Chanyeol X Baekhyun
BoysLove!AU
.
.
Reccomended playlist:
EXO – Forever
EXO – Going Crazy
EXO – What U Do
.
.
oOo
Jalanan sepi. Menurut Baekhyun, 'jalanan sepi' tidak relevan dengan apa yang sudah tercatat dalam kognisinya. Pukul sepuluh belum termasuk dalam kategori jam malam, setidaknya bagi para pekerja. Seoul seharusnya masih riuh redam oleh ketuk sol sepatu para pengguna jalan dengan aspal. Sesekali masih ada satu-dua orang yang berlalu, tapi masih terlalu janggal bila dibandingkan dengan yang seharusnya. Toh, Baekhyun juga bukannya baru seminggu tinggal di kota besar ini. Kecuali akhir pekan, Baekhyun rutin melalui jalur dan akomodasi yang sama dari kantor menuju ke tempat tinggalnya. Dan hal itu sudah dilakukannya selama empat tahun lamanya.
Ting.
"Irasshaimase.."*
Baekhyun menoleh. Dari jarak kurang-lebih lima meter ke seberang jalan, ia menemukan gerai sederhana berdinding kaca yang merupakan asal dari suara yang didengarnya. Seorang pria paruh baya baru saja masuk ke tempat itu, mendorong pintu kacanya hingga loncengnya bergemerincing, dan satu-satunya pegawai wanita yang Baekhyun lihat dari tempatnya berdiri menyambut pria tersebut menggunakan bahasa asing. Satu lagi hal yang aneh, pikirnya.
Apakah kesibukan di kantor membuat kemampuan observasi Baekhyun jadi payah? Empat tahun melalui pedestrian ini dua kali sehari sambil menikmati hiruk pikuk, rupanya ada tempat seperti itu yang tak tertangkap indranya.
Baekhyun sepenuhnya menghentikan langkah, mengangkat pandangannya pada tulisan mencolok di atas gerai kaca yang berdiri berjajar dengan pertokoan lainnya. Dipasang dengan lampu LED neon berwarna merah, di sana terukir aksara Jepang yang tak dapat Baekhyun pahami arti serta ejaannya. Tapi dari apa yang bisa ia amati, Baekhyun simpulkan bahwa tempat tersebut adalah sebuah salon rambut.
Mengabaikan pertanyaan tentang mengapa suara gemerincing lonceng dan sapaan dalam bahasa Jepang dari sang pegawai bisa mencapai telinganya, Baekhyun mulai melangkahkan kakinya menyebrangi zebra cross. LED mencolok berbentuk aksara Jepang itu kini berada tepat di atas kepalanya.
Mungkin karena tempat ini terasa begitu menarik sekaligus asing, Baekhyun sungguh-sungguh menempatkan diri di depan pintu masuknya yang terbuat dari kaca. Ia belum benar-benar melangkah masuk, sebab ia sadar betul tidak ada kepentingan baginya untuk masuk. Namun, pegawai wanita yang tadi menangkap pandangan mata Baekhyun. Tak butuh waktu lama, gemerincing lonceng kembali terdengar kala wanita itu membukakan pintu masuk untuk Baekhyun, tersenyum dan menyambutnya,
"Irasshaimase.."
Baekhyun mengerjap. Sejenak ia berdiri mematung. Sungguh, dirinya benar-benar tidak sedang ingin potong rambut atau apapun. Tetapi sorot ramah dari pegawai wanita itu masih terarah padanya. Masih tersenyum hangat, masih menahan pintu masuk agar tetap terbuka. Akhirnya, Baekhyun memutuskan untuk melangkah masuk.
Si pegawai wanita yang mengenakan stelan khaki-hitam serta apron hitam mengarahkan Baekhyun ke salah satu kursi. Meski tak tahu harus bagaimana, Baekhyun patuh. Ia mendudukkan diri ke kursi empuk itu, meletakkan tas kerjanya di bawah, dan menatap pantulan dirinya di cermin. Rambut klimis hitam kecokelatan yang memperlihatkan dahi, stelan jas lengkap agak kusut yang nampak menyesakkan. Baekhyun merasa dirinya seperti orang nerd yang tidak menikmati hidup.
Baekhyun turut menangkap pantulan si pegawai wanita dari cermin. Wanita itu masih tersenyum ramah sembari menyiapkan beberapa peralatan. Entah mengapa, sejak Baekhyun bersitatap dengan pegawai wanita itu di pintu, Baekhyun sama sekali tidak merasa asing. Wanita itu menatapnya seolah-olah Baekhyun adalah pelanggan setia salon yang hari ini datang memenuhi jadwal kunjungan. Bahkan, ia tak menanyakan layanan seperti apa yang Baekhyun inginkan. Pun entah karena apa, Baekhyun tak sekalipun menolak saat si pegawai wanita mulai berkutat dengan rambutnya.
Ah, sesekali rasanya tidak apa, pikir Baekhyun. Ia hanya bekerja setiap harinya, tidak pernah bersenang-senang. Barangkali menerima pelayanan salon bisa sedikit mengendurkan sarafnya.
oOo
"Onee-san**, bukankah aku datang lebih dulu? Kenapa kau melayani dia duluan?"
Baekhyun tersentak. Teriakan merajuk dari seorang pria serta suara berisik lainnya membangunkannya. Dalam sesaat ia kehilangan fokus sampai ia tersadar kalau dirinya jatuh tertidur di kursi salon. Baekhyun buru-buru memutar kursi, kelabakan mencari jam atau apapun yang bisa menunjukkan pukul berapa saat ini.
Dinding depan serta pintu kaca memperlihatkan kesibukan siang hari yang dikelilingi pertokoan dengan papan-papan reklame beraksara kanji. Salon sederhana itu sedang sibuk-sibuknya, penuh dengan pelanggan pria dan wanita yang ribut dan kegerahan menunggu pelayanan di kursi masing-masing.
Ting.
Seseorang memasuki salon, membunyikan lonceng penanda kedatangan pelanggan. Baekhyun yang masih tergopoh-gopoh merapikan tas tak melihat sang pemilik salon yang berlari terburu-buru dari pelanggan yang sedang dilayaninya menuju pintu masuk.
"Eh, daijoubu desu***. Aku di sini hanya ingin menjemput temanku." Si pria yang baru datang menenangkan pemilik salon yang nampak begitu lelah, memberitahunya untuk melanjutkan pekerjaannya. Setelah wanita pemilik salon itu berlalu sambil mempersilahkan, ia menghampiri Baekhyun.
"Sudah selesai?"
Suara husky itu membuat Baekhyun menoleh cepat.
"Sudah. Maaf, aku ketiduran." Jawab Baekhyun dari kursinya. Ia nampak merasa bersalah, tetapi senyumnya juga mengembang karena senang akan kedatangan pria itu. "Chanyeol, bagaimana rambutku?" Baekhyun bertanya pelan, memutar kembali kursinya menghadap cermin, mematut diri sekaligus memamerkan style barunya.
"Keren," jawab Chanyeol sambil mengamati rambut bergaya mullet Baekhyun yang kini berwarna merah marun dengan aksen cokelat gelap pada beberapa helainya. "..dan... cantik." Tambahnya, sambil mengamati keseluruhan penampilan Baekhyun yang dibalut stelan trendy kaos dan kemeja motif.
Sekilas Baekhyun tersipu. Bukan pertama kalinya Chanyeol memujinya, tetapi senyum Chanyeol setiap mengatakan hal serupa selalu membuatnya tak keruan.
"Ayo." Chanyeol meraih tangan Baekhyun. Mereka menyelesaikan pembayaran dan pergi meninggalkan salon tersebut.
Sambil membaur di tengah ramainya pedestrian, Baekhyun tidak sekalipun melepaskan genggaman tangan pria di sampingnya.
"Chanyeol?"
"Hm?"
Baekhyun menatap Chanyeol, jalanan, dan Chanyeol lagi.
"Apa kita akan baik-baik saja?" Tanya Baekhyun.
Chanyeol menatap manik mata Baekhyun sejenak, sebelum kembali memfokuskan pandangan pada keramaian di hadapan mereka.
"Mungkin?" Jawabnya ragu, menerawang. Melihat Baekhyun tersenyum muram, Chanyeol buru-buru menambahkan, "Kita sama-sama tidak tahu apa yang akan terjadi, kan? Bisa jadi itu sesuatu yang buruk. Maka aku tidak mau mengatakan kebohongan hanya untuk membuatmu senang. Aku hanya ingin kita menikmati waktu yang kita punya, Baek. Berdua."
Baekhyun mengeratkan genggamannya pada telapak milik pria di sampingnya.
"Aku mengerti," senyumnya. "Terima kasih."
Chanyeol balas mengeratkan genggamannya.
"Hanya berusaha untuk tetap berbaur. Aku harap kau bisa menikmati waktu kita di sini." Tambah Chanyeol. "Kau mau eskrim?"
Baekhyun tersenyum lebar hingga matanya menyipit, mengangguk mantap.
oOo
Bagai gayung bersambut, perkataan Chanyeol seolah jadi pemecut bagi apa yang terjadi di malam keesokan harinya. Kini, Baekhyun dan Chanyeol harus melarikan diri dari tempat singgah mereka di penginapan murah di Osaka.
Sambil berpeluh-peluh, keduanya menarik napas banyak-banyak saat sampai di celah sempit antara salon yang kemarin mereka singgahi. Tangan mereka masih bertaut.
Celah itu redup, meski lampu-lampu pedestrian di luar sana menyala terang.
"Chanyeol.." Baekhyun berbisik. Sebab napasnya nyaris habis dan dadanya sesak akan rasa takut, suara Baekhyun terdengar seperti cicitan yang serak. Baekhyun takut setengah mati. Keduanya berhadapan. Berimpitan di gang yang sempit.
Air mata Baekhyun kemudian tumpah, tanpa suara. Chanyeol menatap Baekhyun, sama terengahnya, sama sendunya.
Baekhyun tahu ini keputusan mereka berdua. Sejak awal, mereka memilih untuk pergi ke sini dan tidak keberatan bila harus berakhir di tempat pelarian ini. Bahkan, memang itu lah tujuan awal keduanya. Berakhir di sini, bersama-sama.
Tetapi saat akhir itu nyaris tiba, Baekhyun kehilangan keberaniannya. Tidak, bukannya ia takut mati. Ia hanya terlalu takut kehilangan pria di hadapannya. Ia lupa untuk mempertimbangkan ini. Ia tak pernah mempertimbangkan kalau bayangan perpisahan akan semenakutkan ini. Setelah mereka berdua berakhir, siapa yang bisa pastikan kalau mereka akan bertemu lagi? Entah kapan dan dimana?
Baekhyun terisak, masih tanpa suara. Ia mengerut dalam dekapan Chanyeol.
Bekas penjajahan di negeri asal mereka belum benar-benar usai meski sudah dinyatakan berakhir beberapa waktu lalu. Pun penolakan akan ikatan yang ada di antara mereka berdua. Melarikan diri ke negara ini sama saja dengan bunuh diri. Tapi lagi-lagi, Baekhyun tidak tahu rasanya akan semenakutkan ini.
"Baekhyun.."
Suara yang amat disukainya mengalun perlahan. Baekhyun menengadah. Ia mendapati Chanyeol beserta sorot matanya yang penuh arti. Mata itu basah, sama sepertinya. Tetapi kedua bola mata itu penuh keyakinan, jauh melampaui sorot penuh ketakutan milik Baekhyun.
"Kau tahu, kan, kalau cepat atau lambat hal seperti ini akan terjadi?"
Pertanyaan Chanyeol membuat air mata Baekhyun semakin deras mengalir. Rasanya, ia ingin terus berada dalam jarak sentuh Chanyeol.
Setelah Baekhyun mengangguk, Chanyeol tersenyum tipis dan menangkup rahang Baekhyun, lembut sekali. Ia mengusapnya penuh kasih sayang.
"Maka, jangan takut. Aku tidak akan menghilang dari hadapanmu, dan kau juga tidak menghilang dari hadapanku. Sampai akhir, kita masih mendekap satu sama lain."
Baekhyun mengeratkan genggamannya pada kemeja Chanyeol, mengekspresikan betapa ia benar-benar tidak ingin mereka berpisah barang se-inci pun.
"Aku hanya ingin kau menemaniku. Temani aku untuk terus percaya kalau kita akan bertemu lagi. Kita, akan bertemu lagi, bahkan setelah semuanya berakhir."
Isakan Baekhyun bertambah hebat, namun perasaannya jauh lebih tenang.
"Kau mau, kan?"
Bunyi derap kaki terdengar hanya berjarak sepuluh langkah lagi. Setelah satu pertanyaan terakhir, mereka bersatu untuk yang terakhir kalinya. Mengecap rasa yang entah kapan akan kembali di suatu hari nanti. Mereka percaya, tentu.
oOo
"Jeogiyo, ini pemberhentian terakhir."
Perlahan-lahan kesadaran Baekhyun kembali saat merasakan tepukan di bahunya. Mengerjap-ngerjap, ia akhirnya sadar kalau bis yang ditumpanginya sudah berhenti. Dan, tentunya bukan di halte tujuannya.
"Ah, maaf, maaf! Terima kasih sudah memberitahuku." Baekhyun segera bangkit dan membungkuk berkali-kali kepada sopir bus yang barusan membangunkannya. Bisa-bisanya dia jatuh tertidur sampai bus berhenti beroperasi.
Setelah turun dari bus, Baekhyun membuang napas seolah baru saja melepas beban. Sungguh pemborosan yang tidak berguna karena malam ini ia harus pulang naik taksi. Halte tempat seharusnya Baekhyun turun sudah terlewat terlalu jauh.
Tuk. Tuk. Tuk.
Saat dirinya cukup sadar untuk mengamati sekitar, rupanya jalan setapak di hadapannya mengarah ke komplek perumahan. Yang tentunya, sudah sepi. Ketukan sol sepatunya cukup jelas terdengar di jalanan ini.
Kepala Baekhyun sedikit pusing. Tertidur cukup lama dan langsung turun tunggang langgang dari dalam bus sepertinya mengejutkan kepalanya yang memang mudah pusing ini. Jadi, begitu melihat salah satu bangku terdekat yang tersedia di sisi jalan setapak menuju komplek tersebut, Baekhyun langsung melangkahkan kakinya ke sana. Kepalanya terasa berat. Rasanya, ia lelah sekali.
Baekhyun tahu persis ia bermimpi tadi, hanya saja ia tak ingat tentang apa mimpi itu. Sepertinya mimpi itu turut menyumbang sakit kepala untuk Baekhyun. Sejak tersadar, Baekhyun terbayang-bayang oleh kilasan kejadian yang aneh dan tidak berurutan. Acak dan rumpang. Namun, perasaannya jadi aneh setiap kilasan tersebut berkelebat.
Tuk. Tuk. Tuk. Tuk.
Baekhyun menengadah. Ada ketukan sepatu yang lain di sana.
Dari jarak beberapa langkah, Baekhyun menangkap sosok pria tinggi dengan stelan kerja yang menyerupai stelan jas yang dikenakannya.
Mereka berhadapan. Keduanya bersitatap.
Si pria tinggi nampak bingung, namun juga terkejut.
Baekhyun pun tak berbeda. Ia bingung, terkejut, terkesiap. Tetapi tidak tahu karena apa.
Baru ketika bibirnya mengucap begitu saja sebuah nama yang asing sekaligus familiar, kegundahannya lenyap begitu saja.
"Chanyeol?"
fin
oOo
.
.
YAAMPON APA INI WKWKWKWKWKWKWKWKWKWK
Tbh ini ide cerita yang saya dapat sejak album The War rilis (buset, udah berapa tahun, tuh?), tapi baru bener-bener saya tulis sekarang. Walaupun pengen ngehujat diri sendiri (ofc karna baru nulis ficnya sekarang), saya ingin memuji kepada OTP yang masih aja berhasil mengundang saya buat nulis tentang mereka. Just, WOW! Udah lama banget nggak nulis fic terutama dengan pair CB, soalnya saya lagi sibuk banget (cieilah) ngisi web portal berita dari organisasi kampus saya. Huehehehe
Plot kayak gini juga sebenernya sweerrriiiingggg banget saya pake di cerita-cerita saya (yang nggak dipublish di sini), cuma saya emang terlalu jatuh cinta sama jenis plot begini. Fic ini terinspirasi dari lagu-lagu yang saya tulis sebagai reccomended playlist di atas. Malah sebenernya terinspirasi dari keseluruhan album, sih. Gatau ini saya doang apa gimana, tapi album The War kayak ngasih vibe tersendiri gitu nggak sihVibe yang bener-bener kayak ngebawa ke another era gitu. Iyaiya maap emang otak saya aja yang kebanyakan ngayal. But it's what I feel
Maap (lagi) saya kebanyakan curhat ya Fic ini pun saya tulis karena rasanya ngeganjel tiap denger lagu Forever dll itu. Saat akhirnya ketulis juga, wow, saya bisa mendengarkan lagu-lagu itu dengan tenang. Tinggal satu lagi, yang terinspirasi lagu Diamond yang pairing-nya ChenMin. Tapi... gimana ya... Chen kan... ah sudahlah.
Yah intinya gitu, hehe. Kalau ada yang nggak dimengerti soal cerita ini, silahkan spekulasikan sendiri, ya!^^ Glad if you want to share your opinion; what is this story about. Semoga ficnya menghibur walaupun aneh, gaje, nggak ada feel, serta kebobrokan lainnya. Saya bener-bener masih belajar cara bermain dengan kata, biar setiap rangkaian kalimat nggak terkesan terlalu cepet. Tapi kayaknya masih berasa banget cepetnya, ya.. Yah, nanti saya belajar lagi, deh.
HIDUP CB!
.
* selamat datang
** panggilan akrab untuk perempuan yang lebih tua/kakak perempuan
*** tidak apa-apa
