Naruto : Masashi Kishimoto.

RATE: M

WARNING: TYPO, AU, OOC, DRAMA DAN YANG PENTING, JANGAN PERNAH MEMBACA APAPUN ITU YANG MEMBUAT MATA ANDA IRITASI. TETAPLAH PADA JALUR MASING-MASING, KARENA AKU HANYA MENCOBA MELESTARIKAN APA YANG AKU CINTAI DAN AKAN SELALU MENCINTAI APA YANG MEMBUATKU SENANG. ^_^

.

.

~Complications~

"Lost morning"

Dia tidak pernah bangun untuk pergi ke sekolah semalas ini sebelumnya, tapi kali ini rasanya bergulung dalam sselimut tebalnya lebih mengasikkan. Namun rasa malasnya buyar kala suara teriakan sang mama memangilnya untuk segera turun, sekedar mengingatkannya jam berapa sekarang. Kembali mata indah itu melirik kearah jam dinding yang menunjukan jarum pada angka 8, yang artinya dia harus bergegas untuk berangkat ke sekolah kalau ia tidak mau semakin terlambat.

Hembusan napas kasar yang menandakan bahwa ia benar-benar malas, menggema di ruangan itu.

Setelah selesai dengan ritual mandi, dan dandanya yang tidak bisa dibilang kilat Yamanaka Ino turun ke lantai dasar untuk melihat sang mama yang telah siap dengan sarapan untuknya. Mata biru lautnya ia edarkan, mencari keberadaan sang papa, namun ia belum melihat kepala keluarga Yamanaka itu pagi ini. Gadis yang menata rambutnya gaya ponitale itu bertanya "ma, dimana papa?"

Nyonyah Yamanaka yang sedang menuangkan susu untuknya, melihatnya sekilas. "Papamu sedang ada perlu jadi dia sudah pergi pagi-pagi sekali."

Bibir berwarna peach alami mengerucut. Dia berniat untuk bangun telat hari ini, tapi dia juga tidak mau kalau ia harus seterlambat ini. Karena ia pikir papanya tidak ada acara, jadi ia bisa minta untuk diantar ke sekolah. Ya sekolah, sekolah yang suasananya tidak akan sama lagi, sepertinya. Menjengkelkan bukan?

Dengan malas ia berdiri dan berpamitan pada sang mama, ia harus menaiki kereta untuk sampai ke sekolahnya kini. Meski jarak rumah dan stasiun cukup jauh, Ino akan lebih memilih menaiki kereta dibandingkan bus, karena gadis SMA itu masih sangat trauma menaiki bus. Jadi tak masalah untuk sedikit berkeringat karena berjalan menuju stasiun kereta.

Disisi lain, di halaman KHS, 3 mobil mewah bergantian memasuki gerbang besar itu. Dan 3 pemuda berbeda warna dan gaya rambut itu keluar dari dalam mobil masing-masing. Meski ketiganya masih memilih diam bersandar pada bodi mobil yang mereka kendarai, tanpa peduli bahwa sekolah telah dimulai.

Rasa canggung dan aura mencekam menyelimuti mereka bertiga. Ya, hubungan mereka tidak sama lagi, meski status mereka masih bersahabat. Tentu saja, semua tau apa yang sudah terjadi dengan ketiga sahabat itu.

Dengan mengaruk kepalanya yang tak gatal pemuda Namikaze memilih menyapa lebih dulu.

"Yo?"

Bagaimanpun juga, bila ia menunggu kedua pemuda stoic itu menyapanya dulu, itu tidak akan mungkin.

"Hn." Dan dijawab oleh keduanya dengan deheman khas mereka.

Setelah itu, tak ada suara lagi dari ketiganya.

Masalah internal yang melibatkan perasaan, yang didalangin satu orang sahabat brengseknyalah yang membuat suasana terasa tak baik-baik saja. Namun tak ada yang berubah disini mereka akan menganggap tak ada masalah, karena mereka cukup tau apa yang mereka lakukan. Ya seharusnya.

Meski Pemuda Namikaze adalah pihak yang sangat dirugikan disini, tapi ia bisa apa? toh ia tidak bisa sepenuhkan menyalahkan sahabat Uhihanya kan? Bagaimanapun juga, Sasuke tidak sepenuhnya salah. Sebab, entah itu Sakura yang notabene kekasihnya pada saat itu ataupun Karin adik sepupunya, mereka berdua tidak ada yang bisa menolak pesona Uchiha Sasuke kan? Dan Sasuke tidak mungkin memaksa mereka, selain alasan mereka berdualah yang merelakan mau tidur dan sampai hamil dengan sahabatnya.

Jujur ia sudah tau cukup lama bahwa Karin, sepupunya itu begitu mengilai sahabat sedari kecilnya itu. Tapi ia tidak percaya bahwa Karin akan bertindak sejauh ini untuk mendapatkan cinta dari seorang Uchiha Sasuke.

Jadi meski sebrengsek apa Sasuke, ia seharusnya sudah paham. Karena selama itulah persahabatanya. Dan kali inipun Naruto harus menutup telinga dan matanya, ia tak bisa menyalahkannya dan mencoba melupakannya, menganggap semua baik-baik saja.

Kecanggungan diantara mereka pecah kala, suara dari gerbang yang beberapa saat lalu mereka lewati terdengar nyaring, suara penjaga gerbang.

"Tumben kau terlambat Ino-chan?" Serunya.

Tak ada kekhawatiran pada dirinya, saat mendapati dirinya terlambat untuk pertama kalinya dan benar, ia pasti akan diijinkan masuk dengan mudah. Bukan apa, itu karena ia murid berprestasi dan tak pernah membuat masalah.

"Begitulah, aku harus naik kereta sekarang." Jawabnya dengan senyum indahnya. "Arigatou ne Gemma-san?" Tambahnya.

Ketiga pemuda yang masih betah pada posisi awalnya itu mengalihkan pandangan matanya ke arah gerbang.

'Ino?' Iner mereka. 'Gadis itu terlambat?'

Pemuda berambut merah maroon itu memberi respon cepat. Mengejar sang gadis pujaanya itu. Tidak peduli dengan kedua sahabatnya.

Karena memang Gaara tidak peduli dengan masalah mereka. Meski kenyataanya gadis Hyuga yang menjadi kekasihnya telah tidur dengan sahabatnya, itu tidak membuatnya kecewa yang harus menyakitinya.

Yang ia pedulikan kini hanya gadis itu.

Yamanaka Ino

Ia akan mencoba mendapatkannya kali ini setelah jalan terbuka lebar karena pasti dipastika hubungannya dengan Sasuke telah berakhir dan gadis itulah hadiah yang akan ia minta pada Sasuke atas kemenangannya pada taruhan mereka beberapa bulan yang lalu.

Peduli setan bahwa Sasuke masih menginginkan Ino.

Ia siap bersaing kali ini.

"Hai kenapa terlambat?" Sapa Gaara setelah ia berhasil mensejajarkan langkahnya.

Gadis itu menoleh sekilas. "Oh, hai Gaara." Ino tersenyum

Senyum yang masih sama, membuatnya semakin cantik dimata bungsu Sabaku itu.

"Aku bangun terlambat dan harus mengejar kereta." Terangnya.

Tentu saja tindakan Gaara tak luput dari mata onyx Sasuke. Namun tak ada ekspresi diwajah tampannya.,

Ia memilih bejalan menuju kelasnya, diikuti oleh Naruto.

Kelas pertama setelah libur musih panas itu telah penuh dan wali kelas mereka sudah ada disana, ketika pintu digeser menampakan keempatnya.

"Eh, kalian terlambat?" Pertanyaan yang sudah jelas jawabanya itu Kakashi suarakan.

"Maaf sensei." Inolah yang memberi jawaban permintaan maaf pada sang guru.

Helaan napas sang wali kelas terdengar disana. Namun tak diacuhkan oleh ketiga pemuda yang mengekor Ino memasuki ruangan dan memilih duduk pada kursi yang masih tersisa.

Kakashi sudah sangat hapal dengan ketiga pemudah yang berpengaruh disekolah itu, yang suka seenaknya begitu saja, tapi tentu berbeda dengan gadis Yamanaka kan, Ino tak pernah terlambat namun kali ini berbeda. Ya, mungkin karena kekasihnya, Uchihala yang membuat gadis itu terlambat.

Sepertinya Kakashi belum tau tentang hubungan mereka sekarang. Karena setaunya sepasang kekasih yang dieluh-eluhkan di KHS.

Berbeda dengan kebanyakan murid di kelas itu, mata mereka mengamati keempatnya secara bergantian dan mulai berbisik-bisik tentang mereka. Karena mereka tau masalah mereka satu bulan yang lalu.

Tapi apa semua baik-baik saja?

Ya mungkin saja, karena itu mudah untuk Uchiha Sasuke, membuat seorang gadis seperti Yamanaka Ino kembali kedalam gengamnya. Namun ada yang berbeda kali ini, kenapa bukannya Uchiha Sasuke yang duduk di samping gadis itu, kenapa Sabaku Gaara?

Ya, Gaara-lah yang duduk disampinya kini. Pemuda itu sudah meminta ijin dulu sebelum duduk tadi. Dan ia hanya mengiyakan. Toh tak masalahkan? Ia tidak punya masalah dengan Gaara dan pasti mantan kekasih mereka juga tak masalah akan hal itu.

"Baiklah, karena hari ini, hari pertama masuk setelah libur musim panas, aku akan mulai membagikan jadwal kelas kalian, kita akan mulai pelajarannya besok. Untuk sekarang ini hanya clasmeeting. Mengerti?" Kakashi berucap nyaring.

Jadwal kelas untuk besok telah dibagikan. Kini bel tanda jam pertama telah usai, guru tampan itu telah meninggalkan kelas beberapa menit yang lalu.

"Mau ke kanantin, aku traktir susu?"

Wajah tampan Gaara sudah menatapnya. Gaara cukup tau Ino begitu menyukai susu.

"Aku membawa bekal Gaara." Terangnya. Ia mulai mengeluarkan kotak bentonya dari dalam tas, meski ia kini tak ada minat untuk memakannya sekarang. Tapi paling tidak semuanya baik-baik saja, tidak ada yang berubah. Mungkin.

Tidak ada, suara mengejek atau tatapan sinis untuknya setelah semua yang terjadi pada hubunganya dengan Sasuke. Karena bagaimanapun, Ino cukup tau musuh Sasuke adalah musuh sekolah.

Jadi tak perlu dikhawatirkan kan?

Pemuda itu, mantan kekasihnya, Uchiha Sasuke tak ada yang berubah darinya. Mungkin kini satu-satunya yang berubah adalah status mereka dan ya, pemuda itu sudah baik-baik saja.

Tidak mungkin kan Sasuke menabuh genderang perang dengannya? Seperti yang pemuda itu lakukan pada Hyuga Hinata dulu.

Atau belum?

"Kau membawa apa?" Gaara masih setia menatap wajah ayu disampingnya.

Obrolan santai mereka tak luput dari tatapan tak suka dari mata Onyx yang duduk tak jauh dari mereka. Deretan bangku yang sejajar dibagian depan kelas. Tidak ada pilihan bangku lain selain duduk disana, karena mereka telat tadi. Meski mudah untuknya mengusir orang yang duduk dimana yang ia inginkan. Tapi ia masih malas ditambah ada wali kelasnya tadi, jadi ia tak ingin membuat keributan.

Ditambah ada sosok yang membuatnya rindu satu bulan ini. Yamanaka Ino, gadis itu masih sama percaya diri dan memukau seperti biasah. Tadi gadis itu terlambat dan itu menjadi rekor pertama dalam sejarah ia sekolah di KHS. Kenapa?

Samar-sama ia tadi mendengar bawah ia naik kereta. Tentu saja kan? Sasuke ingat, baiasanya ia yang menjemput gadis itu ke sekolah tapi karena hubungan mereka yang rusak, karena si brengsek Karin, jadi kekasihnya itu memutuskannya sepihak. Dan tanpa mau mendengarnya. Tapi Sasuke sangat yakin, Ino pasti akan dengan cepat mengajaknya balikan, karena gadisnya itu tidak akan bisa hidup tanpanya.

Tapi apa-apaan itu? Sejak kapan mereka sedekat ini? Sahabat merahnya dan Ino? Matanya melirik ke deretan bangku belakang, dimana gadis berambut indigo duduk. Seperti biasa gadis tak berguna itu menunduk diam, tanpa berani melihat sekelilingnya, meski ia sangat yakin Hyuga sudah melihat Gaara yang duduk dengan Ino.

Jadi mereka benar-benar putus? Dan Gaara sahabatnya itu memang serengsek itu. Membuang sesuatu yang sudah tak menarik lagi dimatanya. Tapi bukankah memang hubungan mereka terbentuk karena sebuah tantangan darinya, jadi mudah untuk Gaara melepas gadis Hyuga itu semudah mendapatkannya. Karena dari awal Gaara memang tak mencintai Hyuga Hinata.

Lalu bagaimana dengan pemuda yang ada disampinya ini? Naruto dan Sakura, apa mereka juga benar-benar putus? Bukankah sahabat berisiknya ini sangat mencintai gadis Haruno, apa semudah itu Naruto melepasnya setelah begitu lama ia mengejar-ngejar Sakura?

Apa sahabatnya ini tidak marah padanya, atau kecewa? Tidak mungkinkan Naruto baik-baik saja setelah apa yang ia lakukan pada hubunganya? Tapi ingat mereka memang sebrengsek itu. Mereka bisa berbagi banyak hal kan?

Dan yang patut disalahkan adalah mulut ember si brengsek Karin.

Kalau saja Karin tak datang dan mengacaukan semuanya, pasti sampai saat ini semua akan baik-baik saja. Meski ia yakin cepat atau lambat ia akan segera memperbaiki hubunganya semudah ia menjentikan jari.

Seperti saat ini, saat ia dengan muda berdiri dan berjalan kearah meja yang tak jauh darinya cukup 3 langkah, ia sudah tepat berada disamping sang gadis pirang.

"Ikut aku, aku ingin bicara." Tangannya mecengkram pergelangan mungil itu, lembut.

Mata sebiru samudra menatapnya tak mengerti, namun lama-lama jengah. Karena terlihat ia berdiri dan melepas cengkramannya.

"Kau bisa bicara di sini Sasuke." Printahnya.

Lawan bisaranya menghela napas panjang. Sebelum mengamati seluruh kelas pertanya setalah libur panjang. Semua ada di sana, waktu malam sialan itu dan sekarang meraka juga sedang ada di dalam kelas ini. Termasuk, Haruno Sakura dan Hyuga Hinata.

Kedua gadis itu berada pada barisan depan dan belakang duduk dengan diam. Selama ini, Sakura akan mengekor Ino kemanapun, tapi kali ini keduanya berpisah jadi selama libur musih panas, setelah kejadian itu mereka tak lagi menjalin hubungan dengan baik, seperti dirinya dengan sang gadis.

Kejadian itu berdampak besar ya ternyata.

"Bagaimana kabarmu?" Sebenarnya Sasuke bingung akan mulai darimana untuk mejelaskan pada gadis di depannya ini. Alhasi, kalimat itulah yang keluar. Ingat, Sasuke hanya akan basabasi kepada Yamanaka Ino.

Ino mengangkat alisnya.

"Saat libur musim panas, beberapa kali aku datang ke rumahmu, yang pertama, rumahmu kosong, yang kedua orang tuamu bilang kau sedang berlibur ke Belanda, dengan siapa kau Belanda?"

Dan ingat lagi, Uchiha hanya akan bicara panjang kepada Yamanaka Ino.

Ia mengatakan kalimat panjang itu sampai lupa bernapas.

Ino pun sama, gadis itu menghela napas sebelum menjawab.

"Apa hakmu ingin tau? aku rasa kita sudah tak memiliki hubungan apapun Sasuke." Jelasnya

Mendengar itu mata Onyx itu memicing tajam.

"Kenapa kau selalu menelan bulat-bulan setiap ucapan yang kau dengar tanpa mau mendengar penjelasku dulu?"

"Apa lagi yang mau kau jelaskan?"

Sasuke menatap gadis di depannya ini, kemana perginya Ino yang ia kenal? yang selalu percaya padanya dan bukankah ia juga pernah bilang, ia akan selalu memaafkan setiap kesalahannya?

"Kau pernah bilang akan selalu memaafkan setiap kesalahanku kan?"

Ino memutar manta mendengar kalimat Sasuke.

Ya, Ino ingat, dia akan selalu memaafkan kesalahan pemuda di depannya ini selama kesalahan itu tak menyakitinya. Tapi seperti apa kesalahan yang tak menyakiti itu? Yang sering Sasuke lakukan adalah mabuk-mabukan dan merokok, tanpa ia tau kalau pemuda juga selingkuh dibalik punggungnya. Apa itu bisa disebut tidak menyakitinya?

"Apa aku pernah menyakitimu dengan sengaja sebelumnya Yamanaka Ino?" Sasuke menambahkan.

"Jadi kau merasa tidak menyakitiku sekarang Sasuke?" Entah sejak kapan matanya sudah berkaca-kaca. Setiap ucapan pemuda di depannya ini seperti mengores bekas lukanya. "Aku yang selalu percaya padamu, selalu memaafkan semuanya, dan yang selalu mencintaimu, tapi apa yang kau lakukan di belakangku? Kau menjijikan" dengan kasar ia menghapus airmatanya yang mulai turun.

Sasuke pun sama, ia sudah tak bisa bersabar. "Kalau saja kau tidak membuat batasan untuk aku menyentuhmu, prilaku mejijikanku tidak akan pernah terjadi." Dingin ia mengucapkan kalimat itu.

Ino tersenyum miris. " Jadi, semua ini hanya karena sex?"

Diam terjadi di dalam ruangan itu, seolah mereka sedang menyaksikan drama, tak ada yang berani untuk sekedar berucap lirih. Termasuk Gaara yang sejak tadi masih duduk di bangkunya.

Juga tak ada jawaban dari Sasuke.

"Sudahlah Sasuke, dalam beberapa bulan lagi, anak yang dikandung Karin akan lahir, dan kau akan mejadi seorang ayah." Ino sudah akan pergi melewatinya, namun tangannya kembali dicengkram, kali ini dengan cukup kuat.

"Jadi kau percaya dengan semua yang diucapkan Karin?"

Ino tak menjawab.

"Kita semua tau, gadis seperti apa Uzumaki Karin itu, dia bisa tidur dengan pria yang berbeda setiap malamnya."

Ucapan itu tentu saja menyakiti sang kakak sepupu, Naruto, tapi ia bisa apa? Karena memang seperti itulah adik sepupunya itu, terlalu serampangan.

"Jadi apa kau percaya aku sebodoh itu sampai membuang benihku dengan suka rela pada tubuhnya?" Tatapan tajam memandang gadis yang masih ia cengkram pergelangannya. "Hn, konyol." Tambahnya.

"Entah sejak kapan ucapanmu semakin menjijikan seperti ini Sasuke? Dan aku bersyukur kita sudah putus."

Sasuke menyeringai, "Hn, ucapanmu membuat telingaku panas Ino, tapi cepat atau lambat aku pastikan kau akan kembali padaku Yamanaka Ino."

Final Sasuke dengan melepas cengkramannya.

"Kau tidak ingin menghabiskan sisa masa sekolahmu seperti di neraka kan?"

Tangannya terlepas, namun ia belum beranjak.

Ucapan mantan kekasihnya itu menahannya.

Apa itu artinya Sasuke sedang menabuh genderang perang dengannya?

Peduli setan dengan ancaman Sasuke kali ini, bukankah pemuda itu sudah lama membuat dirinya menderita dibalik punggungnya?

Tanpa berucap lagi Yamanaka Ino memutuskan pergi dari dalam kelas. Entah kemana tujuannya, karena tetap berada disini bukan ide yang bagus.

Sepeninggalan Ino, Uchiha Sasuke mengeram frustasi, melampiasan kemarahannya pada meja tak berdosa itu sampai sedikit terlempar akibat tendangannya.

Terlalu tenang dan dingin itu memang tipikal seorang Uchiha Sasuke, tapi tidak untuk kali ini, ia sudah terlalu bersabar menghadapi seorang gadis, sampai-sampai ia terlihat menjadi brengsek murahan. Sekarang mari kita lihat siapa Uchiha Sasuke itu.

Complications

Sebuah pagi yang tak pernah dibayangkan oleh seorang Yamanaka Ino kemabali terjadi dalam hidupnya. Untuk sosok yang selalu siap menjalani harinya dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi, kali ini seolah menguap kadar kepercayaannya, kala ia membuka pintu ruangan yang menjadi kelas pertamanya.

Setelah kejadian kemarin, Sasuke pasti tak akan membiarkannya hidup tenang, seperti pada Hyuga Hinata dulu.

Kelas pertamanya diisi oleh guru Kurinai, yang biasanya selalu menjadi kelas favoritnya, tapi tidak untuk kali ini. Ia kembali datang terlambat dan mendapat tatapan dari seluruh penghuni kelas paginya.

Ya semua menjadi mencekam untuknya, setelah genderang perang dibunyikan oleh Sasuke. Dan tentu KHS tak akan bersahabat lagi padanya. Termasuk teman sekelasnya, pasti.

Helaan napas ia ambil saat ia harus memberi alasan soal keterlambatannya.

Sekali lagi, ia tak pernah terlambat pergi ke sekolah. Tidak sebelum ini dan semua guru tau itu. Ya sebelum ini, karena sang mantan kekasih, Uchiha Sasuke akan selalu menunggunya di gerbang rumah untuk menjemputnya.

Setelah memberi alasan atas keterlambatannya pada sang guru, Ino segera memilih tempat duduk yang paling depan, karena tempat itu yang masih kosong. Kenapa ia tak mendapat hukuman? Itu karena ia memang murid berprestasi, bukan dibidang akademik saja tapi ia juga cukup disiplin sebagai murid.

Mata aqua-nya pun tak luput dari sekumpulan pengendali sekolah. Mantan kekasihnya alias Sasuke dan kawan-kawan. Dan tentu kedua manta sahabatnya, Haruno dan Hyuga juga ada dalam kelas yang sama dengan dirinya pagi ini.

Namun tak ada satupun yang menyapanya, Ino pun juga enggan menyapa mereka. Pagi yang berbeda.

Karena ia tau, dulu mantannya itu akan selalu nempel pada dirinya seperti benalu. Bahkan kemarin Sasuke juga masih mengejarnya kan?

Tapi itu sekarang tidak penting.

Meski, kali ini seperti ia bangun dan berada pada dunia yang belum pernah ia jamah sebelumnya.

Pintu kelas kembali digeser. Sabaku Gaara masuk dengan tenang, tanpa mau peduli ia harus mejelaskan pada guru atas keterlambatannya pagi ini.

Mata jade-nya memandang bangku yang masih kosong disamping gadis yang ia sukai. Gaara memutuskan duduk disampingnya. Bibir tipis dari mata jade itu tersenyum datar kearahnya. Senyum itu mampuh menjawab keterkejutan sang gadis. Namun tak ada suara dari keduanya, berbeda dengan pandangan meruncing dari pemilik onyx.

'Lagi?' Iner Sasuke

Sampai kelas pertanya usai, tak ada suara dari penghuni kelas. Setelah sang wali kelas pergi barulah Gaara membuka suara.

"Kau naik kereta lagi?" Cukup lembut Gaara bertanya, mengabaikan tatapan yang diberikan sang Uchiha.

Ino memberi anggukan. Tanpa canggung mendapat tatapan tak suka dari banyak pasang mata.

Ia tau akan ada banyak yang berubah dalam hidupnya di sekolah kali ini. alasannya karena kejadian satu bulan yang lalu ditambah pernyataan perang seorang Uchiha Sasuke kemarin.

Lalu apa ia peduli tak diacuhkan?

Tidak, hidupnya tak akan berubah meski dunia meninggalkannya. Persetan dengan siapa yang membuat masalah. Ralat, siapa yang membuat masalah dengannya.

Tapi bersykurlah ia, karena Sabaku Gaara masih mau menyapanya dari sekian banyak orang yang memberi tatapan tak suka padanya.

Ia tersenyum miris dalam hati, siapa yang salah, siapa yang membuat masalah tapi siapa yang mendapat perlakuan seperti tersangka.

Karena Uchiha Sasuke adalah sang pengendali keadaan. Dan itu mudah untuknya.

Tapi tadi ia melihat ada yang berbeda dari ketiga pemuda populer disekolah itu. Tak ada yang duduk dalam satu bangku yang sama atara Sasuke, Naruto maupun Gaara.

Dan Gaara datang terlambat seorang diri tadi.

Apa persahabatan mereka juga renggang?

Biasa pemuda Namikaze itu akan selalu ribut mengganggu sang sahabat yang akan selalu menempel pada sang Uchiha kalau tidak pada sahabatnya berambut pink, Haruno Sakura.

Mantan sahabatnya itu duduk di depan seorang diri pada baris kanan. Ia tau apa yang membuat semua jadi seperti ini. Tapi ia tak pernah mengira bahwa hubungan dari masing-masing akan seburuk ini. Tidak ada perubahan dalam satu bulan ini?

Tidak ada yang mencoba memperbaikinya?

Karena mungkin kesalahan ini cukup fatal.

Sekali lagi ia tak peduli.

Tapi tanpa celoteh dari suara toa Naruto kelas menjadi lebih sunyi dan damai.

Membuat pikirannya kembali merekam setiap kejadian dan ucapan yang membuatnya hancur dalam semalam

Hati siapa yang tak marah, dengan kenyataan yang ia dapatkan? Entah Sasuke ataupun Karin, untuk saat ini ia tak ingin percaya pada mereka berdua. Tidak pada semuanya, karena kenyataan tak ada dari mereka semua yang mengatakan kejujuran pada dirinya.

Meski kalimat Sasuke kemarin akan membuat hidupnya tak akan menjadi tenang.

Disisi lain, Sasuke masih setia memandang dingin sosok tak jauh darinya.

Meski Sasuke mencintai gadis didepannyan ini dan bahkan rela melakukan apapun, namun tak membuat ia bisa diperlakukan begini didepan seluruh kelas.

Penolakan gadis itu dengan lantang telah disuarakan. Dan itu penolakan pertamanya dalam hidup seorang Uchiha Sasuke.

Satu bulan tak membuat gadisnya merubah keputusannya, itu karena Ino belum tau bagaimana itu neraka yang ia ciptakan di sekolah? Apa gadisnya itu lupa atau hanya pura-pura lupa?

Mungkin sekarang Ino masih bisa menolaknya, tapi mari kita lihat satu minggu kedepan.

Mampuh berapa lama seorang Yamanaka Ino bisa bertahan tanpa nama Uchiha Sasuke dibelakangnya?

Bibir tipis itu menyeringai

Lost morning

Sasuke dibuat mengerutkan alis, saat ia melihat sosok salah satu sahabatnya berada di rumah singgah mereka seorang diri.

Gaara terlihat sedang memejamkan mata jade-nya, jadi ia tak tau bahwa ia datang.

Masih menggunakan seragam sekolah, yang menandakan bahwa pemuda maroon itu belum pulang ke rumah.

Namun Sasuke mengabaikan sosoknya. Mengambil beer, menyalahkan televisi dan duduk disamping sahabatnya itu.

Sampai kelopak mata hijau teduh itu terbuka, dan melirik siapa yang datang.

Berbeda dengan dirinya, Sasuke telah berganti baju.

Keberadaan mereka berdua hanya diisi oleh keheningan, meski Gaara telah bangun, namun tak membuat kedua pemuda stoik itu mengobrol seperti sepasang sahabat pada umumnya.

Mungkin karena masalah diantara keduanya dan ditambah dengan sifat mereka yang memang sama-sama dingin dan datar.

"Kau ingin bicara denganku?"

Akhirnya sang Uchiha yang memulai terlebih dahulu. Meski tatapan matanya tak sedikitpun terarah pada sosok disampingnya.

Memangnya apa lagi yang membawa seorang Sabaku Gaara kemari, selain menunggunya dan pasti ingin penjelasannya juga kan?

Gaara melirik sekilas. "Tidak." Jawabnya singkat.

Membuat kepala bersurai raven itu menoleh ke sumber suara.

Kalau bukan untuk bicara dengannya, lalu apa yang membawa sahabatnya ini kemari?

"Kau kabur dari rumah?" Tebaknya, yang melihat dari penampilan Gaara.

"Hn."

Deheman dari sang Sabaku muda itu membuat sang Uchiha muda tersenyum miring.

Ya, Gaara memang memutuskan untuk enggan pulang ke rumahnya. Tadi sepulang sekolah dan mengantar Ino, Gaara langsung menuju basecame mereka sampai Sasuke datang beberapa waktu lalu.

Ia masih malas, bertemu dengan orang-orang di rumahnya. Kalau bukan untuk mengambil keperluannya yang mendesak ia tak akan pulang. Dan rumah singgah mereka menjadi tujuannya.

Dan benarkah tidak ada yang ingin ia bicarakan dengan Sasuke? Tidak, karena ia meresa tak mempunyai masalah dengan sosok Uchiha ini. Masalah Sasuke, bukanlah masalahnya dan bukankah Gaara seharusnya sudah tau akan kelakuan sang sahabat?

Soal Hinata dan Sasuke? Ia sedikitpun tak peduli.

Dan tentu tidak ada yang berubah dari mereka setelah kejadian satu bulan yang lalu. Kecuali dengan sahabat pirang jabriknya. Tadi ia melihat Naruto begitu lesu.

"Mungkin Naruto yang butuh penjelasnmu." Celetus Gaara setelah ingat sosok sahabat jabriknya itu.

"Ck." Respon Sasuke, membuat Gaara menyeringai iblis kearahnya.

Naruto memang tak menyapanya tadi, pemuda itu juga tak pernah menghubunginya untuk sekedar mengajaknya berlibur atau hangaout selama liburan. Mungkin sahabat sejak kecilnya itu marah padanya, tapi ia tidak akan memberi penjelasan apapun pada sang Namikaze muda, karena penjelasannya mungkin akan menambah sakit hati pemuda jabrik itu saja. Toh Naruto masih sama

Dan satu hal yang membuat Sasuke yakin, bahwa memang Gaara sebrengsek itu.

Tak ada cinta selama berkencan dengan Hyuga Hinata. Dan Gaara sama sekali tak peduli dengan gadis itu dan hubungannya?

Jadi hanya sebagai penaklukan sebuah tantangan darinya beberapa bulan yang lalu?

Brengsek. Seringai iblis juga Sasuke tunjukan.

Tak ada yang perlu dikhawatirkan, karena memang tak ada yang berubah diantara mereka. Naruto itu urusan mudah bagi Sasuke. Persahabatan tak akan hancur hanya karena masalah wanita, karena ia terlalu paham sebrengsek apa mereka ini.

Lost morning

Kejadian diawal pagi kemarin seolah sebuah genderang sebagai tanda awal untuk sebuah pertunjukan. Meski pagi ini ia tak terlambat, karena Sabaku Gaara telah menunggunya di depan gerbang rumahnya pagi tadi.

Seperti kemarin, saat ia pulang sekolah dan memutuskan berjalan menuju stasiun, pemuda bersurai merah itu menawarinya sebuah tumpangan. Meski Ino tak mengira bahwa Gaara juga akan menjemputnya.

Namun alasan yang diberikan oleh sang pemuda cukup masuk akal. 'Anggap saja sebagai balas budiku.' Terang Gaara pagi tadi.

Tentu saja Ino tak menolak. Balas budi yang pemuda maksud mungkin karena dirinya telah membantu soal perjodohan beberapa waktu lalu.

Kini jam istirahat telah membawanya kesebuah kantin, seperti biasa ia akan memakan bekalnya dikantin dan memesan jus.

Kontak bento dan segelas jus telah ada ditangannya. Melangkah seorang diri menuju bangku yang kosong. Mengabaikan sosok Uchiha Sasuke dan kedua sahabatnya, kali ini mereka bertiga telah berada pada meja yang sama.

Sasuke, Gaara dan Naruto mereka bertiga memang telah kembali bersama dan tentu bukan pemandangan yang asing seperti awal pagi kemarin.

Dan seharusnya Ino tau, kalau mereka bertiga sama-sama memahami dan pasti tau soal kebusukan ketiganya bukan?

Lamunannya teralihkan saat, ia merasakan dingin dibagian dadanya. Mata birunya melebar dengan apa yang terjadi.

Jus ditanganya telah jatuh dan cairan berwarna kuning itu mengotori seragam musim panasnya.

Siapa lagi pelakunya, kalau buka sosok yang bediri berkacak pinggang didepannya dan memasang wajah polosnya yang ketara dibuat-buat.

"Ups, maaf." Ucap sosok itu tanpa rasa bersalah, selain menunjukan raut mengejek.

"Matsuri?" Geram Ino.

Matsuri, sosok yang dulu tak pernah membuat masalah padanya, karena tak jarang Matsuri meminjam buku miliknya. Kini seolah orang asing, atau mungkin dulu hanya berpura-pura baik. Karena sosok Uchiha kah?

Matsuri mengabaikan tatapan terkejutnya Ino dan kembali duduk dengan gerombolannya yang memang tak jauh dari Ino berdiri,

Kejadian itu membuat seluruh pasang mata menatap kearah Yamanaka yang masih berdiri dengan baju kotor bekas cairan jus.

Tak ada yang berani mengambil tindakan, untuk sekedar menolongnya pun tak ada. Meski tak jarang ada beberapa pemuda yang mengidolakannya.

Namun mereka diam.

Mungkin ini adalah satu dari kesekian neraka yang akan ia dapatnya di sekolah menengah atasnya. Semua orang telah memusuhinya atau lebih tepatnya membencinya. Meski jelas bukan dia yang membuat masalah.

Namun sekali lagi ia tak butuh Uchiha Sasuke untuk hal seperti ini. Helaan napas ia ambil sebelum meletakan dengan kasar bento ditangannya pada meja Matsuri dan kawan-kawannya.

Sasuke, Gaara dan Naruto hanya menatap dengan pandangan menunggu, hal apa yang mungkin akan dilakukan seorang Yamanaka Ino.

Meski sebenarnya Sasuke dibuat membulatkan matanya akan tindakan Matsuri, yang kini terang-terangan berani mengerjain sosok gadisnya. Karena ia tak pernah menyuruhnya, tapi setelah berakhirnya hubungan mereka tentu saja itu akan membahayakan keberadaan Ino disekolah. Meski ia tau Yamanaka Ino tak akan mudah diintimidasi.

Tapi Sasuke juga berseringai dalam hati, karena itu tandanya, cepat atau lambat gadis Yamanaka yang sok jual mahal itu akan kembali berlari padanya.

Kini tanpa pikir panjang, Ino mengambil gelas berisi jus yang berbeda milik Matsuri tepat di depan gadis berambut coklat pudar itu, dan menyiramnya tepat diwajah yang penuh dengan polesan makeup.

"Kau tau sedang berurusan dengan siapa kan Matsuri?" Terang Ino, lalu berbalik.

Tindakannya itu membuat semua pasang mata melotot.

Termasuk sosok yang baru saja masuk ke kantin. Hyuga Hinata berdiri diambang pintu seorang diri. Dan melihat apa yang baru saja terjadi.

Tatapan mata Naruto melotot, Gaara terdiam dan Sasuke mendengus.

Pertunjukan itu sepertinya tak berhenti disana, karena dengan cepat Matsuri, menarik rambut piran yang diikat tinggi sampai membuat Ino kesakitan.

"Apa yang kau lakukan jalang?" Rancau Matsuri.

Karena Ino bukan orang yang mudah diintimidasi, ia tak serta merta diam dengan perlakuan teman sekolahnya itu.

Sebisa mungkin tanganya juga menarik rambut pendek yang tergerai.

Terjadi saling tarik rambut antar keduanya.

Banyak sosok yang hanya bisa tutup mulut dan diam melihat kejadian itu. Sekali lagi tak ada yang berani memisahnya. Suasana kantin seketika menjadi ricuh akibat keduanya.

Sampai Gaara berdiri dari kursinya dan berlari memisah keduanya.

Menghentakan tangan Matsuri dan berdiri diantara keduanya.

"Berhenti Matsuri, atau aku akan mempermalukanmu disini?" Kalimat datar itu menghentikan tindakan Matsuri yang masih ingin meraih Ino yang berdiri dibelakang Sabaku muda.

"Dia yang memulai dulu Gaara-kun." Renggek Matsuri yang tak terima disalahkan.

Dari pada meladeni Matsuri, Ino lebih memilih pergi dari sana, pergi ketoilet untuk membersihkan seragamnya sebelum benar-benar kering.

Sasuke menyeringa dengan menyilangkan tangan didada dan lebih memilih kembali minum sodanya.

Naruto hanya menatap sang sahabat diam. Sasuke dan Gaara yang masih berdiri ditempat kejadian secara bergantian.

Ini rekor pertama untuk Yamanaka Ino, sebelumnya tidak ada yang berani membuat masalah dengan gadis itu. Dan pasti Sasuke adalah tameng utama seorang Yamanaka di sekolah ini. Tapi kali ini berbeda, rasanya ada yang aneh, melihat Gaara peduli atau dia belum benar-benar mengenal sang Sabaku muda itu?

Entahlah, ia malas memikirkannya. Masalahnya saja sudah membuatnya hampir botak.

Hinata lebih memilih menyingkir dari sana sebelum Ino melewatinya.

Tak ada suara dari Gaara untuk membalas gadis didepnnya, selain hanya memberi tatapan mengancam.

"Aku peringatkan kau sekali lagi, untuk tidak membuat masalah dengan Ino?"

"Kenapa, sekarang kau yang akan melindungi gadis tak tau diri itu?" Suara Matsuri mengema disana.

"Ya, aku yang akan melindunginya." Ucapanya datar menatap Matsuri dingin.

Merasa takut, Matsuri menunduk dan kembali ke kursinya.

"Siapapun yang menganggu Ino, akan berurusan denganku." Kali ini ia menambahkan dengan lantang. Sampai membuat Naruto menyemburkan minumannya dan Sasuke sampai tersedak mendengarnya.

Setelah mengucapakan kalimat panjangnya yang membuat semua orang di kantin terdiam, dan membuat kedua sahabatanya masih kaget, Gaara pergi dari sana, bermaksud mengejar sosok Ino.

Lost morning

Ino mulai mebersihkan seragam putihnya yang kini berubah warna meenjadi agak kekuningan, disalah satu wastafel toilet sekolah. Saat sosok Gaara berdiri dibelakangnya yang terpantul dari cermin.

Sosok pemuda berambut merah itu berdiri diam sambil menyilangkan tangannya didada. Menunggu gadis pirang itu menyelesaikannya.

Sebuah helaan napas dari Ino, saat bukan tambah bersih, seragamnya bertambah basah dan warna putih yang basah membuat branya tercetak jelas. Ia mendengus karena itu.

"Mau aku antar pulang?" Gaara angkat bicara.

Ino berbalik, dan menggeleng, sepertinya pulang bukan ide yang bagus, karena masih ada kelas setelah ini dan ia tak ingin membolos.

Dan Gaara tau itu.

Jadi tak ada ide lain selain melepas blaser seragamnya yang kebetulan ia pakai. Blaser berwarna navy yang tak ia kancingkan itu Gaara lepas. Yang kini penampakkan kemeja berwarna putih yang tak rapi, karena ujung bawa seragam itu tak ia masukan pada celana sebagaimana penampilan anak sekolah pada umumnya.

Blaser itu kini ia ulurkan pada gadis pirang. "Menutupinya dengan blaser tak akan buruk." Terang Gaara saat tangannya terulur menunggu Ino mengambilnya blaser ditangannya.

Segera Ino menerimanya, dan tersenyum. "Arigatou."

Sebuah ucapan yang mungkin akan lebih sering Ino ucapkan pada sosok bersurai merah itu untuk kedepannya. Karena tak ada yang tau apa yang telah menunggu besok dan besoknya lagi.

Namun yang jelas sekolahnya tak akan ramah padanya lagi setelah ini.

Lost morning

Itachi, bersandar pada pintu, menatap gadis yang cukup ia kenal itu sedang memutahkan isi perutnya. Meski yang keluar hanya cairan.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya.

Gadis bersurai merah itu menyeka mulutnya kemudian menatap pria yang lebih tua tujuh tahun darinya itu.

Ini sudah kesekian kalinya, seorang Uchiha Itachi mendatanginya. Mungkin Sasuke yang memberitahu sang kakak tempat ia menginap. Dan apa yang membuat Uchiha Itachi menemuinya sungguh diluar dugaan.

Beberapa minggu lalu, pria itu datang dan mengintrogasinya, sampai mencapai final ia yang akan bertanggung jawab atas semua yang dilakukan oleh adik kesayangannya. Apabila benar janin yang ia kadung adalah anak dari Uchiha Sasuke. Tolol bukan?

Meski bukan rahasia bagi Karin, bahwa sijenius Uchiha itu begitu menyayangi Sasuke melebihi apapun.

Tapi sekali lagi, apa ini memang yang ia inginkan? Hamil dan minta pertanggung jawaban? Tidak, bukan pertanggung jawaban yang ia inginkan, karena ia cukup yakin Sasuke tidak akan mau bertanggung jawab. Ia juga tak berminat mempertahankan kandungannya dan menikah.

Tujuannya hanya untuk menghancurkan Sasuke dan Ino.

Apa lagi Itachi yang akan bertanggung jawab. Ia memijat pelipisnya, pening.

"Sudahlah Itachi-nii, aku baik-baik saja, dan lebih baik kau pergi saja."

Itachi tak merubah posisinya. " Karin, aku sudah menawarkan yang terbaik untukmu dan kandunganmu, jadi jangan coba-coba untuk menggugurkannya." Dalam satu tarikan napas yang tenang ia berucapa panjang.

"Aku yang akan bertanggung jawab atas dirimu dan kandunganmu, kau sudah tau itukan? Kalau kau memang menolak niat baiku, paling tidak biarkan janin tak berdosa itu tetap hidup." Lagi, sang jenius Uchiha menambahkan.

Senyum mengejek Karin berikan. "Kau taukan tujuanku bukan untuk meminta Sasuke bertanggung jawab, karena mengharapakan dia mau bertanggung jawab itu mustahil." Ia berjalan keluar kamar mandi, melewati pria yang digadang-gadang sempurna itu.

"Tapi bukan berarti, aku juga berharap kau yang mengantikannya." Karin memilih mendudukan diri pada ranjang kamar hotelnya.

Karin memang masih tetap tinggal di hotel pinggiran kota Tokyo. Ia memang lebih memilih menetap disitu, belum mau kembali ke Amerika atau tinggal di rumah Naruto. Sepupunya itu belum menemuinya, mungkin karena belum mengetahui tempat tinggalnya, tapi Naruto dan ibunya hampir perjam menghubunginya, meski tidak pernah ia angkat.

Itachi mengikutinya, ia lebih memilih berdiri tak jauh dari gadis itu. Pembawaanya yang tenang dan predikat sempurna yang melekat pada dirinya, tak membuat masalah yang dibuat adik kesayangannya ini muda ia selesaikan.

Sejak keluarga Uchiha mengetahui kehamilan Karin, memang Itachi yang mengatakan akan bertanggung jawab atas perbuatan Sasuke untuk mengurangi kemarahan sang ayah.

Tapi sejak saat itu pula, Uzumaki Karin menolak dan mengatakan apa yang juga diyakini Sasuke, bahwa Karin datang bukan untuk meminta petanggung jawaban, melainkan hanya untuk menghancurkan hubungannya dengan Ino.

Meski Itachi bersikeras untuk membujuk Karin, gadis itu tetap sulit. Bukan ia peduli dengan keadaan gadis itu, tapi kandungannya, bila benar janin yang ia kangdung adalah anak Sasuke, berarti ia mengandung darah daging Uchiha bukan. Jadi tidak ada alasan untuk Itachi membiarkannya.

Karin dan Sasuke dua orang yang sama-sama egois.

"Kalau kau cukup pintar, kau tidak akan membuat Sasuke semakin membencimukan?" Komentar Itachi yang terlihat sudah sangat jengah.

Karin mendongak menatapnya.

"Kalau yang kau kandung itu benar anak Sasuke, sedikit banyak, dia pasti peduli." Onyxnya juga menatap iris merah didepannya. "Kau hanya perlu menjaganya sampai bayi itu lahir, setelah itu kau bisa menyerahkannya padaku, kalau kau memang tak mau aku menikahimu."

Untuk orang jenius, Itachi tak suka bertele-tele.

"Untuk orang yang katanya sempurna, kau itu bodoh Itachi-nii," Karin berkomentar. "Kenapa kau mau repot-repot menanggung masalah yang dibuat Sasuke?"

Itachi masih diam, tak ada alasan khusus memang, selain agar masalah yang dibuat Sasuke tak semakin membuat sang ayah marah. Selain Sasuke masih sekolah menengah atas yang tentu saja semua keuangan dan fasilitas yang didikmati sang adik adalah milih orang tuanya.

Bisa apa Sasuke tanpa segalanya itu? Apa lagi bila ia harus menghidupi Karin dan bayinya. Nol besar.

"Apa kau diam-diam menyukaiku atau kau begitu tak lakunya sampai mau bertanggung jawab atas kehamilanku atau kah kau hanya sebagai alat Uchiha?"

Kalimat yang baru saja ia dengar memang cukup menohok, tapi setenang itulah seorang Uchiha Itachi, tak akan terprofokasi oleh kalimat lawan bicaranya. Jadi ia hanya perlu tersenyum tipis.

Namun Itachi juga tak minat untuk menyangkal tuduhan Karin. Percuma, "Semua kembali terserah padamu Karin." Ok, ia akan mengakhiri obrolan yang cukup memakan waktunya beberapa minggu ini. dan jujur ia sudah lelah. Berurusan dengan Karin memang merepotkan. "Kalau kau memang tak ingin sebuah petanggung jawaban, maka kau akan mendapatkannya, aku tak akan memaksa."

Niat baiknya tak akan merubah gadis bersurai merah itu. Jadi sekarang terserah, ia tak akan peduli. Yang pasti Itachi sudah meberikan penawan terbaiknya.

Ia memilih melangkah meninggalkan kamar hotel yang tak terlalu besar itu.

Namun suara lantang Karin kembali menahannya.

"Aku mau Sasuke yang bertanggung jawab."

Mata sekelam malam itu memicing tajam.

"Apa yang kau harapkan dari Sasuke?" Jeda, "pertanggung jawaban darinya?" Sebuah senyum mengejek terukir di bibir sulung Uchiha.

Tak ada jawaban, Karin terdiam. Meski tujuannya adalah menghancurkan hubungan Sasuke dengan Ino, tapi tak bisa dipungkiri bahwa pertanggung jawaban dari orang yang ia sukai juga menjadi harapannya.

"Jadi kita tak menemui kesepakatan ya?" Gumam Itachi mencapai final. Pria tampan itu kembali melangkah, meninggalkan kamar dan Karin, yang masih terdiam.

To Be Continue

Note : Maaf telah membuat kalian semua menunggu cukup lama. (Bungkuk), banyak kejadian dalam hidup yang aku alami hampir 3 tahun ini. Meski tak ada niatan untuk menelantarkan begitu saja fic Complication ini. Aku adalah tipe orang yang sudah meranjang jalan cerita sampai akhir baru aku tuangkan kedalam tulisan, jadi akan berakhir seperti apa cerita ini, pasti sudah ada pada awal pembuatan chapter 1 dulu.

Tapi, aku harap masih ada yang mau membaca cerita ngawurku ini. Sekali lagi, maafkan aku.