"Siapa kau, hah?!" sentak orang itu sambil mengeratkan cengkramannya.

"S-sakit…" Feliciana berontak dan langsung menendang tulang kering orang itu. Otomatis cengkraman pada lengannya terlepas. Menggunakan kesempatan itu, Feliciana langsung kabur. Namun baru ia akan mencapai pintu capel, ada orang lain yang menghadangnya.

"P-padre…to-"

BRUK

Dan pandangan Feliciana menggelap.

Mia Figlia e Dolce
By: Dee Cavallone
Story © Lala-chan ssu
Katekyo Hitman Reborn! Fanfiction
KHR © Amano Akira-sensei (kalo ini punya kami berdua, udah pasti D18 bakal jadi main pair)
Rating: T
Genre: Romance/Family/Angst
Pair: D18 Forever Love
Setting: Seven Years Later (18: 23YO, D: 29YO)
Chapter 14: Il Significato del Fuoco

Hibari mempercepat langkahnya. Matanya terus menelusuri setiap sudut, berusaha mencari sosok miniatur dirinya. Hibari tidak habis pikir apa sebenarnya maksud Feliciana. Tiba-tiba saja dia berkata bahwa dia tidak perlu dilahirkan kemudian bersikap aneh. Dan sekarang dia malah kabur.

Apa Feliciana tidak ingin Hibari menjadi ibunya?

Apa Feliciana sudah terlanjur membencinya?

Hibari berhenti sejenak dan menggelengkan kepalanya. Pikirannya sudah ngawur. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali fokus dan terus mencari sosok gadis kecil itu. Hingga akhirnya Hibari tiba di sebuah capel usang. Hibari tidak pernah tahu sejak kapan ada capel disana. Namun, bukan itu yang menarik perhatiannya.

Ada dua sosok pria dewasa berpakaian serba hitam. Dan pria yang di depan membawa sesosok gadis kecil yang nampaknya tidak sadarkan diri. Tanpa perlu diberi tahu dua kali Hibari sudah tahu siapa gadis kecil yang dibawa pria itu.

Hibari segera mengeluarkan weapon boxnya dan langsung bersiap menyerang orang-orang tersebut. Incaran pertamanya adalah satu orang yang berdiri di belakang. Satu gerakan, Hibari berhasil mengenai kepalanya dan membuatnya rubuh.

Hibari berbalik dan menatap tajam pria lainnya. Pria itu nampak ketakutan namun tetap kukuh membawa Feliciana dalam gendongannya. Sebuah seringai tercetak di wajah Hibari.

"Jadi kau yang terakhir, ya," ujar Hibari sebelum memasang kuda-kuda dan menyerang lawannya. Tidak disangka, pria yang menjadi lawannya mampu membela diri. Ia dapat menghindar dan menangkis serangan tonfa Hibari, meski Feliciana berada di punggungnya. Hibari sejenak memandang lawannya tertarik.

"Lumayan juga untuk sekelas teri." Hibari menjilat bibirnya. Ia bisa jadi lawan bertarung yang bagus, tapi tujuannya hanya Feliciana. Pria di depannya tidak menurunkan fokus sedikit pun. Masih bersiap menerima serangan Hibari.

"Aku tidak punya urusan denganmu," ujar Hibari tenang. "Kembalikan anak itu dan berikan alasan logis kenapa kalian berada di sini. Tergantung jawaban kalian, maka kalian akan kubebaskan." Lanjut Hibari dan bersiap kembali menyerang pria di hadapannya.

Sampai ia merasakan hantaman keras di belakang kepalanya.

~~oo00oo~~

Yang pertama Hibari lihat setelah matanya terbuka adalah sebuah ruangan berukuran sedang dibalik jeruji besi yang mengurungnya. Ditemani dengan cahaya remang-remang, namun cukup untuk bisa melihat sekitarnya.

Yang kedua Hibari lihat adalah Feliciana yang terbaring di sampingnya, masih tidak sadarkan diri dengan wajah dan baju yang kotor. Hibari hendak mengulurkan tangannya, ingin menarik Feliciana menuju pelukannya, sampai ia sadar bahwa tangannya terikat begitu juga dengan tangan dan tubuh Feliciana.

Suasana benar-benar hening. Tidak ada suara sedikit pun. Hibari biasanya menyukai keheningan, tetapi keheningan dimana dia harus terkurung di sebuah sel sempit dengan kondisi tangan terikat bersama seorang anak kecil yang juga tak berdaya membuat Hibari sedikit frustrasi.

Tanpa sadar, Hibari memperhatikan Feliciana. Rasanya saat ia pertama kali datang dulu, wajahnya selalu memerah dengan manis. Tatapan matanya selalu bercahaya dan optimis dengan senyuman usil terkembang. Sangat mirip dengannya, tapi disaat bersamaan juga sangat mirip dengan Dino. Perpaduan itu menghasilkan seorang gadis manis seperti Feliciana. Ditambah dengan kepercayaan diri dan kemauan yang kuat, ia yakin Feliciana akan menjadi gadis yang kuat suatu hari nanti.

Tapi, yang dia lihat sekarang adalah Feliciana yang terbaring tak berdaya. Alisnya bertaut kesakitan, ditambah wajah dan bibir yang pucat-entah karena kelelahan atau kedinginan-. Tubuhnya bergulung, berusaha memeluk lututnya seolah itu adalah pertahanan terakhirnya.

Perlahan, iris hazelnya membuka. Ia mengerjapkan matanya sebentar sampai ia tersontak dan hampir bangun. Sepertinya ia baru sadar tangannya terikat.

"Felicia?"

Feliciana menoleh. Iris hazelnya bertemu dengan iris onyx Hibari. Sesaat Feliciana terdiam sebelum akhirnya menunduk. Agak mengejutkan bagi Hibari karena ia pikir Feliciana akan menangis meraung ke pangkuannya.

"...kenapa…paman Kyouya ada disini…?"

"Hm? Kau tidak suka aku disini?"

"Bukan begitu. Maksud Felice…Felice…sedang diculik kan…?"

Hibari mengerjap. Jadi ia paham bahwa ia sedang diculik? Apa karena itu dia terlihat sedikit tenang?

Feliciana dapat duduk setelah berusaha menggeliatkan tubuhnya ke tembok. Seolah ia sudah terbiasa akan hal ini. Hibari jadi curiga, apa Dino di masa depan membiarkan putri satu-satunya diculik?

"Jadi…kenapa Paman Kyouya ada disini?"

Hibari balas menatap Feliciana. Menghela napas, Hibari menyandarkan kepalanya ke tembok.

"Ada orang yang berniat menculikmu. Tadinya kupikir aku bisa membawamu pulang, tapi begini akhirnya." Feliciana mengangguk pelan mendengar penjelasan Hibari dan sekilas Hibari melihat tangan Feliciana kembali menggeliat.

"Kenapa kau lari?" tanya Hibari.

"Maksud Paman?"

"Tadi. Kenapa kau lari dariku?"

Feliciana tak menjawab. Tangannya masih sibuk menggeliat di balik punggungnya. Hibari hanya menatapnya menunggu jawaban.

"Felice…ingin bilang lebih baik Paman Kyouya abaikan saja Felice. Tapi…nanti Paman Kyouya pasti marah lagi."

"Sudah pasti aku marah, kan?" tanya Hibari. "Tidak ada gunanya kau jadi kuat kalau menghargai nyawamu sendiri saja tidak bisa."

"Tapi Paman Kyouya meninggal gara-gara Felice. Bukannya paman membenci Felice?"

"Awalnya iya." Baru saja Feliciana hendak menjawab, Hibari sudah memotongnya. "Tapi sekarang aku sudah tidak punya alasan untuk membencimu. Kau memang berisik dan selalu tersenyum bodoh dan iseng, tapi kau putri kuda bod-Dino, jadi itu hal yang wajar. Dan kalau kau tidak bisa diam dan selalu bertanya ini-itu, yah, itu karena kau cuma bocah." Feliciana terdiam menatap Hibari. Hibari juga jadi terdiam karena sadar ini pertama kalinya ia berbicara begitu panjang pada orang selain Dino.

Lama ada hening panjang di antara mereka. Hibari juga tak berniat membuka percakapan sampai terdengar Feliciana bertanya. "Paman Kyouya, Paman mau keluar dari sini?"

Hibari menghela napas. "Kalau aku tahu caranya juga pasti-"

Kata-kata Hibari terhenti saat melihat Feliciana sudah terlepas dari ikatannya. Mereka saling menatap. Hibari dengan mata memicing dan Feliciana yang menatapnya polos.

"Kau. Bagaimana kau melakukan itu?" tanya Hibari. Dia memang mendengar bahwa Feliciana termasuk anak yang jenius tapi kalau sudah sampai begini, apa benar Feliciana hanya sekedar 'anak yang jenius'?

"Hm? Sebetulnya simpul ini cukup mudah dibuka kok. Sepertinya mereka meremehkanku karena aku cuma anak kecil." ujar Feliciana dan mendekat ke arah Hibari dan membuka ikatannya.

"Lalu? Kau punya rencana apa untuk keluar dari sini?"

Feliciana menatap pintu jeruji. Hanya ada sebuah gembok berkarat dan tak ada tanda-tanda kunci tergantung disana. Yap. Mereka benar-benar diremehkan. Feliciana mengacak rambutnya dan berhasil melepas tiga buah jepitan rambut kecil yang terpasang disana. Ia segera bangun dan berjalan menuju gembok itu dan 'bekerja' secepatnya. Hibari mengerjap.

Sekali lagi, Hibari sudah dengar bahwa Feliciana adalah anak yang jenius, tapi apa benar seorang bocah berusia empat tahun mampu terpikir menggunakan jepit rambut untuk membuka gembok?

"Siapa yang mengajarimu hal ini? Kau pernah diculik sebelumnya atau apa?" tanya Hibari.

"Hm? Nggak kok. Sejak penyerangan itu, Padre melarangku keluar rumah meski untuk bermain bersama yang lain. Tapi kadang Paman XanXan, Paman Bel, atau Fran-aniki mengajariku hal-hal sederhana seperti ini. Ini lebih mudah daripada membuka sistem pusat kok." Jelas Feliciana santai.

Paman XanXan? Paman Bel? Sepertinya Hibari pernah mendengar nama itu sebelumnya.

Sebelum ia sadari, pintu jeruji sudah terbuka. Feliciana hanya menatap Hibari dan Hibari langsung bangkit dan keluar dari jeruji. Namun Feliciana tak bergeming.

"Kenapa? Ayo keluar."

Feliciana menggeleng. Lalu kembali duduk membuat Hibari keheranan.

"Mereka hanya mengincar Felice, jadi Paman Kyouya pergi saja. Biar Felice disini."

Lagi-lagi hati Hibari mencelos mendengarnya. Ia mendekati Feliciana dan menarik tangannya. Baru Feliciana hendak protes, Hibari sudah berujar padanya.

"Aku sudah bilang, tak ada gunanya jadi kuat kalau tak bisa menghargai nyawamu sendiri."

Feliciana terdiam dan akhirnya hanya menurut ketika Hibari menariknya keluar. Rupanya suasana di luar juga cukup gelap. Terlihat seperti labirin bawah tanah, namun mereka juga tidak yakin. Mereka berjalan dengan tenang, namun dengan langkah yang cepat. Sebisa mungkin mereka menghindari tempat yang terdapat penjaga.

"Paman Kyouya…" Feliciana berbisik.

"Kenapa?"

"Terima kasih."

Hibari menatap Feliciana. Feliciana tidak balas menatapnya, hanya menatap ke arah kakinya. Hibari tersenyum kecil, hampir tak terlihat. Tanpa sadar tangannya mengusap rambut hitam yang identik dengan miliknya.

"Sebentar lagi kita pulang." Kata Hibari dan disambut senyuman manis Feliciana.

Namun mendadak lampu menyala dan menyilaukan mata mereka berdua. Sekarang terlihat jelas mereka ada di sebuah lorong. Di hadapan mereka sudah ada satu pasukan pria bersenjata menghalangi jalan mereka. Hibari melangkah mundur, hendak kabur dari belakang, namun ada sekitar dua pasukan menghalangi jalan di belakang. Mereka terdesak.

Hibari mendecih kesal. Ia menelisik seluruh pasukan. Setiap satu pasukan ada setidaknya 10 orang. Jadi di total ada 30 orang. Hibari bisa mengalahkan mereka, meski agak sulit dengan tangan kosong. Dan ia baru sadar bahwa box weaponnya telah diambil.

"Felicia, tetap di belakangku."

Dengan satu kalimat itu, Hibari menerjang dan menendang satu orang di depan dan merebut senjatanya. Dengan liar namun akurat menembakkan peluru ke pasukan-pasukan di depannya. Sesekali melompat dan menendang orang-orang yang mengepungnya. Delapan, sembilan, sepuluh…

BANG!

Satu tembakan. Senjata yang direbut Hibari berhasil dilepaskan dari tangannya.

BANG!

Dua tembakan. Mengenai dadanya.

Lutut Hibari terasa sangat lemas. Tubuhnya langsung jatuh terduduk dan perlahan ambruk di depan mata Feliciana.

"Pama-…madre…?"

Hibari mengernyit menahan sakit sampai matanya menutup sempurna. Feliciana membelalakkan matanya yang berkaca-kaca.

Bau darah

Teriakan ibunya

Teriakan teman-temannya

Tubuh ibunya berada tepat di hadapannya tanpa nyawa

Perlahan namun pasti, dari sekujur tubuh Feliciana menguar flame berwarna ungu. Cloud flame. Persis seperti Hibari. Namun perlahan warna oranye bercampur dengan warna ungu dan perlahan-lahan menjadi hitam dan membentuk petir hitam yang menyambar kesana-kemari.

Yang Feliciana lihat hanya hitam, tubuh ibunya yang tergeletak lemas bersimbah darah, dan hanya terdengar teriakan-teriakan di sekitarnya

~~To Be Continued~~

Ehm…

MAAFKAN SAYA BARU APDET! *le dogeza*

DEMI APAAN INI TERAKHIR APDET PAS SAYA MAU UN SMP MALAH APDET LAGI PAS SAYA UDAH MAU KELAS 12?! IDUP LO NGAPAIN AJA LA?!

Dee: Ternyata udah nyaris 3 tahun penpik ini terbengkalai... *bersihin sarang laba-laba* Memang Lala-chan sibuk apaan sih?

Lala: Eh? Ya abis gimana, lengan Iwa-chan mengalihkan duniaku…

Dee: Lebay ssu... Bilang aja males ngetik...

Lala: Yodah sih. Coba sono kerjain presentasi bahasa Inggris, geografi, ulangan sosiologi, karya ilmiah bahasa Indonesia, tugas sejarah minat, PR MTK, dan debat English Club gue.

Dee: Ogah pake banget... *senyum manis*

Lala: Nah. Gak mau kan lo. Yodah cicing wae

Nah sebelum author curcol lagi, mari bales review terlebih dahulu.

Guest
YHA KAYAK GITUUUUHH *ditabok* Ini udah lanjut aduh maaf ya gantungin kamu dua tahun. Maaf ya. Tugas emang berat. Lebih berat dari rindu *matikoeLa*

Akabane Dragneel
Ini udah update~ makasih dukungannya~~

Waterfall

Yeess nemu pejuang proxy juga *ditabok se-RT* Ini udah update. Duh maaf lama banget ya :'(

Oke balik ke banyolan author. Maaf author lama banget updatenya. Abis Lala euforia masuk SMA, nemu temen seperfujo-an, kejebak YoI, Haikyuu, dan BTS belom ditambah South Park gegara adek kelas ngeselin jadi yah MAAFKAN SAYA *le dogeza again* bahkan saking lamanya nih fic gak apdet, Dee sampe lupa sama jalan cerita penpik ini lho (Dee: Jangan dibilangin, Lala-chan!)

Saya tahu ini telat parah tapi bersediakah anda mereview?

P.s: Saya hampir memberi judul chapter ini Save Me yang ditranslate ke bahasa Italy *bobo di pelukan Namjoon* *dibuang*