Disclaimer : Saint Seiya bukan punya saya, tapi punya om Masami Kurumada.

Note : Disini terlihat jelas usaha keras sang author untuk menulis cerita selain humor, yang sepertinya gagal. Yah, anyway, enjoy ~

and don't forget to R and R /plak

Note (2) : Penjelasan lanjutan ada di akhir chapter ya

- bla bla - = note sampingan author

(bla bla) = notes tambahan


Deathmask berdiri didalam kuilnya. Ia memandangi wajah wajah orang-orang yang telah ia bunuh. Ia tersenyum -tidak, seperti nya lebih terkesan menyengir- melihat koleksi wajah-wajah yang tertempel di tembok kulinya. Dari wajah tertawa maniak, atau Menjerit histeris, sampai ke wajah tersenyum dengan damai, koleksinya lengkap.

Setiap orang yang masuk ke kuilnya -selain sesama Gold Saint tentunya- pasti akan diantarnya ke meikai dalam hitungan detik. Sadis. Itu adalah kata yang digunakan untuk memanggil orang sepertinya. Ia tidak menyangkalnya, karena memang benar adanya kalau dia membunuh banyak orang. Tapi percayakah orang-orang kalau dia bilang ini semua tidak ia lakukan karena suka?

Benar. Deathmask hanya menjalankan perintah yang diperintahkan oleh Pope. Dari pertamakali ia menjadi Saint Cancer, tugasnya adalah membunuh targetnya dan mengirimkan jiwa mereka ke Meikai (Meski sejak pertama kali Shion memberikan tugas, Shion selalu meminta maaf kepadanya dengan wajah yang penuh penyesalan).Tentu saja, tidak perlukan untuk menempel wajah-wajah korbanya di tembok kuil sucinya. Jujur saja, wajah orang pertama yang ia tempel di tembok kuilnya adalah Gurunya, mantan gold saint Cancer, Deathtoll. Gurunya yang Ia sayangi layaknya Ayah kandungnya tersebut terpaksa ia bunuh demi mendapatkan cloth Cancer. Deathtoll pun tidak menolak untuk dibunuh, sebaliknya ia tersenyum dan mati dengan tentram.

Deathmask sebaliknya, merasa depresi selama berbulan bulan. Ia menolak untuk keluar dari kuilnya, menolak untuk berbicara pada siapapun, ia bahkan menolak untuk makan dan minum pada minggu-minggu awal. Demi mengingat wajah guru nya dan menjaga kewarasannya, Ia pun menempel wajah Gurunya di tembok kuilnya. Menjijikan? Ia tak peduli. Asalkan dengan melihat wajah gurunya, ia bisa merasa lebih tenang. Psikopat? heh, mungkin saja, ia cukup yakin kewarasannya akan menurun sedikit demi sedikit semakin ia bertambah tua, yang mana berarti semakin sering ia membunuh orang, jadi disebut sebagai psikopat juga tidak salah. Toh dengan menjadi saint, Ia harus banyak membunuh orang, meski dia sebenarnya benci membunuh. Apa dayanya yang selalu diberi tugas untuk membunuh setiap targetnya? Ini adalah caranya untuk menunjukkan respect pada orang-orang yang telah ia bunuh.

Yang mengetahui mengenai hal ini hanyalah beberapa. Gold Saint Pisces, Aphrodite, yang sudah menjadi temannya sejak pertama kali menginjakkan kaki di Sanctuary. Gold Saint Capricorn, Shura, yang juga sudah menjadi temannya sejak lama, meski tidak selama Aphrodite. Mantan Pope Sanctuary, Shion, yang sudah pergi beberapa waktu yang lalu (sungguh disayangkan, padahal Deathmask cukup menyukai Shion). Dan yang terakhir adalah Gold Saint Libra, Dohko, yang ini ia tak tau pasti, tapi melihat caranya berbicara kepadanya, ia cukup yakin bahwa Dohko tau bahwa ia hanya memasang topeng orang jahat untuk menutupi perasaannya yang sebenarnya.

Deathmask berjalan sebentar mengelilingi kuilnya, lalu berhenti didepan wajah seseorang yang sedang memasang ekspresi sedang bahagia. Wajah gurunya. Dethmask mengusap wajah gurunya, ekspresi Deathmask terlihat sedih, kemudian tertawa pelan, terdengar nada sedih dalam tawanya, mengingat kembali hari-hari yang ia lalui saat ia masih berlatih untuk mendapatkan Cloth Cancer. Saat saat dimana ia masih nyaman dipanggil 'Angelo'.


Angelo sedang berlari kecil melalui Colloseum. Ini sudah putaran ke-9. Kata gurunya, ini semua untuk membangun staminanya. Jadi ia lakukan dengan senang hati. Ditengah latihannya, ia melihat Aphrodite, teman terdekatnya -yang dulu pernah ia sangka sebagai perempuan- yang sedang duduk dan memperhatikan setangkai bunga Mawar merah dengan wajah yang serius. Karena Penasaran, ia pun menghampiri temannya itu.

"Yo Dite! Ngapain? ngeliatin mawarnya masa sampe segitunya?" katanya sambil mendekat kearah bocah cantik berambut biru anak didik Cardinal itu.

Aphrodite tersentak dan menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya.

"O-oh, Angelo ternyata. Ada apa?" Tanya Aphrodite tersenyum kecil sambil menyembunyikan Mawar merahnya itu. Terlihat cukup jelas kalau Aphrodite sedang berusaha untuk menjauhkan Mawar yang ia pegang tadi dan dirinya sendiri dari Angelo .

"Gak perlu disembunyiin kok. Aku udah liat kalo tadi kamu megang Mawar. Takut kuketawain? ya jelas gak bakal lah. kalo emang cuman gara-gara kamu megang Mawar ku ketawain, dari dulu kamu udah kuketawain." Jawab Angelo dicampur dengan candaan. Wajahnya menunjukkan ekspresi orang yang menyengir.

Angelo mengekspektasikan wajah yang mengatakan 'katakan sekali lagi, maka aku akan menguburmu di taman kuil pisces' sambil makan mengeluarkan tangannya yang dibentuk kepalan kecil dan ditunjukkan padanya.

tapi, bertentangan dengan yang diekspektasikannya, Aphrodite justru semakin menjauh dari angelo dan bersembunyi dibelakang gurunya yang baru saja datang ke Colloseum. Tangannya terlihat mencengkeram pakaian gurunya, Pisces Cardinal, Gold Saint Pisces saat ini.

Seakan membaca pikiran Aphrodite, Cardinal merespons dengan mengusap pelan kepala calon Saint Pisces itu. Membisikkan sesuatu ketelinganya. Kemudian Cardinal menoleh kearah Angelo sambil tersenyum lembut.

"Angelo, aku harap kamu bisa memaafkan Aphrodite. Belakangan ini dia mengetahui sesuatu yang... sedikit... " Pandangan Cardinal sedikit teralihkan, ia tampak menatap ke arah tanah dengan pandangan tidak fokus, seperti sedang mengingat sesuatu yang kurang mengenakan. Expresi wajah Saint Pisces tersebut juga mendukung teori kecil tadi dalam otak Angelo.

Belum sempat Angelo bertanya apa yang dimaksud oleh Saint Pisces tadi, yang bersangkutan melanjutkan kalimatnya sendiri.

"... Aphrodite belakangan mendapat beberapa... informasi... karena Aphrodite masih muda, mungkin sedikit sulit baginya untuk menerima informasi-informasi itu... " Kata Cardinal, sambil tersenyum dengan sedikit paksaan. "karena itu, Angelo. Kuharap Angelo bisa memberikan waktu untuk Aphrodite untuk... menenangkan pikirannya... "

Angelo hanya bisa mengangguk mendengar itu. Matanya menangkap temannya yang masih bersembunyi dibelakang gurunya. Tangannya terlihat lebih rileks, tapi masih mencengkeram pakaian gurunya, tetapi kini tidak sekuat tadi. Angelo sangat ingin menanyakan apa informasi yang diterima oleh Aphrodite. Kalau dia tau, mungkin ia dapat membantu Aphrodite. Tetapi melihat situasi saat ini, sepertinya bukan keputusan yang baik untuk bertanya kepada mereka. Mungkin dia bisa bertanya pada gurunya.

"Baik kak Cardinal! Kalau begitu, Angelo kembali ke kuil Cancer dulu ya. Dah, Dite! " Angelo pergi sambil melambaikan tangan kepada Temannya dan Saint Pisces. Angelo bisa mendengar sedikit bisikan dari arah kedua orang berzodiak pisces tadi, tapi ia mengabaikannya. Entah mengapa ia merasa bahwa tidak seharusnya ia ikut campur.


Angelo berjalan masuk kedalam Kuil Cancer, sedikit terengah. 'Siapa juga yang memutuskan untuk membangun Sanctuary dengan puluhan ribu tangga?! ' protes Angelo dalam batinnya. Kakinya juga masih pegal karena berlari mengelilingi Colloseum berkali kali. Bayangkan! BERKALI-KALI! DI COLLOSEUM YANG SEBESAR ITU! Angelo menghela nafas. Mulai berpikir bahwa mungkin gurunya sebenarnya bercanda mengenai test tahunan dimana para calon saint perlu berlari mengelilingi Colloseum sebanyak 100 kali. Karena itu sendiri sudah melebihi nalar manusia pada umumnya.

Sambil berpikir pada dirinya sendiri, Angelo sadar bahwa ia sudah berada didepan pintu dapur Kuil Cancer. Angelo cukup yakin bahwa gurunya ada didalam sana, mengingat fakta bahwa hobi gurunya itu selain mencari gara-gara dengan Gold Saint tetangga (baca : Leo dan Kembar Gemini), adalah memasak.

Benar saja, terlihat gurunya sedang memegang sebuah mangkuk dengan adonan dengan ekspresi puas dan memakai celemek... pink? Ok, Angelo tidak akan bertanya lebih lanjut. Ia takut bahwa gurunya juga punya celemek berwarna pink berukuran kecil untuknya. Untuk keamanan harga dirinya, lebih baik tidak perlu. Yang seperti itu lebih cocok dipakaikan ke Dite. Oh, dia hampir lupa tadi dia mau bertanya kepada gurunya soal ini. Celemek pink gurunya terlalu mengalihkan fokusnya. Angelo pun memberanikan diri untuk menghampiri gurunya.

"G-guru? " Angelo mencoba memanggil, berharap kalau ia akan langsung direspons oleh gurunya. Syukurlah permohonannya dikabulkan. Gurunya membalikkan badannya dan mengalihkan pandangannya dari adonan yang sedaritadi ia pegang itu.

"Ah, Angelo. Sudah selesai? " Deathtoll meletakkan adonannya dan berjalan kearah Angelo. Mengelus rambutnya dengan sedikit kasar, tapi tidak dengan keinginan melukainya.

Angelo Mengangguk, kemudian bertanya pertanyaan yang sedaritadi ingin ia tanyakan.

"Guru, Apa guru tahu informasi apa yang diketahui Dite? Dia keliatan... uh... khawatir? takut? enggak tau sih, tapi semacamnya lah. "

Disaat itu juga, Deathtoll terlihat sedikit tersentak. Ia tidak tau secara pasti, tapi mungkin ia tau 'informasi' apa yang diketahui Calon Saint Pisces itu. Kalau memang benar dugaannya, maka Ia pernah dengar sekilas mengenai 'informasi' yang diketahui calon Saint Pisces itu. Dan karena itu Deathtoll ragu untuk memberitahu muridnya. Meski terlihat bar-bar dan yah, memang bar-bar, muridnya memiliki hati yang cukup lembut. Ia tak tega memberitahu hal yang ia tak 100% yakin benar. Dan kalau memang benar, maka ini akan cukup sulit diterima oleh Anak-anak. Terutama calon Saint Pisces itu.

"Guru? " panggilan dari Angelo menyadarkan sang Saint Cancer dari lamunannya. Deathtoll memalingkan pandangannya. Tak yakin bahwa Muridnya siap menerima informasi ini. Tetapi, melihat tatapan penuh determinasi dari muridnya, ia memutuskan untuk memberitahunya.

Deathtoll menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Ia berlutut untuk menyamakan tingginya dengan tinggi muridnya, lalu berkata, "..Angelo, aku tak yakin kalau yang guru ketahui adalah hal yang sama dengan yang diketahui oleh Calon Saint Pisces temanmu itu. kemungkinan yang ia ketahui lebih banyak, mengingat Cardinal sendiri cukup pintar, dan dikuil sebelahnya ada Mystoria yang sangat pintar dan Pope Shion yang... yah, kau tau lah. Tapi, sebelum itu, aku perlu bertanya. Apakah kamu siap menerima informasi ini? "

Angelo mengerjapkan matanya, bingung karena gurunya bertanya seperti itu. Tapi ia sudah berniat untuk mencari tau, dan dengan ekspresi gurunya saat ini, ia yakin bahwa ia pasti akan menerima konsekuensinya nanti. Tapi itu urusan belakangan, saat ini rasa penarasan dan khawatirnya pada temannya sudah memuncak. Angelo pun mengangguk.

Sesaat suasana dapur kuil Cancer terasa tegang. Deathtoll pun memutuskan untuk memberitahu muridnya apa yang diketahuinya. Ia rasa itu lebih baik daripada berbohong.

"...Angelo. Di Sanctuary terdapat legenda yang mengatakan bahwa jiwa seorang saint akan bereinkarnasi setiap 200 tahun sekali. Dan 200 tahun yang lalu, sesuai dengan yang kamu ketahui, adalah Holy War melawan prajurit Hades."

Angelo mencoba menelan informasi yang ia terima. Ia paham, tapi disaat yang sama, ia tidak. Meski demikian, ia memutuskan untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh gurunya.

"Kurasa dengan itu sendiri kamu sudah tau, bahwa generasi kalian adalah generasi Reinkarnasi dari saint yang tumbang dalam Holy War 200 tahun yang lalu. "

Setelah Deathtoll selesai mengutarakan kalimat tersebut, mata Angelo membelak. dia? dia adalah reinkarnasi seseorang yang mati melawan Specter? 'Masa iya?' adalah hal yang ingin ia tanyakan. Tapi disaat yang sama, ia percaya. ia merasa kalau yang dikatakan Gurunya benar, dan dia sendiri tak tau alasannya.

"Saint yang telah bereinkarnasi terkadang memiliki kemiripan dengan inkarnasi nya. Selain itu mereka mungkin akan memimpikan ingatan yang telah Inkarnasi mereka lalui. Seperti masa kecil mereka, masa bahagia, masa sedih, bahkan... masa dimana mereka... pergi... "

Wajah Angelo tidak terlihat syok tetapi ekspresinya jelas menunjukkan bahwa ia terkejut.

"Soal kemiripan, itu adalah hal yang sangat nyata pada generasi kal- ah maaf, maksudku generasi Gold Saint kalian. Itu berarti kalian, calon-calon Gold Saint. Kalau kamu mau tau wujud Gold Saint yang tumbang 200 tahun yang lalu, kamu bisa pergi ke kuil Papacy untuk melihat lukisan mereka... Atau bertanya secara langsung pada Pope Shion."

Angelo masih terlihat terkejut, tapi tidak ada yang membuatnya sampai ketakutan. Jadi ia mengasumsikan kalau ini bukanlah akhir dari Ceritanya. dalam batinnya ia mengingat untuk pergi ke kuil Papacy untuk melihat Lukisan yang disebut gurunya. Sekarang dia mulai kepo. Mungkin dia kan mengajak Dite dan Shura kesana.

"Sekarang kita masuk ke permasalahan yang mungkin diketahui oleh calon Saint Pisces temanmu itu. "

Kini Angelo mengembalikan fokusnya kepada gurunya. Ini topik yang daritadi ia tunggu tunggu.

"... Pada masa itu, Untuk menjadi Gold Saint...memang tidak semua, tetapi ada beberapa calon Gold Saint yang perlu membunuh gurunya untuk dapat menjadi seorang Gold Saint... "

Disini Angelo bisa menebak arah pembicaraan ini. Dan kalau bisa jujur, ia tidak suka. Sama sekali tidak.

"...Aku tak tahu secara pasti, tetapi Gold Saint yang pasti selamat adalah Gold Saint Aries, Taurus, Gemini, Virgo, Libra, dan Sagitarius. Sisanya, terdapat kemungkinan Murid perlu membunuh guru untuk menjadi Gold Saint Selanjutnya. " Ekspresi Deathtoll menggelap.

Ekspresi Angelo juga. Mengetahui bahwa kuilnya dan Dite termasuk dalam bagian dimana mereka perlu membunuh gurunya untuk menjadi Gold Saint. ia tak yakin bahwa mereka berdua akan bisa melakukan itu.

"...Angelo, aku tahu ini sulit diterima, tetapi ini sudah ditetapkan dari-"

Kalimat Deathtoll belum selesai ia ucapkan saat setangkai Mawar hitam lewat tepat didepan matanya. Mawar hitam itu menancap dengan dalam pada tembok dapurnya. Duo Cancer itu menoleh kearah pintu masuk dapur kuil mereka. Disana mereka disambut dengan tatapan mematikan oleh Gold Saint Pisces, ditangannya terdapat muridnya yang sedang tertidur.

"Cancer Deathtoll. Apa yang sudah kau beritahukan pada muridmu? " Cardinal bertanya dengan nada mengancam dan mematikan. Sangat cocok dengan ekspresinya saat ini. Ditangannya yang bebas sudah tersedia 2 tangkai Mawar Hitam.

To be Continued...


Note : Timelinenya agak berantakan ya. Awalnya aku mau pake Gold Saint dari Lost Canvas sebagai gurunya mereka, trus dipikir-pikir lagi, sepertinya kalau menjaga fakta kalau Gold Saint Lost Canvas itu inkarnasinya Gold Saint dari SS Original itu bakal lebih menarik. Yah, jadinya Gold Saint dari Next Dimension jadi gurunya Gold Saint SS Original deh.

Disini Feli bikin kalo Ritual Darah Pisces itu Rahasia bagi Gold Saint Pisces dan Pope, jadi calon Saint, maupun Saint lainnya enggak tau soal ritual ini. Juga, disini ritualnya itu turun menurun. Jadi wajib dilakukan. Anggap aja kalo semua Saint Pisces itu punya darah yang beracun, dan calonnya punya kekebalan racun sejak lahir.

iya, pusing kan? feli juga bingung njelasin secara detail nya gimana /plak

Yah, semoga menghibur lah~ sampai jumpa di chapter selanjutnya ~