Chapter 3

"ka..kakak….." Riza tetap terdiam tidak percaya. "ha..haruskah aku tidak memberitahukannya ?"

Reina menangguk sedih. "ya… jangan. Lagipula… kau juga cocok dengannya kok. Sepertinya aku memang tidak ditakdirkan dengan si legendaris itu…"

"jangan bicara seperti itu !" Riza membantah. "biar soal dia aku yang urus."

Reina menggelengkan kepalanya. "kau masih tidak berubah….Kau tidak mengerti, riza."

"aku mengerti ! sangat mengerti !"

"sudahlah… tolong yang paling penting…. Jangan beritahu dia oke ? ini demi aku…aku.. tidak ingin dia dalam bahaya…"

Riza tersenyum lalu bangkit dari tempat duduknya. "kalau begitu aku pulang dulu, kak."

-----------------

Beberapa meter dari tempat itu, terdengar sebuah letusan senapan. Seseorang dari kegelapan mengumpat. Seorang wanita muda berambut emas dan bermata merah jatuh. Sepertinya orang itu telah gagal atau apa pun… namun tentunya ini bukan pertanda yang baik.

-------------------

Hati Riza sedikit risih ketika ia mengerjakan pekerjaannya. Ia harus memberitahukan roy soal ini. Harus ! Bagaimana pun juga ini menyangkut soal nyawa… ia mengkhawatirkan keselamatan kakaknya…Tapi, dilain pihak, kalau ia memberitahukannya, roy juga berada dalam masalah….

"Lieutenant ? ada masalah ?"

"tidak, sir."

"kalau ada masalah, beritahukan aku saja."

Tidak ada masalah dari mana ? banyak ! dan ini semua juga karenamu! Lagipula reina melarangku memberitahukannya… ah.. posisi yang benar-benar sulit…

--------------------

"halo….? Eh ? oke.. ya.. mungkin nanti malam bisa.. oke.. ya.. bye…."

"colonel.. jangan pakai telepon itu untuk kencanmu lagi."

Roy tertawa. "lieutenant… peringatanmu kali ini tidak dapat mengganggu kebahagiaanku…."

"kenapa sir ?" Havoc mulai curiga. Jangan-jangan ia mengambil pacarnya lagi, dan jika ia berkata ya, maka saat itu juga ia bersumpah akan menaruh roy dalam rokoknya dan menghisapnya.

"tidak…tidak…. Setelah setengah tahun ia tidak menelpon, sepertinya ia mau baikan lagi…" roy tetap dalam keadaan ceria.

"jangan-jangan kembaran Lieutenant, ya ?" dalam hati havoc sudah berbisik beribu-ribu kali semoga iya…semoga iya….

"bukan…." Ia menyengir. Havoc pun sudah mulai deg-deg-an. "tentu saja iya, bodoh !" ia tertawa gembira lagi.

"Apa yang ia katakan, sir ?" Riza menyerangnya dengan blak-blakan. Bagaimana bisa ? Reina sendiri yang sudah bilang padanya bahwa ia tidak akan menelpon roy lagi…

"tidak.. hanya nanti malam ia ingin menemuiku."

"selamat sir ! musim semi sudah datang !"

"musim semi katamu ? setiap hariku memang selalu musim semi…. Tidak pernah ada musim dingin dalam kalenderku ! hahahaha !"

Riza hanya bisa terdiam… memikirkan hal ini, sedangkan di pojok ruangan sana, seluruh lelaki di grup mustang, mengelilinginya dan tertawa-tawa ria atas kembalinya Reina Hawkeye pada Roy. Ia sendiri, tengelam dalam pertanyaan di benaknya…

----- ----- ---- ------ ---- --- ---- ------ ------- - -

Malam itu, roy sedang bersiap-siap untuk kencannya dengan Reina, ketika di pintunya terdengar ketukan. Lelai itu bergegas keluar dan menjawabnya. Alangkah terkejutnya ia mendapatkan seorang wanita muda, dengan segumpalan kain yang ada di dekapannya. Ia terlihat familiar….

"REINA !" teriaknya kaget. "ada apa ? masuk !"

Ia menggeleng. "tidak roy.. waktuku tidak banyak…. Aku tahu.. aku sedang diikuti…" ia menjelaskan dengan cepat. "tolong…. Titip dia… Resha Mustang…."

Ia memberikan gumpalan kain, yang didalamnya ada seorang bayi perempuan kecil pada Roy. Lelaki itu sempat menatapnya tidak percaya. Ia hendak bertanya banyak ketika Reina telah pergi dari hadapannya.

"Resha Mustang…..ah ! jangan-jangan…."

Bayi itu menangis ketika Roy berteriak. Roy melepaskan kain yang membungkusnya itu untuk melihatnya lebih jelas lagi… cantik sekali… rambutnya berwarna cokelat tua… percampuran antara hitam dan emas… matanya hitam… namun besar seperti Riza & reina…

"psst… jangan menangis, ya…." Roy membisikannya pada bayi itu.

Malam itu, roy tidak tertidur lelap. Setiap kali bayi itu menangis, ia mau tidak mau terbangun dan menenangkannya. Cukup repot juga… tapi lama kelamaan ia melihat resha.. sepertinya anak ini manis sekali…. ia makin gemas semakin melihatnya.. apakah ini gejala yang sama yang terjadi pada Hughes, ya ? ia sendiri tidak tahu.

"pagi, sir…" sapa para officer sambil berbisik-bisik dan tersenyum padanya.

Roy sampai di kantornya, mengambil secangkir kopi, menyeruputnya sedikit, menaruhnya kembali. Lalu seperti biasa, ia menggantungkan jasnya di hanger, dan pergi ke mejanya menyelesaikan tumpukan paperworknya. Sama seperti biasanya…. Seluruh bawahannya pun sudah terbiasa.

"Wwaaaaa….." terdengar tangisan anak bayi dari dekat meja colonel. Barulah semua perhatian tertuju padanya, dan menyadari bedanya hari ini dengan hari-hari.

"anak siapa colonel ?"

"sir ? anda digaji berapa jadi babysitter ?"

"waa… lucunya… mirip Lieutenant Hawkeye, ya…" ujar Fuery, sambil tidak menyadari bahwa tiba-tiba semua orang diruangan itu berpikir hal yang sama.

"Lieutenant ! Jangan-jangan….. dia ini…."

"BUKAN!" Riza berteriak menutupi mukanya yang memerah. "sir… apakah dia… anak dari Reina Hawkeye ?"

Roy mengangguk sedih. Reina meninggalkan anak mereka padanya begitu saja, setelah menghilang selama hampir satu tahun. Ketika bertemu pun ia tidak berbicara banyak hal.

"ooh… jelas saja anak kembarannya Lt. Hawkeye…" semuanya manggut-manggut sambil menenangkan pikiran mereka. "jangan-jangan selama dia memutuskan anda…"

"ya… sepertinya…"

"sir…" Riza hendak berbicara ketika ada panggilan dari luar yang memanggil colonel Mustang untuk turun ke jalan.

"ada kasus apa ?"

"tidak tahu… seperti waktu itu lagi… pembunuhan…." Ia menginformasikan lalu pergi.

"Hawkeye, aku titip Resha padamu. Havoc, Brenda, ikut denganku…"

"Yes sir !"

--------------

Mobil patroli telah menutupi jalan. Palang kuning serta larangan masuk telah terpasang. Sebuah mayat wanita, tergeletak. Sepertinya ia baru ditembak mati. Roy datang, tepat saat petugas sedang membersihkan tempat tersebut.

Sang Flame Alchemist tidak memberikan reaksi lain, selain menaruh tangan di mulutnya, terkulai disamping wanita itu, dan berkali-kali memukulkan kepalan tangannya di batu.

Havoc dan Brenda yang ikut ke lokasi merasa kasihan pula padanya.

Reina Hawkeye… tewas ditembak.

TBC

A/n: tidak… aku bukannya mau membuat kisah misteri… tapi mau enggak mau aku harus membunuh reina untuk jalannya cerita ini... dan aku merasa aku membuat cerita dengan banyak melompat-lompat ? Memang, aku tipe orang yang suka membuat flashback. Habisnya menurutku itu seru. Soal penamaan, aku senang sekali membuat nama anak Roy selalu dengan huruf depan R. kukira itu lucu, satu keluarga, semua bernama depan R. Oke… Read & Reviews, ya !

- TQED -