Halo, halo, halo... Dee apdet nih... Kali ini melanjutkan chapter 9 kemarin... Big thanks buat ByuuBee, Shizuka Miyuki, colonello-shou, sapphiregirl, Hikage Natsuhimiko, Aoki, dan Zilda Eleva Ice yang udah review chapter D18 di masa lalu... Hontou ni arigatou gozaimasu...

Saa, Dee persembahkan chapter 10... Otanoshimi kudasai ne~~~


Mia Figlia e Dolce
By : Dee Kyou
Story © LalaNur Aprilia
Katekyo Hitman Reborn! Fanfiction
KHR © Amano Akira-sensei
(Kalo ini fic punya kami berdua, udh pasti D18 bakal jadi main pair)
Rating : T
Genre : Romance/Family/Angst
Pair : D18 forever love
Setting : Seven Years Later (18 : 23YO, D : 29YO)
- Chapter 10 : Un'applicazione -


.

"Jangan lahirkan Felice."

.

Ucapan Feiciana sontak membuat orang-orang dewasa di sekitarnya membelalakkan mata mereka.

"Felice-chan, apa kau tahu apa artinya itu?" Tanya Tsuna menegur Feiciana.

"Felice tahu, Paman Tsuna." Jawab Feiciana tenang.

"Jangan lahirkan dirimu…. Kau tahu itu tidak mungkin…" ujar Ryohei.

"Felicia-chan, kenapa kau bisa berpikir seperti itu?" Tanya Mukuro.

"Karena….. Madre meninggal karena melindungi Felice. Jadi, kalau Felice tidak dilahirkan—"

"Jangan bercanda!" sentak Hibari memotong perkataan Feliciana. Seluruh orang di ruangan tersebut terkejut oleh perkataan Hibari. Feliciana juga terlihat ketakutan mendengar nada suara Hibari yang terdengar gusar.

"Tapi Cuma itu satu-satunya cara agar Madre selamat…" Feliciana berusaha meyakinkan Hibari.

"Jangan menganggapku remeh. Lebih baik aku mati daripada menerima usulan itu! Aku tidak selemah itu sampai harus mengorbankan anak kecil sepertimu!" ujar Hibari ketus. Lalu Hibari pergi meninggalkan ruangan.

"Padre…. Padre setuju dengan Felice kan?" Tanya Feliciana menatap Dino.

"Maaf, Felicia. Tapi aku setuju dengan perkataan Kyouya. Tenang saja, kami akan memikirkan cara agar kau juga Kyouya selamat." Jawab Dino.

"Tapi! Paman Tsuna bilang semua cara sudah dilakukan, tapi Madre tetap— Ukkkkhhh….."

"Felicia! Kau kenapa?!" Tanya Dino panik melihat Feliciana memucat dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Hooooeeekkkkkss!" dan kekhawatiran Dino terbukti dengan melihat Feliciana mengeluarkan seluruh isi perutnya lalu terjatuh lemas.

"Felicia!" Dino menangkap tubuh mungil Feliciana.

"Panggil Shamal ke sini, cepat!" perintah Tsuna.

"Itu terlalu lama Tsuna." Dino segera mengangkat tubuh Feliciana dan berlari menuju ruang klinik Shamal. Tsuna dan para guardian tercengang sesaat sebelum ikut berlari mengikuti Dino.

.

"Tenanglah, gadis kecil ini hanya kelelahan dan stress. Sebaiknya kalian tidak terlalu cemas seperti itu." Ujar Shamal sesudah memeriksa kondisi Feliciana.

Tsuna, Dino dan para guardian menghela nafas lega mendengar perkataan Dokter pribadi Vongola itu. Kemudian mereka menitipkan Feliciana pada Chrome dan Lambo untuk dijaga. Lalu mereka menuju ruangan masing-masing untuk beristirahat.

"Kenapa kau mengikutiku, Yakyuu Baka!?" marah Gokudera.

"Karena kau akan tetap bekerja menyelidiki hal ini meski pun Tsuna sudah menyuruhmu istirahat. Jadi, aku akan memastikan kau tidak memaksakan dirimu, Hayato." Jawab Yamamoto tenang.

"Kau! Jangan panggil aku seenakmu!"

"Maa, maa…. Jangan pelit begitu…. Kau bisa memanggilku Takeshi kok."

"Bukan itu masalahnya, Baka!" amuk Gokudera dengan wajah memerah.

"Ahahahaha…. Kau manis sekali, Hayato."

"Sudah kubilang, jangan panggil ak—" ucapan Gokudera terpotong oleh bibir Yamamoto yang tiba-tiba mengunci bibirnya.

"Hmmpphhh!" Gokudera berusaha berontak dari Yamamoto, tapi Yamamoto terus memperdalam ciumannya. Dan akhirnya Gokudera hanya bisa pasrah dan tidak melawan bahkan ketika Yamamoto membuka pintu kamarnya dan mendorong Gokudera masuk ke dalam.

.

"Keluarlah, Mukuro. Aku tahu kau ada disini." Ujar Tsuna yang saat itu tengah sendirian di kamarnya.

"Kufufufu…. Kau menyadari keberadaanku, Tsunayoshi-kun?" dan perlahan-lahan sosok sang Illusionist Vongola muncul.

"Tentu saja. Kau dengan sengaja membuat flame-mu mudah ditemukan. Padahal kalau kau benar-benar menyembunyikan dirimu, aku pasti tidak akan semudah ini menyadarimu." Tsuna menjawab perkataan Mukuro dengan nada yang sedikit kesal.

"Kufufufu….. Apa kau marah, Tsunayoshi-kun?" Tanya Mukuro sembari berjalan mendekati Tsuna.

"…." Tsuna tidak menjawab pertanyaan Mukuro.

"Itu artinya iya." Mukuro merangkul pinggang Tsuna dari belakang, dan Tsuna tidak menolak pelukan Mukuro.

"Jangan memaksakan dirimu, Tsunayoshi-kun. Kau harus ingat, di dalam tubuhmu ada jiwa kecil yang sedang berkembang."

Tsuna langsung mengelus perutnya mendengar perkataan Mukuro.

"Aku tahu, Mukuro. Tapi, aku harus memikirkan jalan keluar dari masalah ini. Hibari-san dan Dino-san butuh bantuanku."

"Bukan 'aku' Tsunayoshi-kun, tapi 'kita'. Jangan berpikir tentang segalanya sendirian, bukankah ada aku di sini, Tsunayoshi-kun?"

Tsuna terkejut mendengar perkataan Mukuro yang tidak biasanya.

"Mukuro….. Kau…. Tidak sedang demam kan? Mau diperiksa juga pada Shamal?" Tanya Tsuna sambil memegang dahi Mukuro.

"Oya oya. Jadi kau tidak percaya padaku ya, Tsunayoshi-kun. Betapa jahatnya dirimu." Balas Mukuro sambil mencubit pelan pipi Tsuna.

"Itte yo, Mukuro. Ahahaha… Gomen, gomen… Hanya saja aku merasa sedikit aneh saja mendengar kata-katamu, Mukuro. Seperti bukan Mukuro saja."

"Kufufufu…. Aku seperti ini karena kau, Tsunayoshi-kun."

"Ya. Aku tahu itu Mukuro. Karena itulah aku suka Mukuro yang sekarang."

"Kalau aku yang dulu?"

"Uuuummm…. Aku juga suka Mukuro yang dulu." Ujar Tsuna sambil tersenyum tulus dan memeluk Mukuro, menenggelamkan wajahnya yang sedikit merona pada dada bidang Mukuro. Mukuro balas memeluk tubuh mungil Tsuna seraya berbisik,

"Ti amo, Tsunayoshi-kun."

"Ung! Aku juga, Mukuro."

.

Di ruang mekanik, Shoichi tengah sibuk memperbaiki mesin komunikasi lagi. Spanner berusaha untuk menghentikan kegiatan Shoichi namun Shoichi tidak menggubrisnya.

"Shoichi, istirahatlah." Pinta Spanner.

"Tidak bisa, Spanner. Sawada-kun butuh petunjuk seminim apa pun untuk mencegah terbunuhnya Hibari-kun." Balas Shoichi.

"Aku tahu. Tapi terburu-buru juga tidak akan menghasilkan apa pun."

"Tapi—"

"Istirahatlah atau aku akan membuatmu beristirahat di tempat tidur karena pinggangmu sakit."

BLUSH!

Wajah Shoichi langsung memerah mendengar kata-kata dan maksud dari perkataan Spanner.

"Ba-baiklah. Aku mengerti." Shoichi mengalah dan akhirnya beristirahat. Spanner memberikan segelas susu cokelat hangat pada Shoichi.

"Ah, arigatou." Shoichi menerima susu cokelat itu kemudian meminumnya perlahan. Keheningan terjadi di antara mereka sejenak. Akhirnya, Shoichi memecah keheningan di antara mereka dengan bertanya pada Spanner,

"Ne, tidak adakah cara untuk mengetahui siapa yang mengancam Vongola dan ingin membunuh Hibari-kun?"

"Bukankah pihak yang mengancam Vongola ada banyak?"

"Aku tahu. Tapi, selama ini kita bisa memprediksi dan mengatasinya kan. Tapi, sekarang kita tidak tahu Famiglia mana yang bisa membunuh Hibari-kun, orang paling kuat di Vongola. Itu artinya mereka harus Famiglia yang benar-benar kuat kan, sampai bisa membunuh Hibari-kun."

"Hm…."

"Seandainya ada cara untuk mengetahui siapa dalang di balik semua ini. Orang yang menyerang Feliciana-san dan menewaskan Hibari-kun di masa depan."

"Sebenarnya ada satu cara untuk mengetahuinya kok, Shoichi."

"Ekh!?" Ba-bagaimana?"

"Tapi aku tidak yakin akan berhasil."

"Kita tidak tahu kalau tidak mencobanya kan? Katakan saja bagaimana caranya, Spanner. Aku akan membantu."

"Bantuan yang paling kuharapkan adalah dari Feliciana."

"Eh? Apa maksudmu?"

"Kita bisa membuka kembali ingatan Feliciana di hari terbunuhnya Hibari Kyouya."

"Ta-tapi… Apa tidak ada cara lain?"

"Membunuh semua Famiglia yang menentang Vongola sampai ke akar-akarnya. Dengan kata lain, pembantaian massal. Perang Dunia Mafia ke-3."

"I-itu tidak boleh terjadi! Sawada-kun tidak akan setuju dengan pembantaian apa pun alasannya, Spanner! Kau tahu itu!"

"Yah, hanya 2 cara itu yang terpikirkan olehku, Shoichi."

"Su-sudahlah. Lebih baik kau simpan saja ide-idemu itu. Jangan pernah bicarakan ide itu pada Sawada-kun."

"Baiklah kalau itu maumu, Shoichi, aku akan menyimpannya dan tidak mengusulkannya pada Vongola.." ujar Spanner. Shoichi tersenyum puas mendengar perkataan Spanner, namun Shoichi tidak mengetahui bahwa dalam hatinya Spanner melanjutkan perkataannya,

'…Tidak untuk saat ini. Namun pasti akan terucapkan olehku beberapa hari ke depan.'

.

Dino mencari Hibari ke sana kemari, namun dia tidak kunjung melihat Skylark tercintanya. Hibari tidak ada di mana pun. Tidak di ruangannya, tidak di ruang kerjanya, tidak di ruang latihan, tidak di mana pun. Tidak bisa Dino pungkiri, dia sekarang sangat cemas, bahkan sudah dalam tahap panik, karena tak kunjung menemukan sosok yang paling dicintainya.

"Kyouya…. Kau dimana?" gumam Dino sambil terus menajamkan matanya mengawasi setiap sudut Vongola HQ. Lalu ketika dia melihat Kasukabe, tanpa pikir panjang, Dino segera mengejarnya.

"Kasukabe! Tunggu!" panggil Dino pada tangan kanan kekasihnya. Kasukabe menoleh dan tersenyum menyapa Dino ramah.

"Dino-san, apa kabar? Kyou-san ada di ruang dokumen." Kasukabe langsung memberi tahu dimana keberadaan Hibari tanpa Dino perlu bertanya apa-apa padanya.

"Arigatou, Kasukabe!" ujar Dino sembari memberikan cengiran terbaiknya. Setengah berlari, Dino menuju ruang dokumen. Dan benar saja, dia langsung menemukan sosok Hibari Kyouya yang tengah membaca tumpukan dokumen. Dengan segera, Dino mendekati Hibari dan memberinya pelukan.

"Kyouya….. Sedang apa disini?" Tanya Dino lembut yang segera di jawab Hibari dengan sikutan pada perut Don Cavallone dan membuat Dino merintih kesakitan.

"Kau buta atau apa? Tidak bisakah kau melihat aku sedang membaca?" ujar Hibari sarkastik.

"Ukh! Bu-bukan begitu maksudku Kyouya…. Kenapa kau membaca disini sendirian? Bagaimana kalau kita ke tempat Felicia?"

"Kenapa aku harus kesana?"

"Eh? Eettoo… Agar kita bisa merawat Felicia…."

"Sudah ada Chrome Dokuro, Shamal, dan bocah sapi yang merawatnya."

"Tapi perawatan dari mereka tidak sama dengan perawatan dari kita, Kyouya."

"Kenapa tidak sama? Aku tidak pandai merawat orang. Itu bukan bagianku, bagianku adalah menghabisi orang."

"Tentu saja tidak sama…. Kita kan Padre dan Madre Felicia… Sudah seharusnya kitalah yang merawatnya ketika dia sakit kan?"

"…."

"Nah, sekarang ayo kita ke ruang perawatan dan rawat Felicia…" ajak Dino sambil menarik tangan Hibari. Dan tanpa banyak protes, Hibari mengikuti Dino ke ruang perawatan.

.

Dua hari kemudian, Tsuna kembali mengumpulkan para guardiannya di tambah Dino, Shoichi dan Spanner. Sedang Feliciana sedang bersama Kasukabe dan Romario di rumah Hibari.

"Aku rasa kalian sudah tahu kenapa aku mengumpulkan kalian." Ujar Tsuna membuka percakapan. Yang lain hanya diam dan mengangguk.

"Bisakah kalian memberiku ide untuk mencegah 'hal-yang-akan-terjadi-di-masa-depan' terulang?" Tanya Tsuna. Gokudera mengangkat tangannya dan Tsuna mempersilahkannya untuk bicara.

"Bagaimana kalau kita Tanya pada 'kita' di masa depan tentang Famiglia mana yang menyerang?" usul Gokudera.

"Usul yang bagus." Jawab Tsuna.

"Tapi itu berarti kita membutuhkan mesin komunikasi itu lagi. Spanner, Irie-kun, kapan mesin itu bisa digunakan kembali?" lanjutnya.

"Itu….." Shoichi menggantung perkataannya.

"Sayang sekali, Vongola. Mesin itu tidak akan bisa dipakai paling tidak 3 minggu lagi." Spanner berkata menggantikan Shoichi.

"Tiga minggu!? Kenapa bisa lama sekali, Spanner, Irie?" Tanya Dino.

"Karena sebelum mesin itu terangkai dengan sempurna, kita sudah memaksa mesin itu untuk bekerja. Banyak sirkuit mesin itu yang rusak dan perlu diganti. Perakitan sirkuit-sirkuit itu akan memakan waktu yang cukup lama." Jelas Shoichi.

"Jadi, apa tidak ada cara lain?" Tanya Yamamoto.

"Ada sih…. Dua cara lain….." jawab Spanner sambil mengemut permennya.

"Spanner!" tegur Shoichi.

"Tapi Shoichi melarangku memberitahu kalian…" lanjut Spanner lagi.

"Kenapa?" Tanya Mukuro.

"Katakan saja idemu atau kamikorosu!" perintah Hibari sambil mengacungkan tonfanya.

"Maaf, Shoichi…. Aku takut di kamikorosu…. Jadi aku akan bilang saja ya…" ujar Spanner yang sebenarnya sama sekali tidak takut.

"Jangan, Spanner…" Shoichi masih berusaha melarang Spanner.

"Irie-kun, biarkan Spanner memberitahukan usulnya. Ini perintah." Ujar Tsuna tegas, dan membuat Shoichi tidak membantah lagi.

"Cara pertama adalah, membantai semua famiglia yang menentang Vongola—"

"Ditolak!" ujar Tsuna memotong perkataan Spanner.

"Sudah kuduga. Untuk cara kedua, kita membutuhkan bantuan dari gadis kecil itu." Lanjut Spanner.

"Bantuan Felicia? Untuk apa?" Tanya Dino.

"Agar dia bersedia untuk menjalani proses membuka kembali ingatannya di hari terbunuhnya Hibari Kyouya." Jawab Spanner kalem.

"Aku menolak!" seisi ruangan langsung terkejut mendengar kalimat penolakan itu. Karena kalimat itu berasal bukan dari Dino atau pun Tsuna, tapi dari seorang Hibari Kyouya.

"Ya. Kami juga tidak setuju dengan hal itu, Hibari-san." Ujar Tsuna menyetujui penolakan Hibari.

"Benar. Kalau kita melakukan itu, trauma Feliciana akan kembali. Dan seperti penjelasan Haneuma dari masa depan, Feliciana bisa mengalami, uuuummm, guncangan jiwa—gangguan mental." Tambah Gokudera.

"Oya oya. Bisa-bisanya kau tega membuat gadis kecil mengalami kegilaan dini hanya karena ingin sebuah informasi, Spanner." Ujar Mukuro sambil mengacungkan trident-nya di hadapan Spanner.

"Yah, terserah saja sih… Itu kan hanya usul. Kalian bisa menolaknya." Ujar Spanner sambil mengangkat kedua tangannya, membuat gesture bahwa dia menyerah.

"Mukuro, simpan senjatamu." Perintah Tsuna. Mukuro pun menuruti Tsuna dan menyimpan senjatanya.

"Tapi kalau kalian tidak melakukannya, maka Hibari Kyouya tetap akan terbunuh." Tambah Spanner.

"Ne, ne. Bagaimana kalau kita minta tolong Byakuran?" Tanya Yamamoto mencegah Gokudera menyumpalkan dinamitnya pada mulut Spanner.

"Byakuran?" semua orang mengulang perkataan Yamamoto.

"Kenapa kita harus minta tolong pada maniak marsmallow itu!?" protes Gokudera.

"Bukankah Byakuran bisa pergi ke dunia parallel? Kita minta saja dia pergi sebentar ke masa depan dan cari cara supaya Hibari bisa selamat." Jawab Yamamoto. Dan semua orang langsung terdiam dan mencerna perkataan Yamamoto yang tumben-tumbennya amat tepat dan benar.

"Yamamoto-kun, kau makan apa tadi sebelum kesini?" sindir Mukuro.

"Hm? Aku makan nasi dengan lauk omellete, miso shiru, dan rebusan kentang asparagus, Mukuro." Jawab Yamamoto yang tidak sadar disindir Mukuro.

Semua orang yang mendengar percakapan itu hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar jawaban polos nan lemot dari Yamamoto.

"Tapi, usul itu bisa kita pakai. Sebaiknya kita segera menemui Byakuran. Dan meminta bantuannya untuk memcegah Hibari-san terbunuh di masa depan." Tegas Tsuna.

– To Be Continued –