Minna-san… Apa kabar? Lama kita tidak ketemu yah…..
Btw nih, apakah hanya perasaan Dee atau akhir2 ini jadi sedikit sepi yah? Kalo gitu, Dee dan Lala-chan mau ngerecokin dgn kasih chap terbaru….. Tapi sebelumnya, bales review dulu deh…
ByuuBee
ByuuBee-san….. Hisashiburi desu…. Nyehehehe…. Arigatou udh review…. Makanya ikuti kelanjutan fic ini, maka akan ketahuan sebentar lagi siapa madre Feliciana~~~
Kisasa Kaguya
Dee: Yah, namanya juga dia masih anak kecil, Kisa-chan…. Kan yang dia liat mansion dan para vongola masih sama… wajar kalo dia kagak nyadar… Saking banyaknya pertanyaan Kisa-chan, Dee gk bs jawab satu-satu…
Lala: bener! Lu kayak menginterogasi penjahat! Daripada lu banyak nanya, mending lu baca aja lanjutannya. Pertanyaan lu semua bakal kejawab sendiri!
Dee: bener…. Dan arigatou udh review, Kisa-chan….
Waterfall
Uumm… bukan Waterfall-san… Lala-chan itu gk bisa bahasa jerman… Dia masih SMP…. Hai, Arigatou udh review, waterfall-san…
SunakumaKYUMIN
Mau tau apa yg terjadi dgn Kyouya di masa depan? Lihat jawabannya di chapter2 ke depan….
Mia Figlia e Dolce
By : Dee Kyou
Story © LalaNur Aprilia
Katekyo Hitman Reborn! Fanfiction
KHR © Amano Akira-sensei
(Kalo ini fic punya kami berdua, udh pasti D18 bakal jadi main pair)
Rating : T
Genre : Romance/Family/Angst
Pair : D18 forever love
Setting : Seven Years Later (18 : 23YO, D : 29YO)
- Chapter 7 : Insorgenza di Problemi -
.
"Wajar kalau kami tidak mengenalmu. Kau berasal dari masa depan, atau bisa dibilang, sekarang kau berada di masa lalu." Perkataan Hibari membuat air mata Feliciana terhenti seketika dan membuatnya membelalakkan mata hazel-nya tidak percaya.
.
"Kenapa kau mengatakan hal itu pada Felicia, Kyouya!?" Dino yang baru kembali dari Italia, berkata dengan amarah yang tidak bisa diredamnya. Dino hanya mondar-mandir di ruangan rapat. Saat ini, Dino dan Hibari berada di Vongola HQ bersama Tsuna dan yang lainnya.
"Apa aku salah? Cepat atau lambat dia harus tahu kalau dia bukan berasal dari masa ini." tantang Hibari.
"Kyouya….. kau ini…."
"Hmph."
"Kau harusnya memikirkan kondisi psikisnya. Ingat Kyouya, Felicia masih berusia empat tahun."
Hibari diam dan tidak merespon Dino. Dan hal itu membuat Dino semakin frustasi.
"Seharusnya kau bisa bersikap lebih baik dan lebih lembut lagi pada Felicia!"
"Kau tahu bagaimana sifatku."
"Aaaarrrgghh!" Dino memukul meja dan menghempaskan punggungnya pada kursi. Tsuna dan yang lain yang melihat perdebatan Dino dan Hibari hanya bisa diam. Mereka tidak berani mengusik Dino yang masih berusaha meredam amarahnya dan Hibari yang kini terlihat kecewa dan sedih mendengar Dino begitu menyalahkannya, meski pun Hibari berusaha untuk tidak memperlihatkannya.
Sebenarnya, Tsuna juga sedikit kecewa dan bingung dengan tindakan Hibari yang memberitahu Feliciana perihal bahwa dirinya bukan berasal dari masa ini. Karena akibat dari tindakan Hibari, Feliciana tidak mau makan apa pun dan sekarang Feliciana sedang terbaring sakit di ruang perawatan di markas Vongola.
Keheningan masih mencekam ruangan rapat. Bahkan Mukuro yang notabene adalah trouble maker dan orang paling usil, hanya diam tanpa senyum sedikit pun di wajahnya. Akhirnya Tsuna yang tidak tahan dengan keheningan yang mencekam itu, mulai membuka suaranya.
"Anoo…. Dino-san…" panggil Tsuna.
"Apa!?" bentak Dino. Tsuna dan yang lain, termasuk Hibari, tersentak mendengar nada tidak ramah keluar dari mulut Dino. Sepertinya Dino benar-benar gusar. Melihat wajah Tsuna dan para guardiannya yang terpaku –bahkan Lambo hampir menangis-, Dino segera sadar dan mengubah nada bicara serta raut wajahnya.
"Aaaahhh…. Maaf, maaf…. Aku tidak bermaksud kasar…. Maaf, Tsuna…. Lambo, jangan memasang wajah seperti itu.." ujar Dino tersenyum dan mengelus kepala Lambo.
"Dino-san, Felice-chan hanya kekurangan sedikit nutrisi. Aku yakin, setelah dirawat, dia akan kembali pulih." Hibur Tsuna.
"Yaah.. Aku tahu itu, Tsuna. Arigatou." Jawab Dino. Tiba-tiba pintu ruangan rapat terbuka, dan Shamal masuk ke dalam ruangan.
"Sawada-kun, gadis kecil itu sudah sadar." Ujar Shamal memberitahu. Dino langsung melesat menuju ruang perawatan, diikuti oleh Tsuna dan para guardiannya. Sesampainya di ruang perawatan, mereka melihat Feliciana tengah duduk dan memakan bubur yang diberikan oleh Chrome.
"Felicia!" panggil Dino senang. Feliciana menoleh dan melihat Dino mendekat dan akan memeluknya. Dengan segera, Feliciana menghindari pelukan Dino.
"Maaf, saya membuat kalian khawatir. Saya sudah tidak apa-apa." Ujar Feliciana. Dino dan yang lain terkejut mendengar nada bicara Feliciana yang terkesan menjauh.
"Felicia?" Dino bingung dengan perubahan Feliciana. Mereka bingung, kemana anak yang ramah empat hari lalu. Sontak Dino dan yang lain melihat ke arah Hibari. Hibari menghela nafasnya dan kemudian mendekati Feliciana.
"Kau kenapa?" Tanya Hibari dingin. Feliciana tidak berani memandang Hibari maupun Dino yang berada di hadapannya. Dia hanya menundukkan wajahnya. Perlahan, Hibari duduk di tempat tidur, tepat di samping Feliciana. Hibari tidak berkata apa-apa, dia hanya memandang Feliciana.
"Sa-saya tidak apa-apa." Jawab Feliciana bergetar.
"Kau bohong."
"Sa-saya tidak berbohong…. Uuukkhhh.." dari suaranya, Feliciana terlihat menahan tangisnya.
"Kau siapa?" Tanya Hibari lagi.
"Saya Feliciana."
"Hn. Feliciana yang aku tahu adalah seorang anak tidak sopan yang suka usil dan cerewet. Tapi dia bukan penakut seperti anak yang ada di depanku sekarang." Hibari mendongakkan wajah Feliciana menghadap wajahnya.
"Dan Feliciana juga anak yang berani mengatakan semua yang ada di dalam pikirannya." Lanjut Hibari. Feliciana hanya menangis terisak tanpa suara. Dino yang tidak tega, berniat memeluk Feliciana, namun tangan Hibari mencegahnya untuk mendekati Feliciana.
"Kutanya sekali lagi, kau kenapa….., Feliciana?" Tanya Hibari. Dino, Tsuna dan yang lain terkejut mendengar nada lembut Hibari ketika memanggil nama Feliciana.
"Hiks…. Felice takut…. Ternyata disini bukan rumah Felice… Hiks…. Padre… Hiks…. Padre juga bukan Padre…. Huwaaangg…" tangis Feliciana pecah. Tanpa disangka oleh semua orang yang ada di ruangan, Hibari memeluk dan mengelus lembut kepala Feliciana.
"Herbivore kecil bodoh. Di masa seperti apa pun, Sawada Tsunayoshi tetap Paman Tsuna-mu. Gokudera Hayato tetap Paman Haya-mu. Rokudo Mukuro tetap paman Muku-mu. Dan Dino Cavallone tetaplah Padre-mu." Ujar Hibari menenangkan Feliciana.
"Hiks…. Tapi…"
"Mungkin kau memang belum lahir di masa ini. Tapi apa itu akan mencegah mereka untuk menyayangimu?"
"Hiks… Apa itu…benar?"
"Hmph. Tentu saja. Kau bisa langsung bertanya pada mereka."
"Kyouya benar, Felicia. Biar pun kau belum lahir, namun kau anakku di masa depan. Tentu saja aku akan menyanyangimu." Ujar Dino sambil menepuk kepala Feliciana.
"Hiks… Huwaaaaangg… Padre, Padre…." Feliciana merengek dan menunjukkan gesture ingin digendong oleh Dino. Hibari melepaskan pelukannya dan menyerahkan Feliciana dalam gendongan Dino. Dengan segera Feliciana merangkul leher Dino dan memeluk Dino. Kemudian, Hibari beranjak meninggalkan ruang perawatan.
"Kau mau kemana, Hibari?" Tanya Yamamoto.
"Dia sudah tenang. Aku mau kembali ke ruang rapat. Aku benci kerumunan." Jawab Hibari dingin.
"Oya, oya. Dasar tidak jujur." Ucap Mukuro. Tsuna mengangguk mengiyakan.
"Kata Fon-san, Hibari itu Tsundere." Tambah Lambo.
"Kenapa Fon-san mengatakan hal itu padamu, Aho Ushi?" Gokudera bingung.
"Yare, yare… Lambo-san tidak tahu."
"Ah, Dino-san. Kami ke ruang rapat dulu. Kau bisa menyusul kami nanti." Ujar Tsuna.
"Ya. Maaf merepotkan, Tsuna." Jawab Dino.
"Lambo-san tetap disini. Lambo-san mau main bareng Felice." Ucap Lambo.
"Lambo, Feliciana-chan sedang sakit. Dia tidak bisa bermain dulu." Ujar Ryohei.
"Tidak mau! Lambo-san mau disini menemani Felice." Lambo tetap keras kepala.
"Lambo!" sentak Tsuna. Air mata Lambo langsung menggenang.
"Sudah, sudah. Tidak apa-apa kalau Lambo mau disini bersama Felicia." Ujar Dino menengahi. Lambo langsung mendekati Dino dan bersembunyi di balik punggung Dino sambil menjulurkan lidahnya.
"Kono aho-ushi!" Gokudera harus menahan diri untuk tidak menyumpal Lambo dengan dinamitnya.
"Ahahahaha….. Maa, maa…. Sudahlah… Sekarang ayo kita susul Hibari ke ruang rapat." Ajak Yamamoto sebelum pertarungan pacah.
"Dino-san, kami duluan." Lanjutnya. Dino hanya mengangguk menjawab Yamamoto.
.
Sementara itu, di ruang mekanik, Spanner dan Shoichi terlihat tengah berkutat membuat alat komunikasi untuk ke masa depan.
"Haaaaahhh….. Kenapa kau menyanggupi membuat mesin ini dalam lima hari, Spanner? Waktu yang tersisa hanya tinggal besok." Protes Shoichi. Spanner yang mendengar keluhan Shoichi hanya diam sambil mengemut permen strawberry-nya.
"Spanner! Kau dengar aku?!"
"Aku dengar, Shoichi."
"Lalu kenapa kau tidak menjawab!? Dari dulu kau selalu seperti ini!"
"Tenanglah, Shoichi. Kita pasti bisa menyelesaikan mesin ini."
"Atas dasar apa kau begitu percaya diri kita bisa menyelesaikan mesin ini!?"
"Karena ada kau disampingku untuk membuat mesin ini."
Jawaban Spanner sukses membuat wajah Shoichi merah padam.
"Ap-ap-ap-…. Da-dasar kau ini… Kau selalu mengatakan hal yang tidak mungkin." Sanggah Shoichi sambil memalingkan wajahnya yang merah. Spanner tersenyum kalem melihat reaksi Shoichi.
"Shoichi." Panggil Spanner.
"…" Shoichi tidak merespon panggilan Spanner dan berpura-pura sibuk merakit mesin.
"Shoichi." Panggil Spanner lagi. Namun tetap tidak ada respon dari Shoichi. Spanner bangkit dan mendekati Shoichi. Kemudian Spanner duduk tepat di samping Shoichi.
"Ma-mau apa kau?" Tanya Shoichi panik mendapati Spanner yang duduk di sampingnya.
"Ng? Aku ingin menciummu."
BLUSH!
"Ap-ap-ap-" Shoichi tidak mampu berkata apa-apa. Wajahnya benar-benar merah semerah-merahnya mendengar perkataan Spanner yang dikatakan dengan sangat tenang. Shoichi menunduk dan menyembunyikan wajahnya yang merah padam. Spanner mengangkat wajah Shoichi menghadap wajahnya dan perlahan, mulai mendekatkan wajanya pada wajah Shoichi. Spanner melepaas kacamata yang dikenakan Shoichi.
"He-hei, batas waktu kita besok, Spanner…." Cegah Shoichi meletakkan tangannya pada wajah Spanner. Spanner menggenggam tangan Shoichi yang ada di wajahnya dan mencium tangan itu.
"Tapi aku punya waktu untuk meciummu sebentar." Ujar Spanner memandang Shoichi langsung pada manik matanya.
"Uuuukkkhhh…"
Dan wajah Spanner kembali mendekati wajah Shoichi. Mata shoichi perlahan mulai terpejam, menunggu tindakan Spanner selanjutnya.
(#Lala: KYAAAAAA! *teriak penuh semangat fujo*# #Dee: *kaget* ssstttt….. Lala-chan! Lagi seru-serunya nih!# #Lala: hehehe… Sori….# #4851: kalian buat mood kami ilang!# #DeeLala: gomen, gomen…. Monggo diterusin….#)
-kembalipadacerita-kembalipadacerita-kembalipadacerita-
-Baiklah! Kita ulang adegannya.-
Dan wajah Spanner kembali mendekati wajah Shoichi. Mata shoichi perlahan mulai terpejam, menunggu tindakan Spanner selanjutnya. Lalu perlahan tapi pasti, bibir Spanner bertemu dengan bibirnya. Jantung Shoichi serasa berhenti berdetak, dan secara tidak sadar Shoichi menahan nafasnya. Selama beberapa saat, Spanner dan Shoichi menikmati ciuman mereka. Lalu perlahan Spanner menjauhkan bibirnya dari bibir Shoichi. Dan mata Shoichi yang tadinya terpejam, mulai terbuka. Dan pemandangan pertama yang didapat Shoichi adalah wajah Spanner yang tengah tersenyum menatapnya. Sontak, Shoichi menundukkan wajahnya.
"Zzzzttt… Bbzzzttt…." Mesin komunikasi menunjukkan reaksi yang cukup aneh. Dan spanner menyadari keanehan itu.
"Shoichi, sepertinya mesin itu menunjukkan reaksi." Ujar Spanner. Shoichi langsung menoleh ke arah mesin komunikasi.
"Bzzrrtt…. Ha-zzzttt…. Terdeng-bzzttt….." mesin itu mulai mengeluarkan suara.
"Shoichi, ambil baut nomor 38 dan pasang pada mesin di sebelah kanan atas. Aku akan menyambung kabel disana agar mesin ini bisa bekerja lebih baik." Ujar Spanner.
"Baik!" dan selama beberapa saat Shoichi dan Spanner berusaha membuat mesin komunikasi bekerja lebih baik. Dan akhirnya, mesin itu rampung, dan memunculkan proyeksi dua sosok yang sangat mereka kenal, namun berusia beberapa tahun lebih tua dari yang seharusnya.
"Ah, Shoichi. Sudah tersambung." Ucap orang itu dalam proyeksi.
"Kau benar, Spanner." Sambung sosok yang satu lagi.
"Ada aku." Ujar Spanner.
"Aku juga." Tambah Shoichi. Shoichi dan Spanner saling berpandangan.
"HEEEEEEEHHHHHH!?" teriak Spanner dan Shoichi bebarengan.
"Sudah kuduga akan seperti ini reaksi diriku di masa lalu." Ujar Spanner dari masa depan.
"Ahahaha…. Reaksi kita di masa lalu memang lucu ya." Tambah Shoichi dari masa depan.
"Ada apa, Spanner, Shoichi-kun?!" Tsuna dan para guardian menyeruak masuk ke dalam ruang mekanik dan melihat sosok proyeksi Shoichi dan Spanner dalam bentuk yang lebih tua beberapa tahun.
"HIIIIIIEEEEEEEE!" teriakan Tsuna menggema.
"Apa aku sudah bisa muncul?" terdengar suara yang sangat dikenal oleh Hibari.
"Tentu saja, Dino-san." Shoichi dari masa depan mempersilahkan orang itu untuk masuk ke dalam lingkaran proyeksi. Shoichi dan Spanner dari masa depan menghilang dan tergantikan oleh sosok Don Cavallone yang jauh lebih dewasa. Hibari otomatis mendekat pada proyeksi Dino.
"Aaahhh…. Yo, Kyouya. Sudah lama sekali aku tidak melihatmu." Sapa Dino sambil tersenyum sedih.
"Dino…?" panggil Hibari lirih.
"Ng? Kenapa, Kyouya?" Tanya Dino. Sambitan tonfa langsung menembus proyeksi Dino.
"Che. Tidak kena. Padahal aku ingin sekali menghajarmu." Ujar Hibari.
"A-Ahahaha…. Syukurlah aku dalam bentuk hologram…."
"Dino-san?" kali ini Tsuna yang memanggil Dino.
"Tsuna…. Apa kau sehat? Di masa ini, kau sedang hamil kan?" Tanya Dino.
"Yaah… Aku sehat…. Tapi yang lebih penting, sebenarnya…."
"Ya, Ya. Aku tahu apa yang ingin kalian katakan. Akan kujelaskan semuanya." Ujar Dino memotong perkataan Tsuna.
– To Be Continued –
