turunlah." Sepertinya itu adalah jawaban final. Sebab setelah ia memberikan jawaban itu, telponenya segera ia putus.

Sasuke sebenarnya tidak mengerti, kenapa Karin lebih memilih menginap di hotel seperti ini. Dan yang lebih mengejutkan lagi, bukan hotel mewah. Yang menunjukan seperti bukan gadis itu saja. Melainkan sebuah hotel kecil di pinggiran pusat kota.

Sibuk dengan pikirannya sendiri sampai ia tak menyadari kedatangan gadis yang ia tunggu. Sampai kaca mobilnya terketuk, Sasuke menoleh, disana berdiri Uzumaki Karin dengan setelah kaos putih dan celana denim pendek diatas lutut berwarnah lebih gelap ditambah dengan cardigan panjang melebihi lutut.

"Masuklah." Minta Sasuke setelah membuka kaca mobilnya.

Karin berjalan memutar, untuk masuk dari pintu yang berlawanan.

"Apa kabar Sasuke-kun?" Setelah ia duduk nyaman pada kursi mobil yang berada tepat di samping sang pemuda.

Karin tak perna mengira, bahwa Sasuke akan secepat ini menemuinya. Itu menambah warnah merah pada wajahnya.

"Seperti yang kau lihat."

Mata onyx itu menatapnya, seakan mengamatinya. Karin hanya menunjukan senyum, sebelum kembali berkata. "Rasanya sudah lama sekali ya kita tidak bertemu."

Tak ada jawaban dari pemuda di sampingnya kali ini.

"Kau tidak menanyakan kabarku?" Karin menambahkan dengan cemberut. Menunggu pemuda yang ia kenal dingin mau berbasa-basi menanyakan kabarnya, sepertinya itu tidak mungkin.

"Seperti yang aku lihat bukan?" Hanya itu jawaban Sasuke, tanpa mau menolehkan wajahnya pada gadis bersurai magenta itu.

"Huuhft." Karin mendengus cukup keras. "Padahal kabarku tidak seperti yang kau lihat."

Kali ini kepala raven itu menoleh, menatap lekat keadaan apa yang tidak seperti ia lihat. Namun ia tak menemukan apa yang menurut Karin tak baik tentang dirinya. Sasuke kembali menatap kedepan.

Memang mobil yang ada dua orang di dalamnya itu sedang berhenti ditempat semula, Sasuke tidak menjalankannya.

"Apa maksudmu mengatakan kalau kau hamil?"

"Aku kira kau tidak akan peduli." Karin menjawab dengan mengikuti arah pandang Sasuke. Tadi Karin pikir Sasuke akan mengajaknya untuk bicara ditempat yang mungkin lebih nyaman, bukan malah di dalam mobil seperti ini.

Tapi setelah cukup lama mereka berada di dalam mobi, pemuda itu tidak lekas menjalankan mobilnya malah membahas tentang kehamilannya disini.

"Kau tau aku tak suka basa-basi kan Karin?"

Ya Karin sudah sangat tau akan hal itu, ia mengenal Sasuke sudah sangat lama, mungkin sejak mereka bermain ayuna di taman kanak-kanak. Tapi kenapa kali ini terasa asing, seolah mereka tak saling kenal. Padahal terakhir kali mereka bertemu, mungkin sekitar empat bulan yang lalu, keadaan mereka pun tak secanggung ini.

"Apa kau sedang ada janji dengan Ino?" Tanyanya penasaran. Pemuda itu mungkin tidak mencintainya, tapi Karin tau, Sasuke tidak akan seburu-buru ini. Karena Sasuke tau cara menikmati sesuatu.

"Aku datang bukan untuk membahas Ino." Kini Onyxnya menajam menatap pada sosok gadis disampingnya yang juga tengah menatapnya.

"Jadi kau datang, karena kau peduli tentang kehamilanku?" Pandangan mata yang seolah menantang.

"Kau benar hamil?" Sejenak suaranya memelan dalam jeda. "Jangan bercanda padaku."

"Apa aku pernah bercanda padamu?"

Tak ada sahutan dari Sasuke, Karin menambahkan. "Aku tidak pernah bercanda padamu Sasuke-kun. Bahkan tentang perasaanku pun tidak, aku tidak bercanda saat mengatakan aku mencintaimu dan seperti kali ini, ya, aku hamil."

Pandangan mata magenta yang masih memberikan tatapan tak takut padanya, dengan mengucapkan kalimat panjang, membuat Sasuke lebih memilih mengahilkan pandangannya.

"Seperti perasaanku, aku tak bisa Karin." Setelah menghela napas pendek, Sasuke memberi jawaban.

Karin seharusnya sudah menduga.

"Kau bisa menggugurkan kandunganmu atau kau meminta pria lain untuk bertanggung jawab." Kalimat Sasuke cukup lirih tapi masih bisa didengar oleh telinga gadis Uzumaki itu.

Rasanya seperti satu setengah tahun yang lalu, saat Karin yang leibh dulu mengenal dan mencintai pemuda itu, tapi malah seorang gadis yang mengklaim dirinya sebagai sahabatnyalah yang mendapat cinta si pemuda Uchiha.

Bahkan saat Karin memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya, seperti Saat ini, Sasuke menolaknya dan meminta untuk mencari pemuda lain. Karena Ino-lah alasannya.

Seorang gadis biasa yag mampuh mengikat seorang Uchiha Sasuke.

"Pikirkan tentang sekolahmu, bagaimana kalau sampai orang tua, paman dan bibimu tau. Ditambah dengan Naruto." Sasuke menambahkan kalimat panjang lebarnya yang entah masih didengar oleh gadis disampinya atau tidak.

"Kau seolah peduli dengan perasan mereka, tapi sebenarnya yang kau khawatirkan adalah perasaan Ino kan?"

Karin kembali menatap keluar jendela kaca mobil.

Mungkin karena Sasuke sudah dalam ambang batas sabarnya, ditambah kabar yang Karin bawa bukanlah kabar yang mengenakan untuknya. Gadis yang ia kenal cukup keras kepala.

"Lalu kau mau apa?"

Karin menoleh kearah Sasuke, onyx dan magenta bertemu. Apa yang ia inginkan? Cinta pemuda ini? Atau berharap Sasuke mau bertanggung jawab atas kehamilannya?

Ia tak ingat bagaimana mereka memulainya. Dulu mereka selalu berada di sekolah yang sama, sampai di Konoha Gakuen. Di sekolah itu membuat Sasuke yang ia kenal berubah jauh. Karena pergaulan dan mungkin juga karena gadis yang menjadi primadona waktu itu, Yamanaka Ino.

Kecantikan Ino banyak dibicarakan dikalangan sekolah, bersama sahabat merah mudanya, Haruno Sakura.

Entah, Karin juga tak pernah tau, sejak kapan Ino mulai merubah statusnya menjadi kekasih Uchiha Sasuke. Tapi memang tak ada yang bisa menolak pesona seorang Uchiha. Mata hitam, rambut mencuatnya yang melawan gravitasi dan tubuh yang proposonal tak lupa kekayaan yang ia sandang dengan mobil mahal yang selalu ia kendarai.

Mungkin Ino termasuk kedalam gadis yang tak bisa menolaknya. Jadi begitu mudah jatuh pada Sasuke. Pemuda yang ia sukai sejak dulu.

Sialnya lagi, hubungan mereka berjalan lancar bahkan menjadi pasangan yang diagung-agungkan di Konoha Gakuen. Hal itu membuat Karin merasa dilupakan, bukankah dia yang lebih dulu mengenal Sasuke dan mencintainya?

Karena itu, melupakan statusnya sebagai gadis yang dekat dengan Sasuke dan status sebagai sahabat Yamanaka Ino, Karin mengutarakan perasaannya yang bertahun-tahun ia pendam pada sang pemuda.

Tapi apa yang dikatakan oleh Sasuke waktu itu? Bahwa ia hanya menganggapnya sebagai adik seperti Naruto menganggapnya. Cukup halus bukan?

Setelah penolakannya, Karin memtuskan untuk menjauh dari kehidupan keduanya. Karena ia cukup muak dengan keberadaan mereka. Karena itu Karin memutuskan untuk pulang ke Amerika, tinggal bersama kedua orang tuanya disana.

Meski ia tak pernah berharap Sasuke akan peduli terhadap kepindahannya, tapi pemuda itu datang menemuinya di Amerika. Awalnya hanya berkunjung bersama Naruto tapi lama-lama pemuda itu lebih sering mengunjunginya dan mulai mencurahkan segalanya tentang kehidupannya, tentang hubungannya dengan Ino tentang segala penolakan kekasihnya itu, padanya.

Segalanya berubah dan hubungan merekapun berubah.

"Kau tidak mencintai Ino Sasuke-kun, kau hanya terobsesi padanya?" Karin berteriak. Konoha Gakuen dan Inolah yang merubah sosok Uchiha Sasuke yang manis, yang Karin kenal dulu. Persainagn di sekolah itu, menunjukan dengan jelas kasta mereka. dan sekarang ia tidak peduli akan kemarahan Sasuke, ia hanya ingin Sasuke menyadarinya.

"Tau apa kau tentang perasaanku?"

"Ya, aku tau. Karena jika kau mencintai, kau tidak akan tidur denganku atau mungkin juga tidur dengan gadis lain."

"Uzumaki Karin-" Sasuke belum sempat menyelesaikan teriakannya, Karin sudah memotongnya.

"Apa perlu aku membantumu memberitaunya?"

"Kau tidak akan mengatakan apapun pada Ino." Sasuke sudah memberi tatapan mengancam. Tapi gadis yang ia ancam adalah seorang Karin.

Karin tersenyum dan sedikit menyeringai. "Aku mengenalmu sebelum Ino, aku juga mencintaimu sebelum dia mencintaimu Uchiha Sasuke." Karin menjeda, kini pandangan mata mereka bertemu. "Tapi kenapa rasanya tidak adil, saat kau begitu mencintainya dan begitu takut kehilangannya, sedangkan kau bisa tidak peduli terhadapku dan perasaanku." Ia tersenyum mengejek dirinya sendiri.

Matanya sudah berkaca-kaca mendandakan perasaan yang tidak mengenakan yang telah ia alami sekarang. Namun sekuat ia bisa menahan agar tidak sedikitpun tumpah di depan sang pemuda.

"Cukup Karin, aku tidak ingin mendengar apapun lagi." Sasuke menghela napas panjang, mencoba menahan diri agar lebih tenang. Menghadapi Karin, Sasuke tau tidak akan mudah. Tipe gadis yang tidak bisa dengan kekerasan.

"Aku akan mengatakannya, aku akan mengatakan pada Ino. Semuanya."

Sasuke yang semula sudah mencoba tenang, kini kembali dibuat geram oleh ucapan sang gadis Uzumaki. Kembali Sasuke memberikan tatapan tajam pada gadis disampingnya.

"Keluar." Dengan memukul setir cukup keras Sasuke berteriak, pada ambang kesabarannya menghadapi kekeras kepalaan gadis disampingnya ini.

Karin masih bergeming, meski ia sedikit syok melihat Sasuke yang biasanya selalu tenang dalam segala situasi, kini ia bisa melihat sisi lain dari pemuda itu. Lagi-lagi karena Yamanaka Ino.

"Keluar dari mobiku sekaranga, atau aku yang akan menyeretmu keluar." Suaranya memang tak sekeras yang pertama, tapi lebih pada penekanan bahwa ia tak sekedar mengancam gadis itu.

Dengan sedikit menarik napas, Karin mulai membuka pintu mobil sebelum keluar ia sempat menoleh pada pemuda itu sekali lagi.

Sedangkan Sasuke tak sedikitpun mau menoleh padanya lagi. Pandangannya tetap ke depan, memandang jalanan aspal. Meski sosok gadis yang ada disampingnya telah keluar dari dalam mobilnya, Sasuke tak lagi mau sekedar menatap sosoknya yang berdiri diluar mobil yang mulai ia jalankan.

Meninggalakan kawasan hotel dan meninggalkan sosok Uzumaki Karin yang masih berdiri disana.

Karin masih disana, menatap mobil yang mulai menjauh dari pandangannya. Satu tetes air mata yang sejak tadi ia tahan, mulai berjatuhan disusul dengan tetesan yang lain.

Kenapa sosok pemuda yang dulu ia kenal tidak sekejam ini, bisa berubah meenjadi iblis yang super tega. Sungguh dulu Uchiha Sasuke tidak seperti ini. Sosoknya yang manis dan menurut meski memang pendiam dari dulu. Tapi sosok Naruto dan dirinya yang menjadi pelengkap.

Sebenarnya kapan ia mulai mengenal Uchiha Sasuke? perkenalannya dengan Sasuke ketika ibunya menitipkannya pada bibinya yang ada di Jepang, Uzumaki Kushina, yang juga ibu dari Naruto.

Waktu itu, sang bibi menempatkannya pada sekolah taman kanak-kanak yang sama dengan Naruto yang kebetulan Sasuke juga berada di sekolah yang sama. Mulai dari situlah perkenala dan kebersamaan sampai perahabatan mereka terjalin sampai cinta mulai hadir untuk sang pemuda Uchiha saat mereka menginjak usia remaja dan mulai mengenal cinta.

Namun Karin tak pernah berani mengatakannya, tidak bila ia sudah sangat nyaman dengan perlakuan Sasuke padanya. Karin tau pemuda itu menyanyanginya seperti halanya kakak sepupunya menyanyanginya, Naruto.

Namun ia tak pernah tau, bahwa mungkin hadirnya cinta yang lain akan merusak segalanya. Dan sampai merubah sosok yang dulu sangat manis menjadi iblis. Karena Sasuke yang Karin kenal dulu tidak seperti sekarang ini.

Sosok yang merubahnya adalah Yamanaka Ino. Karin ingin sekali melihat kehancuran gadis itu.

~Tsuzuku


Tanks to :

Jung jessica yamanaka : Sasuke emang gitu ya, badnya engga ketulungan tapi sweetnya juga dapet. Hahaha endingnya masih rahasia sih, biar penasaran. Makasih udah rnr.

Evil Smirk of the black swan : Cewe discen terakhir itu siapa ya? Udah tau belom siapa? Ini udah up, makasih ya udah rnr. Dan makasih udah mau menunggu.

YI : Kamu bikin aku melayang. Ini lagi semangat lanjut. Makasih ya. *hug*

Xoxo : Sisi gelapnya Ino apa ya? Belom kebangun kali, apa belom ada yang sadar aja sisi gelapnya Ino? Makasih udah rnr.

Juwita830 : ini udah dilanjut. Makasih udah rnr.

Firdaa : Sasu ama Gaara emang beda ya? Buat jalan cerita aja harus gitu, engga tega sebenarnya bikin Ino digituin. Makasih ya udah rnr.

Aliaros : Pesonanya orang ganteng mengalahkan segalanya ya? Hahaha makasih ya say udah rnr.

Uchiha ino : Hahaha endingnya Ino sama siapa itu masih rahasia. Sabar ya, makasih udah rnr.

Uchiyama : Makasih udah rnr. Ini udah di update.

Makasih untuk yang udah baca dan ninggalin review, makasih atas respon kalian semua pengunjung FFN. Dan aku minta maaf karena lama baru bisa update dan membuat kalian menunggu. See you next ya...