Disclaimer: At Masashi Kishimoto and Ichiei Ishibumi.
Chapter 2: Perasaan dan Hubungan
Kala itu hujan turun dari langit yang gelap, membasahi tubuh gadis imut bernama Sona Sitri. Orang-orang di sekitarnya mulai menciptakan sihir pelindung di atas kepala agar tidak terkena air hujan, bahkan ada juga yang langsung masuk ke gedung sekolah. Namun, tidak dengan Sona. Ia masih di posisinya, tidak melakukan apa-apa. Ia hanya menutup mata dan menghirup aroma harum dari syal yang diberikan Naruto.
Hangat … menenangkan … seakan ia sedang dipeluk oleh seseorang dengan penuh kasih sayang. Ia tidak terganggu oleh air hujan yang mengenai kepalanya, ia tidak merasa kedinginan ketika angin berhembus kencang. Semua itu karena syal yang diberikan Naruto.
Ada sesuatu berbeda yang dirasakan oleh gadis itu, ia tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Perasaan ketika kau melihat kilasan masa depanmu. Di benaknya terlihat dirinya yang sudah besar sedang memunggungi bersama seseorang, menatap jauh ke depan, ke hamparan rumput hijau luas.
"Masa depan … kah?" gumam Sona pelan.
"Sona! Kenapa kau diam saja? Cepat kemari atau kau akan masuk angin!" Rias dari gedung sekolah berteriak, memperingati teman masa kecilnya yang diam terus.
Sona melirik Rias dari ujung matanya, lalu menghela nafas. "Iblis mana mungkin masuk angin."
Kaki kecil itu mulai melangkah ke dalam gedung sekolah, tubuhnya basah kuyup. Ia langsung pergi ke ruang OSIS untuk mengeringkan pakaiannya setelah berpamitan dengan Yondai Maou.
-o0o-
Grigori, markas pusat bagi fraksi malaikat jatuh. Sebuah lingkaran sihir berwarna emas tercipta dan memunculkan Naruto. Ia langsung berteleport ke ruang kerjanya. Ruang ini sangat besar dengan fasilitas yang lengkap. Laki-laki itu merebahkan tubuhnya di kursi empuk lalu menghela nafas panjang. Beberapa bulir keringat jatuh melewati pelipis.
"Gahhh … menggunakan teknik untuk melihat sekilas masa depan diperlukan konsentrasi tinggi. Sedikit saja buyar maka teknik itu tidak akan bekerja. Ini sangat menguras tenagaku," gumam Naruto dilanjutkan dengan helaan nafas beberapa kali.
Tok! Tok!
Perhatiannya tertuju pada pintu ketika ia mendengar suara ketukan, ada yang datang mengunjunginya. Jika dilihat dari aura yang dipancarkan maka orang yang berada di balik pintu itu adalah Azazel.
"Masuk!" perintah Naruto sedikit keras.
Azazel masuk dengan senyum biasanya, menyapa Naruto sebentar sambil menghampirinya. "Yo, calon pengantin baru."
"Berisik! Ada apa datang ke sini?" tanya Naruto agak keras sambil memalingkan wajahnya. Ia paling tidak suka digoda oleh orang mesum meskipun itu adalah atasannya sendiri.
"Kau pasti sudah tahu jawabannya, bukan?" Azazel balas bertanya yang secara tersirat memberikan jawaban pada Naruto.
Naruto terdiam sebentar, mengangguk mengerti. "Di mana?"
"Belakangan ini banyak kasus orang hilang di kota Tokyo. Beberapa bawahanku sudah melakukan penyelidikan dan menemukan bahwa iblis liar pelakunya. Aku ingin kau yang membereskan masalah ini. Lagi pula Tokyo adalah daerah kekuasaanmu," kata atau lebih tepatnya perintah Azazel.
Naruto melipatkan kedua tangannya di depan dada. "Hmm, aku tak menyangka ada iblis liar yang berani menyusup ke daerah kekuasaanku. Bagaimana dengan Raynare, Mittelt, Dohnaseek, dan Kalawarner? Seharusnya mereka sedang bertugas di sana."
Salah satu kejadian yang hanya diketahui oleh pihak malaikat jatuh, tentang kasus perseteruan antara malaikat jatuh dan iblis di kota Kuoh beberapa bulan lalu. Tanpa pihak Iblis ketahui, Naruto sudah menyelamatkan nyawa anak buahnya tepat sebelum serangan mengenai mereka. Dan tak lupa Naruto merekayasa kejadian layaknya musuh telah dikalahkan dan mati.
Meskipun Naruto sadar bahwa dahulu Raynare beserta yang lainnya bukan bawahannya, tapi sebagai sesama malaikat jatuh dan berpangkat lebih tinggi sudah kewajibannya untuk menolong. Sejak itulah mereka dipindahkan menjadi bawahan Naruto yang awalnya merupakan anak buah Kokabiel.
"Iblis liar kali ini cukup cerdik dalam melarikan diri, ia selalu mempunyai cara untuk menghindar dari kejaran kita. Meskipun omonganku ini tidak berarti tapi … waspadalah," kata Azazel, wajahnya mulai menunjukkan serius.
Naruto tersenyum tipis dan bangkit berdiri, ia berjalan menuju Azazel lalu menepuk bahunya pelan. "Waspada adalah keahlianku."
Setelah ucapannya, Naruto pergi menuju Tokyo menggunakan lingkaran sihir teleport.
-o0o-
Malam hari yang ramai di ibu kota Jepang ini, Tokyo. Kota ini adalah pusat segalanya, mulai dari politik sampai ekonomi. Suasana Tokyo tak ada bedanya baik siang atau malam, sama-sama ramai. Meskipun sekarang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, nyatanya jalanan pusat Tokyo masih ramai dilalui orang-orang.
Naruto muncul di atas gedung paling tinggi, melihat pemandangan kota besar ini. Ia mengkonsentrasikan kekuatannya untuk mendekeksi sihir milik iblis liar yang menjadi targetnya. Pemuda berambut emas itu merasakan pancaran sihir iblis di berbagai titik. Beberapa dari titik itu ia merasakan hawa keberadaan malaikat jatuh sedang mendekati. Naruto bertaruh mereka adalah Raynare dan yang lainnya sedang menjalankan tugas.
Menurut laporan yang Raynare tulis 2 hari lalu, semua iblis liar telah dimusnahkan kecuali satu orang. Tapi kenapa sekarang ia merasakan banyak pancaran sihir Iblis? Berpikir sejenak, ia menyadari sesuatu.
"Begitu ya, iblis liar kali ini memang cukup cerdik. Kalau tidak salah aku pernah membaca teknik sihir yang bisa menempelkan energi sihirnya pada orang lain untuk mengelabui musuh. Mungkin saja iblis liar itu telah menempelkan sebagian energinya pada beberapa manusia. Dan menurut rumor yang beredar, energi sihir yang ditempelkan para manusia perlahan-lahan akan menyerap energi inangnya sampai habis dan mati," gumam Naruto menganalisis sihir yang pernah ia dengar.
"Jika dibiarkan akan sangat buruk bagi manusia di kota ini. Aku harus cepat-cepat menemukan sumbernya."
Naruto memperdalam konsentrasinya sampai-sampai ia bisa merasakan nafas dari tumbuhan yang berada di radius 10 km. Kemampuan mendeteksi Naruto lebih baik dari siapapun, ia telah mengasah insting dan kelima panca inderanya sampai batas maksimal, membuat musuh mustahil lari dari kejarannya.
Deg!
"Ketemu!" ucap Naruto dalam hati sambil membuka kedua matanya lalu tersenyum tipis. Naruto yang awalnya hanya merasakan pancaran energi berupa titik-titik di beberapa tempat kini dapat merasakan ada benang yang saling terhubung dari seluruh pancaran energi iblis liar itu. Dan semua benang itu memiliki pusat yang berada tepat di depan Naruto sejauh 20 km. Naruto yakin pancaran energi sihir berada di pinggiran Tokyo itu adalah yang asli.
"Target sudah terkunci. Arah jam 12 sejauh 20 km. Akan merepotkan jika menghampirinya langsung. Aku akan segera mengakhiri ini."
Naruto menciptakan busur panah yang ukurannya cukup besar dengan desain memukau dari kekuatan cahaya miliknya. Dan di tangan kirinya ia menciptakan anak panah dengan bentuk pemegangnya seperti gagang pedang sedangkan bilahnya berbentuk tombak dengan desain tornado. Dan semua Naruto lakukan itu tanpa perantara lingkaran sihir.
Naruto mengambil posisi dengan busur panah di depan dan anak panah yang siap dilesatkan kapan pun. Karena ia bertarung tidak menggunakan kekkai ungu khas malaikat jatuh, jadi kemungkinan besar serangan miliknya akan dilihat oleh manusia. Itu sangat berbahaya bagi eksistensi makhluk supernatural. Untungnya Naruto punya solusi dari masalah ini.
Panah cahaya milik Naruto mengeluarkan aura emas besar. Aura itu kemudian lenyap diikuti dengan panah yang tiba-tiba hilang dan hanya terlihat seperti hologram saja.
"Meminimalisir damage, meningkatkan akurasi dan penetrasi," gumam Naruto menatap tajam tempat tujuannya. Ia bisa melihat musuh yang bersembunyi di balik kegelapan kedung tua itu meskipun jarak antar mereka terlampau jauh. Mata Naruto layaknya seperti mata elang.
Sedetik kemudian Naruto melepaskan genggaman anak panahnya.
Invisible: Light of Arrow
Anak panah itu meluncur dengan sangat cepat, kira-kira kecepatannya 10 km/detik. Serangan itu tak memiliki bekas di setiap jalur lesatannya. Tak bersuara. Serangan ini dikhususkan untuk membunuh secara diam-diam sebelum target mengetahuinya. Hanya dalam 2 detik panah itu telah sampai di dalam gedung, melewati celah di kaca jendela yang belubang, menembus satu dinding lalu menghancurkan kepala target tanpa si target menyadarinya, sampai panah tak terlihat itu berhenti. Menancab di dinding belakang iblis liar tersebut.
Sepersekian detik kemudian, Naruto merasakan satu per satu pancaran energi iblis mulai menghilang setelah Naruto sama sekali tidak merasakan energi dari tempat musuhnya.
"Sudah berakhir ya …."
Naruto menghilangkan panahnya lalu menengok ke belakang karena merasakan beberapa orang datang menghampirinya.
"Raynare, Dohnaseek, Mittelt, dan Kalawarner."
"Naruto-sama," balas mereka kompak sambil membungkuk hormat.
"Maafkan kami karena tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendirian sampai-sampai Naruto-sama yang harus turun tangan," ucap Raynare mewakili teman-temannya sambil bersujud di depan Naruto. Sebagai seseorang yang dipercaya menjadi kapten dari kelompok yang bertugas di kota ini sudah sewajarnya ia harus bertanggung jawab. Dan jika ia harus diberi hukuman Raynare akan melaksanakannya.
Sementara dengan Naruto, remaja itu hanya menggaruk belakang kepalanya, keheranan melihat sifat baru Raynare yang begitu menyalahkan dirinya sendiri.
"Angkat kepalamu, Raynare!" perintah Naruto.
"H-ha'I," kata Raynare gugup lalu mendongkak, melihat wajah rupawan atasannya.
"Ini bukan salahmu, dan juga bukan salah kalian semua. Terkadang kita akan menemui musuh yang lebih kuat dari kita. Hal yang harus kita lakukan adalah menjadi lebih baik dari yang dulu. Kali ini akan kumaafkan kalian semua, kuharap kalian terus berkembang agar jika ada musuh yang lebih kuat kalian bisa mengatasinya," kata Naruto sedikit memberi masukan.
"Ha'i! Naruto-sama," jawab mereka semua.
"Jika kalian sudah mengerti, cepat kembali bertugas!"
Semua orang kecuali Raynare pergi menggunakan sihir teleport untuk kembali bertugas, mengawasi kota Tokyo dari ancaman. Naruto sedikit heran karena Raynare belum bergerak dari posisi berlututnya.
"Apa ada yang ingin kau katakan, Raynare?" tanya Naruto.
"S-sebenarnya saya hanya ingin berterima kasih karena sudah ditolong beberapa bulan lalu," jawab Raynare dengan muka yang memerah.
"Bukankah kau sering berterima kasih padaku? Bahkan setiap kali kita bertemu kau selalu berterima kasih. Ini aneh. Apa yang yang sebenarnya kau inginkan?"
"Se-"
"Sebelum kau menjawab pertanyaanku, berdirilah! Aku jadi risih melihatmu yang terus berlutut!"
"Baiklah." Raynare lalu berdiri tetapi kepalanya sedikit menunduk membuat matanya terhalang oleh poni. "Sebenarnya saya ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada Naruto-sama karena sudah mempercayakan jabatan kapten kepada orang yang tidak berguna seperti saya. Saya sadar bahwa kekuatan saya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kapten lain. Tapi Naruto-sama tetap mempercayakan jabatan kapten kepada saya dan terus mendukung saya. Jujur saya sangat senang dengan hal itu. Tapi saya tidak tahu harus berterima kasih dengan cara apa. Kumohon, aku ingin sekali berterima kasih pada Naruto-sama. Bahkan jika harus jadi budak s-"
Perkataan Raynare terhenti bersamaan dengan kedua mata yang membulat sempurna. Jantungnya berdetak dengan kencang, tubuhnya mendadak jadi hangat ketika mendapati Naruto yang memeluk tubuh penuh dosanya. Ia tidak pernah menyangka Naruto akan memeluknya, dan Raynare tahu bahwa pelukan ini bukan didasari oleh nafsu, melainkan kasih sayang.
"Aku tak ingin mendengar kelanjutan omonganmu. Dengarkan ini Raynare, aku tak mengharapkan imbalan terima kasih berupa tubuhmu. Bukan maksud aku mengatakan bahwa kau tidak cantik dan sexy, hanya saja jika aku menerimanya maka aku telah gagal menjadi seorang pemimpin juga kakak," ucap Naruto, mengelus punggung Raynare yang terbaluti oleh kain. Sejak Raynare bersama Naruto, gadis itu merubah penampilannya menjadi lebih tertutup.
Raynare menikmati setiap elusan yang diberikan Naruto, wajahnya tenggelam di bahu lebar atasannya. Bolehkah ia menerima perlakukan seperti ini? Bolehkah ia mendapatkan kasih sayang dari pemimpinnya? Raynare terus memikirkan itu, sepanjang waktu. Ia merasa tidak pantas menerima semua perlakuan baik dari atasannya. Namun, hati kecilnya tidak bisa dibohongi jika ia ingin sekali diperlakukan seperti ini.
"Kau itu kuat, tinggal seberapa maunya kau mengembangkan kekuatanmu. Meskipun kau hanya memiliki sepasang sayap, aku tahu bahwa dalam dirimu mengalir kekuatan hebat. Tidak semua kekuatan diukur dengan seberapa banyaknya pasang sayap yang kau miliki. Teruslah berlatih dan mengkreasikan kekuatanmu, maka kau akan selangkah lebih kuat."
Ucapan Naruto betul-betul diresapi oleh Raynare. Ia akan mengingat semua perkataan Naruto, juga kejadian ini. Naruto melepaskan pelukannya, dilihatnya wajah Raynare yang merah padam. Dalam hati ia sedikit terhibur melihat wajah merah Raynare.
Naruto berbalik, menciptakan lingkaran sihir teleport. "Aku sudah menganggap semua bawahanku sebagai adikku sendiri. Jadi ketika kau dengan mudahnya mengucapkan akan menyerahkan tubuhmu, disaat itu aku merasa sakit. Harga diri malaikat jatuh tidak serendah itu! Lagipula impianmu ingin berada di dekat Azazel dan Shemhaza bukan? Kalau begitu berjuanglah sekuat tenaga untuk menggapainya."
Setelah ucapannya, Naruto menghilang ditelan lingkaran sihir.
Raynare masih diam membisu. Air matanya keluar. Sudut bibirnya terangkat.
"Impianku telah berubah … sekarang aku hanya ingin berada di sisi Naruto-sama dan melayanimu selamanya."
-o0o-
Before Great War, Heaven, 1st Floor ….
"Cup cup cup. Jangan nangis, okey? Kau itu akan menjadi malaikat yang kuat suatu hari nanti."
Naruto menepuk pelan punggung gadis kecil yang berada di gendongannya. Gadis kecil itu memiliki rambut hitam dengan iris mata ungu. Terlihat sepasang sayap kecil bertengger di punggungnya.
"Lihat, pohon-pohon yang diberkahi buah segar ini tak hentinya memainkan dedaunan mereka. Mereka ingin menghiburmu." Naruto menunjuk salah satu pohon di depannya. Malaikat kecil itu dengan polosnya menatap sesuatu yang ditunjuk Naruto. Ia kemudian menghentikan tangisnya lalu tertawa.
Naruto tersenyum tipis. "Kau mau buah apel?"
Malaikat kecil itu mengangguk beberapa kali dengan mata membulat menatap Naruto. Betapa polos dan imutnya.
Naruto lalu mendekati pohon terdekat dan memetik buah apel. Ia duduk sambil bersandar di batang pohon itu seraya memberikan apel berwarna merah segar pada malaikat kecil di pangkuannya.
Malaikat kecil itu menerima dengan kedua tangan mungilnya. Ia menatap sesaat apel tersebut dengan kepala miring. Ia lalu memakannya dengan lahap sambil tersenyum.
Mereka berdua berinteraksi cukup lama hingga malaikat kecil itu tertidur pulas di dada bidang Naruto. Sementara pemuda berambut emas tersebut terus mendekap malaikat kecil itu seraya tangannya mengelus pelan rambut hitam halusnya.
Memang tak bisa dipungkiri jika surga adalah tempat terindah di seluruh alam semesta. Naruto menikmati setiap udara segar yang menerpa wajahnya serta wewangian dari berbagai bunga. Sepertinya ia juga mulai mengantuk dan ingin tidur. Namun, niatnya terhenti saat merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.
Naruto menoleh, melihat kaki dari orang yang menghampirinya. Ia lalu mendongkak dan mendapati Sasuke berada di belakangnya.
"Ternyata kau di sini," ucap Sasuke. Ia mengalihkan pandangan pada malaikat kecil yang sedang tertidur di dekapan Naruto. "Malaikat baru?"
Naruto mengangguk.
"Namanya?"
"Raynare."
-o0o-
Present Time ….
Ada yang berbeda dari Sona Sitri kali ini, ia yang biasanya tertidur pulas kini tak bisa memejamkan mata menuju alam mimpi. Pikirannya dipenuhi oleh pemuda bernama Uzumaki Naruto yang baru ditemuinya hari ini dan akan menjadi suaminya kelak. Perasaan aneh terus menggerogoti hatinya. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? Tidak tidak. Itu tidak mungkin, seorang Sona Sitri tidak mungkin jatuh cinta pada pandangan pertama. Lantas apa perasaan aneh yang melanda hatinya? Sona pun tak tahu.
Ada sesuatu yang memaksanya terus memikirkan pemuda emas itu. Ada sesuatu yang memaksanya ingin bertemu lagi dengan pemuda berambut emas tersebut. Namun, Sona tak pernah tahu alasannya.
Sona menghirup nafas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya secara perlahan, diulanginya beberapa kali sampai detak jantungnya mulai stabil.
"Tenanglah Sona, kau sudah memutuskan untuk menyetujui perjodohan ini. Tidak ada cara untuk membatalkannya. Yang harus kau lakukan adalah menerima keadaan ini, belajar mencintai Naruto dan belajar menjadi istri yang baik," kata Sona pada dirinya sendiri.
Ia membuang semua pikiran yang terus menghantuinya, ia lantas berusaha tidur.
-o0o-
Di lain tempat, lebih tepatnya di salah satu bangunan Kuoh Academy. Bangunan yang terlihat tidak terurus dari luar ternyata dalamnya sangat menakjubkan dengan interior khas eropa. Bangunan ini adalah markas dari klub penelitian ilmu gaib yang dipimpin oleh Rias Gremory.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya yaitu merenovasi bangunan sekolah yang terkena dampak dari serangan tamu tak diundang, Rias membubarkan anggotanya dan memilih membersihkan tubuhnya sebelum tidur. Kini ia duduk di sisi kasur dengan handuk kecil bertengger di atas kepalanya.
Ia tidak memakai apa-apa alias telanjang. Inilah kebiasaan Rias, ia akan telanjang saat tidur. Sambil mengeringkan rambutnya, pikiran Rias tertuju pada perjodohan yang menurutnya sangat mendadak ini. Ia juga khawatir tentang perasaan Sona. Dia sangat mengetahui sifat sahabatnya itu.
Sona paling benci jika ia diatur-atur dan perjodohan ini salah satunya. Namun, Rias sesaat merasakan jika Sona berusaha untuk merelakan takdir yang menimpanya. Bagaimana pun perjodohan ini sangat berbeda jauh dengan yang ia alami beberapa waktu lalu.
Rias saat itu masih memiliki kesempatan untuk menolak perjodohannya karena itu hanya sebatas antar keluarga. Namun, untuk kasus Sona ini sudah jauh sekali. Sona jelas tak dapat menolak perjodohan itu. Rias tahu bahwa Sona memiliki hak untuk membatalkan perjodohan itu, tapi akibat yang akan ditimbulkan adalah aib bagi bangsa iblis. Atau lebih parahnya akan ada perang karena perdamaian tak tercapai.
"Sona, bagaimana perasaanmu sekarang?" Rias bertanya entah pada siapa. Ia hanya menatap bulan yang berada jauh di atas sana.
Menghela napas, Rias akhirnya tiduran di ranjang empuknya sesudah menyimpan handuk itu di tempatnya semula. Kini terlihat jelas bagaimana bentuk tubuh seorang Rias Gremory. Tak ada rambut lain kecuali di kepalanya. Daerah kewanitaanya bersih dari segala macam rambut.
"Sona …." Rias menggumam untuk terakhir kalinya sebelum kesadarannya berpindah ke alam mimpi.
-o0o-
Matahari mulai bangun dari tidur singkatnya, suara kicauan burung menghiasi pagi hari di kota Kuoh. Orang pada umumnya memulai hari dengan bangun tidur dan menguap, tetapi tidak untuk Sona hari ini. Mata yang mulai memerah terbuka dengan sempurna. Ia tak bisa tidur. Sungguh, ia tak tidur semalaman.
Sona bangkit dari tidurnya dan mengerjapkan mata beberapa kali. Tanpa sepatah kata ia memulai aktivitas paginya seperti biasa sebelum berangkat sekolah.
Sona tinggal di apartemen tidak jauh dari Kuoh Academy. Hanya berjalan 10 menit ia sudah sampai di gerbang sekolah. Di sana terlihat Rias yang berdiri sambil berkacak pinggang, menunggu sahabatnya. Gadis merambut merah tersebut melambaikan tangan saat matanya menangkap sosok Sona. Gadis yang dituju hanya membenarkan letak kacamatanya sebagai balasan lambaian tangan Rias.
"Ohayou, Sona." Rias memberi salam.
"Ohayou," balas Sona sambil melewati sahabatnya. Rias lalu berjalan bersama Sona ke dalam sekolah.
Rias memandang Sona cukup lama, berharap gadis itu mengeluarkan sepatah kata. Namun, hasilnya tak seperti yang ia harapkan. Sona tetap membisu hingga sampai di loker sepatu.
"Sona," panggil Rias sambil dirinya menukarkan sepatu dengan wabaki.
"Hm?"
Rias sebenarnya sudah biasa melihat tanggapan Sona yang dingin sedingin es, tetapi kali ini ada yang berbeda. Seakan sahabatnya tak ingin berbicara dengan dirinya. Namun, sebagai sahabat Rias harus peduli pada Sona. "Kau baik-baik saja, 'kan?"
Sona memandang Rias sebentar, kemudian mengangguk. "Kenapa memangnya?"
Rias menggeleng. "Tidak. Aku khawatir kau terbebani dengan perjodohan ini. Bagaimanapun aku tahu perasaanmu saat dijodohkan dengan laki-laki yang tidak kau cintai, terlebih tak saling kenal."
Sona menghela napas. "Kau mungkin benar, Rias. Tapi posisiku lebih parah hingga tak ada pilihan lain selain menyetujuinya."
Rias tahu itu dan itulah yang membuatnya khawatir. "Lalu rencanamu selanjutnya apa?"
Sona menerawang jauh ke atas lalu menatap dalam ke mata Rias. "Seperti yang Naruto-dono katakan, aku hanya harus belajar mencintainya." Setelah itu, Sona pergi ke kelasnya.
Rias termangu. Tak terpikirkan olehnya jika Sona mengatakan hal seperti itu. Jika saja dirinya yang dijodohkan maka tentu saja ia akan berusaha mencari segala macam cara untuk menolak. Apa pun itu akan ia lakukan. Begitulah sifatnya, keras kepala.
Kegiatan belajar-mengajar berjalan seperti hari-hari biasanya. Lapangan selalu ramai oleh murid yang sedang melaksanakan jam pelajaran olahraga. Hari ini berjalan sebagaimana mestinya. Setelah sepulang sekolah, Sona dan semua budaknya terlihat berkumpul di ruang OSIS yang tak kalah mewah dengan ruang ORC.
Para budak Sona menatap ketuanya cemas. Mereka sangat peduli pada keadaan Sona yang saat ini tentu banyak pikiran dan bimbang. Mungkin sedikit depresi, mungkin.
"Kau benar baik-baik saja, Kaichou?" tanya Tsubaki ingin memastikan bahwa Sona tak berbohong dengan jawaban sebelumnya.
Sona mengangguk pelan. "Aku baik-baik saja, Tsubaki. Memang benar jika hari ini aku banyak pikiran, terlampau banyak malah. Tapi itu tidak akan menimbulkan dampak apa pun. Takdir yang menungguku di depan adalah menjadi seorang istri. Aku hanya harus belajar menjadi istri yang baik."
Tsubaki terdiam. Ia kagum dengan sifat dewasa dari seorang Sona Sitri. Tsubaki sempat berpikir alasan kenapa Sona yang ditunjuk. Memulai dari awal, perjodohan ini bukan perjodohan biasa, tetapi perjodohan antar ras. Perjodohan dengan tingkat paling tinggi. Otomatis orang-orang yang akan dijodohkan wajib dari keluarga atau orang terpandang di ras masing-masing.
Tsubaki sudah melihat bagaimana kekuatan Naruto. Itu tak bisa dianggap remeh dan secara tak langsung fraksi malaikat jatuh telah menunjukkan keseriusannya dalam perjodohan ini sehingga mengutus Jenderal Malaikat Jatuh untuk dijodohkan.
Fraksi iblis tentu saja memiliki gengsi yang besar. Mereka atau para tetua tak akan mengutus orang dari kalangan bawah sehingga akhirnya memilih orang dari keluarga para Maou. Dari empat keluarga maou hanya ada dua keluarga yang memiliki anak seorang gadis. Sisanya ialah pewaris laki-laki dari keluarga Glaysa-Labolas dan Astaroth.
Akhirnya terdapat dua pilihan antara Rias atau Sona yang ditunjuk. Sebenarnya Tsubaki sedikit bingung di bagian ini. Secara normal harusnya Rias yang ditunjuk sebagai bagian keluarga dari orang yang menyandang gelar Lucifer atau pemimpin para maou. Itu akan semakin menunjukkan betapa seriusnya fraksi iblis dengan perjodohan untuk perdamaian ini.
Mungkin ada beberapa alasan kenapa Rias tak dipilih. Tsubaki tak tahu alasannya.
Gadis yang memiliki iris mata berbeda warna itu tersenyum tipis. Ia menatap Sona dengan lembut. "Jika Kaichou dalam kesulitan, aku dengan sedang hati akan membantu."
Sona balas tersenyum. "Terima kasih."
Bersambung
AN: Yahallo, balik lagi dengan Hana. Bagaimana chapter 2 ini? Beda dari alur sebelumnya, Hana akan melambatkan alur di remake kali ini. mengeksplor lebih jauh perasaan dari setiap character yang ada. Semoga terhibur.
Terima kasih untuk reviewnya. Kalian luar biasa. Hana sudah membalas review akun login lewat PM browser. Hana akan menjawab review kalian HANYA melewati PM browser, bukan PM aplikasi ffn ya. Jadi cek saja ke browser kalian.
Di bawah ini Hana akan menjawab review akun non-login alias guest.
Guest1: Untuk jawaban kenapa malaikat seperti Naruto dkk menyerang iblis tak jatuh, akan terjawab seiring berjalannya cerita. Hana akan menyisipkan setiap flashback kehidupan Naruto saat masih jadi Malaikat. Di sana akan terungkap sedikit demi sedikit.
Guest2: Terima kasih untuk saran cutscenenya, Hana akan perbaiki di chapter depan.
Chou: NTR? Tidak akan pernah!
Okey, segitu saja review guest yang Hana pikir perlu dibalas. Terima kasih juga kepada yang telah memfavs fic ini di tahun 2021; Anime Lovers Indonesia, CBZ'leviathan, Cicak Nakal, FI. PolarAugust, Fikri Adriansyah, Kuriyama Zaki, denimushlih, fajri faturrahman, kiiroi senko2003, ramadhanfitrah145, ridwanlubis475gmail. com, shoyou10.
Kalian semua luar biasa!
Remake 24-01-2021
Hanakirei-chan
