Chanyeol X Baekhyun

BoysLove!AU

.

.

Recommended playlist:

EXO – Butterfly Effect

EXO – Forever

EXO – Going Crazy

EXO – What U Do

.

.

oOo

.

"Chanyeol?"

Baekhyun merutuki mulutnya yang baru saja meloloskan perkataan bodoh. Ya, itu benar-benar bodoh karena ia baru saja menyebut satu nama asing dengan tidak sopannya sambil menatap orang (yang juga) asing yang baru saja ia temui di detik sebelumnya seolah mereka adalah teman lama yang akhirnya bertemu setelah lama berpisah.

Dia sendiri tidak mengerti, mengapa bibirnya mengucap nama itu saat berhadapan dengan pria tinggi yang berdiri tujuh langkah di depannya. Hanya saja, saat netranya menangkap mata bulat pria itu, Baekhyun merasakan sesuatu aneh di dalam dirinya, terlepas dari perkara penyebutan nama itu sendiri.

Ugh. Baekhyun mulai berpikir untuk pura-pura jalan sempoyongan—supaya orang dihadapannya mengira ia hanya seorang mabuk yang tengah meracau, dan membiarkannya berlalu begitu saja.

"Ya?"

Baekhyun mengernyit. Alih-alih tak menghiraukan dan memberi tatapan seakan ia orang gila, pria tinggi itu masih berdiri di tempatnya dan menatap Baekhyun sambil mengerjap bingung.

Jadi.. apa pria itu baru saja menyahuti dirinya?

Untuk memastikan, Baekhyun mengulang kembali nama yang tiba-tiba saja melekat di kepalanya. Sementara saja, Baekhyun masa bodoh, bila ia harus terlihat semakin mirip dengan orang gila.

"Chanyeol... 'kan?" ulang Baekhyun.

Dan pria tinggi berjas hitam formal tersebut tahunya menyahut lagi,

"Umm.. ya, saya Chanyeol. Apa.. kita saling mengenal?" tanyanya dengan bahasa formal setelah sekali lagi mengerjap.

Baekhyun menelan ludah. Kalau sudah begini, dia harus apa?

Satu, Baekhyun tidak tahu apa atau siapa itu Chanyeol. Dua, dia justru menyebut nama yang tak ia kenali itu sebanyak dua kali pada orang asing. Tiga, bagaimana mungkin nama orang ini benar-benar Chanyeol?!

Dari tempatnya berdiri—yang masih berjarak tujuh kaki dari pria di ujung sana yang sama terpakunya dengan dirinya—Baekhyun menggigit bibir sambil mengamati trotoar di sisi kanan tempatnya berdiri, berharap trotoar itu mampu memberinya satu saja alasan untuk menimpali pertanyaan pria bernama Chanyeol ini.

"Uh.. aku.." Baekhyun memutar otaknya. Sekaligus berusaha agar mimiknya tampak cukup normal untuk tidak sungguhan dianggap seperti seorang weirdo. "Kita.. teman.. di sekolah dasar..?"

Bodoh!

Baekhyun tidak lagi mengerti dengan kebodohannya sendiri. Ia pikir dirinya sudah cukup dewasa untuk tidak melakukan hal dengan level kebodohan yang parah seperti ini lagi.

"K—kau.. tidak mengingatku?"

Bagus, kau menambah satu lagi omong kosong, Byun. Baekhyun merutuk ratusan kali di dalam hati.

Alis pria di hadapannya naik satu. Ekspresi itu seolah menyadarkan Baekhyun betapa konyol dirinya saat ini. Baekhyun berikrar untuk tidak lagi tertidur dalam bus, melewati halte tujuannya, mengalami pusing kepala, sampai bertindak aneh seperti ini lagi di masa depan.

Tetapi pria bernama Chanyeol itu kemudian memberinya senyum—meski agak dipaksakan. Apapun itu, setidaknya Baekhyun tahu orang ini tidak sedang berpikir macam-macam tentangnya.

"Ah.. maaf. Mungkin aku lupa," katanya sembari melempar senyum bersalah. Ia tidak lagi menggunakan bahasa formal. Sambil melangkah mendekati Baekhyun, ia menambahkan, "Ingatanku agak payah. Mungkin karena aku hanya sebentar sekolah di Korea sebelum pindah ke Jepang."

Baekhyun sepenuhnya bingung harus memberikan reaksi seperti apa. Persetan dengan pindah ke Jepang, dia bahkan baru tahu nama 'Chanyeol' beberapa menit yang lalu!

Akhirnya, Baekhyun hanya memaksakan tawa kecil—yang lebih terdengar seperti ringikan bayi kuda.

"Kau keberatan untuk memberitahukan namamu?" Si pria Chanyeol bertanya sambil mengusap tengkuknya. Ia terlihat jelas sungkan dan tidak enak hati. Dan Baekhyun sebagai biang dari kejadian ini hanya bisa memohon maaf berulang kali di dalam hatinya karena telah membuat orang asing ini menanggapi omong kosongnya.

"B—Baek.. hyun. Namaku Baekhyun."

Pria bernama Chanyeol itu seperti menatap objek imajiner di atas kepalanya, mencoba mengingat sesuatu. Tanpa diduga-duga, ia menjawab dengan senyum yang terlihat lebih santai,

"Kurasa aku mengingat nama itu." senyumnya.

Dari jarak tiga langkah, Baekhyun sesaat tertegun dengan senyum itu. Pria di hadapannya tidak lagi mengukir senyum canggung, melainkan lengkungan bibir yang lebih ramah dan menatap Baekhyun seolah ia memang benar-benar teman lamanya.

"Lama tak jumpa, Baekhyun-ssi." katanya, masih melempar senyum yang—secara mengejutkan—membuat Baekhyun seperti diserang rasa aneh di dadanya.

Baekhyun merasa isi perutnya berputar-putar, tapi bukan dalam artian buruk.

"Y—ya." Hanya jawaban singkat yang mampu Baekhyun berikan.

Dan, sebagaimana kejadian ini dimulai dengan sangat tidak terduga, Baekhyun juga dibuat tidak percaya bagaimana ia dan pria tinggi itu kini duduk bersisian di bangku yang awalnya Baekhyun tuju untuk dirinya sendiri.

Jalan setapak di hadapan mereka lengang sejak tadi. Angin malam masih berembus di sekitar. Pertigaan jalan di sisi kiri mereka sesekali menimbulkan bising klakson, tetapi hanya sesekali karena hari memang sudah cukup larut.

"Baekhyun-ssi?"

Baekhyun sedikit terlonjak saat pria di sampingnya memanggil dengan suara husky yang terdengar menakjubkan (apa?) di telinganya. Detik berikutnya, ia merutuk karena lagi-lagi tubuhnya bereaksi berlebihan. Baekhyun kemudian menoleh pada Chanyeol—oke, mulai saat ini ia akan benar-benar mengakui kalau nama pria ini memang benar-benar Chanyeol—di samping kanannya.

"Ya?"

"Kau tinggal di dekat sini?" tanya Chanyeol padanya. Dalam jarak yang kira-kira hanya dua setengah jengkal ini, Baekhyun baru menyadari kalau tinggi mereka terpaut cukup jauh sampai Chanyeol harus sedikit merunduk untuk menatapnya. Kenyataan ini membuat Baekhyun mempertanyakan proporsi tubuhnya sebagai seorang pria dewasa.

"Tidak, aku—" Baekhyun seketika malu, sebab ia teringat betapa ia terdampar di kawasan ini karena suatu alasan konyol. "Aku ketiduran di bus dan—" Baekhyun mengetukkan ujung sepatunya bergantian kiri dan kanan, "—melewatkan halte tujuanku.." cicitnya.

Baekhyun tidak salah saat telinganya menangkap suara tawa dari sosok di sampingnya. Tawa geli, yang entah bagaimana tidak membuat Baekhyun tersinggung sama sekali.

Chanyeol terlihat susah payah untuk buru-buru menghentikan tawanya, "M—maaf. Aku tidak bermaksud menertawakanmu. Itu hanya terdengar sedikit lucu." Ia mengusap ujung hidungnya, "Maaf, ya. Selera humorku memang sedikit aneh." katanya sambil memberi cengiran.

Baekhyun tidak mengerti apa yang spesial dari perpaduan tawa, wajah, gesture, bahkan comma hair hitam yang tampak rapi dari pria ini, tetapi kombinasi itu membuat Baekhyun tidak mampu mengalihkan pandangan barang sedikitpun dari sosok di sampingnya, bahkan ketika embusan angin menerpa rambutnya sendiri dan membuatnya lebih berantakan dari sebelumnya.

Hal berikutnya yang membuat Baekhyun terkesiap, adalah bagaimana pria di sampingnya memberikan senyum dan tatap lembut dengan tangan yang kini berada pada dahi Baekhyun—membenahi surai hitam kecokelatan yang sempat ia kacaukan sendiri saat turun dari bus tadi.

Baekhyun tercekat. Dia tidak habis pikir mengapa hari ini begitu mengejutkan tetapi anehnya.. Baekhyun menyukai ini.

Tangan Chanyeol di kepalanya tiba-tiba membeku. Baekhyun bisa menangkap keterkejutan pada binar mata bulatnya. Senyum lembut yang anehnya Baekhyun sukai itu (tunggu, apa?) memudar, diikuti dengan Chanyeol yang seakan sadar akan perbuatannya. Ia buru-buru menarik tangannya dari rambut Baekhyun. Mengerjap canggung kemudian berdeham. Kini ia tampak sibuk mencari objek lain—selain pria mungil di sisinya—untuk dilihat.

"M—maaf—"

"Terima kasih," Baekhyun buru-buru menyahut.

Baekhyun jelas terkejut dan juga malu, tetapi ia ingin membuat ini menjadi lebih mudah dengan melontarkan ucapan terima kasih. Bagaimanapun, Chanyeol mungkin hanya berniat membantunya agar tak terlihat buruk dengan rambut yang berantakan.

Baekhyun kemudian memeriksa keadaan rambutnya sendiri dengan jari-jarinya, menyisir helaian itu sekenanya.

"Sepertinya ini sudah terlalu larut, ya?" ujar Baekhyun. Ia berniat untuk tidak memperpanjang urusan bersama pria di sampingnya lebih lama lagi. Baekhyun benar-benar bodoh untuk menyebabkan konversasi aneh di tengah malam yang mungkin mengganggu pria ini. Ia akan memohon ampun kepada Tuhan karena telah membohongi orang asing yang baru ditemuinya. Maka, Baekhyun beranjak berdiri di atas kedua kakinya. "Sebaiknya kita segera pulang.. Chanyeol-ssi." Baekhyun menelan ludah, merasa sedikit tergelitik kala lidahnya menyebut nama itu lagi.

"Ah, ya," Chanyeol turut berdiri. Sekali lagi, Baekhyun menyadari betapa tingginya tubuh Chanyeol saat pria itu berdiri di sisinya.

"Maaf telah membuatmu kesulitan karena berusaha mengingat masa di sekolah dulu, Chanyeol-ssi," Baekhyun menggigit lidahnya yang sungguh tidak tahu malu melanjutkan kebohongan itu lagi.

"Ah, jangan dipikirkan. Aku yang seharusnya tidak melupakan teman lamaku." jawab Chanyeol, lagi-lagi mengucap tengkuknya dan memberikan sorot rasa bersalah.

Baekhyun mengulas senyum, entah demi membuat pria ini tidak lagi merasa bersalah atas kekonyolan yang Baekhyun ciptakan atau demi alasan lain.

"Sampai jumpa," ucap Baekhyun.

"Ya, sampai jumpa."

Keduanya bertukar salam dan menunduk singkat, bersiap untuk berpisah.

Tetapi, tak satupun dari mereka yang mengambil langkah. Keduanya masih berdiri berhadapan—satu mendongak, dan satu lagi merunduk demi menyejajarkan tatap.

Hingga sekian detik berikutnya, mereka masih berdiam diri. Seolah-olah satu-satunya yang ingin mereka lakukan ialah saling memandang satu sama lain.

Baekhyun tidak menyangkal kalau embus angin malam, sepinya jalan setapak, serta keberadaan pria di depannya membuat ia berdesir tanpa alasan yang jelas.

Dan ia sungguh tidak mampu menyangkal rasa membuncah di dalam dirinya saat pria bersurai hitam di hadapannya berkata,

"Bolehkah.." jeda,

"—aku mengantarmu?"

.

oOo

.

.

So... ini memang seharusnya oneshot, sih. Tapi saya tiba-tiba gatel pengen lanjutin, wkwk. Entah bakal berlanjut lagi atau nggak, tapi cerita ini bisa dianggap oneshot di tiap chapternya, jadi jangan dibawa ke hati/?, ya. Kkkk~

Mind to review?

.