Yahallow~~~ Lama tidak bertemu, minna-sama~~~~ *bow*

Dee sadar kalau chapter ini pending lama banget…. Dan Dee umumkan, untuk chapter 11 ini bukan Dee yang mengetik… Tapi Lala-chan yang ngetiknya, dan Dee hanya membeta kata-katanya aja…. Padahal Lala-chan udah lama kasih file-nya ke Dee, tapi Dee aja yang gak sempat mem-publish -nya, hontou ni gomennasai….. TTwTT

Ayo, ayo, ayo…. Silahkan dinikmati chapter 11 ini… Otanoshimi kudasai~~

.

Mia Figlia e Dolce
By: Dee Cavallone
Story © Lala-chan ssu
Katekyo Hitman Reborn! fanfiction
KHR © Amano Akira-sensei
(Kalo ini fic punya kami berdua, udah pasti D18 bakal jadi main pair)
Rating: T
Genre: Romance/Family/Angst
Pair: D18 Forever Love
Setting: Seven Years Later (18: 23YO, D: 29YO)
— Chapter 11: Il Vicolo Cieco —

.

"Tapi usul itu bisa kita pakai. Sebaiknya kita segera menemui Byakuran. Dan meminta bantuannya untuk mencegah Hibari-san terbunuh di masa depan," tegas Tsuna

.

Para guardian beserta Dino dan Feliciana langsung berangkat menuju Millefiore HQ. Suasana di dalam mobil menjadi sangat hening. Mukuro yang biasanya paling usil dan berisik pun hanya diam dan memandang jendela dengan tatapan yang sulit diartikan. Yamamoto yang biasanya menggoda Gokudera juga diam saja. Gokudera yang tidak pernah mau berdekatan dengan Yamamoto pun kali ini hanya diam bersandar di bahu lebar Yamamoto. Ryohei juga lebih diam dari biasanya meski sesekali agak bergumam sedikit. Tsuna yang duduk dibangku depan memperhatikan para guardian-nya sambil menghela napas. Kenyataan Hibari akan meninggal di masa depan yang baru mereka ketahui beberapa menit yang lalu langsung memutarbalikkan semuanya. Menjadi seperti ini, rasanya suasana pemakaman bahkan lebih ramai daripada ini.

Tsuna menoleh kearah 'kakak' tercintanya, Dino. Dino hanya diam bersandar sambil menatap kosong ke arah jalanan. Entah apa yang ia pikirkan. Sementara Hibari juga hanya terdiam dan memangku Feliciana yang menenggelamkan wajahnya di bahu Hibari. Mobil berhenti tepat di depan Millefiore HQ. Tsuna dan yang lain segera turun dari mobil. Setelah Tsuna berterimakasih pada sang supir, mereka segera memasuki Millefiore HQ.

"Nyuu~~ mau apa kalian kesini?"

Sosok Bluebell yang masih memeluk boneka lumba-lumbanya adalah pemandangan pertama yang muncul ketika Yamamoto hendak menekan bel didepan pagar.

"Ah, Bluebell. Kami mencari Byakuran-san. Apa dia ada di dalam?" tanya Tsuna sopan.

"Nyuu. Untuk apa kalian menanyakan Byakuran-sama? Seingatku kalian tidak ada urusan dengannya belakangan ini. Kalian pasti merencanakan sesuatu!" tuding Bluebell.

"Tidak. Ini agak darurat. Bisakah kami menemuinya?"

"Tidak boleh!"

"Oy, duyung bodoh! Izinkan saja kami masuk dan urusanmu akan selesai!" maki Gokudera.

"Nyuu. Kenapa aku harus mempercayai kalian?" tantang Bluebell.

"Bocah iniiiiii!" Gokudera habis kesabaran.

"Maa, maa. Tenanglah Gokudera…"

"Araa~~~ ada Vongola rupanya~~~ selamat siaaang~~~"

Sosok penyelamat berwujud pria berambut putih jabrik dan sedang mengunyah marshmallow datang tiba-tiba. Hampir saja Tsuna dan para guardiannya bersujud syukur.

"Begini, Byakuran. Ada sesuatu yang ingin kami bicarakan denganmu." Kata Tsuna tegas. Tujuh tahun berlalu membuat Tsuna tidak sering gugup lagi. Berterimakasihlah pada tutor dari Neraka.

"Hm~~? Serius sekali. Apakah ini sesuatu yang sangat penting~~?" tanya Byakuran sambil tetap memakan cemilan favoritnya.

"Iya. Benar sekali. Tapi tidak disini."

"Hmm~~~ ayo masuk saja. Kita bicara diruanganku~~" ajak Byakuran

.

Setibanya di ruangan Byakuran, ada situasi hening mendadak. Kedua pihak tidak tahu harus memulai darimana dan bagaimana.

"Ehm…jadi begini, Byakuran. Tentunya kau bisa menjelajahi dunia parallel kan?" Tsuna memulai.

"Hmm~~~ tentu~~~ bukankah Sawada-kun sudah tahu hal itu?" tanya Byakuran balik sambil tetap memakan marshmallownya.

"Begini… kami ingin minta tolong padamu."

"Tentu~~~ katakan saja~~~ aku akan berusaha sebisaku~~~"

"Maukah kau mengunjungi dunia parallel empat tahun dari sekarang dan mencari tahu tentang sesuatu?"

Byakuran berhenti mengunyah. Ia menatap Tsuna lurus. Tsuna yang ditatap agak sedikit gentar. Byakuran menegakkan posisi duduknya.

"Apa yang ingin kau ketahui, Sawada-kun?" tanya Byakuran. Nada bicaranya menjadi serius.

"Sebelum itu, kami ingin memperkenalkan seseorang padamu." Kata Tsuna. Ia meminta Feliciana agar mendekatinya. Feliciana hanya menatap Tsuna, lalu menatap Byakuran.

"Jangan takut, Felice-chan. Dia bukan orang jahat," kata Tsuna sembari tersenyum. Senyuman Tsuna berhasil meyakinkan Feliciana. Feliciana melepaskan genggamannya dari tangan Dino dan mendekati Byakuran meski agak takut-takut.

"Byakuran, ini Feliciana. Felice-chan, ini Byakuran." Ujar Tsuna saling mengenalkan mereka.

"Selamat siang Felicia~~~" sapa Byakuran sambil melambaikan tangannya pada Feliciana. Feliciana hanya mengangguk kecil.

"Siapa gadis kecil ini Sawada-kun?" tanya Byakuran.

"Kami menemukan anak ini beberapa minggu yang lalu. Dan anak ini adalah—" Tsuna menarik napas. "—anak Hibari-san dan Dino-san yang berasal dari masa depan."

Byakuran mengerjap. Agak kurang percaya dengan apa yang dikatakan Tsuna. Byakuran menatap Feliciana dengan tatapan polos, lalu balik menatap Tsuna. Lalu menatap Hibari dan Dino, berusaha mencari setitik kebohongan dari wajah mereka.

"Lalu, apa hubungannya dengan anak ini, Sawada-kun?"

"Ketika kami ingin mengembalikan anak ini, kami berusaha agar bisa berkomunikasi dengan orang tuanya di masa depan. Dan disitu kami mendapat sebuah informasi mengejutkan…" lirih Tsuna.

"Apa itu, Sawada-kun?"

"… Hibari-san… akan terbunuh empat tahun lagi… karena melindungi Felice…"

Byakuran sedikit terkejut, namun raut wajahnya tak banyak berubah. Byakuran menghela napas.

"Jadi… kau ingin aku melakukan apa?"

"Aku ingin kau mencari cara agar Hibari-san tak terbunuh di masa depan."

Byakuran menatap Tsuna dan kembali menghela napas.

"Aku… tidak tau, Sawada-kun. Aku bisa saja pergi sekarang, tapi ada lebih dari 50 dunia parallel untuk itu. Aku tidak bisa kembali dalam waktu singkat." Ujar Byakuran sambil menatap marshmallownya yang terletak sembarangan di meja.

"Tidak apa. Kami akan menunggu. Berapa lama yang kami butuhkan?" tanya Tsuna.

"Sekitar 1 atau 2 hari. Jika dalam waktu 2 hari aku tidak kembali, ada dua kemungkinan. Pertama aku terjebak, kedua aku tidak bisa kembali." Ujar Byakuran.

"Itu sama saja, bodoh!" semprot Gokudera.

"Maa, maa. Gokudera…" ujar Yamamoto sambil menenangkan 'kekasih'nya itu.

"Baiklah, dua hari. Kami bisa mempercayakanmu kan Bya—"

"Cari tau secepatnya, herbivore." Suara dingin Hibari memotong perkataan Tsuna. Semuanya menatap Hibari dengan tatapan serba salah.

"Hibari-san, tidak bisa seperti itu. Kita harus menunggu—"

"Aku tidak peduli. Selesaikan dengan cepat, herbivore." Ucap Hibari final dan segera meninggalkan ruangan Byakuran. Semuanya menatap Hibari dan berusaha menahan Hibari pergi.

"A-aku akan menyusulnya," ujar Dino dan mengikuti Hibari.

.

"Kau tidak perlu mengikutiku, Haneuma." Dino mendapati Hibari yang ternyata pergi ke sebuah taman, tengah duduk diam di sebelah pohon besar, menatap nanar kolam kecil dengan air yang sangat jernih terbentang di depannya. Angin yang berhembus menimbulkan riak-riak kecil pada air.

Dino menghela napas dan duduk di sebelah Hibari. Hibari memicing tak senang pada Dino dan Dino hanya tersenyum. Mereka terdiam, tenggelam dalam imaji sendiri. Membiarkan semilir suara angin mengisi relung sukma mereka.

"Aku ingat aku berjanji mengajakmu kesini saat kau ulang tahun…" ujar Dino membuka suara.

"Hmph. Dan kau tak pernah datang." Sungut Hibari. Dino terkekeh kecil.

"Kau hanya tidak ingin kehilangan Felicia, benar kan Kyouya?" tanya Dino sambil memainkan untaian gelap Hibari. Hibari hanya menyingkirkan tangan Dino dan memeluk lututnya.

"Aku tahu kau menyayanginya, Kyouya. Karena itu kau melindunginya."

"…"

"Aku bisa membayangkan perjuanganmu nanti seandainya Felicia terlahir ke dunia ini."

"…"

"Membayangkan itu, aku jadi merasa—"

"Haneuma."

"Ya?"

Suara hembusan angin kembali terdengar. Menerbangkan dua surai berbeda warna hingga terlihat seperti berdansa bersama di atas lantai jiwa.

"Seandainya aku… hanya punya satu hembusan nafas lagi… apa yang harus kulakukan…"

Dino tersentak mendengar perkataan Hibari. Meski lirih, kalimat itu terngiang jelas di telinga Dino. Dino bisa menebak Hibari akan berubah jauh lebih pendiam dari biasanya ketika Dino menyaksikan dirinya di masa depan menjelaskan padanya dan Hibari bahwa Hibari akan meninggal di masa empat tahun mendatang, tapi Dino sama sekali tidak menyangka Hibari seperti membuang harapannya untuk hidup.

"Aku tidak akan bunuh diri, Haneuma."

"O-oh…"

Hembusan angin kembali terdengar mengisi keheningan. Dino menatap Hibari yang menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya. Ini pertama kalinya Dino melihat Hibari dalam keadaan yang sangat rapuh. Mencari tempat bersandar meski hanya sesaat. Dino yang selalu dihadapkan oleh Hibari yang selalu dingin dan selalu berusaha mengalahkannya dalam pertarungan, kini dihadapkan oleh Hibari yang selalu diam dan sangat rapuh. Tangan Dino terangkat dan meraih kepala Hibari. Hibari menoleh dan bersandar di bahu Dino. Menghela napas, Hibari menatap air danau yang jernih.

Suara isakan kembali terdengar perlahan. Dino menatap Hibari yang berada dalam dekapannya, menyembunyikan wajah frustasinya pada dada Dino. Air mata menetes dari manik orb yang biasanya terlihat dingin dan haus darah. Bukan lagi tatapan tertantang yang diberikan Hibari padanya. Bukan lagi tatapan kesal setiap Dino datang mengganggunya di pagi hari. Bukan lagi tatapan nyaman setiap Dino mengelus rambutnya. Bukan lagi tatapan yang Dino kenal. Terasa kosong dan… Perih…

"Masih ada kemungkinan kau selamat Kyouya. Jika tidak ada harapan lagi, aku akan lakukan segalanya agar jadi mungkin. Meski taruhannya nyawaku sekalipun." Ujar Dino pasti. Ia dekap tubuh Hibari yang lebih kecil darinya hingga Hibari terdiam dari tangisnya.

Sosok gadis kecil yang sedari tadi memperhatikan mereka hanya diam. Menatap kosong langit luas yang selama ini menaunginya. Langit luas yang katanya akan menunjukan jalan menuju dekapan hangat ibunya.

.

"Jadi, selama dua hari Felice akan tinggal denganmu, Hibari-san."

Hibari hanya mengangguk paham. Setelah ia keluar dari ruangan Tsuna, dia menggandeng tangan Feliciana dengan erat. Seolah tak ingin sedetik pun melepasnya. Feliciana juga hanya diam dan menatap lantai dibawahnya. Kedua mata hazel-nya yang selalu ceria kini redup. Sesampainya di rumah bergaya Jepang, Hibari langsung masuk dan melepas sepatunya. Ia menatap Feliciana yang masih diam dan menunduk.

"Di luar dingin. Masuk."

Feliciana mendongak menatap Hibari. Akhirnya ia menurut dan masuk. Feliciana duduk di meja makan sedangkan Hibari menyeduh teh. Aroma teh hijau menguar di seluruh ruangan. Hawa hangat menyelimuti atmosfir dan mendominasinya. Suara cairan yang dituang menelisik indra pendengaran Feliciana. Hibari hanya diam dan menuangkan teh untuknya dan Feliciana. Ia berikan secangkir pada Feliciana dan ia taruh secangkir lagi untuk dirinya sendiri.

"Padre juga sangat suka teh ini…" ucapan lirih Feliciana memecah suasana hening.

"Hm."

Jawaban singkat dari Hibari mengembalikan hening ruangan. Feliciana menengguk habis tehnya dan terdiam menatap Hibari yang mengetuk-ngetukan jarinya di meja.

"Madr—paman Kyouya…"

"Hm?"

"Paman Kyouya… tidak perlu mengorbankan nyawa paman untuk Felice."

"Apa maksudmu, bocah?"

Tatapan dingin Hibari tak membuat Feliciana gentar. Justru Feliciana mentap Hibari lurus.

"Paman Kyouya tidak perlu mati karena melindungi Felice. Biarkan saja Felice mati. Atau agar paman Kyouya tidak perlu khawatir, sekalian saja tidak usah lahirkan Felice. Felice hanya akan merepotkan paman Kyouya dan Padre saja… jadi—"

BRAK!

Suara gebrakan di meja dan suara cangkir yang pecah menumpahkan semua isinya membuat Feliciana tersentak. Ia memundurkan kursinya, menatap Hibari yang menatapnya dingin.

"Cukup. Hentikan kalimatmu itu."

"Kenapa? Bukannya aku benar? Paman Kyouya juga benci pada Felice kan?!"

"Cukup, Felicia!"

"Kenapa?! Bukannya yang kukatakan itu benar?! Karena itu lebih baik—"

Suara tamparan keras seketika bergema. Feliciana membelalakan matanya. Menyentuh pipinya yang memerah. Hibari agak terkejut. Ia tarik tangannya menjauh. Feliciana menatap Hibari ketakutan, sedangkan Hibari menatap Feliciana dengan tatapan bersalah.

"Feliciana…"

Feliciana tidak menjawab. Ia turun dari kursinya dan berjalan lesu menuju kamarnya. Hibari diam saja dan menatap lantai yang basah oleh teh hijau dan pecahan gelas berserakan. Tubuh Hibari lemas sebelum akhirnya jatuh terduduk dilantai. Ia tatap tangannya dengan tatapan kosong. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Hibari menyesal telah menyakiti seseorang.

.

Byakuran menepati janjinya. Tepat sehari setelah ia pergi, Byakuran sudah kembali dan bisa memberitahu hasil pencariannya kepada Tsuna. Di ruangan Byakuran, kembali berkumpul para guardian Tsuna ditambah Dino, Feliciana, dan Byakuran itu sendiri.

"Jadi, bagaimana hasilnya Byakuran?"

Byakuran masih asyik melahap marshmallow kesukaannya. Setelah menelan makanan manis tersebut, Byakuran menatap Tsuna.

"Setelah kukunjungi semuanya… aku—"

"Kau menemukan sesuatu?"

"Aku tidak menemukan apapun. Dan di semua dunia yang kukunjungi, Hibari-kun tetap terbunuh."

Para guardian Tsuna menahan napas. Akhirnya yang mereka temukan benar-benar jalan buntu.

"Kalau begitu… benar kan kata Felice? Lebih baik Felice tidak usah dilahirkan agar Paman Kyouya tetap hidup… Biarkan saja Felice—" ujar Feliciana menahan tangis.

"Felicia…" Dino berusaha membujuk Feliciana yang akan menangis.

"Itu percuma." Ujar Byakuran. Semua orang di ruangan langsung menatap Byakuran dengan tatapan bingung. Berusaha mencerna kata-kata Byakuran.

"Apa maksudmu Byakuran?" tanya Tsuna.

"Karena ada beberapa masa depan…dimana Felicia tak dilahirkan namun Hibari-kun tetap terbunuh."

– To Be Continued –

.

Ehm… halo? Lala disini.

Iya, kali ini gue yang ngetik. Lumayan lah, pelepas stress gegara kurikulum 2013 sialan itu *santet kurkul13* *plak*

Jadi, berhubung gue lagi pengen peres lemon ke kokoro gue, jadi gue yang ngetik episode kali ini. Oy, pedofil sialan! Berterimakasihlah sama gue!

Dee: hng? Kenapa Dee harus berterima kasih?

Lala: Udah seharusnya lu berterimakasih!

Dee: lah? Kan ini fiction collab, jadi udah seharusnya kalo sesekali Lala-chan juga ikutan nge-maso ngetik ini fic….

Lala: Ngomong-ngomong, kayaknya kita tega bener ya bikin Hibari tetep mati begitu.

Dee: bukannya memang itu konsep awalnya? Kita mau ngebunuh Kyouya-chan…. *big grin*

Lala: Elu yang punya ide sialan! *buang Dee ke Iwatobi* Heh, udah pergi dia. Kalo begitu, gue berkuasa disini!

Dee: *berenang dari Iwatobi ke studio* Dee's come back~~~~

Lala: Oh? Yaudah, lu yang balesin review gih.

Dee: haaiii~~~~~ Dee mulai yah…..

Hikage Natsuhimiko

Ahahaha… Yamamoto itu polos kok… Tapi kata Gokudera, polos dan bego itu bedanya tipis…. *ditebas*

Lah? Hikage-san baru nyadar kalo Kyo-chan itu sangat manis? Dia kan tsundere, sadis-sadis manis… Tsuna dihamili Mukuro pake metode piiiip dan piiiip terus piiiip….

Hai… Ini udah lanjut kok, maaf lama…

Aoki

Byakuran gitu-gitu baik kok, Aoki-san…. Dee mau ngebuat readers sadar akan kebaikan dan ketampanan maniak marshmallow itu…. (entah kenapa Dee akhir-akhir ini suka liat Byakuran, dia manis kayak marshmallow sih…) Ini udah lanjut kok, Aoki-san… Maaf lama…

Balesan PS: eeeehh? Yamamoto ngapain Gokudera yah? Mau tahu aja atau mau tahu banget nih? Kasih tahu gak yah? Tee heee~~~ *digampar aoki* Ekhem… ya biasalah… yamomoto nganu-nganu yang iya-iya ke gokudera di kamar… suara Gokudera seksi loh~~~~ *disumpel dinamit*

Frea Cavallone-Hibari

Ufufufufu…. Gomen, Frea-san… Dee dan Lala-chan tidak akan membiarkan Byakkun merebut Sho-chan dari tangan Spanner-kun~~~~

Oke, ini udah lanjut ssu~~~~ gomen karena kelamaan….

ByuuBee

Byuu-saaaaannn~~~~ Buweeeehhhh…. Gomennasai…. Dee minta maaf karena lama apdet ssu… Padahal kan Byuu-san setia mengikuti cerita ini…. Dee kena WB ssu… Hiks….

Wkkkkkk…. Kenapa reader pada mikir Yamamoto itu bodoh yah? Dia memang kurang pinter, tapi kepolosannya kadang member ide-ide gila yang ternyata merupakan solusi masalah mereka…

Ini udah Dee lanjutin dan Byakuran udah Dee munculin… Dan Byakuran akan muncul lumayan banyak di dua chapter ke depan ssu…..

sakazuki123

Ahahaha…. Tenang, tanpa marsmallow pun Byakuran udah mau bantuin Vongola kok…. Arigatou udah review, Sakazuki-san… dan selamat menikmati chapter ini~~~

Mdn250115