"Sudah lima tahun ..."

Sunao melirik. "Hmm?"

Shigeharu balas melirik. Lelaki itu menyunggingkan senyum kecil, tangannya sejenak berhenti mengaduk adonan krim. "Lima tahun sejak kita semua tiba di sini." Shigeharu mencolek sedikit krim dalam mangkuknya dengan jari, kemudian mencicipinya. Manis. "Takiji juga."

Sunao mengerjap-ngerjap. "Maksudmu ...?"

"Hmm ..." Ucapan si pemuda berkacamata sejenak menggantung di udara. "Rasanya baru kemarin aku bertemu lagi dengan Takiji. Dia jadi lebih baik sekarang, kalau dibandingkan dengan yang dulu—tapi bukankah itu bagus?"

"... Oh!"

"Kan?"

Kobayashi Takiji adalah teman mereka, paling muda di antara mereka, juga yang paling cepat meninggalkan—pergi karena dunia terlalu kejam padanya. Shigeharu adalah yang pertama bertemu dengan Takiji di perpustakaan ini, sebelum keduanya sama-sama berangkat ke Taiyou no Nai Machi untuk menjemput Sunao. Namun meski begitu, baik Shigeharu maupun Sunao, keduanya bisa melihat bagaimana Takiji selama lima tahun mereka bersama.

Sunao tersenyum kecil. "Banyak yang terjadi, ya, Shigeji?" katanya.

Shigeharu mengangguk kecil. "Mhm."

Takiji yang dulu adalah Takiji yang tertutup—tidak banyak bicara, juga tidak mudah percaya pada orang lain, selain pada mereka berdua, Shiga Naoya, dan anggota Shirakaba yang lain. Ia lebih suka mengandalkan dirinya sendiri dalam pertarungan, dan cenderung menghindari keramaian di saat penghuni toshokan lainnya justru menyukai itu.

(Barangkali karena sebagian besar penghuni perpustakaan megah ini adalah asing baginya, juga trauma masa lalu yang Shigeharu dan Sunao ingat jelas. Secara tidak langsung wajahnya menjelaskan bahwa ia merasa tidak aman, dan mereka berdua memaklumi itu, sekaligus berusaha membuat Takiji merasa bahwa perpustakaan ini adalah rumah mereka sekarang.)

Itu tahun pertama—mungkin juga hingga tahun kedua. Pada tahun ketiga dan berikutnya, Shigeharu dan Sunao bisa lihat, pelan-pelan teman kesayangan mereka bisa membuka diri pada orang lain. Takiji bisa mengobrol, mengandalkan orang lain untuk membantunya, memperlihatkan perasaannya pada orang selain yang benar-benar dikenalnya tanpa perlu menaruh curiga. Ia merasa aman.

Dan itu bagus.

Shigeharu mengembuskan napas. "Aku bersyukur."

"Aku juga." Sunao terkekeh.

Bunyi "ting!" yang nyaring dari arah oven menginterupsi keduanya. Sunao buru-buru menoleh. "Oh, kurasa kuenya sudah matang!"

"Begitukah?"

"Mhm." Lelaki yang bereinkarnasi dengan wujud anak-anak berusia sekitar 13 tahun itu mengambil sarung tangan dan mengenakannya sebelum beranjak. "Aku bakal dinginkan ini sebentar. Takiji masih lama kembalinya, 'kan?"

Shigeharu mengangguk. "Aku rasa begitu."

Hari ini tanggal satu Desember, ulang tahun Kobayashi Takiji yang saat ini sedang pergi ke luar dengan Shiga Naoya. Itu rencana mereka bertiga—pada siang hari Naoya akan mengajak Takiji keluar, sementara Shigeharu dan Sunao membuat kue untuk merayakan. Rencana yang sederhana, namun Takiji pasti tidak akan menyangkanya.

Mereka akan buat ulang tahunnya kali ini menjadi hari yang sedikit spesial ketimbang hari-hari biasa—satu dari sekian hari yang memperlihatkan, bahwa mereka menyayangi Takiji, dan perpustakaan besar ini adalah tempat yang aman untuknya.

.

.

.

Bungou to Alchemist belong to DMM Games

Happy birthday, Kobayashi Takiji! (December 1)

.

.

.

Jujur ak gatau ini ak ngetik apaan (semoga ada yg nemu benang merahnya hjdgsjsgdjgs). Tapi HABEDE TAKIJIIIII, anak aku betah2 di perpus ya T--T)/