Chapter 4 – innocent

Scarred body

Roy pulang sambil terdiam, berusaha untuk menutupi segala ketakutan dirinya. Lelaki kecil itu menutup pintu rumah perlahan, dan merasakan bayangan hitam menutupnya. Di depannya, ayahnya yang berwajah garang itu berdiri. Lelaki tua itu menyunggingkan sengiran di wajahnya. Tangan Roy berkeringat dingin… Bukan suatu pertanda yang baik…

----

Keesokkan harinya, kembali mereka bersama-sama. Hari ini, Riza datang sambil membawa senapan mainan yang diberikan oleh papanya setelah merengek sehari semalam, hingga akhirnya ia dibelikan satu set perlengkapan senapan berserta pelor-pelor kecil di dalamnya. Arena latihan mereka paling-paling hanya di sekitar hutan dan taman. Memang, bukan senjata betulan…Riza sudah cukup bangga memegang senapan yang dari dulu ia impi-impikan.

"Roy ! Mau coba tidak ?"

"boleh." Ia berlari ke arah Riza mengambil senapan itu, namun terjatuh tersandung batu kecil. "aauch !"

Riza melemparkan senapannya ke tanah dan segera berlari ke arah Roy. "Kau tidak apa-apa, Roy ?"

"aauch !" teriaknya lagi. Riza melihat kakinya yang tidak terlalu parah lukanya, namun Roy tetap meringgis kesakitan. "pu….punggungku…"

"Sini, Roy. Aku mau lihat !"

"jangan." Buru-buru ia menarik badannya dari Riza. "bukan apa-apa kok…"

Riza berpura-pura tidak penasaran dan melanjutkan kembali bermain tembak-tembakannya. Dari sudut matanya ia melihat roy perlahan berjalan ke arah pohon besar dan duduk bersender di sana. Ia melihat lelaki itu mengecek keadaan punggungnya, dan… goresan-goresan merah sejenak terlihat dari balik kausnya.

Goresan itu seperti berbentuk luka tergesek, juga sedikit menyerupai bekas dikerok. Riza menggelengkan kepalanya, berharap agar ingatan ini segera terlepas darinya.

"ROOOYYY !" suara keras, menggema di telinganya. "ROOYY ! Mana anak kurang ajar itu ?" tampak Mr. Mustang, sambil membawa cambuknya, tersenyum kasar ketika melihat Roy yang bersandar lemas di pohon.

Jangan-jangan….

PLETAAAK !

"AAA !" roy berteriak ketika cambuk tajam itu mengenai punggungnya yang masih berbekas luka kemarin. "Maaf ! MAAF !"

"NGAPAIN AJA KAMU ? bukannya ikut papa ke kantor militer…"

PLETAAAK !

"AAAA ! ampun, pa ! ampun !"

Riza tak tahan melihatnya. SEtidaknya ia mulai mengerti sedikit masalahnya. Roy dimarahi gara-gara dirinya… Pasti itu.

Gadis lugu itu lalu berlari menghalangi Mr. Mustang mencambuk roy lagi. "Jangan ! Ini bukan salah roy !" tangannya ia bentangkan, melindungi roy dari cambukan itu.

"minggir anak Mr. Hawkeye ! Kalau tidak kau juga kucambuk !"

"TIDAK !"

PLETAAAK ! Dengan kekuatan cepat, bekas merah sudah terasa di punggungnya. Riza berteriak kesakitan, namun tetap di sana. Roy mulai marah. Riza tidak ada hubungannya dengan ini ! Ini urusannya !

"Minggir !" Sekali lagi, ia mencambuknya. Punggung Riza mulai lecet-lecet dan tergores. Ia mulai menangis, dan membuat Roy ikut menangis. "Kau juga, roy ! Ngapain kau mau berteman dengan anak penghianat ini ? Kau tahu seluruh desa mengecap kita orang yang tidak punya hati ? Termasuk dia !"

Kali ini sasarannya Roy. Bekas lukanya pun terbuka lagi dan mengeluarkan darah segar. Anak itu tidak bisa menahan selain menangis. Riza yang melihat sahabatnya diperlakukan seperti itu, tidak tahan lagi. Ia berlari dan memeluk Roy erat-erat, walau ia sendiri masih sakit.

"Jangan ! jangan sakiti Roy lagi ! Di sini saja Roy sudah sendirian ! jangan !" pintanya memelas sambil menangis kencang, tak melepaskan Roy dari dekapannya.

"aku tidak main-main…. Kuhitung sampai sepuluh, kalau tidak cambukan 30 kali hari ini akan kuberikan padamu, gadis kecil !"

Riza tidak beranjak, walau hitungan sudah sampai sepuluh pun tetap ia di sana, melindungi Roy… dan ia tahu setelah itu apa yang menimpanya. Berkali-kali cambuk itu mengelupas kulitnya dan ia berteriak-teriak kesakitan.

Sial… ini..ini bukan salah Riza…

"Sudah papa !" gantian Roy yang bangkit dan memeluk Riza balik. "bukan salah Riza ! kalau mau marah, pukul aku saja !"

"Ja…jangan, roy….ka..kau sudah sakit…" ia berusaha tersenyum. "tidak apa-apa kok…"

"PAPAA !"

PLETAAK !

"sepuluh." Bisiknya. "Roy, pulang. Sekarang juga !" ia berbalik lalu berjalan menuruni bukit itu. Hatinya sudah tidak tega lagi, melihat kepastian sinar dibalik mata gadis itu. Sedikitnya ia berharap generasi Mustang setelahnya, roy bisa berteman lagi dengan generasi Hawkeye seperti dulu.

"Riza… maafkan aku.."

Riza masih terisak, punggungnya memar namun setidaknya ia tidak mendapat 30 cambukan… itu sudah lebih baik.

---

"Riza ? ada apa ?" tanya MRs. Hawkeye melihat anaknya pulang, matanya bengkak lalu bajunya kumal.

"tidak…."

"Riza… tolong, tadi Mr. Mustang ke rumah kita dan bilang kalau ia telah memukulmu. Pokoknya mulai besok, ia maupun mama, tidak mau kau bertemu lagi dengan Roy. Mengerti itu ?" Mata Riza membesar, melototi mamanya, seakan tidak percaya apa yang didengarnya. Ia berlari ke kamarnya, dan mengunci dirinya di sana. Perlahan ia menangis. Bukan karena sakit di punggungnya. Ini beda…