AN: Ah hallo, ada yang merindukan Hana? Hana kembali ke dunia fanfiksi diawali dengan remake fic Sona no Ai. Hana sudah memikirkan tambahan beberapa plot karena Hana berpikir plot aslinya terlalu dipaksakan. Selamat menikmati pembaca lama dan pembaca baru.
Sona no Ai
NARUTO © Masashi Kishimoto
HIGH SCHOOL DxD © Ichiei Ishibumi
Saya tidak mencari keuntungan materil sedikit pun dari fanfic ini
Warning: Out of Character! Strongest Naru!
Summary: Sona hanya ingin memiliki pendamping hidup yang kecerdasan dan derajat sosialnya setara, itulah standar yang ditetapkan gadis cantik bertubuh mungil itu. Namun, bagaimana reaksi Sona ketika mendapati dirinya dijodohkan dengan laki-laki yang berbeda ras hanya untuk perdamaian? Apalagi laki-laki itu datang dengan wajah menyeramkan. Sona tahu calon suaminya adalah jenderal malaikat jatuh bernama Naruto.
Chapter 1: Perjodohan Tidak Terduga
Long Time Ago ….
Suasana di medan perang saat ini benar-benar kacau. Pegunungan yang sudah hancur tak karuan, hamparan hutan lebat telah menjadi abu, tanah gersang serta sungai yang sudah mengering. Jika melihat langit saat ini, banyak sekali cahaya yang melesat satu sama lain saling bertabrakan. Seakan sengaja untuk mengadu siapa yang lebih kuat. Kilatan cahaya atau yang lebih tepatnya kekuatan itu beragam warna. Mulai dari putih suci hingga hitam tanpa dasar.
Great War. Sebuah perang akbar yang awalnya hanya melibatkan dua fraksi saja kini menjadi tak terkendali dan menyeret fraksi lainnya. Bahkan para esensi terkuat yaitu naga ikut berperang di sini.
Jauh dari lokasi pusat medan perang, terlihat tiga sosok yang begitu bermandikan cahaya. ketiganya memiliki 6 pasang sayap merpati. Satu orang yang terlihat mencolok dengan rambut emasnya dan syal yang melingkari leher hingga menutupi mulutnya. Mereka adalah Naruto, Sasuke, dan Gabriel.
"Di sana sangat kacau," ucap Sasuke sambil mengamati medan perang yang terletak jauh di depannya.
"Uriel sedang memimpin pasukan malaikat di sana. Apa kita harus membantunya?" tanya Naruto yang berada di antara mereka dan terlihat ia yang memimpin kelompok kecil tersebut.
"Tentu saja kita harus membantu Uriel!" Gabriel berucap dengan lantang.
Sasuke menatap Gabriel lewat ekor matanya. Ia kemudian menggeleng. "Sebaiknya tidak. Kita harus fokus pada tujuan kita yaitu menemukan pusat markas musuh dan menghancurkannya. Aku yakin Uriel akan baik-baik saja."
Gabriel menoleh, merasa keberatan. Ia hendak berbicara tapi terpotong oleh perkataan Naruto. "Sasuke benar. Bisa gawat kalau posisi kita sampai ketahuan gara-gara membantu Uriel. Rencana yang selama ini dirancang Michael akan sia-sia."
Gabriel sebenarnya ingin protes, tapi ia berakhir dengan helaan napas berat kemudian mengangguk. Mereka melanjutkan perjalanan ke posisi yang telah diyakini adalah markas pusat fraksi iblis.
Berpuluh-puluh menit terbang tanpa terdeteksi, akhirnya mereka bertiga dapat melihat markas pusat fraksi iblis yang terletak di antara bebukitan. Ketiganya terbang rendah di antara pepohonan hingga menemukan posisi bagus untuk mengintai.
"Ini tak bagus. Markas pusat fraksi iblis dilindungi oleh barrier tebal. Aku perkirakan barrier itu memiliki puluhan lapis," kata Sasuke yang melirik Naruto. Iris mata yang tadinya hitam kini telah berubah menjadi merah dengan tiga tomoe yang berputar pelan.
Para malaikat pilihan memiliki kekuatan unik yang tak dimiliki malaikat lainnya. salah satu contohnya adalah kekuatan mata Sasuke. Naruto mengangguk mengerti akan penjelasan Sasuke. Ia dari awal tak berharap mendapatkan berita bagus setibanya di sini. Naruto sudah menyadari bahwa markas pusat akan dijaga dengan kekuatan penuh.
"Berapa banyak penjaga yang sedang berpatroli?" tanya Naruto. Sasuke tak langsung menjawab. Ia mengobservasi seluruh lingkungan yang terjangkau oleh matanya.
"149 iblis sedang berpatroli dengan rute yang sempurna. Tak ada celah untuk menyusup diam-diam," jawab Sasuke.
Gabriel menatap khawatir dua pundak teman malaikatnya. Ia sebenarnya ingin membantu, tapi posisinya di sini adalah sebagai medis. Gabriel tak diperbolehkan menyerang.
Lama Naruto berpikir akhirnya ia memutuskan sesuatu yang membuat Sasuke dan Gabriel terbelalak kaget. "Aku akan menyerang langsung markas itu."
"Kau sedang tidak bercanda, 'kan … Naruto-kun?" Gabriel menatap khawatir pada sosok yang memiliki mata dengan iris emas bersinar itu.
"Jangan khawatir. Ngomong-ngomong aku perlu bantuanmu, Gabriel." Naruto menoleh pada malaikat yang dinobatkan sebagai malaikat tercantik di surga itu.
"Bantuan apa?"
"Aku ingin kau menyamarkan aura seranganku dan lokasi kita berada. Ini akan menjadi serangan yang paling menguras tenagaku."
"Baiklah," kata Gabriel. Ia kemudian merentangkan kedua tangannya. Di depan telapak tangannya tercipta lingkaran sihir sedang. Kemudian memunculkan gelombang tak kasat mata berbentuk bulat mengelilingi mereka. "Persiapan pertama selesai."
"Terima kasih, Gabriel." Naruto tersenyum pada malaikat itu."
"I-iya."
Naruto kemudian menatap serius markas besar fraksi iblis di depannya. Ia menghirup napas sesaat kemudian menyatukan seluruh ujung jarinya hingga membentuk suatu lingkaran. Dari tengah lingkaran itu, muncul gumpalan energy cahaya berwarna emas dengan kepadatan luar biasa. Gumpalan cahaya itu kemudian membentuk sebuah tombak bersamaa dengan tangan Naruto yang direntangkan.
Lanza Del Relampago
Sekilas tombak cahaya berwarna emas itu tak ada bedanya dengan tombak cahaya yang bahkan malaikat lemah pun bisa membuatnya. Namun, jika merasakan auranya maka akan benar-benar berbeda. Tombak cahaya yang Naruto ciptakan jutaan kali lebih mematikan dari tombak cahaya normal.
Naruto sedikit memutar-mutar tombaknya sebelum ia bersiap untuk melempar tombak itu. Seperti yang dipinta Naruto barusan, Gabriel melapasi tombak cahaya itu dengan sesuatu tak kasat mata agar orang lain tak dapat melihat dan merasakannya.
Ketika sudah siap Naruto menembakkan tombak cahaya itu.
"Mati kau, iblis." Naruto membatin dalam hatinya.
-o0o-
Kuoh Academy ….
Suasana di ruangan ini berasa cukup tegang ketika Azazel mengatakan 'maaf' tanpa dosa. Anak buahnya bernama Kokabiel telah berbuat ulah yang hampir menimbulkan Great War jilid II. Kini para petinggi dari tiga ras yaitu malaikat, malaikat jatuh, dan iblis sedang mengadakan pertemuan tingkat tinggi untuk membahas masalah Kokabiel.
Namun, reaksi yang ditunjukkan oleh Azazel membuat ras iblis cukup emosi. Seharusnya Azazel bisa lebih serius jika ingin minta maaf. Tidak dengan wajah tanpa dosa dan senyum sok tak tahu apa-apa.
Sona Sitri, Rias Gremory, beserta para peerage mereka telah selesai menyampaikan laporan seputar kejadian beberapa hari lalu yang menyangkut tentang penyerangan Kokabiel di Kuoh Academy. Kedua gadis itu adalah orang yang terlibat langsung. Oleh karenanya laporan mereka sangat dibutuhkan di pertemuan kali ini.
Sona orang terakhir yang menyampaikan laporannya membungkuk rendah tanda hormat. Ia disambut terima kasih oleh kakaknya, Serafall Sitri yang menjabat sebagai Maou Leviathan. Sona tersentak sesaat lalu buru-buru kembali ke tempatnya semula.
Dari pihak iblis sudah ada Sirzechs Gremory yang menjabat sebagai Maou Lucifer dan Serafall Leviathan. Ajudan mereka adalah para iblis muda yang terlibat dalam pertarungan dengan Kokabiel.
Dari pihak malaikat mengirimkan pemimpin tertingginya yaitu Michael dengan ajudannya Shidou Irina sang malaikat reingkarnasi dan terakhir dari pihak malaikat jatuh ada Azazel dengan ajudannya Vali sang Hakuryuukou.
"Aku ingin meminta pendapat dari Gubernur Jenderal Malaikat Jatuh Azazel tentang laporan yang disampaikan Rias dan Sona," kata Sirzechs.
Azazel membalas dengan santai. "Aku tidak perlu mengatakan apa-apa, itu adalah tindakan yang dilakukan oleh dirinya sendiri."
"Jadi kau ingin mengatakan bahwa kau tidak ada hubungannya dengan ini?"
"Aku hanya membiarkan dia melakukan apa yang dia inginkan sampai tujuannya menjadi jelas. Hm, meskipun dia tidak mengantisipasi kalau aku juga menyusup ke kota ini. Jujur kukatakan bahwa kota Kuoh cukup menarik." Senyuman Azazel tidak pernah luntur meskipun maou di depannya berwajah serius sedikit mengintimidasi.
"Tolong jangan keluar dari topik pembicaraan," kata Sirzechs sedikit tidak suka.
"Ayolah, aku bahkan meminta salah satu jenderalku untuk menghentikan Kokabiel. Sekaligus mengirim dia ke neraka paling dalam dan disegel selama-lamanya. Aku ragu dia bisa melarikan diri dari sana."
"Masalah utama di sini adalah motif dari tindakan yang Kokabiel lakukan. Aku dengar dia merasa tidak puas dengan kau sebagai Gubernur Jenderal. Apa aku benar?" tanya Michael.
"Ya. Dia mengatakan bahwa perang berakhir dengan setengah-setengah, jadinya dia kebosanan dan ingin membangkitkan Great War lagi. Jujur aku orangnya tidak tertarik pada perang untuk saat ini."
Serafall menatap Azazel dengan serius. "Jadi Kokabiel menganggap kau elemen yang tidak memuaskan?"
"Entahlah," kata Azazel acuh, lalu menopangkan dagu. Menatap Sirzechs dan Serafall bergantian dengan serius. "Mari kita akhiri obrolan membosankan ini dan segera menuju topik sebenarnya."
Rias, Sona, dan semua peeragenya menatap bingung Azazel. Bukankah topik utamanya berkaitan dengan penyerangan Kokabiel. Seharusnya Azazel meminta maaf dengan serius agar masalah ini selesai. Jika bukan karena penyerangan Kokabiel maka pertemuan ini tidak akan terjadi. Lalu inti dari semua ini apa?
"Aku ingin cepat-cepat menyatakan perdamaian. Bukankah itu tujuan sebenarnya dari pertemuan ini?" Azazel tersenyum tipis melihat raut wajah kaget Iblis muda terutama dari kelompok Rias.
"Perdamaian antara ketiga ras terutama ras malaikat jatuh dan iblis akan terbentuk apabila ras iblis menyetujui persyaratan yang telah ditetapkan, bukan begitu, Serafall?"
Serafall terdiam sebentar lalu mengangguk. Ia tidak bisa melakukan apa-apa dengan keputusan yang sudah ditetapkan.
Rias maju satu langkah. Menatap lawan bicaranya dengan sopan. "Permisi. Saya ingin bertanya tentang yang Anda maksud berkaitan dengan masalah perdamaian antar tiga ras, Azazel-dono."
"Mungkin lebih baik bila bangsa iblis yang menjelaskannya langsung," jawab Azazel kemudian menatap Sirzechs.
Maou Lucifer itu menghela nafas sesaat. "Para petinggi bangsa telah sepakat membentuk perdamaian dengan syarat kedua belah pihak harus mengajukan satu orang untuk dijodohkan. Artinya, kedamaian akan terbentuk bila perwakilan bangsa Iblis bersedia menerima perjodohan dari bangsa malaikat jatuh. Mereka telah mengkonfirmasi bahwa calon mempelai pria sudah sepakat untuk dijodohkan. Tinggal mempelai wanita dari bangsa iblis saja yang tersisa untuk mengambil keputusan." Sirzechs berkata dengan sangat jelas agar para pendengar memahami ucapannya.
Semua yang tidak tahu tentang perjodohan itu membelalakkan mata kaget, terutama dari pihak Rias yang sudah terbayang akan bagaimana jadinya bila ia yang dijodohkan. Sejujurnya ia tidak mau dijodoh-jodohkan seperti itu apa lagi dari ras lain. Rias sudah kapok sejak perjodohannya dengan clan Phenex.
Kenapa ia bisa berpikiran seperti itu? Karena satu-satunya yang mungkin akan dijodohkan adalah dirinya, cukup masuk akal bila melihat posisi Rias yang sebagai adik dari Maou Lucifer. Hatinya tidak tenang, begitu pun dengan peerage-nya.
Sementara itu, Sona yang memiliki posisi sama seperti Rias entah kenapa memiliki perasaan aneh di hatinya. Apa ini ada hubungannya dengan perjodohan itu? Entahlah.
"Seperti yang dikatakan Maou Lucifer, selama ini ras iblis dan malaikat jatuh selalu berselisih. Kami takut jika perselisihan itu semakin besar dan kemungkinan terburuknya perang berkibar. Oleh karena itu dibuatlah jalan damai dengan syarat pernikahan antar ras agar kedua ras terikat." Michael memberi penjelasan yang membuat para iblis muda itu mengangguk mengerti.
Jika dipikir-pikir ada benarnya juga. Ini mirip seperti jalan damai zaman dahulu. Dua kerajaan yang saling berperang ketika ingin mengambil jalan damai langkah terbaik adalah menjodohkan pangeran dan putri mereka agar terjalin ikatan kuat. Jika keadaannya seperti ini siapapun gadis yang akan dijodohkan harus menerima itu semua untuk kebaikkan rasnya.
Rias kembali bertanya dengan ragu-ragu. "Jadi … dari pihak iblis siapa yang akan dijodohkan?"
Bukan Sirzechs yang menjawab, tapi Serafall. "Sona Sitri."
Perkataan singkat dari kakaknya telah membuat kedua mata Sona melebar, kaget, dan tercekat. Apa? Dia yang akan dijodohkan? Ini tidak benar, 'kan? Ayolah, ia tidak mungkin menikahi laki-laki yang tak dikenalnya apa lagi dari ras lain. Sona tidak menginginkannya. Apa lagi melihat pengalaman perjodohan Rias yang berakhir dengan kesedihan sahabatnya itu. Yang Sona inginkan dari pendamping hidupnya adalah laki-laki cerdas, kuat, dan memiliki status sosial minimal sederajat dengan dirinya. Itulah standar Sona!
Dan sekarang ia malah dijodohkan? Terlebih kesempatan untuk menolak itu kecil jika dilihat dari dampak yang akan ditimbulkan. Hei, Sona tidak seegois yang dipikirkan. Ia juga memikirkan nasib bangsa iblis jika saja perdamaian ini gagal terwujud. Bisa jadi malaikat jatuh seperti Kokabiel akan datang dan mengancam nyawanya atau sahabatnya. Sona tidak ingin hal itu terjadi.
"Tunggu dulu Leviathan-sama, apa Anda tidak salah ucap-"
"Tentu saja tidak, Rias! Ini adalah keputusan yang diambil oleh para Maou juga Tetua. Aku tidak bisa mencegah hal itu," ucap Serafall seraya menunduk tanda ia menyesal Sona yang akan dijodohkan. Sebagai seorang kakak jelas Serafall tahu laki-laki idaman adiknya seperti apa.
"Jadi bagaimana keputusanmu, Sona?" Tanya Sirzechs menuntut jawaban.
"Tahan dulu Sirzechs. Kita tidak bisa menanyakan langsung keputusannya bagaimana. Terlebih Sona masih kaget dengan apa yang terjadi sekarang. Bagaimana kalau kuperkenalkan calon mempelai prianya pada kalian," kata Azazel kemudian menjentikkan jarinya.
Detik berikutnya muncul lingkaran sihir berwarna emas di permukaan lantai lalu memunculkan seseorang. Orang itu memiliki perawakan cukup kekar dengan tinggi tubuh 180 cm. Ia mengenakan pakaian cukup gahar dengan rompi kulit dan celana hitam panjang. Pakaiannya saat ini mirip seperti tokoh-tokoh gangstar di film dengan sarung tangan hitam menyelimuti pergelangan tangannya. Tak lupa syal putih tinggi yang menutupi mulutnya.
Jika menilai berdasarkan pakaian yang dikenakan, laki-laki itu tidak cocok dipandang remeh. Apa lagi bekas luka sayatan yang melintang di dadanya.
Laki-laki itu memiliki surai emas jabrik dengan wajah seperti laki-laki normal berumur 21 tahun. Kedua matanya tertutup dengan raut wajah serius. Itu bisa dibuktikan dari kedua alis yang menekuk. Jadi dia yang akan mendampingi Sona? Gadis itu memberi kesan pertama jika laki-laki di depannya tipe berandalan. Sangat tidak cocok dalam kriteria laki-laki idaman Sona.
"Perkenalkan, namanya Naruto. Dia adalah salah satu Jenderal Malaikat Jatuh andalanku. Mungkin Rias dan peerage-nya yang terlibat langsung dalam pertarungan sudah mengenal Naruto sebelumnya," kata Azazel menyeringai puas.
Naruto membungkuk hormat sebentar lalu tegak kembali, masih belum membuka matanya.
"Hmm, kau memiliki jenderal muda juga ya, mengejutkan," ungkap Maou Lucifer.
Azazel terkekeh pelan menanggapi omongan Sirzechs. "Asal kau tahu Naruto lebih tua darimu, Sirzechs. Dia adalah salah satu orang yang selamat dari Great War."
Yang belum mengenal Naruto tentu saja kaget dengan ucapan Azazel barusan. Jika yang dikatakan malaikat jatuh itu benar, maka seharusnya perawakan Naruto seperti pria berumur 30 tahunan.
Rias tidak henti-hentinya mentapa sosok Naruto yang berdiri dengan gagah dan serius. Hawa yang berkata seakan 'menjauh darinya' Rias rasakan di sekitar tubuhnya. Sejak awal bertemu dengan malaikat jatuh tersebut insting Rias selalu berkata untuk jangan pernah berbuat masalah dengan orang itu. Rias jadi teringat kemunculan Naruto yang tak terduga saat dirinya bertarung melawan Kokabiel beberapa hari lalu.
Naruto yang menyadari diperhatikan oleh gadis merah diam saja, acuh. Namun saat dirinya sadar bahwa calon isterinya sedang memandang dirinya Naruto langsung membungkuk hormat. Lagi-lagi tanpa membuka kedua matanya. "Salam kenal, Sona-hime. Namaku Naruto, mungkin ini terlalu cepat tapi … semoga hubungan kita berjalan lancar untuk perdamaian ini," kata Naruto yang nadanya berat, menimbulkan kesan pria sejati.
Sona membenarkan letak kacamatanya tanda bahwa ia sedang gugup, tapi kegugupan itu bisa disembunyikan sempurna berkat wajah datarnya. Sona juga cukup senang dikatakan hime meskipun para pelayan keluarganya selalu memanggil seperti itu, tapi entah kenapa jika orang lain yang menyebutkannya membuat hati Sona cukup bahagia. Ia membalas salam dari Naruto dengan menunduk. Tidak ada sepatah atau dua patah kata dari Sona.
"Jadi Sona, bagaimana keputusanmu?" tanya Serafall.
Mau tidak mau Sona harus menerima perjodohan ini bukan? Tapi jujur hati kecilnya masih tidak bisa menerima semua ini. Tiba-tiba dijodohkan dalam pertemuan yang sangat penting tentu saja membuat Sona sulit bahkan tidak mungkin untuk menolak. Sona mulai membuka mulut, tetapi tidak ada suara yang keluar karena Naruto lebih dulu berbicara.
"Sona-hime tentu saja ragu akan perjodohan ini karena diberi tahu secara mendadak. Aku juga tahu bahwa Sona-hime ingin menolak perjodohan ini. Jadi, untuk menghormati posisi Sona-hime aku akan memberikan kelonggaran. Sona-hime boleh menilaiku terlebih dahulu apakah aku cocok dengannya atau tidak. Tap,i kuharap Sona-hime menerima perjodohan ini demi perdamaian kedua belah pihak," ucap Naruto dengan wajah serius. Lagi-lagi tidak kunjung membuka matanya.
Ternyata Naruto bisa membaca isi hati Sona dengan sempurna. Ya, Sona ragu dan ingin menolak perjodohan ini. Namun, itu tidak mungkin dilakukan, jadinya Sona memiliki ide untuk menilai bagaimana sosok Naruto terlebih dahulu. Dan entah apa ini kebetulan atau tidak Naruto bisa membaca isi hati Sona secara tepat. Atau laki-laki itu bisa mengetahui sebelum ia berbicara?
Sirzechs dan Serafall menatap Sona.
Yang ditatap berusaha untuk tenang kemudian mengangguk. "Seperti yang dikatakan Naruto-dono, perjodohan ini terlalu mendadak untukku. Jadi solusi paling tepat adalah aku ingin menilai Naruto-dono terlebih dahulu."
"Apakah tidak apa-apa?"
"Kalau itu aku serahkan semuanya pada Naruto. Yang jelas perdamaian akan tercipta jika Sona menerima perjodohan ini," jawab Azazel kemudian Naruto mengangguk setelah ditatap oleh Sirzechs.
Maou Lucifer itu menghela nafas. Ia cukup merasa bersalah karena tidak memberi tahu perihal ini terlebih dahulu pada Sona. Jika begini keadaannya maka perdamaian harus ditunda sampai Sona berkata setuju.
"Terima kasih banyak atas pengertiannya, Naruto-dono." Sona membungkuk terima kasih. "Aku tidak menyangka ada laki-laki dari bangsa malaikat jatuh yang tidak egois. Untung Naruto-dono tidak memiliki sifat seperti Riser Phoenix," kata Sona dalam hati.
Naruto masih diam dengan wajah serius, detik berikutnya alis Naruto bergerak, semakin ditekuk. Ada apa?
"Jadi pertemuan ini-"
"Maaf memotong perkataan anda, Lucifer-dono. Tapi ada hal penting yang harus kusampaikan." Naruto memotong perkataan Sirzechs.
Semua menatap bingung.
"Bagi iblis muda yang tidak memiliki kekuatan suci atau kekuatan naga di dalam tubuhnya harap menyentuh teman yang memiliki dua kekuatan itu," kata Naruto dengan serius.
"Memangnya ada apa?" tanya Issei bingung.
"Tidak ada waktu untuk menjelaskan. Lebih baik cepat turuti saja perkataanku. Dalam beberapa detik lagi kalian akan tahu jawabannya."
Mendengar perkataan yang amat serius dari Naruto membuat seluruh iblis muda yang tidak memiliki dua kekuatan itu menyentuh teman yang memiliki kekuatan suci atau naga seperti Issei, Kiba, dan Xenovia.
Naruto perlahan membuka matanya. Sorot mata berwarna emas terang namun mengerikan terpancar bagi siapapun yang melihat itu. Membuat bulu kuduk merinding.
"Waktu akan membeku."
Benar saja, di detik berikutnya waktu menjadi berhenti. Itu ditandai dengan semua ruangan berwarna ungu. Jam yang berada di dinding terlihat tidak bergerak. Untung saja yang tidak memiliki kekuatan suci atau kekuatan naga menyentuh para pemilik kekuatan itu sebelum waktu benar-benar berhenti. Jika tidak maka mereka akan bernasib sama dengan jam yang ada di dinding. Bagi mereka yang memiliki kekuatan besar tidak akan terpengaruh meskipun tidak memiliki dua kekuatan di atas.
Semua yang ada di ruangan ini terselamatkan berkat insting Naruto yang diasah sedemikian rupa hingga ia dapat melihat sekilas masa depan.
Sona membenarkan lekat kacamatanya sambil memandang Naruto dengan serius. "Naruto-dono … entah kenapa perkataannya selalu tepat sasaran. Entah itu mengetahui isi hati orang lain atau mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Seperti yang dikatakan Rias kemarin, malaikat jatuh berambut emas itu tidak bisa dianggap sebelah mata." Sona menganalisis dengan seksama.
"Nampaknya semua terselamatkan berkat menyentuh pengguna kekuatan suci atau naga," gumam Rias sambil melihat sekelilingnya, tidak ada orang yang ikut membeku.
"Ngahahaha … aku memang tidak bisa berhenti untuk terkagum dengan instingmu, Naruto." Azazel tertawa renyah, ia memang dari dulu mengagumi insting Naruto, bahkan karena kekuatan itu pula Azazel tanpa ragu menunjuk Naruto sebagai Jenderal Malaikat Jatuh meskipun ia baru bergabung dengan Grigori.
"Kau sudah tidak perlu menerima terima kasih dariku, Azazel-san. Kau akan membalas 'Ngahaha … seperti itulah'."
Azazel terdiam sesaat lalu berkata, "Ngahaha … seperti itulah."
Para iblis muda tersenyum lega karena mereka terselamatkan, khusunya Asia yang sangat bersyukur teman-temannya baik-baik saja.
Naruto tersentak sesaat lalu memincingkan mata ke arah luar jendela. "Maaf mengganggu tapi, simpan rasa syukur kalian dulu. 50- tidak … 100 musuh akan muncul." Peringat Naruto membuat semua pasang mata menatap keluar jendela.
Di luar sudah terlihat jelas sebuah gerbang sihir besar berwarna kuning tercipta di langit Kuoh Academy. Gemuruh mereka rasakan sesaat sebelum melihat kemunculan puluhan penyihir dari balik gerbang sihir itu. Penjaga pertemuan ini yang terdiri dari prajurit tiga ras mulai mengaktifkan sihir pertahanan guna mempertahankan gedung yang menjadi tempat pertemuan petinggi mereka. Para penyihir itu menembakkan sihir mereka, ada yang sanggup menahannya ada juga yang tidak. Kebanyakan dari prajurit yang berjaga tidak bergerak karena terkena efek penghenti waktu.
Michael menatap sedikit khawatir ke luar jendela. "Kekuatan ini …."
"Kemungkinan adalah kekuatan Sacred Gear dari bocah setengah vampire itu," kata Azazel.
"Maksudmu Gasper?!" Issei tersentak kaget. Memang benar ini sama seperti kekuatan milik Gasper. Tapi mana mungkin Gasper berbuat sejauh ini.
"Orang yang dapat menggunakannya pada saat ini hanyalah dia. Kemungkinan besar Gasper telah jatuh ke tangan musuh. Dan musuh memanfaatkan kekuatannya untuk mengacaukan pertemuan ini." Sirzechs menganalisis.
"Buchou …."
Rias mendecih kesal sesaat. "Menggunakan budak imutku untuk mengacaukan pertemuan ini benar-benar tidak bisa dimaafkan."
"Kalau begitu, Rias, kau dan beberapa anggotamu pergilah untuk menyelamatkan Gasper. Jika tidak, kemungkinan besar kekuatannya akan bertambah dan kita bisa mati." Sirzechs memberi perintah dengan serius.
"Aku mengerti."
"Biarkan aku ikut, Kaichou!" Pinta Issei yang terlihat jelas dari raut wajahnya bahwa ia marah karena temannya dimanfaatkan oleh musuh.
"Baiklah."
"Sebelum itu, aku ingin memberimu sesuatu." Azazel mendekati Issei dan memberikan benda mirip gelang.
"Ini …."
"Pakailah. Benda ini akan banyak membantumu nantinya."
"Aku mengerti." Issei memasangkan benda pemberian Azazel di tangannya. Setelah itu ia pergi bersama Rias memakai sihir teleportasi.
"Ini bahaya, keadaan di luar semakin buruk. Para penjaga dibantai mereka satu per satu," gumam Azazel sedikit berkeringat dingin.
Vali yang sedari tadi diam menunjukkan seringai tipisnya. "Kalau begitu, izinkanlah aku untuk membereskan masalah ini."
"Kau ya … jika seorang Hakuryuukou yang turun tangan akan jauh lebih mudah."
"Hn. Akan kuanggap ucapanmu itu sebagai persetujuan." Vali mengaktifkan Sacred Gear-nya berupa sayap biru bercahaya, ia lalu terbang ke luar dan mengaktifkan mode Balance Braker. Sekejap musuh sudah dibantai rata oleh teknik sihirnya. Benar-benar mengerikan.
Alis Naruto berkedut sesaat, ia telah melihat kilasan masa depan dalam benaknya. "Malam yang baik untuk kalian, Tuan Maou Lucifer dan Leviathan."
"Huh?"
Yang disebut namanya memandang Naruto bingung. Itu juga berlaku untuk semuanya. Apa tujuan Naruto berbicara seperti itu mereka benar-benar tidak tahu. Mereka hanya diam sambil memandang Naruto yang mulai berbalik badan dan berjalan perlahan menuju Sona. Yang dituju otomatis jadi gugup. Sekarang Sona bisa melihat tubuh kekar Naruto dari dekat. Cukup sukses membuat pipi Sona merona merah, walau hanya sedikit dan tipis.
"Sona-hime, bisakah aku meminta beberapa jelly bean yang ada di saku rokmu?" Naruto meminta dengan nada dibuat lembut. Walaupun ia menyadari nada bicaranya masih serius seperti tadi. Setidaknya ia menghormati calon istrinya dengan membuat suasana tidak canggung.
"Eh?" Sona tersentak sesaat. Memang benar ia memakan beberapa makanan manis sebelum pertemuan dimulai. Tapi kenapa Naruto bisa mengetahui ada jelly bean di sakunya?
"Ya, aku tak keberatan. Tapi untuk apa?" tanya Sona sambil menyerahkan beberapa jelly bean.
"Ada tamu tak diundang."
Detik berikutnya lingkaran sihir berwarna orange gelap muncul dari ketiadaan di depan Naruto, dari lingkaran sihir itu muncul sosok iblis wanita berkacamata menghadap langsung Sirzechs dan Serafall. Kedua Maou itu tahu dengan jelas siapa yang datang hanya dengan melihat lambang lingkaran sihir itu.
Salah satu keturunan darah murni Maou, Katerea Leviathan.
Katerea tersenyum sinis. "Malam yang baik untuk kalian, Tuan Maou Lucifer dan Leviathan-"
Crash!
Kata-kata itu tidak bisa dilanjutkan selamanya karena pemilik suara itu sudah menjadi abu dan menghilang. Sebuah kemunculan singkat bagi iblis kelas atas seperti Katerea. Ia bahkan mati sebelum bisa memperkenalkan dirinya dengan bangga. Berterima kasihlah pada Naruto karena sudah membereskan masalah merepotkan dengan singkat.
Hanya dengan jelly bean pemberian Sona yang sudah ditambah kekuatan cahaya agar kepadatan dan kecepatannya dapat bertambah, Naruto sukses melubangi kepala Katerea dengan sentilannya. Simpel? Ya, tapi perlu latihan ekstra untuk membuat hal itu terjadi.
"Lain kali waspadalah pada musuh yang berada di belakang, meskipun ucapanku ini tidak akan berarti … karena kau sudah mati."
Karena dalang utamanya sudah dikalahkan, Naruto dan yang lainnya dapat menyerang balik dengan mudah. Tidak perlu waktu lama untuk membasmi penyihir-penyihir itu, Hakuryuukou dan pengguna pedang suci sudah cukup membuat musuh mundur. Sisanya para petinggi bertugas untuk menghancurkan gerbang teleportasi. Rias dan Issei kembali dengan membawa Gasper juga Koneko. Terlihat penyesalan di wajah Koneko karena tidak mampu melindungi Gasper dari musuh. Ia merasa menjadi orang yang tidak berguna.
"Aku tidak menyangka ini berakhir dengan cepat," celetuk Azazel.
"Aku setuju denganmu, Azazel-dono. Berkat kemampuan Naruto-kun kita bisa melalui rintangan dengan mudah." Michael mengangguk dengan senyum damai di wajahnya.
"Jadi hasil dari pertemuan ini adalah menunggu keputusan Sona bukan? Hm, kami dari pihak malaikat jatuh akan menunggu keputusan itu," kata Azazel yang secara tidak langsung menutup agenda pertemuan ini.
Sona sedikit mendongkak, menatap punggung Naruto. Mau selama apapun menunggu keputusannya pastilah ia akan memilih menyetujui, tidak ada pilihan lain bukan? Ini adalah kasus perjodohan yang lebih rumit dari pada kasus Rias. Ini menyangkut tentang hubungan dua ras, dan juga masa depan kaum iblis.
Sona kemudian mengalihkan pandangannya pada teman masa kecilnya. "Rias, jika kau yang berada di posisiku, apa yang akan kau lakukan?" batinnya bertanya, lalu kembali menatap punggung Naruto. Gadis itu menghela nafas sesaat, ia sadar sudah tidak punya pilihan lain selain menerima perjodohan ini. Jika dirinya lebih mementingkan ego, maka nama ras iblis yang akan tercoreng, bukan hanya ras iblis tapi dirinya dan nama keluarganya juga yang menjadi taruhan.
Sebelum Sona mengucapkan keputusannya, ia ingin memastikan sesuatu satu kali lagi. Tangan kecilnya menepuk punggung Naruto, remaja pirang itu menoleh dan bertanya ada ada.
"Naruto-dono, apa yang anda rasakan ketika mendengar bahwa anda dijodohkan dengan wanita dari ras lain?" tanya Sona, sedikit tersipu malu.
Pandangan Naruto yang sebelumnya menatap Sona kini berganti pada langit hitam pekat kota Kuoh. "Sejujurnya aku tidak keberatan dijodohkan dengan siapapun. Selain itu bukankah jika kita yang ditunjuk sebagai wakil dari ras maka kita adalah orang yang dipercaya? Aku tidak mau kehilangan kepercayaan yang Azazel berikan padaku. Selain itu aku tidak punya pilihan lain."
"Begitu. Lalu bagaimana jika wanita yang menjadi jodohmu jauh dari harapanmu atau tidak sesuai dengan tipemu?"
"Sebelum memikirkan hal itu, yang pertama harus aku lakukan adalah belajar mencintainya bukan? Itu adalah fondasi utama dari sebuah hubungan. Dengan kata lain jika kita menikah langkah pertama yang akan kulakukan adalah belajar mencintaimu, Sona-hime."
Sona membulatkan mata mendengar jawaban tak terduga dari Naruto. Benar juga, ia tidak perlu ambil pusing akan jadinya bagaimana. Yang pertama harus ia lakukan adalah belajar mencintai, mencintai Naruto, calon suaminya. Gadis itu tak perlu ambil pusing dan khawatir. Yang perlu ia lakukan adalah mencintai Naruto.
Sona tersenyum kecil, senyuma yang imut. "Benar juga. Baiklah kalau begitu, aku akan menyetujui perjodohan ini demi kedamaian kedua ras."
Semua tersenyum mendengar keputusan Sona, terlebih Serafall yang bisa bernafas lega. Wajah adiknya menunjukkan tidak ada beban. Itu berarti Sona tidak keberatan dengan perjodohan ini. Serafall bisa bersyukur karena hidup Sona tidak akan dihantui dengan penderitaan.
"Hm hm, jawaban yang bagus. Itu berarti kita hanya perlu mengurus tanggalnya bukan? Kalau untuk urusan itu aku serahkan pada ras iblis. Sampai jumpa, masih ada yang perlu kukerjakan," kata Azazel lalu menghilang dengan sihir lingkarannya.
"Aku berterima kasih untuk keputusanmu, Sona-hime. Aku berjanji akan membahagiakanmu. Oh iya hampir lupa." Naruto melepaskan syal yang dipenuhi bulu halus itu. Sona menatap beku dengan pipi tersipu melihat senyum indah Naruto. Ia tak menyangka raut wajah Naruto dapat berubah menjadi lembut. Jujur, itu membuat hatinya tenang.
Naruto memakaikan syal putihnya pada Sona.
"Ini?"
"Pakailah, aku tidak mau Sona-hime masuk angin saat kita menikah. Kalau begitu aku pergi dulu," kata Naruto kemudian menghilang menggunakan lingkaran teleportasi berwarna emas.
Sona masih belum mengerti apa maksud dari ucapan Naruto. Namun, beberapa detik kemudian ia mulai mengerti ketika rintik air membasahi kepalanya. Rintik air itu semakin lama semakin banyak dan menciptakan hujan lebat. "Begitu ya …," gumam Sona sambil mengelus syal pemberian Naruto.
Ia menutup mata lalu mengambil nafas. "Harum … dan hangat."
-o0o-
Seorang wanita cantik terlihat mondar-mandir sambil menatap gelisah pada sekelilingnya. Ia menunggu seseorang datang, lebih tepatnya menunggu hasil keputusan. Tidak lama kemudian, yang ditunggu pun datang. Gadis itu dengan cepat menghampirinya.
"Michael-nii, bagaimana keputusannya?" tanya cemas wanita itu.
Michael menghelan nafas sesaat. "Pihak iblis menerimanya."
Seketika wanita itu membeku. "Itu berarti … Naruto-kun … akan menikah?"
"Iya," jawab singkat Michael. "Relakan saja Naruto-kun dengan yang lain, lagi pula kau 'kan yang bertanggung jawab kenapa Naruto jadi seperti ini, Gabriel."
Ya. Gadis itu tahu dengan jelas bahwa penyebab Naruto menjadi malaikat jatuh adalah perbuatannya.
Bersambung
AN: Sudah gitu aja, hehe. Salam sapa dari Hana untuk pembaca lama dan pembaca baru. Semoga fanfic ini tidak mengecewakan.
Remake 23-01-2021
Hanakirei-chan
