DISCLAIMER: Naruto © Masashi Kishimoto.
RATE: M
WARNING: TYPO, AU, OOC, DRAMA DAN YANG PENTING, JANGAN PERNAH MEMBACA APAPUN ITU YANG MEMBUAT MATA ANDA IRITASI. TETAPLAH PADA JALUR MASING-MASING, KARENA AKU HANYA MENCOBA MELESTARIKAN APA YANG AKU CINTAI DAN AKAN SELALU MENCINTAI APA YANG MEMBUATKU SENANG. ^_^
.
.
~Complications~
.
.
"You'll see my wounds"
Karin masih disana, menatap mobil yang mulai menjauh dari pandangannya. Satu tetes air mata yang sejak tadi ia tahan, mulai berjatuhan disusul dengan tetesan yang lain.
Kenapa sosok pemuda yang dulu ia kenal tidak sekejam ini, bisa berubah menjadi iblis yang super tega. Sungguh dulu Uchiha Sasuke tidak seperti ini. Sosoknya yang manis dan menurut meski memang pendiam dari dulu. Tapi sosok Naruto dan dirinya yang menjadi pelengkap.
Sebenarnya kapan ia mulai mengenal Uchiha Sasuke? perkenalannya dengan Sasuke ketika ibunya menitipkannya pada bibinya yang ada di Jepang, Uzumaki Kushina, yang juga ibu dari Naruto.
Waktu itu, sang bibi menempatkannya pada sekolah taman kanak-kanak yang sama dengan Naruto yang kebetulan Sasuke juga berada di sekolah yang sama. Mulai dari situlah perkenala dan kebersamaan sampai perahabatan mereka terjalin sampai cinta mulai hadir untuk sang pemuda Uchiha saat mereka menginjak usia remaja dan mulai mengenal cinta.
Namun Karin tak pernah berani mengatakannya, tidak bila ia sudah sangat nyaman dengan perlakuan Sasuke padanya. Karin tau pemuda itu menyanyanginya seperti halnya kakak sepupunya menyanyanginya, Naruto.
Namun ia juga tak pernah tau, bahwa mungkin hadirnya cinta yang lain akan merusak segalanya. Dan sampai merubah sosok yang dulu sangat manis menjadi iblis. Karena Sasuke yang Karin kenal dulu tidak seperti sekarang ini.
Sosok yang merubahnya adalah Yamanaka Ino. Karin ingin sekali melihat kehancuran gadis itu.
つつつ
Pagi dihari libur panjang, banyak dimanfaatkan kalangan pelajar untuk bermalas-malasn ditempat tidur. Tak perlu bangun pagi hanya untuk pergi ke sekolah, tapi hal itu tak berlaku untuk sosok gadis rambut pirang pucat. Dihari liburnya ia sudah bangun dan siap dengan alat penyiram bungannya. Sudah seperti biasa bila kalian sering melihat gadis cantik itu melakukannya disetiap hari libur.
Tak jarang juga, seorang pemuda tampan akan datang untuk sekedar memberikan ciuman pagi harinya atau memberitau aktivitas yang akan ia jalani. Namun hari ini tidak seperti biasa, pemuda yang menjadi kekasihnya sampai siang tak mengunjunginya. Mungkin pemuda yang bernama Sasuke itu tidak sedang ada acara untuk ia beritau padanya, pikir sang gadis.
Kadang Ino tersenyum sendiri kala melihat tingkah Sasuke yang selalu mengatakan apapun yang akan ia lakukan dan kerjakan tak lupa memberikan ciuman di pipinya, padahal ia tak pernah meminta pemuda itu melakukannya.
Cukup memberi kabar melalu sebuah pesan atau telepon saja sudah cukup. Tapi apa yang menjadi kemaun kekasihnya itu seolah mutlak.
Tapi sampai hari menjelang siang, sosoknya itu belum ia lihat datang, mungkin Sasuke sedang tidak ada acara untuk hari ini, jadi tak perlu datang pagi untuk sekedar memberitaunya. Mungkin saja kekasihnya itu sedang malas-malasan diatas ranjangnya.
Gadis seperti boneka itu memang selalu berpikir positif.
つつつ
Sedangkan sosok yang sedang dipikirkan oleh sang gadis, kini sedang berbaring tak tenang pada ranjang kamar besarnya. Benar, ia sedang malas-malasan sekarang. Ia tau ini sudah sangat siang, bahkan ia melewatkan sarapan paginya.
Pikirannya kini sedang kacau, mungkin karena hal tadi malam yang membuatnya seperti ini. Alasannya karena ia mengenal gadis itu, jadi tidak berlebihan kalau dia sampai membuatnya tak tenang seperti ini. Bukan apa yang akan dilakukan oleh Karin padanya tapi lebih pada apa yang akan dilakukan gadis Uzumaki itu pada kekasihnya.
Sasuke tak pernah takut akan hal sepele seperti ini, pada apapun ia tak pernah takut, tapi bukan berarti ia tak punya ketakutan, karena ketakutan terbesarnya adalah kehilangan sosok bagai adiktif pada tubuhnya, begai penenang untuknya dalam menghadapi brengseknya dunia.
Mungkin dirinya dan dunia yang sedang ia tinggali ini sama brengseknya, tapi kadang ia lelah dengan kebrengsekannya, saat itulah ia butuh sosok seperti kekasihnya, mungkin agar seimbang.
Bibir tipis itu tersenyum kala menyimpulkan hal tersebut dengan seenaknya. Karena kini sosok pirang pucat itulah yang memang sedang ada dalam otaknya. Setelah menghela napas panjang ia bangun dari tidur terlentangnya, tapi masih enggan beranjak dari ranjang. Kini keinginannya sudah bulat, ia tidak ingin lebih gila lebih dari ini.
Dalam diamnya, Sasuke dibuat menoleh tak kala pintu kamarnya terbuka dari luar, munculah sosok kakaknya, Uchiha Itachi dari sana.
"Kenapa tidak ikut sarapan?" To the point sang kakak saat tepat berdiri pada sisi ranjangnya.
Sasuke masih menatap sang kakak, sedikit heran sebenarnya. Kenapa kakaknya yang biasanya selalu sibuk dengan segala urusan bisnisnya itu, kali ini masih ada di rumah? Apa libur musim panas juga bisa berlaku pada sang kakak yang kesibukannya tak bisa diganggu itu?
Apa kakak kesayangannya itu mengambil libur hari ini?
"Kenapa kakak belum berangkat ke kantor?" Bukannya menjawab, Sasuke malah menyuarakan isi kepalanya.
Sulung Uchiha itu tersenyum, sebelum memilih berjalan kearah meja belajar sang adik dan mengambil satu buku pelajaran yang tengah tergeletak terbuka disana.
Sasuke dibuat mengerutkan alisnya.
Setelah mendudukan dirinya pada kursi yang menjadi kursi belajar Sasuke, Itachi baru menjawab. "Aku mengambil libur hari ini, kau mau menemaniku berkuda?" Tanyannya kemudian dengan onyx masih memberi perhatian buku di depannya.
Terdengar helaan napas dari Sasuke yang langsung membuat Itachi menoleh pada sang adik.
Sasuke merebahkan tubuhnya kembali pada ranjang empuknya, sebelum bergumam "Aku ingin segera menikah." Yang mampuh membuat sang sulung Uchiha menatapnya tanpa kedip. Mata onyx yang sama sepertinya itu memberi pandangan sulit percaya dengan ucapan yang baru ia dengar.
Sasuke tak mempedulikan sikap terkejut sang kakak, ia masih betah pada posisinya, membawa matanya memandang langit-langit kamarnya.
Tak lama dengan keterkejutannya, Itachi tersenyum akan tingkah adik kesanganya itu.
"Aku pikir, kau tak ada keinginan untuk menikah, selain bersenang-senang." Komentar sang kakak sarkas yang membuat Sasuke langsung mendengus.
Namun kemudian tak ada sahutan lagi dari Sasuke, selain hanya diam menatap langit-langit kamarnya. Hal itu membuat Itachi kembali memberi suara. "Ada apa, apa terjadi sesuatu?"
Pertanyaan sang kakak membuat Sasuke meliriknya sekilas. Dari pertanyaan itu, ia merasa, kakaknya telah menyurigainya telah berbuat kesalahan mungkin.
"Aku hanya ingin memiliki Ino seutuhnya." Kalimat yang sepenuhnya belum terselesaikan itu membuat Itachi harus diam dan memusatkan perhatian sepenuhnya pada sang adik.
"Nii-san tau, aku sudah menjadikan Ino melikku sejak aku memasuki Konoha Gakuen? Tapi selama itu pula, dia memberi batasan untukku menyentuhnya."
Ya, Itachi tau semuanya tentang hubungan Sasuke dengan gadis bernama Ino itu, karena memang tak jarang, adik kesayangannya itu bercerita padanya.
"Rasanya sulit untukku menjalin hubungan seperti ini." Mata hitamnya masih tetap memandang langit-langit, meski kini pikirannya telah dipenuhi kekalutan banyak hal.
Sedangkan Itachi dibuat menghela napas pendek mendengar semua curahan hati sang adik, mungkin memang hanya sebuah kisah cinta remaja, tapi ia jarang melihat keluhan dari mulut adiknya.
Itachi tau, Sasuke sosok yang bisa setia pada satu gadis, terbukti dengan cintanya pada gadis itu tapi yang tidak dimengerti olehnya, kenapa Ino seolah tidak mau melihat cinta Sasuke padanya?
"Kenapa tidak kau kenalkan dulu Ino pada ayah dan ibu?"
Komentar Itachi membuat Sasuke menoleh kearahnya. Mata yang sama pekatnya itu saling beradu pandang, mencari maksud dari kalimat yang baru ia dengar.
"Paling tidak, bawa Ino menemui Kaa-san, aku yakin Kaa-san akan senang melihat anak kesayangannya memperkenalkan calon istrinya."
Sasuke dibuat menyungingkan senyum miring dengan kalimat sang kakak.
"Nii-san tidak keberatan aku menikah lebih dulu?" Jawab Sasuke membalas kalimat Itachi.
Singgungan halus itu malah membuat Itachi tersenyum, dan berdiri dari kursi yang sejak ia duduki. Ia tau, sang adik tengah meyinggung statusnya yang belum juga menikah diusianya yang tengah matang seperti ini.
Sedangkan Sasuke yang masih sekolah sudah ingin menikah. Entah mana yang lebih baik dari keduanya.
"Tidak, asal kau cepat memberiku keponakan yang jauh lebih imut darimu." Jawabnya dengan seringai.
Sasuke dibuat mengerucutkan bibirnya, yang memang hanya sang kakak yang bisa membuatnya terlihat imut seperti itu.
Seringai sang sulung Uchiha bertambah, saat melihat tingkah Sasuke. ia sudah berada pada ambang pintu, sebelum memutuskan keluar ia kembali menolehkan kepalanya kearah Sasuke dan berkata. "Jadi kapan kau akan membawanya ke rumah?"
Namun tak ada jawaban dari si bungsu selain hanya menatapnya diam. Sampai pintu kembali tertutup dari luar oleh sang kakak.
Setelah kepergian Itachi, Sasuke memutuskan mengambil ponselnya dan mengetikan sebuah pesan pada sang kekasih, sebelum memutuskan untuk bangun.
Kapan ia akan membawa Ino menemui kedua orang tuanya? Secepatnya.
つつつ
Yamanaka Ino dibuat tersenyum setelah membaca pesan yang telah dikirim oleh sang kekasih beberapa menit yang lalu.
'Aku akan berkuda dengan Nii-san hari ini. Semoga harimu menyenangkan.'
Itulah isi pesan yang baru ia terima. Baru saja beberapa menit yang lalu pikirannya diisi oleh pemuda itu. Dan sekarang pesannya sudah ia terima. Tak perlu menunggu lama untuk ia mengetik balasan untuk sang kekasih. 'Semoga harimu juga menyenangkan. Sampaikan salamku pada Itachi-nii.'
Tak selang berapa lama, sebuah pesan kembali Ino terima. Kali ini dari sahabatnya yang bernama Hinata. Gadis itu menulis sebuah pesan yang berbunyi, ingin mengajaknya makan siang nanti. Langsung saja Ino langsung mengatakan 'iya'.
Hari yang panas dibulan Agustus, namun tak membuat semangat gadis cantik itu surut untuk melayani para pelanggannya. Terlihat ia tengah memberikan sebuah bouquet kepada seorang pelanggan terakhir sebelum ia menutup sementara tokonya untuk makan siang dengan sang sahabat.
Namun niatnya itu ia urungkan setelah ia melihat seorang yang baru masuk ke dalam tokonya, sosok yang tak asing untuknya sampai sebuah kacamata hitam yang orang itu kenakan terlepas dari menyembunyikan sepasang mata berwarna ruby.
"Karin?" Seru Ino lantang, masih sedikit tak percaya dengan sosok yang berdiri di depannya kini.
Senyum anggun Karin berikan untuk gadis didepannya. "Apa kabar?" Sapanya kemudian.
Bukan jawaban yang Karin terima, melainkan sebuah pelukan hangat dari gadis pirang.
"Kapan kau datang?" Lagi Ino bertanya, ia terlalu senang melihat sosok sahabat lamanya.
Karena memang sudah sangat lama mereka tidak bertemu, mungkin sekitar satu tahun setelah gadis bersurai merah itu memutuskan pindah ke Amerika. Dan kini sosoknya tengah berdiri didepannya. Bukankah sangat menyenangkan, bisa kembali bertemu dengan seorang sahabat lama?
"Kemarin, apa kau sibuk?" Tanya Karin, dengan membawa pandangan matanya berkeliling ruangan itu.
Ino mengikuti arah pandang sang sahabat lama, sebelum menggeleng.
"Mau makan siang?" setelah mendapat gelengan dari Ino, Karin memberi saran.
"Kebetulan, aku juga akan makan siang dengan Hinata. Ayo!"
Kali ini gadis Uzumaki itu dibuat mengerutkan alisnya, mendengar kalimat gadis didepannya.
"Hinata?" Ia memastika pendengarannya.
Ino kembali mengangguk, "Hyuga Hinata, kau ingat?"
"Maksudmu si culun Hyuga?" Karin memastikan.
Ino mengangguk lagi.
"Sejak kapan kau berteman dengannya?" Ada rasa tak percaya dengan pengankuan si gadis Yamanaka. Ia memang tau kalau Ino itu gadis baik yang bisa dan mau berteman dengan siapa saja, tapi dengan gadis culun yang diasingkan oleh sekolah rasanya tidak mudah dipercaya, ditambah lagi Sasuke sangat tidak suka dengan si gadis Hyuga.
Mana mungkin kan, Sasuke mengijinkan Ino berteman dengan gadis yang tidak sedap dilihat itu?
Sebelum menjawab semua pertanyaan sang sahabat lama, Ino tersenyum terlebih dahulu. "Hampir setahun ini, setelah ia mulai menjadi kekasih sahabat baru Sasuke."
Karin tambah tidak mengerti dengan pejelasan yang Ino berikan, jadi ia hanya merespon sama, kerutan pada keningnya bertambah.
"Ada murid baru, namanya Gaara. Ia masuk setelah kau memutuskan pindah ke Amarika." Terangnya lagi.
Ini yang baru ia tau, bahwa Sasuke yang ia kenal sulit menjalin persahabatan, bisa memasukan orang baru dan langsung mengklaim menjadi sahabatnya. Jadi seperti apa sosok Gaara ini? Ditambah lagi dengan statusnya yang menjadi kekasih dari gadis cupu. Bukankah itu tidak menarik?
Karena seandainya Karin menjadi laki-laki pun gadis Hyuga adalah gadis yang tidak akan ia kencani apa lagi menjadikannya kekasih. Kecuali orang yang bernama Gaara ini memiliki sifat seperti gadis didepannya ini. Naif.
Tapi kalau dipikir-pikir tidak mungkin Sasuke menjadikannya sahabat kalau pemuda itu tak berpengaruh untuknya. Ia cukup mengenal siapa Sasuke.
Ia hanya memberi senyum miring pada Ino setelahnya.
"Aku jadi penasaran seperti apa Gaara itu." Hanya itu yang ia ucapkan.
Ino lagi hanya memberi senyum. Sebelum kemudian melepas apron yang sejak tadi ia kenakan. Dan berteriak pada sang ibu, mengatakan kalau ia keluar sebentar.
Setelah mendapat ijin ia segera mengajak Karin pergi dari tokonya.
Tak jauh, tempat yang Hinata janjikan. Jadi Ino hanya perlu mengajak Karin berjalan beberapa meter saja tak perlu membawa mobil Karin.
Sebuah restauran cepat saji yang tak jauh dari toko bunganya. Disana, disebuah mejah yang berada disudut ruangan sudah ada sosok gadis Hyuga.
Ino membawa Karin mendekati sahabat barunya itu.
"Apa aku terlambat?" Ucap Ino mengalihkan Hinata dari ponsel ditangannya.
Mata sewarna mutiara itu melebar sedikit melihat bukan hanya sahabatnya yang ia tunggu yang datang.
Ia cukup tau siapa yang Ino bawa.
"Tak apakan aku membawa seorang teman?"
Hinata masih diam, sampai Ino menambahkan. "Dia Karin, kau masih ingat?"
Antara mengangguk dan mengeleng, respon yang Hinata berikan membuat Ino terkikik.
Sedangkan Karin menunjukan raut tak suka, ia merasa memang tak ada yang spesial dari sosok Hyuga didepannya ini, masih tetap sama dengan terakhir kali ia melihatnya. Tidak asik sama sekali. Mungkin sosok pemuda yang bernama Gaara juga sama seperti gadis itu.
Mereka sudah duduk dalam satu meja yang sama, namun Hinata msih diam, dengan duduk yang terlihat tak nyaman. Seingat Ino sahabat pendiamnya itu ingin mengatakan sesuatu tadi, saat mengajaknya makan siang. Tapi sudah lewat beberapa menit ia datang, Hinata masih belum bersuara.
Apa mungkin karena adanya sosok Karin membuat Hinata tak nyaman.
"Hinata?" Panggil Ino.
Hinata mendongak menatapnya.
Gadis pirang itu tersenyum sebelum kembali berkata. "Kau bilang akan mengatakan sesuatu?"
"Ehh?" Ia seolah kaget dengan pertanyaan itu. Jadi ia buru-buru menggeleng.
Ino dibuat tersenyum lagi. "Baiklah, kalau begitu apa kau keberatan kalau aku juga mengajak Sakura?"
Setelah mendapat anggukan dari Hinata, Ino segera menghubungi sahabat pink-nya itu, memang butuh waktu cukup lama sampai sosok merah mudah datang dan bergabung bersama mereka. Mungkin setelah pesanan makan siang mereka datang, Sakura baru datang.
Kedatangan sosok gadis bersurai merah muda itu, menambah ketidak nyamanan Hinata tanpa mereka ketahui. Ia hanya bisa menghela napas pendek. Gagal sudah, keberaniannya untuk berbicara pada Ino.
Haruno Sakura langsung mengintrogasi Karin yang duduk sebelahnya. "Kapan kau datang Karin?"
"Kemarin." Karin menjawab yang terdengar terkesan tak peduli.
"Kenapa Naruto tidak mengatkan kepadaku, kalau sepupu kesayangannya datang?"
"Aku sengaja, ingin membuat kejutan pada kalian."
"Jadi, kau ingin menghabiskan libur musim panasmu disini?"
Seingat Karin, Haruno Sakura tidak secerewet ini dulu. Sekarang malah melebihi Ino cerewetnya.
"Kenapa? Kau tidak suka?"
Mendengar pertanyaan Karin, membuat Sakura menghembuskan napas panjang sebelum merebahkan kepalanya pada meja didepannya. Tentu saja bukan tidak suka, sebab sejak dulu ia malah lebih kompak dengan gadis Uzumaki itu dari pada Ino.
Seperti mereka berdua yang lebih suka menghabiskan akhir pekannya di club berdua dan belanja. Berbeda dengan Ino yang selalu sibuk membantu orang tuanya.
"Akan sulit untuk mengabaikan ajakanmu disetiap akhir pekan, untuk menghabiskan uang." Gerutu sang gadis Haruno meski masih jelas terdengar oleh tiga pasang telinga disana.
Terdengar suara tawa Karin setelahnya. "Aku memang ingin membuat pesta musim panas disini, besok." Ia menghadap kearah sahabat pirang. "Kau mau datang kan Ino?"
Belum sempat Ino menjawab, Karin sudah menambahkan. "Pesta ini aku buat untukmu. Please datang ya!" Kedua tangannya sudah saling bertaut didepan dada memohon. Agar sahabatnya itu mau datang pada pesta yang akan ia buat.
"Kau juga bisa mengajak siapapun yang kau mau, termasuk Hyuga dan kekasihnya." Kini mata ruby-nya menatap Hinata yang juga langsung menatapnya.
"Dan kau Sakura, kau juga harus datang dengan Naruto-nii."
"Naruto sudah pasti tidak menolak."
"Baguslah, akan aku buat pesta jalanan seperti di Amerika dan terbuka untuk umum."
"Kenapa, tumben sekali?" Sakura melirik kearahnya.
Tidak biasanya kan, kalau Karin mengadakan pesta jalanan. Biasanya gadis merah itu akan berpesta mewah disebuah hotel atau apapun yang bisa dibilang mewah.
"Apa?" Karin bertanya.
"Pesta jalanan?" Jelas Sakura.
Karin lebih memilih menyesap cappucino-nya terlebih dahulu, yang sudah agak meninggin. Sebelum menjawab pertanyaan dari gadis merah mudah.
"Aku sudah bosan dengan pesta mewah, dan pastinya Ino akan lebih suka dengan pesta yang menyenangkan kan?"
Sakura mendengus.
"Aku berharap kau akan datang Ino?" Mengabaikan dengusan Sakura, Karin kembali menoleh kearah Ino.
"Asal pestanya tidak siang hari, meski hari senin aku akan datang. Demi sahabatku yang mau repot-repot datang jauh dari Amerika untuk liburan musim panas." Terang Ino.
"Aku tau, kau siang hari akan sibuk. Jadi tentu saja pestanya malam hari."
"I-Ino-chan, aku pulang dulu tidak papakan?" Suara lihir Hinata mengalihkan tiga pasang mata kearahnya.
"Hu-uh." Ino mengangguk. "Baiklah Hinata, hati-hati."
Setelah kepergian gadis Hyuga itu, Karin kembali memperhatikan kedua sahabat lamanya. "Kalian harus mengajak Hyuga dan kekasihnya."
Sakura mengerucutkan bibirnya.
Sedangkan Ino menjawab. "Aku tidak tau apa Hinata menyukai pesta?"
Obrolan antara teman lama itu berlanjut sampai sore hari. Mereka berpisah dengan Sakura dan Karin yang mulain pergi dengan mobil masing-masing, sedangkan Ino kembali menuju toko bunganya.
つつつ
Hinata sedang membaca pesan dari sahabat pirangnya. Yang berisi tentang permohonan maaf.
'Hinata, aku minta maaf membuatmu tidak jadi bercerita pada ku tadi, karena aku mengajak Karin dan Sakura.'
Itula isi pesan yang baru saja ia baca. Ia ingat, untuk apa ia mengajak Ino bertemu untuk makan siang tadi. Untuk memberanikan dirinya bercerita tentang kebusukan Sasuke pada kekasihnya itu. Tapi semua keberaninya surut kala Ino tidak datang sendiri. Melainkan dengan sosok yang sejak dulu sangat ia benci, Uzumaki Karin.
Gadis itu menghela napas. Dalam hati ia berucap, 'haahh... sudahlah hubungan mereka bukanlah urusannya.'
Tak lama ia memutuskan untuk membalas pesan yang Ino kirim. 'Tak apa Ino-chan, aku senang bisa mengenal teman-temanmu.'
Belum juga ponsel yang ia pegang sempat ia letakan, pesan baru sudah ia terima dari orang yang sama.
'Apa mungkin kau mau bercerita sekarang, di telepon atau pesan mungkin?'
'Tidak Ino-chan, tadi aku hanya ingin meminta pendapatmu tentang Gaara.'
Tentu saja ia berbohong. Dan untunglah gadis itu percaya padanya.
Karena ia hanya memberi senyum pada pesannya dan mengatakan kalau sosok Gaara adalah pemuda yang mempesona.
Setelah mebalas 'Terimakasih' ia memulai memejamkan mata, meski tidak tidur. Ada banyak hal yang sedang menganggu pikirannya.
つつつ
Pagi menjelang siang, seorang gadis sudah disibukkan dengan banyak pelanggan di toko bungannya. Memang libur musim panas pelanggannya akan meningkat sampai tiga kali lipat, karena itulah tak jarang ia mengabaikan libur panjangnya, demi membantu ibunya berjaga di toko bunga.
Seperti hari ini, sudah sekitar empat orang datang untuk membeli bunga, entah dalam buket dan jumblah banyak atau hanya setangakai untuk orang terkasih.
Sampai kedatangan seseorang tak ia pedulikan, karena terlalu sibuknya dengan seorang pelanggan remaja yang membeli banyak bunga. Meski ia telah menyadari kedatangan sang kekasih tapi ia biarkan begitu saja sosok Uchiha tampan itu berdiri diam menunggu dirinya.
Ia bisa menyapanya setelah pelanggan terakhirnya ini pergi.
Sasuke mengamati gadis pirangnya yang tengah tersenyum ramah menghadapi pelanggan yang menurutnya banyak maunya dan cerewet itu.
Tak jarang memang ia datang disaat sang kekasih sibuk seperti ini. Kesibuknya tak pernah membuat Ino kehilangan pesonannya dimata onyx pemuda itu.
Mata hitamnya masih fokus memandang sosok yang kini sudah berojigi pada pelanggan terakhirnya.
"Terimakasih, silakan datang kembali." Ucapnya tulus.
Hal itu membuat wajah datar tampan itu menarik sudut bibirnya simetris. Memberi senyum yang membuat ribuan orang yang melihatnya bersemu. Tak terkecuali seorang pelanggan remaja yang sejak tadi melihatnya. Tanpa ia ketahui sosok yang mempesona itu adalah milik gadis penjual bunga yang sejak tadi ia buat reepot karena kemaunya.
Remaja itu masih tetap memandangnya dengan memberi senyum saat ia berjalan melewati sosok penuh pesona itu. Meski sedikitpun pandangan Sasuke masih pada sang kekasihnya.
Berdiri diam dengan kedua tangan berada pada saku celananya, tak mempedulikan segalanya yang ada disekitar. Mungkin dia terlihat seperti pelangan sabar yang setia mengantri menunggu dilayani tapi tentu saja bukan kan?
Ia hanya setia menunggu kesibukan gadisnya, tak masalah memang karena ia punya banyak waktu hari ini.
Sasuke masih diam diposisinya, sampai suara Ino terdengar menyapanya.
"Maaf membuatmu menunggu lama."
Gadis yang sejak tadi sudah ia tunggu itu telah beerdiri didepannya dengan senyum secerah matahari musim panas.
Tak ada jawaban yang keluar dari bibir sang pemuda, sejenak menarik tangan yang ia sembunyikan pada saku, dan terulur pada wajah sang gadis pirang. Membelai lembut sisi wajah ayu itu.
Sasuke tak perlu menjawab, ia yakin dengan tindakannya saat ini, Ino tau ia tak keberatan berapa lama harus menunggu gadisnya.
Ditambah dengan memberinya sebuah kecupan pada kening yang sedikit berkeringat sang gadis Yamanaka. Menegaskan rasa sayangnya pada gadis ini melebihi apapun.
Ino yang diperlakukan seperti itu oleh orang yang sangat ia cintai, hanya bisa tersenyum senang.
"Kau lelah?" Tanya Sasuke setelah menyudahi ciumannya pada kening kekasihnya.
Sebuah gelengan Ino berikan. Hal itu membuat Sasuke kembali tersenyum.
"Ada apa, kau akan berlibur?" Tanya Ino menebak. Ia sudah hapal kebiasaan kekasihnya itu, setiap kali datang kan?
"Tidak."
Jawaban singkat itu membuat Ino mengerucut binggung.
"Lalu?"
"Nanti malam, aku mau mengajakmu makan malam dengan keluargaku. Kau bisa kan?"
Siapa yang tidak senang dengan ajakan yang mengiurkan itu, tapi sepertinya waktunya tidak tepat. Karena Ino sudah lebih dulu berjanji pada Karin, kalau ia akan datang pada pesta yang diadakan gadis Uzumaki itu malam ini. Dan bukannya ia juga harus mengajak Sasuke untuk datang.
Bagaimanapun juga mereka sahabat dekat. Pastinya Sasuke tidak akan menolak undangan itu kan?
"Duduklah dulu, akan ku buatkan kopi." Suruh Ino, dan Sasuke menurut.
Ia duduk pada kursi yang ada di sisi toko bunga Yamanaka selagi menunggu kepergian Ino memasuki rumah utama untuk membuatkannya kopi.
Tak lama, gadis itu datang dengan dua cangkir kopi ditangannya.
"Sebenarnya aku tak ingin menolak ajakanmu Sasuke-kun, tapi-" Ia menjeda kalimat hanya untuk meletakan cangkir pada meja diantara kursi yang Sasuke duduki.
Terjedanya kalimat Ino membuat Sasuke memicing kearahnya.
"Kau tau kalau Karin datang?"
Raut tampan yang baru saja memicing kearah sang gadis, kini ia alihkan seolah tak minat dengan topik yang diangkat sang kekasih. Tentu saja ia sudah tau, akan kedatangan gadis itu kan? Tapi sejak kapan Ino tau kedatangan Karin?
"Kemarin ia mendatangiku-"
Sasuke kembali menatapnya, bukan karena sosok gadis Uzumaki itu, melainkan Ino yang masih baik-baik saja setelah Karin medatanginya. Apa Karin tidak mengatakan soal kehamilannya pada Ino?
"Dan nanti malam ia memintaku untuk datang pada pesta musim panas yang ia buat. Ia datang untuk berlibur dan berpesta seperti kebiasaanya. " Gadis itu tersenyum kearah sang kekasih yang juga tengah menatapnya. "Karin juga memintaku untuk mengajakmu, kita datang ya?" Tanyanya penuh harap.
Namun dengusan Sasuke seolah menjawab keengganan pemuda itu.
Ino kembali mengerucutkan bibirnya. "Kenapa? Bukannya sudah lama sekali kita tidak berkumpul?"
"Kau akan makan malam dengan keluarga Uchiha. Jadi jangan datang keacaranya."
Itulah keputusan Sasuke yang tidak sepenuhnya diterima Ino, yang baru saja keluar dari bibirnya.
"Tidak biasanya, kau tidak tertarik dengan ajakan Karin?" Komentar Ino sarkas.
Membuat Sasuke menghela napas.
"Karena aku ingin mengajakmu bertemu dengan orang tuaku Ino."
Rautnya kembali berubah, secerah mentari. "Bagaimana kalau besok? Nanti malam kita datang ke pesta Karin ya?" Harapnya.
"Tidak." Kekeh Sasuke pada keputusannya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan datang sendiri." Ino menyerah.
"Aku juga tidak mengijinkanmu datang."
"Kenapa?"
"Tidak ya tidak Ino."
"Tapi-"
"Aku mengenal Karin, gadis seperti apa dia." Potong Sasuke dengan suara tingginya.
Ino diam. Ada yang berbeda dengan kekasihnya ini, Sasuke tidak pernah mendebatnya soal apapun, bahkan cenderung mengalah. Tapi kenapa kali ini kekeh dengan penolakannya? Apa hanya karena alasan ingin mengajaknya bertemu keluarga Uchiha, membuat Sasuke mau mendebatnya seperti ini?
Memangnya apa yang yang salah dengan ia datang ke pesta yang dibuat teman lama? Ia juga mengenal Karin dengan baik. Meski ia tau Sasuke lebih lama mengenal gadis itu tapi bukan berarti Sasuke tidak mengijinkannya untuk datang kan?
"Itu bukan alasan." Gerutu Ino.
Tak ada jawaban, hanya suara helaan napas dari Sasuke.
"Ne, Sasuke-kun, kenapa tiba-tiba mengajakku bertemu dengan orang tuamu?" Setelah beberapa menit dalam keheningan, Ino kembali bersuara.
Kali Ini Sasuke memilih menyesap kopinya dari pada menjawab pertanyaan yang diajukan oleh gadis disampingnya. Bukan maksud mengabaikan, hanya saja apa yang salah dengan ajakannya untuk menemui orang tuanya.
Apa masih perlu mendengar jawaban darinya?
"Menikahlah denganku." Kalimat itu tersampaikan secara datar dari mulut tipis sang Uchiha. Seketika mampuh membuat gadis yang mendengarnya menunjukan raut muka yang memerah karena tersipu.
Memangnya siapa gadis yang tak merasa senang mendengar kalimat itu dari mulut orang yang ia cintai? Tidak ada, termasuk Ino.
"Sebelum itu, aku harus mengenalkanmu dengan orang tuaku dulu bukan?" Lanjut Sasuke menatap gadis yang masih diam dengan wajah yang memerah.
"Kau membuatku gugup." Akhirnya suara Ino bisa keluar juga, setelah terjebak dalam perasaan senang oleh ucapan sang kekasih.
"Aku serius Ino, aku ingin menikah muda." Tambah Sasuke meyakinkan.
"Aku mau Sasuke-kun, aku mau menikah denganmu dan aku juga siap bertemu dengan orang tuamu."
Kalimat itu membuat Sasuke tersenyum. Namun tak bersuara.
"Tapi aku benar-benar sudah lebih dulu berjanji dengan Karin, dan dia memintaku datang bersamamu." Meski dengan menunjukan raut memohon yang biasanya mampuh meluluhkan siapa saja yang melihat, namun kali ini sepertinya tidak berhasil pada sang kekasih.
"Aku tidak akan datang." Putus Sasuke tanpa kompromi.
Sasuke sudah memasang wajah dinginnya lagi saat mengatakan kalimat terakhirnya, sebelum ia memutuskan beranjak dari duduknya. Kecewa dan marah dengan kekeras kepalaan kekasihnya itu? Tentu saja, meski sudah sering Ino mengecewakannya tapi tak membuat ia bebal akan penolakan gadis itu untuk yang kesekian kalinya kan?
Melihat Sasuke beranjak, Ino segera menahan pergelangan tangan sang kekasih, mencoba mencegahnya untuk pergi.
"Kau marah padaku?" Tanya Ino langsung.
Kini mereka sudah berdiri berhadapan, saling memandang. Sasuke diam dengan wajah tanpa ekspresinya.
Jawaban yang Ino tunggu tak kunjung datang. Sasuke memang sengaja tak menjawabnya, ia ingin tau bahwa ia sedang marah.
"Sasuke-kun?" Ino yang kembali bersuara.
Terdengar helaan napas dari sang pria sebelum ia menjawab. "Aku tidak mengerti dengan semua keputusanmu."
Wajah sedih yang kini ditunjukan oleh Ino pada sang kekasih. "Aku mau menikah denganmu Sasuke-kun, tentu saja aku sangat menginginkan itu." Ia mengambil jeda, dan Sasuke masih diam menunggu kelanjutannya.
"Tapi tidak sekarang, nanti setelah lulus dari Konoha Gakuen. Dan kita masih memiliki waktu kurang lebih sekitar satu setengah tahun lagi." Tak lupa dengan wajah sedih yang meyakinkan ia tunjukan.
Tentu saja, tidak ada yang tega, termasuk pemuda di depannya yang selalu luluh dengan itu.
"Aku tidak mengajakmu menikah sekarang, aku hanya mengajakmu menemui kedua orang tuaku." Meski diucapkan dengan wajah datar, namun ia mau bicara cukup panjang. Agar kekasihnya itu mengerti keinginannya.
"Aku tau, tapi aku sudah terlanjur berjanji pada Karin."
Belum selesai ia menyampaikannya, sudah ditanggapi Sasuke dengan helaan napas bosan. Namun pemuda itu masih setia berdiri di depan sang gadis.
"Dia ingin kita datang Sasuke-kun, aku janji besok kita akan menemui orang tuamu." Kini kedua tangannya telah bertaut memohon.
"Aku tidak akan datang." Jawabnya datar dengan membuang muka.
Sungguh ia enggan sekali berurusan dengan Karin saat ini. Tidak setelah kabar yang gadis itu sampaikan padanya kemarin. Gadis itu hanya membawa bencada padanya. Dan tentu saja juga pada Ino.
Namun ia sedikit penasaran kenapa Karin tidak memberitau atau belum memberitau kekasihnya ini?
"Katakan padaku, saat Karin menemui, apa dia tidak mengatakan apapun padamu?" Ino hanya menggeleng enteng.
Seingatnya Karin memang tidak mengatakan apapun padanya kemarin selain menyampaikan rencana pesta nanti malam yang gadis itu adakan.
"Kenapa sih?" Wajah cemberutnya terukir disana, yang memaksa Sasuke untuk tetap memperhatikannya.
"Aku takut kau terluka karenanya." Gumaman Sasuke mampuh menarik rasa senang Ino kala mendengarnya.
Gadis itu tau, kekasihnya ini begitu memperioritaskannya, ia paham dengan kekhawatiran Sasuke padanya. Tapi ia juga yakin, bahwa ia akan baik baik saja.
"Aku akan baik-baik saja."
"Aku jauh lebih mengenal Karin, aku tau gadis seperti apa dia." Sasuke memotong cepat.
Sebuah senyum menghiasi wajah ayu gadis Yamanaka, mendengar pernyataan pemuda di depannya. Tentu sajakan Sasuke lebih mengenal Karin, karena memang mereka bersahabat sejak kecil.
Tapi itu bukan alasan untuk Sasuke melarangnya untuk datang keudangan Karin kan? Kini tangannya sudah berada pada kedua sisi wajah tampan Sasuke, merangkum kedua rahang tegas milik bungsu Uchiha itu dengan senyum yang ia tunjukan pada sang pemuda.
"Aku tau kau jauh lebih mengenalnya, tapi aku yakin aku akan baik-baik saja."
Pernyataan yang membuat Sasuke memperhatikan gadis yang memang lebih pendek darinya. Banyak ekspresi yang dilakukan oleh kekasihnya itu yang mampuh membuat Sasuke memicingkan mata tak mengerti.
Kadang kejeniusannya pun tak cukup mengimbanginya. Tingkah yang menjungkir balikkan hidupnya.
Seperti saat ini, ia ingin marah tapi tindakan gadisnya itu kembali meluluhkan kemarahannya. Saat bibir merah muda alami itu mengecap bibirnya.
Ino yang memulai ciuman manis pada bibir mereka, namun Sasuke segera menyambutnya dengan jauh lebih dalam. saling mengecap bibir masing-masing sebelum masuk membuat lidah mereka saling bertaut.
Ciuman mereka bertahan cukup lama, tidak memperhatikan berada dimana mereka sekarang. Juga tanpa takut mungkin saja ada pelanggan yang tiba-tiba datang atau orang tua gadisnya itu.
Ino-lah yang berinisiatif menyudahinya, karena kebutuhan oksigenlah yang membuat ia sadar akan posisi mereka. gadis itu tersenyum setelah ciuman mereka terlepas dengan wajah yang memerah dan napas yang sedikit memburu menambah kesan cantik dimata sang Uchiha.
Sasuke tak terlihat tersengal atau napas yang memburu seperti yang Ino tunjukan. Ia masih diam tanpa ekspresi memandang wajah cantik sang kekasih didepannya. Wajah yang mampuh meyakinkan hatinya, bahwa ia akan selalu menjadi miliknya.
Ucapan Karin tidak akan merubah semuanya, bila memang gadis itu berani mengatakanya pada Ino, maka Karin akan tau apa yang bisa ia lalukan. Ini bukan sekedar ancaman untuk gadis Uzumaki itu.
~Complications~
Malam hari telah datang menggantikan siang, cahaya bulan dan ribuan bintang menghiasi malam musim panas di bulan Agustus.
Malam yang menyenangkan untuk dihabiskan berdua dengan sang kekasih. Seperti pemuda Namikaze ini, yang sudah sekita hampir satu jam yang lalu datang karena kekasih merah jambunya menyuruh untuk datang.
Naruto pikir kekasihnya itu akan mengajaknya kencan, tapi setelah ia datang dan melihat kekasihnya itu telah siap dengan sebuah baju kasual yang rapi. Membuatnya tersenyum senang.
Tapi setelah mereka berada di dalam mobil milik pemuda itu, sebelum Naruto menyalahkan mesin mobilnya. Pemuda itu bertanya akan pergi kemana mereka? makan malam romantis dengan setelan yang dikenakan oleh gadisnya itu sedikit tidak mungkin.
Jadi ia bertanya. Dan jawaban dari gadis Haruno itu membuatnya mendelengkan kepala.
"Kau tidak tau kalau Karin datang?" Pertanyaan Sakura karena melihat kekagetan pemuda disampingnya.
Naruto hanya menggeleng pelan. Jujur ia memang tidak tau, kalau sepupunya itu mengunjungi Jepang. Kapan Karin datang? Dan tinggal dimana dia sekarang? Kenapa tidak memberitaunya?
"Jadi kau juga tidak tau, kalau dia membuat pesta malam ini?" Lagi Sakura bertanya, yang hanya dijawaban gelengan pula oleh sang kekasih.
Mobil sport itu urung berjalan.
Sedikit penasaran, kenapa Karin tidak memberi tau Naruto akan kedatangannya. Dan tinggal dimana Karin beberapa hari ini, kalau bukan di kediamana Naruto?
"Dia benar-benar datang?" Tanya Naruto yang sedikit butuh keyakinan.
"Kemarin dia menemuiku dan Ino. Dan hari ini ia akan mengadakan pesta jalanan ala Amerika." Terang Sakura.
"Dimana?"
"Sekita jalanan taman Yamashita."
"Kita kesana." Putus Naruto, segera menyalahkan mobilnya.
.
.
.
"Kau yakin akan pergi?"
Kini pasangan yang berbeda warna rambut Sabaku Gaara dan Hyuga Hinta, juga telah siap untuk menuju keacara yang dibuat seorang teman lama disekolah mereka.
Tadi sore Ino mengirim pesan padanya, dan mengajaknya untuk datang di pesta yang Karin buat. Sebenarnya ia tidak tau dan tidak kenal siapa itu Karin dan seperti apa gadis itu.
Tapi sekali lagi, karena Ino yang meminta jadi ia menyanggupinya. Dan tak lama sebuah pesan dari Sakura, yang juga memberitaunya soal pesta malam ini. ia sempat bertanya kenapa yang menghubunginya malah kedua gadis itu bukan kedua sahabatnya, Sasuke atau Naruto mungkin?
Atau mungkin ini acara para gadis, lalukenapa ia juga diajak? Makaia memutuskan bertanya pada Hinata. Dan gadis itu menjelaskan semua. Tentang pesta yang dibuat oleh seorang bernama Uzumaki Karin, yang juga sepupu dari Naruto. Dan semua tentang gadis itu.
Setelah mendengar penjelasan dari Hinata, jadi ia perlu memastikan lagi, apa gadis yang tengah duduk di samping kursi kemudinya ini, yakin akan ikut datang?
Sebuah anggukan mejawab pertanyaan Gaara. Pemuda bersurai merah itu memutuskan menjalankan mobilnya menuju keacara yang dimaksud.
.
.
.
Sekitar sepuluh menit yang lalu Ino telah sampai ditempat pesta yang dibuat oleh Uzumaki Karin. Dia memang telah mengatakan, akan datang sendiri, Sasuke sedang ada acara keluarga. Tentu saja alasan itu tak sepenuhnya benar tapi tidak mungkin dia jujur soal keengganan kekasihnya itu untuk datang.
Jadi Karin-lah yang memutuskan menyuruh seorang supir untuk menjemputnya. Maka dari itu, disinilah ia sekarang. Sebuah jalanan yang memang cukup familiar baginya, namun jalanan yang biasanya sepi, kini sudah penuh dengan orang dengan pakaian yang bebas simple.
Seperti dirinya, yang menggunakan baju tanpa lengan, berkerah nehru dengan aksen kancing didepan yang memperlihatkan perut ratanya dipadu dengan rok diatas lutul. Ditambah dengan sepatu sneakers hitam yang berwarna berlawanan dengan setelan yang ia pakai.
Menurut Ino pesta jalanan akan lebih cocok bila ia memilih menggunkan sepatu jenis sneakers, bukan high heels yang mungkin akan membuat ia sakit kakinya.
Meski model baju yang ia kenakan tanpa lengan, tak membuat udara malam musim panas membunuhnya. Karena ia memang sengaja mengabaikan jaket atau blazer untuk melindungi kulitnya dari udara dingin.
Udara malam musim panas memang tak sedingin dipenghujung bulan Desember. Jadi ia tenang akan hal itu.
Kini terlihat Karin, telah menyambutnya dengan senyum, gadis itu menggunakan celana jeans high waist gelap dengan atasan tank top polos dan memakai flast shoes. Tak jau berbeda dengan penampilan yang lain. kebanyakan orang yang menghadiri acara itu hanya menggunakan setelan kasual yang santai.
Sejak beberapa menit datang dan mengamati sekitar, ia belum melihat Sakura dan Hinata, meski sudah sangat banyak yang telah datang. Kebanyakan memang dari sekolahnya, Konoha Gakuen.
"Kau mau minum?" Tawar Karin menyodorkan botol beralkohol itu.
Ino menerimanya. "Tanks." Memang ia tak menolak minuman beralkohol meski tak terlalu suka.
"Perhatian semua!" Suara keras Karin mengalun disana. "Kalian pasti sudah tau siapa dia kan?" semua pasang mata memperhatikannya, termasuk juga dengan Ino, gadis yang dimaksud Karin.
"Dia Yamanaka Ino, tamu istimewaku dan pesta ini aku buat untuknya."
Semua masih diam memperhatikan. "Kalian bisa menikmati pestanya sesuka hati. Bebas." Teriaknya lagi.
"Ne, Ino?" Kini pandangannya mata ruby-nya tertuju pada si rambut pirang yang sengaja digerai.
"Hm?" Respon Ino.
"Bagaimana kalau kita meriahkan pesta ini dengan permainan Truth or dare? Sebagai hiburan?" Saran gadis Uzumaki.
"Kita?" Jelas Ino memastikan.
Karin mengangguk, tanda mengiyakan.
Menyetujui saran sang sahabat lama, tentu saja tak masalah buatnya. Ino mengangguk. Toh permaian yang penuh tantangan itu akan menambah kesar menarik meriah.
Suara dentuman musik kesar menambah panas musim ini. Karin menjauh darinya, hanya untuk mengambil botol tanpa isi dan menyingkirkan beberapa botol yang lain, yang masih berisi minuman yang memang telah disiapkan disana.
Karin memulai memutar botolnya, putaran yang pertama dan ujung botol itu mengarah padanya.
Ino tersenyum melihatnya. "Truth or dare?" Tanyanya kemudian.
"Truth." Jawab Karin enteng.
"Siapa kekasihmu sekarang?"
"Hmm... Tidak ada." Jawaban yang membuat Ino mengerucutkan bibirnya.
Putaran putaran berikutnya berlanjut, tanpa menyadari dua mobil yang membaya dua pasangan baru saja datang bergabung.
Namikase Naruto, sudah akan menuju ketengah dimana dua orang gadis yang ia kenal sedang asik bermain, namun tarikan dari Sakura pada tangannya menahannya. Jadi kini mereka hanya berdiri diam, melihat yang dilakukan Ino dan Karin. Berdiri disamping mobil sport-nya.
Begitu dengan Gaara, yang tiba tak lama setelah mobil Naruto tiba. Namun ia dan Hinata masih berada didalam mobil, melihat dari sana.
Kini ujung botol yang terputar mengarah pada Ino.
"Truth or dare?" Kini Karinlah yang bertanya.
"Dare." Cukup percaya diri Ino menyuarakannya.
Terlihat seringai dari bibir Karin. Setelah yang sekian lamanya Ino memilih truth, dan yang terakhir menjawab belum pernah melakukan sex dengan siapapun termasuk Sasuke, kini temannya itu akan menerima tantangan darinya.
"Buka bajumu."
"Haaa?" Ino dibuat melotot seketika oleh keinginan Karin.
Ia tak langsung melakukannya, ia masih terlihat enggan melakukan tantangan dari si gadis Uzumaki. Tapi Karin terlihat menunggu dengan senyum kemenangannya yang ia buat imut didepannya.
"Baiklah." Putus Ino akhirnya. Satu persatu kancing baju yang ada, ia lepas. Sampai kancing yang terakhir. Baju tanpa lengan itu akhirnya tanggal juga, dengan Ino yang melemparnya kebawah kakinya. Kini hanya bra hitam polos yang membalut tubuh atasnya.
Tantangan Karin tidak akan membuatnya sampai telanjang bukan?
Melihat Ino melepas bajunya, membuat Gaara langsung keluar dari mobil dengan kening berkerut, khawatir. Diikuti oleh Hinata.
"Wow..." Teriak Karin lantang dengan senyum cerah melihat keberania Ino. Tak lupa memberikan applause.
Namun setelah itu, bukannya memutar botolnya, Karin memilih menghapirinya. "Aku salut dengan keberanianmu Ino." Komentarnya.
Kini Karin berpindah mengamati satu persatu wajah yang ada disana. Matanya menangkap dua pasangan yang ia tunggu. Disana juga ada sosok rambut merah berdiri bersama gadis yang ia tau bernama Hinata, yang cukup menyita perhatiannya. Mungkin itu pemuda yang bernama Gaara. Sangat menarik.
"Terimakasih sudah datang kepesta ini, pesta yang aku buat untuk Yamanaka Ino. Gadis bodoh dan naif yang ada disampingku ini." Ia mulai berpidato, yang memang sejak awal ia rencanakan. Mejatuhkan Yamanaka Ino.
"Bukankah dia cantik dan sexy? Jadi tak herankan kalau Uchiha Sasuke sangat terobsesi padanya. Banyak yang iri dengannya, termasuk aku."
"Karin?" Potong Ino. Membuat Karin memperhatikannya.
Namun tak membuat ia berhenti bicara. "Kenapa?"
"Aku memang sangat iri padamu Ino. Gadis biasa yang mempuh membuat Uchiha Sasuke bertekuk lutut, menjadi seperti seorang putri di Konoha Gakuen. Apa kau pikir kau hebat?"
"Karin apa-apaan kau ini.?" Apa ini bagian dari pesta yang Karin buat? Tapi ia tidak suka dengan cara ini. Kemarahannya seketika itu mampuh melupakan baju yang beberapa saat lau ia tanggalkan.
"Kau perlu tau, Sasuke tidak mencintaimu. Dia hanya ingin menaklukkanmu, mungkin setelah ia bisa tidur denganmu ia akan mencampakanmu seperti yang ia lalukan pada gadis-gadis lain selama ini."
Mata biru aqua, itu melebar sempurna.
"Tak usah kaget, malam ini kau akan tau segalanya. Agar kau tak menjadi gadis bodoh yang pernah ada."
Jeda yang Karin ambil hanya sebentar. "Entah sudah berapa banyak gadis yang telah tidur dengan Sasuke, sayangnya aku tidak bisa menghitungnya." Ia mendengus dengan senyum miring.
"Mungkin semua gadis yang ada di Konoha Gakuen sudah ia tiduri, kecuali kau. Bukankah itu ironi, kekasihnya sendiri belum pernah tidur dengan sang pangeran sekolah?"
"Cukup Karin, apa yang kau bicarakan?" Ia bukan gadis yang akan diam bila diperlakukan seperti ini. Ia tak ingin tau itu dari mulut gadis yang mungkin sangat ia percayai sampai detik sebelum ini.
"Aku membicarakan tentang fakta Ino. Kalau kau tidak percaya padaku, silakan bertanya pada kedua sahabatmu yang berdiri disana." Arah matanya tertuju pada sosok rambut merah jambu dan indigo.
Aquamarine Ino mengikuti arah pandang Karin. Disana ia melihat Sakura dan Hinata bersama Naruto dan Gaara.
"Mungkin saja mereka berdua juga sudah pernah menghangatkan ranjang kekasihmu?"
Kalimat perkalimat yang keluar dari mulut sahabat lamanya hanya membuat dadanya sesak. Apa Karin hanya membual untuk melukainya atau ini kenyataan? Ia tak tau dan tak mengerti apa maksud dari semua ini. "Aku tidak mengerti-"
"Kau tidak mengerti?" Karin lebih cepat memotongnya. "Kau tidak mengerti kenapa mereka semua diam saja atau kenapa aku melakukan ini padamu?" Sebuah senyum mengejek Karin berikan.
"Karena mereka semua yang ada disini pasti sangat menginginkan kehancuranmu gadis bunga, isangat ingin kau jatuh dan sadar dimana posisimu, termasuk aku."
Kalimat lantang yang bisa didengar semua telinga yang ada itu membuat beberapa pasangan yang ada disana, yang sedang saling menautkan tangan mereka dan mungkin juga ada yang sedang berpelukan dan ciuman saling melepaskan diri dari pasangan masing-masing. Termasuk tangan yang sejak tadi bertaut antara Naruto dan Sakura, kini terlepas perlahan. Rahang Naruto mengeras tanpa disadari.
Sedangkan disisi belangkangnya Gaara masih diam membiarkan Hinata menggigil ketakutan mendengarnya.
"Aku yang lebih dulu mencintai Sasuke." Kini suaranya memelan tapi terlihat ditekan pada setiap katanya. "Tapi kau yang mendapatkan cintanya, sedangkan aku?" Ia menghela napas pendek dengan dua tetes air mata yang telah jatuh. "Aku hanya sebagai pelampiasan napsunya saat kekasihnya engan untuk memuaskannya, lalu setelah aku hamil ia meninggalkanku. Apa kau pikir itu adil untukku Yamanaka Ino?" Ia berteriak diakhir kalimatnya.
Wajah ayu seorang Yamanaka Ino pun telah basah oleh air mata yang sudah sejak tadi mengalir dari sepasang aquamarine miliknya.
"Mungkin bukan aku saja, silakan tanya pada mereka semua yang ada disini, siapa yang belum pernah tidur dengan Uchiha Sasuke? mereka ada disini, tanya juga pada Sakura atau Hyuga, kau sangat percaya pada mereka kan?"
Ino hanya menggeleng. Apa yang telah ia lakukan sebelum ini, sampai ia kini berada diposisi seperti ini? Apa Tuhan sedang menghukumnya malam ini?
Getaran pada ponsel Naruto mengalihkan perhatian pemuda itu. Nama sang sahabat yang tertera dilayar ponselnya.
"Sasuke?" Jawabnya lirih.
'Kau dimana Naruto?' Tanya Sasuke tak sabar. Sudah sejak tadi ia khawatir, merasa tak tenang, mebiarkan kekasihnya pergi ke pesta yang dibuat Karin seorang diri. Karena ia tau gadis seperti apa Karin, gadis yang ia kenal super tega.
Setelah Naruto menjawab dimana dirinya sekarang, sambungan ponsel itu terputus sepihak. Pemuda jabrik itu tak bisa berbicara banyak, setelah apa yang sedang ia dengar keluar dari mulut sepupunya.
Ia cukup tau soal kebiasaan Sasuke yang tidur dengan banyak gadis tanpa sepengetahuan Ino, tapi kenyataan yang baru ia dapat membuat tubuhnya lemas. Sepupu kesayangannya tengah hamil, anak sahabatnya dan ditambah dengan pertanyaan apa kekasihnya juga pernah tidur dengan sang sahabat?
Ia tak berani menanyakan itu pada Sakura. Biarkan gadis itu yang mengatakannya sendiri soal kebenarannya.
"Naruto?" Panggil Sakura lirih. Mencoba memegang tangan kekasihnya yang terlepas.
Naruto hanya menoleh sekilas tanpa mau berkata.
Tak lama sebuah mobil behenti diantara dua gadis yang sudah saling memandang tajam dengan mata yang sembab oleh air mata. Mobil yang dikendarai cukup kencang itu benhenti dengan tiba-tiba sampai terdengar dencitan ban mobil dengan aspal.
Terlihat keluar dari sana, sosok tinggi, rambut yang melawan gravitasi dan setelah jeans dengan kaos dan jaket hoodie berwarna gelap. Melangkah cepat menuju kepada dua gadis yang sama-sama menatap kearahnya.
Mungkin mereka kaget dengan kedatangannya.
Mata hitamnya memicing tajam, melihat pemandangan yang ia lihat, air mata kekasihnya ditambah dengan penampilan gadisnya itu, yang hanya memakai bra tanpa penutup apapun. Tubuhnya yang bebas menjadi konsumsi publik. Tentu saja hal itu membuatnya marah, pasti itu adalah ulah dari sosok yang berdiri tak jau dari kekasihnya itu.
Siapa lagi kalau buka Uzumaki Karin. Entah apa yang dilakukan gadis Uzumaki itu terhadap kekasihnya. Ia tak tau, karena ia telat menyaksika apa yang telah terjadi sebelum ini.
Tapi kenapa seolah semua diam atas tindakan Karin pada Ino? Bukankah disini juga ada kedua sahabatnya dan juga ada naruto?
Mengabaikan semuanya yang memenuhi otaknya, sang Uchiha yang telah sampai didepan kedua gadis itu, langsung memberikan sebuah tamparan yang cukup keras pada pipi gadis bersurai merah. Sampai membuat gadis itu tersungkur.
"Apa yang kau lakukan? Aku sudah memperingatkanmu bukan?" Ucapnya lirih tapi penuh amara memandang dengan sorot mata tajam.
Mengabaikan Karin yang masih tersungkur di aspal, kini Sasuke memutar tumitnya menuju kearah gadis yang masih berdiri diam.
Buru-buru melepas jaket hoodie-nya dan memakaikannya pada tubuh telajang sang kekasih. "Kau baik-baik saja?" Tanyanya lembut.
Melihat ini sama saja dengan saat melihat gadis ini mendapat pelecehan di bus beberapa waktu lalu. Sakit dan marah. Ingin membunuh siapapun yang melakukan ini pada gadisnya.
Namun kali ini Ino menolak pelukannya, ia melngkan mundur, mengambil jarak dari pemuda tinggi didepannya. Jaket yang telah berhasil menutupi tubuh atasnya ia tarik kembali dan melemparnya sama seperti baju yang beberapa saat lalu ia buang.
"Kau tidak perlu menutupi tubuhnya." Desisnya dengan masih sesegukan.
Menerima penolakan sang kekasih, kali Ini Sasuke hanya bisa diam. Tapi kemarahannya tak mereda. Entah apa yang telah diperbuat Karin pada Ino. Kini ia hanya ingin membunuh gadis itu saja.
"Aku sudah melarangmu untuk tidak datang akan?" Lagi Sasuke bersuara.
"Kenapa, kau takut aku mengetahui semuanya?"
"Dengar, akan aku jelaskan, tapi ayo kita pulang dulu sekarang." Sasuke memberi jeda sejenak dan mencoba mendekat lagi. Ia harus sabar. Kekasihnya ini mungkin sedang kecewa padanya. "Lihat keadaanmu, banyak yang melihat tubuh Ino."
Ino mendengus mendengarnya. "Aku tidak malu dengan tubuh telanjangku ini Sasuke, semua kelakuanmulah yang memuatku malu. Kau sudah menelanjangiku lebih dari ini Uchiha Sasuke brengsek." Mungkin ia bukan gadis kasar yang bar-bar, mengumpat seperti ini atau tidak menambahkan suffix pada panggilan untuk kekasihnya, bukanlah kebiasaannya tapi sekarang mungkin pengecualinya dan untuk pertama kalinya.
つづく
Maaf apabila telah sangat lama update, banyak hal yang mungkin mengakibatkan terlantarnya cerita ini. Tapi sebisa mungkin pasti akan aku selesaikan sampai ending. Meski engga akan kilat seperti fic sebelumnya ditambah fic ini akan sangat panjang. XD
Jadi aku harap masih ada yang mau membaca dan menunggu kisah mereka.
Terimakasih atas RnR-nya, aku suka ngebaca semua review kalian, tapi maaf engga bisa bales satu persatu.
See you next yaaa... X)
