Chapter 9
Roy berjalan setelah menyelidiki cukup banyak soal kematian Reina Hawkeye dan beberapa kasus lainnya yang terlihat ada relevansinya dengan kasus ini. Kepalanya pusing tujuh kepalang, dan hari ini pula, hasilnya nihil. Tidak bisa dibilang nihil juga…. Namun ia hanya menemukan kesamaan dalam kasus itu ketika kasus beberapa bulan sebelum rei mati, seorang wanita yang berciri-ciri hampir mirip dengannya mati terbunuh. Itu berarti memang Rei lah targetnya, dan wanita itu, salah bunuh.
Aneh… dengan mudahnya ia berkata salah bunuh padahal ia sudah hampir gila melihat Reina terkapar tak berdaya di sana.
Dengan santainya, ia berjalan melewati sepanjang koridor di sayap timur, dimana orang-orang banyak berkerumun di sudut ruangan.
Mungkin ada parade.. atau apa…mungkin penyanyi terkenal datang ke sini ?
"sir !" Havoc, salah satu dari kerumunan itu berlari menerjangnya. "Lt. Hawkeye ! Lt Hawkeye diserang !"
"HA !"
"Sir ! anda tidak percaya ? lihat saja orang sudah berkerumun banyak begitu !"
Havoc dan Roy berlari, mencari jalan menembus kerumunan itu.
Hal yang sama terjadi baginya. Berulang-ulang kali, melihat seorang wanita yang dikasihinya, berlumuran darah, terkapar tak berdaya. Dipunggungnya terlihat bekas bacokan.
Sepintas lagi teringat mimpinya beberapa hari lalu. Benar-benar jadi kenyataan..
"Sudah panggil ambulance belum ?" ucapnya dingin tanpa memandang siapa pun di ruangan itu.
"sudah ! sebentar lagi akan datang…"
Diantara berisiknya para officer yang saling berbisik-bisik, Roy bisa mendengar jelas suara bayi menangis.. Lebih spesifik lagi, suara anaknya- Resha menangis ! Ditegakkannya posisi Riza, dan benar, ia sedang mendekap erat Resha, seolah-olah ingin melindunginya. Anak itu tidak terluka… sedikit pun tidak.
Butiran hangat mengalir dari wajahnya.
Ia tidak mau kehilangan lagi. Riza berarti baginya. Bukan sekadar alat untuk menjaga Resha… bukan sekedar adik dari mantan calon istrinya… bukan sekedar bawahan yang bekerja padanya… bukan.
Setidaknya Roy masih bersyukur. Nadi Riza masih berdetak, walau amat lambat. Roy berkali-kali meluncurkan doa dalam hatinya, memohon agar Riza bisa selamat….
----
Riza melepaskan dirinya setelah ia hampir kehabisan nafas. Ia membuang mukanya yang memerah, malu atas apa yang dilakukannya pada atasannya.
"ma..maaf.. ki..kita tidak seharusnya… seperti ini…"
"tidak… memang kita seharusnya begini… aku..." ia menyengir. "sudah mendapat izin dari military untuk melakukan fraternization… sebagai hadiahku yang telah memenangkan banyak peperangan…"
"benarkah ?"
"ya ! aku serius…." Roy membisikkan kata-kata di telingannya. Nafasnya terasa panas di telinganya. "Riza… will you be my illusion, my reality, my dreams, my ambition, my fantasy… everything…"
Ia tidak tahu apa yang harus ia jawab… Roy sedang melamarnya ! ya, betapa bahaginyanya ia.
"ya, roy ! pasti !"
----
Riza menaikan seulas senyum di bibirnya. Manis sekali. Ia membuka matanya, dan melihat Roy di sampingnya, menggenggam tangannya.
"Riza ! syukurlah kau bangun !"
Yang pertama kali dilihat disekitarnya ialah ruangan putih bersih, dan pangerannya di samping. Kenapa dia sekarang di sini ? Bukankah seharusnya mereka sedang berada di chapel, mengucapkan sumpah setia satu sama lain, bertukar cincin dan melempar bunga pengantinnya ? Apa tadi hanya mimpi ?
"kenapa aku, Roy ?" ucapnya lemah. "kenapa tadi wajahmu pucat ? Kenapa aku di sini ?"
"3 hari comatose! bagaimana aku tidak takut ? Kejadian ini terlalu sering aku alami…" Roy menahan kalimatnya. Ia tidak siap memberitahukan Riza. Selama 3 hari ini ia terus menyelidiki kasus-kasus tersebut sambil menunggu Riza yang koma di rumah sakit. Ia sadar kesamaan yang ia temukan dan sepertinya ia sudah tahu…
"Roy… apa.. itu ada hubungannya denganmu ?" tanyanya lemah sambil mengingat kata terakhir yang didengarnya sebelum punggungnya dibacok. "aku… sempat mendengarnya sepintas…"
Roy berjalan mengitari ranjangnya, lalu menatap jendela di luar. "aku… ya. Mungkin…"
"AKu mimpi, Roy…." Aneh. Aku tidak pernah berencana memberitahukan ini padanya…tapi,mengapa ini keluar sendiri ? "aku… bertemu dengan Rei.. Kau…Resha… Hayate... juga.. seorang wanita yang hamil tua dengan rambut ikal hitam di padang gurun…."
"wanita berambut ikal hitam ?" Lelaki itu tersentak mendengarkannya. Sudah 10 tahun lebih mungkin ia tidak mengingat wanita itu lagi… hm, tidak. Kemarin baru ia bermimpi tentangnya, kan.
"Riza… dia istriku yang dulu…"
Gantian Riza yang kali ini tersentak. Istri roy ? Berarti.. maksudnya suaminya yang di medan perang… itu ROY !
"aku masih 17 tahun ketika aku sudah turun ke medan perang. Waktu itu aku bersama-sama maes ditugaskan untuk turun membasmi semua penduduk…"
TBC
