Aku bales review semuanya disini ya, hontou arigatou semua... tidak ada kata-kata yang bisa aku katakan selain kata terimakasih banyak.
Sasuino22 : Setelah sekian lama ya? Dan kamu masih mau membaca kelanjutannya, terimakasih banyak.
Lazyper : Terimakasih masih mau menunggu setelah sekian lama.
Clarie lianna marie : Hahaha, aku terharu dapat review dari author dengan fanfic terfavorit GaaIno. Aku harap kamu juga cepat update ya, aku menunggunya.
Aliaros : Ahh... kak Alia, sini pelukan. Entah kenapa aku suka bad boy tapi manis-manis gitu hehehe. Makasih ya sudah RnR padahal kamu juga sibuk. Love you too.
Febrichan2425 : Itachi miliku itu udah paten. Mari kita lihat, kapal siapa yang akan berlayar nanti hehehe. Makasih sebesar-sebesarnya Febrichan kamu yang selalu mengingatkanku, memberiku semangat dan selalu mengucapkan selamat ulang tahun padaku di setiap tahunnya hiks aku terharu. Dan satu lagi, makasih udah bikinin fanart GaaIno, yang keren-keren banget.
Arkais : InsyaAllah aku akan menlanjutkan ini sampai ending, karena aku juga ga suka bila fic yang aku tunggu dianggurin gitu aja dan rasanya seperti punya hutang. Terimakasih ya udah mau menunggu selama bertahun-tahun dan masih mau rnr.
Xoxo : Karena memang seperti itulah Sasuke, seenaknya di fic ini. tapi sebenarnya dia itu sweet lo ke Ino hehehe makasih ya udah rnr.
KYI ga-login : Makasih, tadaima...ya, sudah 4 tahun setelah fic ini publish dan aku kembali X) makasih udah rnr.
Blackroses11 : Ya, setelah sekian lama, dan makasih banyak udah mau menunggu dan rnr dengan setia.
Azzura yamanaka : Kita tak pernah tau ending sebuah cerita sebelum kita membacanya sampai akhir hehehe aku sih kalo boleh malah maunya SasuInoGaa, boleh ga? Makasih ya Azzura-san udah selalu rnr.
BngJy : Makasih, ini sudah dilanjut.
Haihaihaihai : Makasih udah rnr, ini udah update.
Mr. Yamanaka : haaaa... Yamanaka-san, peluk aku pliiiissss... aku memang tak bersahabat dengan pereditan, maaf. Hahaha otak selangkangan dan aku juga berpikir seperti itu, bagaimana kalau Ino sama Itachi hehehe tapi tidak, kasian Gaara dong nanti. Tenang, karin menolak Itachi kok hahaha aku suka baca komenmu, makasih udah rnr.
Evil Smirk of the Black Swan : Makasih udah rnr dan ini sudah update.
Jmy522937 : *puk-puk* makasih ya selalu menunggu dan rnr. Insyaallah dilanjut.
Annaa : Ini sudah dilanjut, makasih sudah rnr.
Guest : Kalau aku jawab tidak, apa kau masih penasaran? Hehehe thanks ya udah rnr ini sudah dilanjut.
Naruto : Masashi Kishimoto.
RATE: M
WARNING: TYPO, AU, OOC, DRAMA DAN YANG PENTING, JANGAN PERNAH MEMBACA APAPUN ITU YANG MEMBUAT MATA ANDA IRITASI. TETAPLAH PADA JALUR MASING-MASING, KARENA AKU HANYA MENCOBA MELESTARIKAN APA YANG AKU CINTAI DAN AKAN SELALU MENCINTAI APA YANG MEMBUATKU SENANG. ^_^
.
Complications
.
My effort
Senja musim panas dibulan September, untuk pertama dalam 17 tahun hidupnya, Sabaku Gaara benar-benar bahagia, dengan cara yang cukup sederhana. Jatuh cinta pada seorang gadis yang baru saja ia temui dan rasa sukanya itu bisa bertahan sampai detik ini.
Sekitar 6 bulan yang lalu, kalau ia ingat dengan benar, awal ia melihat gadis berambut pirang dan berwajah bak boneka. Seketika ia merasa suka, meski ia tak pernah mengira rasa suka yang ia anggap sebagai rasa penasaran semakin lama menjadi cinta. Bahkan Gaara yakin dan berani bertaruh, ia cinta mati dengan gadis bermarga Yamanaka itu sekarang, meski terlalu dini ia mengakuinya.
Sebelumnya, tentu di Amerika tak sedikit gadis dengan rambut pirang, tapi ia tak bisa merasakan apa yang kini ia rasakan pada sosok Ino.
Yamanaka Ino, hanyalah satu dari seribu gadis yang ada di negara asal orang tuanya ini. Gaara lahir dan tumbuh di negara asing, dan tentu ia tak memikirkannya sampai ia menemuka kenyataanya kemarin, kenapa ia harus hidup sebatang kara disana.
Dan kini gadis yang jauh dari apa yang ia angankan, ia bukan pemilih tapi bukan berarti ia tak memiliki kreteria seorang gadis. Gaara lebih menyukai gadis yang bisa menjadi pendengar yang baik, bukan gadis pandai bicara dengan baik. Tapi ia rasa Ino adalah sosok yang pandai bicara dengan tingkat kepercayaan tinggi. Tentu buka tipenya, tapi kenyataanya gadis itu bisa dengan mudah membuat Gaara rela meleparkan dirinya pada gadis itu.
Sebenarnya apa yang akan Gaara sampaikan adalah ia kalah telak pada pesona gadis Yamanaka.
Bagaimana tidak, ia yang tak pernah kepikiran untuk menikah diusia muda, tapi kini ia ingin segera menikahi gadis itu, meski ia juga sangat sadar rasa cintanya ini, adalah perasaan sepihaknya. Ia tak pernah tau perasaan Ino padanya, bukan ia seorang pengecut untuk mengutarakan perasaannya pada gadis itu.
Tapi Ino adalah gadis yang baru saja patah hati, dan mungkin saja Ino masih trauma dengan penyebab patah hatinya. Namun Ino adalah gadis realistis yang masih menjaga kewarasannya dengan apa yang menimpanya. Kenyataan yang menghancurkannya, dipermalukan oleh kekasihnya sendiri dihadapan muka teman dan sahabatnya. Namun ia bukannya depresi atas kejadian itu, gadis cantik itu tetap tegar dan mampuh menghadapi sekolah kembali dengan senyum cerah.
Atau Ino hanya berpura-pura tegar dan waras, ia tak pernah tau sehancur apa gadis itu sebenarnya?
Meski Gaara merasa Sasuke benar-benar bodoh. Ya, sahabatnya itu tak bisa mengendalikan nafsunya, menyedihkan bukan? Bahwa kenyataan Sasuke seperti itu adalah untuk mejaga gadisnya.
Dan mungkin saja kejadian ini juga menjadi kesempatan baginya.
Dalam perjalan dengan mobil mewahnya ia tersenyum simpul. Senja kini hanya menyisakan garis jingga di cakrawala, sekitar pukul 5 tadi ia mengantar Ino pulang ke rumahnya dan kini setelah mengantar gadis itu, tujuannya bukanlah rumah mewah Sabaku, melainkan basecamp yang beberapa bulan ini selalu menjadi tempat ia menghabiskan waktu. Dan beberapa hari ini menjadi tempat tinggalnya.
Bukan tanpa alasan ia lebih memilih rumah singganya itu, Gaar hanya akan pulang ke rumah saat ada keperluan penting atau hanya untuk mengambil barang yang mungkin ada di rumahnya itu.
Ya, semenjak ia tau rahasia terbesar dalam hidupnya, kini pandangan hidupnya berantakan. Kepercayaan pada sosok ayah, rasa sayangnya pada wanita yang selalu ia panggil ibu, menguap. Dan perlahan lenyap, menyisakan kemarahan pada keluarganya.
Itu mengapa ia sangat malas untuk pulang ke rumah mewahnya.
Mobil aston martin merahnya ia parkirnya di halaman rumah yang tak terlalu besar itu. Ia tak kaget kalau ada mobil mewah milik salah satu sahabatnya.
Uchiha Sasuke ada di dalam.
Namun kini, Gaara yang dibuat mengerutkan alis tak terlihatnya, melihat sahabatanya berada di basecampe mereka sore itu yang masih memakai seragam lengkap. Mungkin kini Sasuke juga kabur dari rumah?
Daripada memikirkan itu, ia lebih memilih duduk disalah satu sofa yang ada di ruangan, dan meletakan kantong yang berisi beberapa beer. Sebelum datang kesini, Gaara lebih dahulu membeli beberapa minuman dan makan ringan juga rokok.
Membuka satu kaleng beer dan mulai menegaknya. Mengabaikan Sasuke yang berbaring di sofa di depannya dengan mata terpejam. Namu ia tau Sasuke tak benar-benar tidur.
Dan benar Sasuke meliriknya sekilas, tak acuh tanpa merubah posisi berbaringnya.
Kali ini Gaara hampir tersedak beer yang ia minum sesaat, saat mata hijau teduhnya menangkap beberapa kaleng beer yang telah kosong berserakan di meja dan lantai. Sasuke menghabiskan beer sebayak itu? Seorang diri?
Apa putus dari Ino membuat seorang Uchiha Sasuke sehancur ini? Apa efek Ino begitu besar dalam kehidupan Sasuke? Jadi siapa yang patah hati disini?
Gadis itu benar-benar mengerikan.
Gaara membenarkan posisi duduknya, mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celana seragamnya. Mengeluarkan satu batang dan menghisapnya.
"Apa seperti ini efek putus dari Ino?" Komentar Gaara disela merokoknya. "Jadi lebih mengerikan dari mariyuana ya candunya?"
Ingat, Sabaku Gaara tak pernah patah hati seumur hidupnya, atau belum.
Sekilas terdengar mengejek di telinga Sasuke. Apa lagi, dari sudut mata kelamnya ia melihat bibir tipis yang masih asik merokok itu menyeringai saat mengucapkannya. Namun ia tak peduli dianggap depresi karena masalahnya dengan Ino atau dibilang gadis itu adalah penenang kewarasannya. Karena ada yang lebih menyentil pikirannya saat ini.
Pemuda raven itu bangun dari berbaringnya, duduk menatap dingin pada sahabat di depannya.
"Apa maksud ucapanmu di kanting tadi Sabaku Gaara?" Ucapannya cukup pelan, sambil membuka satu lagi kaleng beer lagi.
Tapi masih dengan jelas dapat didengar oleh Gaara.
Gaara dibuat mengernyit namun kemudian tersenyum, ia mengerti kemana arah pembicaraan sang sahabat. "Kenapa, kau keberatan?"
Itu adalah jawaban singkatnya. Yang seketika membuat kening pemilik mata onyx itu juga mengernyit dan juga tersenyum secara bersamaan.
"Apa maumu Sabaku Gaara, mencoba menjadi pahlawan untuk Ino?" Kini diselah bibir tipisnya sudah terselip satu batang rokok. Sungguh kini ruangan itu seolah bukan tempat yang diisi dua orang remaja yang tentu saja belum legal dengan dua macam yang sedang mereka konsumsi itu.
"Apa mauku?" Gaara membeo ucapan sang sahabat dengan tenang dan dibuat seolah berpikir. "Bagaimana kalau yang aku mau adalah Ino?" Sambungnya.
Hening.
Dua mata berbeda warna itu saling menatap. Onyx memicing tajam mendengar jawaban sang Sabaku, sedangkan turquoise memandang diam menunggu respon dari sang Uchiha.
Masih hening.
"Aku mau Ino sebagai hadiah atas kemenanganku untuk taruhan kita." Gaara melanjutkan. "Kau tidak lupa dengan janjimu akan memberikan apapun yang aku mau kan Sasuke?" Ia coba mengingatkan.
Kembali hening
"Dan yang aku mau adalah Ino."
Gaara masih melanjutkan, sedangkan Sasuke masih diam akan setiap kalimat yang terlontar dengan jelas dari mulut sahabatnya. Mencerna setiap kalimat yang ia dengar dengan baik dan memastika ia tak selah mendengar.
"Kau pikir apa yang membuatku menerima tawaranmu untuk menaklukan Hinata, waktu itu?" Pandangan mereka masih beradu. Namun Sasuke masih belum menanggapi atau lebih tepatnya membiarkan Gaara menyelesaikan maksudnya.
"Mungkin dulu kupikir meminta Ino semalam bersamaku sebagai hadiah kemenanganku, kau tak akan keberatan." Kini pandangan mata Gaara alihkan kearah kaleng beer di tangannya.
"Tapi kini obsesiku itu berubah, aku jatuh cinta pada Ino." Mata hijau teduh itu kembali memandang sang sahabat dan tersenyum "Kini aku menginginkannya bukan untuk semalam, tapi selamanya."
Bibir sang Uchiha bungsu tersenyum tipis pada akhirnya dengan mendengar setiap kalimat yang meluncur mulus dari mulut sahabat rambut merahnya. "Kau tidak akan mendapatkannya, karena Ino milikku."
Kini Gaara yang dibuat tersenyum akan kalimat Sasuke. Kembali menegak beernya sebelum berucap. "Ya, mungkin itu dulu." Ucap pemuda berambut merah itu pelan. Ia masih santai dengan memainkan kaleng beer ditangannya. "Tapi tidak setelah apa yang terjadi Sasuke."
Pemuda raven itu masih cukup santai setelah mendengar pengakuan dari sang sahabat.
Jadi Gaara menyukai Ino sudah selama itu? Mengingat taruhannya ia buat saat sang sahabat baru pindah dari Amerika dulu.
Selama itu dan ia tak menyadarinya? Mungkin saja pemuda di depannya ini lebih brengsek dari dirinya. Mencoba menusuk punggungnya?
Sasuke tersenyum mematikan putung rokoknya yang memang tinggal sedikit pada asbak setelah menghisapnya dalam, kemudian ia meminum beernya sebelum berucap. "Apa kau merasa menang dariku?" Sasuke menjedanya. "Kau belum benar-benar menaklukkannya Gaara, karena kenyataannya Hyuga masih perawan."
Mereka kembali saling bertatapan. Dengan pikiran masing-masing.
"Kau tau Hinata masih perawan?" Gaara kembali membuka suara. "Jadi benar, kau tidur dengannya?"
Tak ada jawaban dari sang Uchiha. Seolah baru saja dengan tidak sengaja kartu trufnya ia buka sendiri.
Dan Gaara tertawa cukup keras yang ketara dibuat-buat didepan Sasuke.
Mengejek.
"Aku bukan kau Sasuke, aku tidak akan bercinta dengan gadis yang tidak aku sukai." Dengan memberi tekanan pada kata tidak.
Sasuke memicing tajam.
"Apa kau melakukanya dengan menutup matamu sambil mebayangkan Ino?" Gaara kembali tersenyum tipis.
Seketika Sasuke melompati meja dan mendaratkan pukulan di wajah tampan Sabaku muda. Sepertinya ia sudah jengah dengan setiap kalimat yang terlontar dari bibir itu.
"Kau sangat memuakan." Komentar Sasuke berdiri di depan Gaara dengan tangan masih mencengkram kerah seragam sang sahabat.
Sudut bibir Gaara berdarah, tapi bukan merasakan sakit, bibir itu malah tersenyum. Meski ia sebenarnya cukup kaget atas respon Sasuke yang tiba-tiba memukulnya. Dan pukulannya juga bukan main-main.
"Aku tidak bisa seperti itu Sasuke, karena aku lebih menyukai memandang wajah orang tak berdaya di bawahku saat aku bercinta." Gaara kembali melanjutkan dengan enteng. Seolah setiap kalimatnya tidak membuat sang sahabat meradang.
Entah perasaan Sasuke atau Sabaku Gaara hari ini sangat banyak bicara.
"Ternyata kau lebih brengsek dariku ya Sabaku Gaara?" Tangan yang bertenger pada kerah seragam itu ia hempaskan kasar.
Gaara kembali tersenyum kecil memandang Sasuke yang masih berdiri di depannya. Ya, ia memang sebrengsek itu, mencintai kekasih sahabatnya sampai sedalam ini. Tapi bukankah itu dulu, sekarang hubungan Sasuke dan Ino sudah berakhir bukan? Jadi dimana letak kebrengsekannya?
Apa saat ia mengakui perasaannya ia menjadi brengsek?
"Kau tidak lebih baik dariku, apa kau pikir Ino mau menerimamu?" Kalimat sarkas itu terlontar dari mulut Sasuke yang kini sudah kembali duduk.
Tidak, ia tidak berpikir begitu. Tentu saja Ino adalah hal termustahil yang bisa ia dapatkan dalam hidupnya.
"Paling tidak aku tidak pernah mengkhianati pasanganku dengan sahabatnya sendiri."
Dia hanya perlu jujur tentang kebrengseknya kan? Karena memang keyataanya ia tak pernah tidur dengan sahabat kekasihnya. Ia juga tidak pernah selingkuh.
Sasuke kembali memandangnya.
"Kau pikir berapa lama aku bersamanya, memprioritaskannya diatas segalanya. Bahkan aku menjadi brengsek untuk menjaganya." Sasuke kembali dengan ketenangannya, pandanganya menerawang jauh entah kemana.
Tentu Gaara tidak lupa akan kenyataan itu, Sasuke selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Tapi kenapa Sasuke tidak memaksa Ino untuk mendapatkannya?
"Kenapa kau tak memaksanya daripada menjadi brengsek yang menjijikan dibelakangnya?"
Punggungnya ia sandarkan pada sandaran sofa, kini kepalanya menengadah menatap langit-langit ruangan. "Tidak pada Ino, aku tidak bisa melakukannya." Entah ia juga tak mengerti kenapa. Mungkin saja ia ingin terlihat pemuda baik di mata gadisnya itu, meski kenyataanya dia sangat buruk.
"Jangan berpikir kau akan mencobanya Gaara." Kini ia mengalihkan tatapannya pada sahabatnya yang juga menatapanya dalam diam. "Kalau sampai kau melakukannya, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri."
Gaara tersenyum mendengarnya. Sasuke mengancamnya? Dan memangnya apa yang dipikirkan Sasuke tentangnya? Apa dia akan memaksa Ino?
"Jadi Ino seberharga itu ya?" Entah ia bertanya atau memberitahu dirinya sendiri. "Mari kita bersaing secara sehat untuk mendapatkannya Sasuke."
Sasuke masih menatapnya, saat Gaara mengatakan kalimat ajakan bersaing untuk mendapatakan Inonya?
Apa sahabatnya ini bercanda?
Dan jadi Gaara benar-benar menginginkan Inonya? Bukan sekedar sakit hati atas ia dan Hinata?
"Sejak kapan kau menyukainya?"
"Sejak aku melihatnya di sekolah Konoha Gakuen, tapi rasa sukaku itu menjadi rasa cinta yang besar sejak aku tau kau mengkhianatinya."
Selama itu? Dan Sasuke tak menyadarinya.
"Kau menjadi pria bodoh hanya untuk mengumbar nafsumu."
Ya, Gaara benar, dia bodoh. Tapi juga bukan salahnya sepenuhnya kan? Ditambah ia tidak pernah tau apa yang ia lakukan akan menyakiti Ino sampai sebesar ini, dan membuat dampak seperti ini bagi dirinya.
Mungkin dulu ia hanya ingin bersenang-senang. Tapi karena kekasihnya tak bisa diajak bersenang-senang ia jadi mencari kesenangnya sendiri. Dan kesenangannya itu seolah menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Ia juga tak pernah tau bahwa ia begitu mencintai Ino sampai membuatnya tak bisa bergerak dengan bebas. Sedikit ia berpikir, mungkin dulu ia hanya terobsesi dengan gadisnya itu sampai ia akan melakukan apapun untuknya. Dan saat apa yang dinamakan obsesi itu tercapai maka cintanya akan kembali normal.
Tanpa ia berpikir, itu bukan sekedar obsesi. Menuruti setiap kemauan Ino adalah prioritasnya. Ya, Ino adalah prioritasnya. Ia mencintai Yamanaka Ino sampai ketika gadis itu menangis karenanya, seolah membuat paru-parunya dipluntir dengan cukup kuat, yang membuatnya tak bisa menghirup udara. Dan bisakah ia kehilangan gadis itu?
Dan menyerah akan penolakannya?
Tidak, tidak sama sekali. Ia akan melakukan apapun untuk membuat Ino kembali.
"Apa kau merasa lebih baik dariku?" Sasuke menjedanya sejenak, "bagaimana kalau Ino tau, kau mendekati Hyuga hanya untuk mendapatkannya?"
"Tidak lebih buruk, saat Ino tau kekasih dan sahabatnya mengkhianatinya." Sesantai dan secepat itu ia merespon.
Tentu membuat Sasuke tak berhenti menatapnya. Pun kali ini, tatapannya masih tajam ia tunjukan pada sahabatnya. Ya, mungkin Gaara benar, di dunia ini ada orang yang tak bisa memaafkan pengkhianatan, dan Ino salah satunya.
Dan Sasuke adalah orang yang akan melakukan apapun untuk mendapatkan maaf itu.
"Mari kita bersaing dengan cara apapun untuk mendapatkannya?"
Ia tak pernah takut bersaing dengan siapapun, termasuk putra dari perdana mentri Jepang sekalipun.
Toh, Sabaku Gaara tidak lebih baik dari dirinya.
Yang diajak bicara tertawa kecil mendengarnya. "Dengan cara apapun?" Ia memastikan pendengarannya.
"Ya, dengan cara apapun." Pemilik onyx menekankan. "
Senyum mengembang dibibir Sabaku muda. "Ok."
Kesepakatan kembali keduanya buat. Entah apa yang ada didalam benak keduanya saat kembali membuat taruhan dalam hidup mereka. Seolah mengabaikan objek dari taruhan mereka akan terluka ataupun kecewa. Mungkin yang ada di otak keduanya hanyalah kesenangan dan masa remaja yang menyenangkan dengan segala skandal yang mereka ciptakan. Tanpa berpikir dampak panjangnya.
My effort
"Bagaimana Itachi?"
Barusaja sulung Uchiha itu menginjakkan kakinya di kediaman besarnya, sang ayah sudah menahannya dengan sebuah pertanyaan. Jadi tak ada pilihan selain mengehentikan langkahnya dan menatap sang ayah sebelum menjawah.
"Seperti yang Sasuke katakan, Karin menolak pertanggung jawaban." Dia berkata jujur saat mengatakannya.
Ruangan yang diisi tiga orang yang memiliki warna rambut yang masa itu sejenak hening akan jawaban si bungsu.
Uchiha Fugaku memijit pelipisnya. Entah kini kepalanya serasa mau pecah akhir-akhir ini, padahal tekanan darahnya masih normal. Ia juga tak memiliki riwayat hipertensi dan semacamnya.
Sedangkan wanita satu-satunya yang ada disana hanya menatap sedih pada sang suami.
"Diamana Sasuke?" Entah itu pertanyaan Fugaku tunjukan untuk siapa. Namun Sang istri yang langsung menjawah.
"Sasuke-kun, belum pulang dari sekolah." Wanita cantik itu berujar lembut.
Seketika Fugaku langsung menoleh kearah sang istri. "Dia belum pulang jam segini?" dan kemudian tatapannya tertuju pada putra sulungnya. "Telephone adikmu dan suruh dia pulang sekarang juga Itachi." Dengan nada yang meninggi, namun itu tak membuat Itachi segera melakukannya.
"Hn. " Hanya trendemarknya sebagai jawaban dan kemudian melangkah meninggalkan ruangan yang baru saja ia mengijakan kakinya.
Ia perlu membersihkan diri dan istirahat, sebelum itu. Dari pagi ia sudah sibuk dengan perusahaan dan soreharinya menghadapi seorang wanita yang katanya mengandung anak dari adiknya, dan sekarang seolah ia dilarang untuk istirahat, kembali ia harus mencari sang adik yang entah jam sudah menunjukan pukul sembilam malam tapi Sasuke belum juga pulang.
Ia tak pernah tau tempat-tempat yang sering didatangi sang adik selama ini, karena hari-harinya selalu ia habiskan untuk menguruh perusahaan untuk menumpuk uang dan kekayaan Uchiha. Jadi ia tak tau kemana ia harus mencarinya.
Pantatnya ia hempaskan pada ranjang king size miliknya, sebelum medeal kontak Sasuke pada ponsel canggilnya.
Belum ada jawaban.
Dan mencoba beberapa kali, namun tetap sama saja, Sasuke tak menjawab panggilannya.
Jadi ia memilih untuk menulis pesan untuk Sasuke. 'Pulanglah Sasuke, kau dimana? Ayah mencarimu, jangan membuatnya lebih marah lagi.'
Sulung Uchiha itu menghempaskan pelan ponsel digengaman pada kasur empuknya pelan, sebelum beranjak dari sana setelah mengirim pesan yang ia tulis.
Lalu kini ia memilih mandi untuk meregangkan otot-ototnya yang lelah sebelum ia benar-benar emosi nanti.
Air dingin yang mengucur dari shower membuat ia kembali rileks, ia adalah orang yang tenang dalam situasi apapun dan tak akan pernah kehilangan ketenangnya itu apapun yang terjadi.
Namun kali ini otaknya buntu, entah saat menyangkut sang adik ia bisa selemah ini. Mungkin karena rasa sayangnya pada Uchiha Sasuke lah penyebabnya. Tapi, mungkin sang ayah benar, ia terlalu memanjakan adiknya itu sampai Sasuke seenaknya seperti ini.
Jadi apa yang tidak ia tau sebenaranya dari adik yang ia sayangi itu?
Padahal Itchi mengira, Sasuke selalu bercerita apapun padanya, tidak terkecuali tentang gadis yang ia cintai, Yamanaka Ino.
Tapi ya, Itachi hanya tau gadis itu dari cerita Sasuke, ia tak pernah tau seperti apa gadis itu rupanya. Meski Sasuke pernah menggambarkan secara detail tentangnya, Itachi belum pernah bertemu dengannya sekalipun.
Seharusnya, sekitar satu bulan yang lalu Sasuke akan memperkenalkan gadis itu pada keluarganya, tapi itu hanya menjadi rencana yang tak perna terealisasi.
Gadis bunga, Sasuke menyebutnya seprti itu. Karena keluarganya memiliki tokok bunga dipusat kota, dan Ino sangan menyukai bunga. Sebenarnya Itachi tak pernah sepenasaran ini akan sosok seseorang. Jadi seperti apa gadis bunga itu yang mampuh membuat adiknya jatuh begitu dalam akan pesonanya dan begitu menjaganya?
Pertama Sasuke menolak perjohodan dengan seorang Hyuga Hinata, kedua ia menolak bertanggung jawab akan perbuatannya. Tapi kenapa Sasuke sampai begitu rusaknya hanya karena seorang gadis.
Pria tampan itu mendengus, ia beruntung karena tak pernah berurusan dengan makhluk yang namanya wanita. Tapi bukan berati ia tak normal, hanya ia malas dan sudah terlalu sibuk jadi itulah yang menjadi alasan.
Itachi menghabiskan waktu cukup lama untuk mandinya kali ini, setelah berganti pakaian ia berencana turun dan membuat kopi, bersantai sejenak dengan menikmati secangkir kopi mungkin menyenangkan.
Namun langkahnya terhenti saat suara sang ayah ia dengar cukup nyaring dari arah tangga yang ia pijak.
"Darimana aja kau Sasuke?"
Alisnya berkerut. Adiknya sudah datang? Setelah mandi tadi ia belum mengecek ponselnya, tapi ia yakin Sasuke pasti akan membacanya.
Sasuke masih berdiri diam disana dengan setelah seragam sekolah dan tas rangsel yang ia sampirkan pada sebelah bahunya.
Tak ada jawaban.
"Sasuke-kun, mandilah dulu. Apa kau sudah makan?" Suara lembut sang ibu bagai lonceng surgawi ditelinganya.
Baru saja ia akan melangkah menuruti ucapan sang ibu, namun suara ayahnya kembali menahannya.
"Tetapa disini Uchiha Sasuke."
Haaa... dari arah tangga Itachi membawa langkahnya keruang keluarga. Hempusan nafas kasar menandakan rencana minum kopinya lenyap sudah.
"Sebenarnya apa saja yang kau lakukan diluar ha?" Fugaku kembali berucap nyaring, kini ia sudah melangkah mendekati putra bungsunya itu.
"Kenapa kau suka sekali membuat masalah?" Kini lebih pelan Fugaku berkata.
Ia tak mengerti, selalu yang ayahnya katanya disini yang mana saja? Ia menyesal memutuskan pulang tadi. Setelah menghabiskan waktu dengan minum dan sahabat rambut merah batanya tadi, ia mengabaikan panggilan sang kakak. Namun tetap saja Sasuke membaca pesan kakaknya itu. Dan jadi ia memutuskan pulang, meski ia malas.
"Kau tau yang kau lakukan ini fatal Uchiha Sasuke?" Jeda untuk menghela nafas. "Berhenti bersikap seenaknya dan mulailah bertanggung jawab atas perbuatanmu." Kembali Fugaku mebentak.
Kalau sang ayah menyudutkannya tentang Karin, tentu saja ia tak bisa diam. Bagaimanapun juga tidak ada yang tau kalau bayi yang dikandung gadis bodoh itu adalah anaknya kan? Kenapa keluarganya bisa begitu dengan mudahnya percaya?
"Kalau yang ayah maksud bertanggung jawab atas kehamilan Karin, aku tidak mau." Ia berucap cukup tenang, tanpa ada ketakutan sedikitpun. Mata hitamnya juga menatap pria paruh baya di depannya.
Plak!
Tamparan yang membuat ia harus terhuyung kerah sang kakak, yang langsung menangkapnya.
Ya Itachi sudah berdiri sejak tadi dengan diam.
Namun Sasuke kembali berdiri dengan segera bahkan ia sedikit menyentak pegangan sang kakak.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?" Pandangan mata tuanya masih tajam, meski kini suaranya memelan.
"Biarkan dia mengugurkan bayinya aku tidak peduli." Final Sasuke yang dengan otomatis kembali membuat ayahnya akan kembali melayangkan subuah tamparan.
"Ayah?" Itachilah yang kembali menolongnya, menahan tangan sang ayah diudara.
"Aku sudah bilangkan, Karin tidak mau pertanggung jawaban." Suaranya lembut dan tenang. Menghadapi ayahnya yang sudah mulai emosi tentu bukan dengan emosi juga kan. "Kalaupun dia mau, aku yang akan bertanggung jawab, aku yang akan merawat bayinya setelah ia lahir nanti." Finalnya.
Fugaku kembali memicing menatap putra bungsunya.
"Blokir semua, keuangan Sasuke dan tak ada fasilitas apapun sekarang untuknya." Dan itulah final sang kepala keluarga sebelum mengakhiri perdebatan malam itu untuk melangkah pergi dari hadapan keduanya.
Sasuke masih diam.
Itachi menghela nafas.
Mikoto melotot tak percaya.
Kemudian sebuah senyum dengan dengusan Sasuke tunjukan untuk dirinya sendiri. Apa dia menjadi miski sekarang? Tanpa fasilitas yang selama ini menguntungkannya. Dan apa ia takut akan semua itu? Tidak, Uchiha tidak pernah takut akan apapun. Tidak juga saat ia kehilangan hak akan fasilitas yang selalu ia nikmati selama ini.
Itachi menatapnya dalam diam. Keputusan ayahnya sudah final. Tapi tentu ia tak akan tega, begitupula dengan sang ibu.
"Itachi-kun?" Gumam wanita cantik itu lembut.
Dan pria tampan tak bercelah itu tersenyum lembut kearah ibunya, seolah mengatakan semua akan baik-baik saja, "biar aku yang mengurus." Ia meyakinkan.
Sasuke pergi dari sana, mengabiakan keduanya. Ia sudah lelah, ia ingin segera merebahkan badannya dikasur empuknya malam ini.
Sedangnkan Itachi menuju tujuan awalnya, menikmati secangkir kopi, setelah sang ibu juga meninggalkan tempat itu. Tidak ada yang perlu ia pikirkan, karena tidak ada yang berubah. Meski sang ayah memberi ultimatum demikian. Karena walapun demikian, itu tidak akan bertahan lama.
Ia tau sesayang apa ayahnya itu pada Sasuke, meski sang ayah selalu mengatakan kalau dirinya dan sang ibu yang selalu memanjakan Sasuke, tapi kenyataanya sang ayahlah yang memanjakan Sasuke sebenarnya, memberi fasilitas dengan segala kemudahannya. Jadi tidak heran, meski Karin dan Sasuke berbeda benua kenapa Karin bisa mengaku hamil anak adiknya. Karena ia tau beberapa kali Sasuke memang mengunjungi Amerika. Meskin tak terbesit sedikitpun akan hal itu terjadi di otak jenius Itachi.
Dulu saat dirinya seumuran dengan Sasuke ia sudah disibukannya dengan aktifitas kuliah. Kenapa? Karena ia hanya perlu empat tahun untuk menyelesaikan sekolah menengah pertama dan atas.
Ia juga hanya perlu empat tahun untuk menyelesaikan S2-nya di Todai. Jangan lupa dengan lulusan terbaik di universitas terbaik pula. Ya, Uchiha Itachi adalah seorang jenius yang pernah ada. Jadi tak heran diusianyayang masih cukup muda ia sudah memimpin perusahaan keluarganya dan miliknya yang ia dirikan dua tahun lalu.
Dengan segala kesempurnaannya, Uchiha Itachi disebut monster, predator yang mengerikan oleh pesaing-pesaingnya.
Dan meski begitu, ia mengaku payah dalam urusan wanita, bukan seperti adiknya. Bibirnya tersenyum bersama dengan ia menyesap kopinya kala ia mengingat Sasuke. Sulit dipercaya adiknya yang ia tau pendiam dan manja itu bisa memiliki percintaan yang rumit, meski tak menutup matanya akan pesona sang adik atau pesona seorang Uchiha. Karena ia juga sangat populer dan berapa wanita yang rela merangkak di kakinya? Ia tak bisa hitung.
Lalu kenapa sekarang ia tak menyusul Sasuke, apa ia tak peduli? Dan malah memilih menikmati kopi dan bersantai? Tentu saja tidak begitu. Ia pikir Sasuke memerlukan waktu sendiri, biarkan adiknya itu memikirkan semua yang ia lakukan, baik dan buruknya.
My effort
Sabaku Gaara, sedang menikmati sarapa paginya, kala sang ayah bergabung ketempat makan. Namun ia masih tak mengacuhkan sekitar, ini kali pertama ia ada di rumah pagi itu. Biasanya ia sudah pergi pagi-pagi sekali sebelum keluarganya memulai beraktifitas.
Kali ini pun, ia hanya meminta sandwich dengan daging yang banyak dan susu. Itu pun ia memita pembatu rumahnya yang membuat, tidak seperti biasanya yang ia akan dengan senang hati memakan masakan wanita yang ia panggil ibu.
Sepertinya hati pemuda berambut merah bata itu masih kecewa dengan apa yang baru ia ketahui.
Lalu kenapa pagi ini, ia masih ada di rumah? itu karena ia ingin bicara pada sang ayah.
Meski sang ayah sudah memutuskan duduk ditempanya, Gaara masih asik dengan sarapanya.
"Tumben kau masih di rumah Gaara?"
Ayah tiga anak itu cukup penasaran juga si bungsu ada di rumah ditambah sedang menikmati sarapan. Rasanya sudah lama ia tak pernah melihat putranya itu meski sang istri bilang Gaara pulang, hanya dia sudah tidur dan paginya dia sudah pergi.
Namun kali ini pemandangan langkah untuk beberapa hari ini.
Aktivitas yang Gaara lakukan, ia hentikan sejenak menatap sang ayah yang duduk pada kursi di sampingnya.
Setelah ayahnya bergabung, Temari yang saat itu ada di rumah dan Kankuro pun ikut bergabung, lalu ibunya yang membawa kopi untuk sang ayah pun ikut bergabung.
"Ada yang ingin aku sampaikan pada ayah." Kini tatapan ia alihkan pada pria yang berumur itu.
"Ada apa?" Secepat itu Rasa menjawab.
Sejak Gaara mengetahui yang sebenarnya, semua orang yang ada di kediaman Sabaku itu melihat perubahan Gaara yang lebih dingin dari sebelumnya tanpa terkecuali. Dulu Gaara hanya akan menurut pada Kicho, tapi kini menatap wanita itu pun ia tak sudi.
Helaan nafas Gaara ambil untuk memulai kalimatnya. "Aku ingin ibuku tinggal disini." Dengan menekan kata ibu, ia berucap yang langsung membuat mata keempat orang yang ada disana melotot.
Hening.
Sampai si sulung bersuara akan keberatannya. "Jangan bercanda?"
"Kenapa, kau keberatan?" Kini ia mentap tajam Si sulung.
"Paling tidak hargai Ibu yang merawat dan membesarkanmu?" Entah memiliki kekuatan dari mana Temari mengatakannya.
Ya, Sabaku Temari sudah mengetahu semua tentang ayah, ibunya dan Gaara. Makanya tidak ada perdebatan dari awal kenapa Gaara yang menjadi kandidat penerus sang ayah.
Tapi ia biasa saja, toh Gaara juga terlihat begitu menyayangi sang ibu sebelum ia mengetahui kebenarannya.
Namun kini Gaara berbelot. Dan Temari tak bisa menerima itu.
"Hn!" Sebuah dengusan Gaara berikan. "Apa yang kau maksud merawat dan membesarkanku itu dengan mengunsikanku ke Amerika?" Ia berucapa dingin dengan pandangan tajam ia berikan pada sang kakak.
Melihat perdebatan keduanya, ketiga orang yang ada disana masih diam.
"Itu karena ibumu gila."
Pyak...
Segelas air terlempar pada wajah Temari dengan sengaja. Ya, Gaara menyiram Temari seketika setelah Temari menyelesaikan kalimatnya.
"Jaga ucapanmu, aku bisa melempar lebih dari air padamu Temari." Gaara sudah berdiri.
Dan semua yang ada disana melotot dengan tak percaya. Ayahnya masih diam, Kankuropun sama dan ibunya hanya menutup mulut tanda tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
Gelas digegamnya ia letakkan pada meja dengan cukup keras. Lalu mengambil tas rangselnya dan menyampirkannya dipundak sebelum melangkah pergi dari tempat kejadian dalam diam.
Ia tak peduli dengan semuanya. Orang-orang di rumahnya ini penuh muslihat dan senang sekali membodohinya. Mungkin dia bisa tak acuh dengan semuanya tapi tidak sekarang setelah ia tau penderitaan sang ibu di Belanda.
Tak diterima, dibenci, dikucillkan dengan alasn tak rasional dianggap gila dan semua hal buruk telah dilemparkan pada ibu kandungnya. Lalu apa ia hanya akan diam saja sekarang? Dan menganggap semua baik-baik saja? Dia bisa melawan siapapun bila keinginannya ditentang tidak termasuk sang ayah dan kedua kakaknya.
Setelah membalas pesan yang dikirim Sasuke, Gaara segera melempar kunci mobil yang biasa ia pakai dan menggantinya dengan mobil lain miliknya yang memiliki empat tempat duduk.
Sahabat ravennya itu mengirim pesan padanya sekitar sepuluh menit yang lalu saat ia sarapan, namun belum sempat ia balas meski sudah ia baca, yang isinya meminta Gaara menjemputnya.
Jadi tak ada pilihan lain selain mengunakan mobil Maserati Grancabrio merah dengan kap terbuka. Mobil itu baru ia beli dengan tabungan pribadinya satu bulan yang lalu hanya untuk koleksi. Dan belum niat untuk memakainya.
Namun sekarang sepertinya ia harus mengunakannya perdana. Sebab ia butuh mobil dengan empat kursi, untuk menjemput sahabatnya Sasuke dan gadis yang akan selalu ia antar jemput Ino.
Entah ada apa lagi sekarang, sampai Sasuke memintanya menjemputnya. Apa mungkin mobil sahabatnya itu dipakai sang kakak seperti sebelumnya?
Tapi mengabaikan itu. Dalam hati ia berdoa semoga Ino tak keberatan dengan mobil kap terbuka. Ia cukup tau seorang gadis akan merasa risih bila riasan wajah dan rambutnya berantakan karena angin.
Sesampainya ditujuan ia bisa melihat Sasuke sudah menunggunya bersama seorang pria dewasa. Tak perlu diberi tau, ia sudah bisa menebaknya siapa, dialah Uchiha Itachi. Serperti kabar yang ia dengar kata sempurna seolah mencemoohnya. Karena sosok didepannya ini jauh lebih dari kata itu.
Gaara memilih tetap di dalam mobil tanpa mau repot untuk turun karena Sasuke segera naik tanpa perlu membuatnya menunggu lama.
"Sabaku Gaara?" Sapaan sekaligus memastikan dari sang sulung Uchiha.
"Hn." Dan itulah jawabanya Sabaku muda.
Kemudian sebuah senyum hangat Itachi berikan disusul dengan ucapan, "hati-hati!"
Mungkin Uchiha bersaidara itu mirip tapi menurut Gaara Itachi jauh lebih manusiawi dan ramah.
Jangan lupakan usapan pada belakang kepala Sasuke sebelum sang adik memutuskan naik ke dalam mobil miliknya tadi. Jadi hari ini ia bisa melihat sisi lain dari Uchiha Sasuke seperti seekor anjing penurut.
Dua kali sudah ia melihat Sasuke tak berkutik dan menurut jauh dari kata arogan yang menyebalkan seperti yang ia lihat selama ini.
Pertama karena gadia Yamanaka, kedua hari ini karena sang kakak.
Ia tersenyum saat setelah menjalankan mobilnya, meninggalkan sosok Itachi yang masih berdiri ditempat setelah mobil itu menjauh.
Dan betapa beruntungnya Sasuke memiliki sosok Itachi dalam hidupnya.
"Ada apa lagi kali ini, mobilmu dipakai kakakmu lagi?" Gaara mencari tau dari rasa penasarannya.
Sasuke menatapnya sejenak sebelum menjawab.
"Semua fasilitasku disita." Jelasnya
Membuat Gaara juga menatapnya.
"Ayahku melakukannya." Sebelum Gaara bertanya Sasuke lebih dulu menjawab. "Karin benar-benar membuat masalah dalam hidupku." Kembali ia berucap yang membuat sabahat disampingnya diam tanpa berniat bertanya lagi. Karena ia sudah paham.
Jadi kejadian yang menimpa sahabatnya ini sampai pada penyitaan barang-barang Sasuke tanpa terkecuali mobilnya.
Perjalanan menuju sekolah mereka setelah itu hanya diisi dengan sebuah lagu dari band favorit mereka one ok rock yang berjudul renegades yang diputar oleh sang pemilik mobil.
Sampai sebuah suara kembali memecah keheningan diantara mereka.
"Kau ganti mobil?" Sasuke bertanya yang baru sadar mobil yang ia naiki kini bukan mobil yang biasa sahabatnya itu kendarai.
"Hn, tak ada mobil yang muat untuk tiga orang selain ini." Terang Gaara yang juga menatap pemuda disampingnya.
Sasuke dibuat mengerutkan alisnya tak mengerti atau ia paham siapa orang ketiga itu. "Maksudmu?" Ia bertanya untuk memastikan.
"Kita akan menjemput Ino juga." Jawab Gaara.
Dan benar, sesuai dugaannya.
Kini tatapan tajam ia berikan pada orang yang baru memberi jawaban itu. Sambil memicing ia kembali bertanya. "Apa kau pikir Ino sudi satu mobil denganku?"
Dan hanya dijawab dengan gedikan bahu tak acuh oleh sahabat rambut merahnya.
"Ck!" Hal itu membuat pemuda rambut raven berdecak.
Sebenarnya setelah kejadian tadi malam, ia tak masalah dengan hukuman sang ayah terhadapnya. Asal dengan ini ia bisa bebas dari gadis sialan Karin.
Dan sebenarnya tadi sang kakak, sudah memberinya kunci mobilnya dan jangan lupa mobilnya bukan hanya satu di garasi rumah. Mobil hadiah dari kakak tercintanya juga ada, tapi Sasuke memang enggan mengunakan semua fasilitas apapun itu untuk sekarang.
Biarkan ayahnya sadar dia tak akan mati hanya karena keuangan dan kendaraannya di blokir.
Itachi juga memberikan kartu kredit miliknya dan tentu Sasuke menolaknya.
Untuk sang Ibu, dengan senyum hangatnya memberikan bekal untuknya. Mungkin Ibunya itu takut ia kelaparan, sebab ia tak memiliki uang jajan lagi. Meski kenyataanya tidak begitu
Tentu, ia masih memiliki uang meski tak banyak sebab Sasuke tak pernah menyimpan uang cash. Jadi meski sebenarnya ia enggan menerima bekal dari sang ibu, akhirnya ia bawa juga. Ia tak ingin membuat ibunya kecewa.
Lalu sekarang apa ia menyesal karena tak mau mengunakan mobil sang kakak?
Tadi ia mengirim pesan pada kedua sahabatnya untuk menjemputnya entah siapa yang membalasnya lebih dulu dan tenyata Gaara memberi respon dulu. Daripada Naruto yang mungkin kini sahabat satunya itu masih tidur.
Meski sedikit menyesal kini, karena ia yakin mantan kekasihnya itu akan menolak satu mobil dengannya.
Kita lihat saja nanti.
Sebuah pertanyaan dari Gaara mengintrupsi lamunan panjangnya.
"Apa menurutmu Ino tak keberatan naik mobil dengan kap terbuka seperti ini?"
Sebuah pertanyan yang cukup polos untuk pemuda brandal plus brengsek seperti Sabaku Gaara.
Dan itu membuat Uchiha Sasuke tersenyum mengejek kearahnya.
Dan benar, gadis itu sudah menunggu didepan rumahnya dengan setelan seragam musim panas yang terasa sangat cocok melekat pada tubuh indahnya.
Melihat pemandangan yang menajubkan itu tanpa sadar membuat keduanya tersenyum.
Mungkin dulu Sasuke akan langsung meloncat turun dan memberikan ciuman selamat pagi. Itu dulu, sebelum hari ini. Karena sekarang sahabat rambut merahnyalah yang turun untuk menjemput dan menuntun Ino masuk kedalam mobil, membukakan pintu yang dulu ia lakukan.
Sebelum masuk Ino mengerucutkan bibir berwarna peachnya saat mata aquanya menangkap pemuda raven ada di mobil yang sama denga pemuda yang sekarang berdiri di depanya.
"Maaf membuatmu menunggu." Jelas Gaara.
Seolah baru sadar, Ino hanya menatap teman prianya.
Gaara kemudian menambahkan. "Tak apakan duduk dibelakang dengan mobil atap terbuka?" Seolah penuh dengan kehati-hatian Gaara bertanya.
"Tak apa." Jawab Ino dengan senyum secerah mentari dimusim panas. Hangat.
Meski Ino tak paham, dengan perasaan Gaara. Apa pemuda itu tak merasa sakit hati atau rasa dikhianati oleh Sasuke? Karena sepertinya mereka baik-baik saja, tak ada yang berubah dengan pertemanan mereka.
Dan Ino tak mau memusingkan itu.
Perjalanan menuju ke sekolah, entah terasa lebih lama dari biasanya. Mungkin karena merasa tak nyaman berada diatara dua pemuda stoic.
Dan keheningannya pun terganggu dengan suara ponsel miliknya. Tanpa perlu berpikir terlalu lama ia mengangkatnya.
"Ah! Iya, aku melupakanya." Gadis bermata aqua itu menepuk jidatnya pelan, yang baru menyadari bahwa ia melupakan bekal makan siangnya. Padahal ia sudah menyiapkannya tadi. "Tak apa mama, aku bisa makan di kantin nanti." Terangnya, meyakinkan sang mama untuk tak perlu khawatir.
"Ada apa Ino?" Gaara sedikit menoleh setelah mendengar pembicaraan Ino dengan si penelpon.
"Aku melupakan bekal makan siangku." Dan Gadis itu selalu mengutaran apa yang ada di kepalanya dengan gamblang.
"Apa perlu kita kembali?" Gaara kembali bertanya.
Dan Ino menggeleng. "Tak usah Gaara."
"Kau yakin?"
Dan ia mengangguk mantap.
Sedangkan Sasuke hanya diam. Sampai bunyi ponselnya kembali mengalihkan pikirannya.
Nama Naruto yang tertera di layar ponselnya.
"Hn-?" Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, suara di sebrang telpone sudah mengintrupsi dengan nyaring.
"Maaf Sasuke, aku baru bangun jadi baru membaca pesanmu, kau dimana sekarang?" Ucapnya sampai lupa caranya bernafas, ia takut kalau sahabatnya itu menunggunya.
Ya, Sasuke ingat, ia tadi memang meminta sahabat pirangnya itu menjemputnya.
"Aku sudah di dalam mobil Gaara." Terangnya.
Dan suara helaan nafas terdengar.
"Kita bertemu di sekolah saja."
Setelah kalimat itu, sambungan pun tertutup.
Tak lama mobi mewah yang membawa tiga orang remaja itu pun berhenti di halaman luas sebuah sekolah mewah. Ketiganya pun turun, yang bergegas turun terlebih dahulu adalah sang gadis Yamanaka.
"Arigatou Gaara." Ucapnya setalah kakinya menginjak tanah.
Namun belum sempat ia melangkahkan kaki jenjangnya menjauh dari mobil yang beberapa detik lalu ia tumpangi, tangannya sudah lebih dulu dicengkeram, lembut.
Kepala bersurai platina itu menoleh cukup cepat, untuk melihat siapa yang menahannya. Meski ia sudah bisa menebak, siapa pelakuknya. Karena yang berada di posisi kanan yang sejajar denganya adalah pemuda Uchiha. Dan benar, Sasuke mencengkram pergelangan tangannya, bukan sebuah cengkraman kuat yang menyakitkan. Hanya cengkraman lembut yang mungkin dulu sering pemuda itu berikan padanya. Tapi kini rasanya seperti asing akan tangan yang masih menggenggamnya lembut itu.
"Ada apa?" Ia tak bisa untuk tidak penasaran kan?
Dan tanggan besar itu terlepas perlahan, sebelum mengambil sesuatu dari dalam tas rangsel berwarna navy yang ia biarkan mengantung disisi tangan satunya. Kotak makan yang berwarna sama dengan tasnya yang baru ia keluarkan, kini ia sodorkan pada sang gadis.
Permata samudra dalam itu mengernyit, tak paham. Namun sebelum ia bertanya. Suara baritone itu menjelaskan.
"Ibuku membuatkanku bekal, kau tau aku tak suka mengahabisakan jam istirahatku untuk memakan bekal kan?" Sasuke menarik nafas pelan. "Jadi ini untukmu saja, kebetulan juga kau melupakan bekalmu kan?" terangnya dengan cukup lembut.
Setelah mengucapkan kalimatnya, dan kotak bekal ditangannya berpindah pada tangan gadis di depannya ia mulai melangkahkan kakinya menuju kelas pertamanya.
Ino kembali dibuat mengerucutkan bibir mungilnya, bukankah perlakuan Sasuke tadi begitu manis? Sebuah helaan nafas pendek sebelum ia tersenyum karena ulah pemuda yang telah menjadi mantannya.
Ya, Sasuke memang selalu manis padanya kan? Dulu, terlepas dari semua kebodohanyan yang menjijikan. Kembali Ino menghela nafas, sebelum kembali melangkah menjauh dari mobil.
Dan menyisakan pemilik mobil yang masih terdiam, menyaksikan adegan di depannya. Ini bukan kali pertama Gaara melihat Sasuke berperilaku manis pada Ino, namu ini kali pertama ia melihat setelah kedua sijoli itu putus. Setelah putus Sasuke masih semanis itu pada Ino dan Ino juga terlihat tak menolak.
Jadi berapa persen kesempatanya untuk bisa memenangkan gadis itu?
Memang hubungan keduanya terjalin cukup lama, dan kebohongan Sasuke cukup untuk membuat hubungan keduanya berakhir.
Lalu, apa ia takut dengan pesanginya kali ini? Dan apa Sabaku Gaara akan dengan mudah mundur?
Tidak, tidak akan. Meski persentasenya kecil, namun ia yakin Ino akan ia dapatkan. Kecuali, gadis itu memang menutup mata dengan semua kelakuan dan apa yang terjadi dengan Sasuke sekarang.
Bukan hanya tidur dengan sahabat-sahabatnya namun Sasuke juga berpotensi menjadi penanggung jawab dan seoarang ayah dari bayi yang dikandung oleh gadis bernama Karin.
Apa Ino akan tetap mengesampingkan hal itu? Gaara yakin, Ino bukan gadis bodoh.
Dan bukankah perjanjiannya kali ini, meraka boleh melakukan apa saja untuk menang?
Mungkin ini terdengar jahat untuk ukuran seorang sahabat. Tapi dari awal persahabatan mereka memang sudah penuh dengan kejahatan kan? Dan dia hanya seorang remaja yang sedang jatuh cinta pada gadis pujaannya. Seseorang yang ingin mencari sisa-sisa kebahagian dari kehancuran itu.
Dan sekarang genderang perang antara ia dan Sasuke sudah dibunyikan oleh keduanya kemarin. Dan apa yang membedakan dirinya dan Sasuke? Apa yang tidak dimilikinya dari Sasuke? Bukankah mereka sama-sama memiliki pesona, kekayaan, ketenaran dan segalanya? Ya, semua itu mereka miliki. Tapi yang membedakan dirinya dan Sasuke adalah ia memiliki kesetiaan ditas rata-rata manusia bisa setia. Termasuk Uchiha Sasuke.
Gaara bersumpah, ia tak akan menyentuh Ino bila gadis itu tidak menghendakinya, ia juga tidak akan menyentuh gadis lain seperti yang lakukan Sasuke. Ia akan menunggu seberapa lama Ino ingin ia menunggu.
Tinggal menunggu waktu Gaara akan mengutarakan perasaanya. Kalau ia mengutarakannya sekarang, Ino hanya akan menuduhnya mebual atau sebagai obat pelariannya. Yang gadis itu tau, ia baru saja patah hati seperti dirinya bukan?
Jadi mari kita lihat siapa yang akan mendapatkan Yamanaka Ino nanti. Ia atau Sasuke?
Kaki pemuda bersurai merah bata itu ia langkahkan mengikuti dua orang yang sudah berjalan cukup jauh di depannya.
My effort
Tujuan ketiganya adalah loker masing-masing terlebih dahulu, sebelum menuju kelas pertanya. Dan sejak keluar dari dalam mobil yang sama ketiganya sudah mendapatkan tatapan dari segala penjuru sekolah, dari mata-mata yang berberda warna termasuk seorang gadis yang kini baru saja mengambil buku dan mendekapnya erat pada dada.
Hyuga Hinata terpaku didepan loker miliknya, sampai suara berat yang sarat akan ketidak sukaannya membuatnya semakin mempererat dekapannya pada buku.
"Minggir! kau menghalangi jalanku bodoh." Suara Sasuke yang memang lokernya bersebelahan dengan gadis bersurai indigo itu.
Namun sebelum Hinata sempat menyingkir untuk memberi jalan pada sang pembuat masalah, sang pemuda sudah lebih dulu mendorongnya menyingkir dengan cukup kuat. Sampai ia tersungkur di lantai.
Mengabaikan gadis itu yang jatuh karena ulahnya, Sasuke memuka lokernya dengan kasar mengambil buku yang memang tak pernah ia bawa pulang.
Ino yang melihat hal itu hanya diam ditempat. Mungkin bila hal itu terjadi beberapa bulan yang lalu, ia tak akan mengabaikannya seperti ini. Pasti ia sudah memarahi habis-habisan mantan kekasihnya itu dan segera menolong Hinata. Namun kali ini ia tak peduli, mungkin ini akan terlihat jahat, tapi hatinya masih tak baik-baik saja. Sunggu ia takpercaya gadis lemah lembut seperti Hinata tega mengkhianati dua orang yang peduli padanya, ia dan Gaara. Meski ini sulit dipercaya, ada kemungkin Hinata dipaksa oleh Sasuke.
Namun melihat perlakuan Sasuke pagi ini pada gadis Hyuga, seperti itu, memang kemungkinan besar Sasuke memaksanya. Jadi bagaimana bercinta dengan cara memaksa? Rasanya mengerikan untuk dibayangkan, meski juga ia tak percaya Sasuke melakukan pemaksaan dalam hal ini. Lalu kenapa Hinata tak mencoba menjelaskan?
Ia hanya diam dan lebih memilih membuka lokernya dengan begitu banyak pikiran yang Bersarang di kepalanya. Kemana perginya sikap manis Sasuke tadi ya? Apa ia tidak tau atau lupa bahwa mantan kekasihnya itu hanya bersikap manis padanya seorang? Nyatanya Sasuke tak pernah memaksanya bercinta saat ia menolak dan malah lebih memilih berkhianat dibelakang. Entah siapa disini yang salah? Mungkin dirinya yang membuat Sasuke seperti itu, tapi kelakuan Sasuke tidak bisa dibenarkan.
Sebelum kepalanya meledak, karena pikiran yang bersarang memenuhi kepalanya pagi ini, ia lebih baik mengabaikan dan pergi. Toh memang benar, Hinata tak berniat menjelasakan apapun padanya. Juga Sakura, sahabatnya itu malah menjauhinya.
Sedangkan Gaara pun sama,pemuda bersurai merah acak-acakan itu menatap sekilsa gadis Hyuga kemudian menatap punggung Sasuke yang mulai menjauh. Sahabatanya memang sekejam itu.
Dan ia bukan Sasuke.
Tangan besarnya ia ulurkan pada gadis yang masih terduduk dilantai. Namun bukannya menerima uluran tangan yang ada di depannya, Hinata memberi tatapan binggung dan sedikit takut.
"Sebentar lagi bell jam pertama akan berbunyi, apa kau akan tetap duduk disitu?" Terangnya.
Apa ia peduli?
Ia hanya kasian.
"A-arigatou." Buru-buru gadis Indigo itu menyambut uluran tangan itu dan berdiri.
"Hn."
Hanya itu dan tanpa menunggu ia mebuka loker dan mengambil buka kemudian berlalu, menyusul keduanya.
Menyisakan tatapan yang sulit diartikan dari gadis Hyuga.
To be continue,,,
A/N : Maaf sbelumnya yang telah membuat para pembaca menunggu complications terlalu lama. Tiga tahun? Bukan waktu yang singkat untuk memikirkan hidup dalam kenyataan dan aku sampai mengabaikan complications ini. Maafkan aku!
Tapi, aku adalah tipe orang yang tidak suka dibuat penasaran, jadi sebisa mungkin aku juga tak akan membuat orang penasaran dengan cerita yang aku buat dan membuat mereka berharap. Mungkin aku akan lebih memilih memberi kejutan dari pada membuat sebuah janji. Atau memilih tidak mempublishnya sama sekali. Jujur aku takut berjanji.
Makanya karena aku sudah mempublish cerita ini, jadi aku insyaAllah akan menyelesaikannya. Aku harap ini bukan janji, tapi sebuah usaha. Meski mungkin ini akan menjadi multichap panjang, aku harap kalian masih setia mau menunggu. Dan tau tidak, sesenang apa aku saat tau masih ada respon yang cukup banyak untuk cerita absurt yang telah tebengkalai bertahun-tahun ini. Terimakasih ya. Aku terharu. Hiks...
