'Selamat Medusa, kau sudah berurusan dengan manusia yang paling keras kepala semasa aku hidup' Naruto mengabaikan perkataan menyindir sang partner.
"Aku akan menunggumu disini sampai kau lapar Medusa. Aku tidak akan pergi sampai kita makan bersama!" Medusa yang mendengar itu dari dalam rumahnya hanya mengacuhkan hal itu. Paling ia hanya bertahan beberapa jam kemudian pergi, itulah yang ada didalam pikiran Medusa. Namun sepertinya ia salah mengira jika orang yang ia hadapi sekarang bukanlah manusia biasa melainkan orang paling keras kepala didunia Shinobi.
.
.
.
.
.
Chapter 10
Perempatan muncul didahi Medusa. Demi ibunya yang ia benci karena telah mengutuknya, iblis yang mengaku manusia itu sudah berada didepan rumahnya selama hampir 30 jam. Medusa ulangi, 30 jam! Dan dari sepenglihatannya dari balik jendela, manusia itu masih berada didepan rumahnya. Dan hei apa-apaan dengan pose bertapanya itu? Apa dia seorang pertapa dari gua hantu?
Medusa sudah sangat lelah dengan ini. Ia ingin sekali menyingkirkan mahluk yang berada didepan rumahnya. Dia memang mahluk yang berdarah dingin tapi itu hanya berlaku untuk mahluk yang merusak hutan ini dan membahayakan keselamatannya. Selain itu ia sangat tidak ingin membunuh sesama rasnya manusia meskipun sekarang statusnya sebagai siluman ular. Jauh didalam lubuk hatinya ia masihlah manusia yang memiliki nurani bukan siluman iblis yang senang membunuh seperti yang tertulis di sejarah bohongan itu.
Lagipula ia sudah lapar karena sama sekali tidak keluar rumah untuk mencari makanan. Terakhir kali ia makan ketika dirinya pulang kemarin dan itupun hanya 2 potong ikan. Biasanya ia akan memasak ikan yang ia tangkap dari danau yang tidak jauh dari rumahnya atau memanggang daging serigala liar yang ada di hutan Red Wood. Terkadang dia rindu dengan masakan sang ibu yang sangat enak saat mereka bersama-sama dahulu tapi rasanya itu sangat tidak mungkin lagi terjadi. Ia sangat kecewa dengan keputusan sebelah pihak ibunya tanpa memberinya kesempatan untuk sekedar bertanya saat itu. Mengingat hal itu membuat air mata menggenang dipelupuk matanya dan membasahi pipinya yang bersisik ular.
Naruto yang sedang bertapa untuk melatih ketenangannya tentu saja bisa merasakan kesedihan Medusa sekarang namun ia lebih memilih untuk diam. Menunggu sang putri ular menceritakannya sendiri adalah hal yang paling tepat saat ini. Benar, dia hanya perlu menunggu.
Medusa mengusap air matanya dan menghela nafas panjang untuk menenangkan suasana hatinya yang kacau saat mengingat sang ibu. Tidak ada gunanya mengingat hal itu sekarang, semuanya sudah terjadi. Hal yang harus ia lakukan sekarang adalah mengusir orang yang ada didepan rumahnya dan pergi mencari makan.
Kriett
Tidak ada reaksi sama sekali dari sang ninja kuning meskipun telah mendengar suara pintu yang terbuka. Medusa memandang datar Naruto yang masih betah dengan pose bertapanya.
"Sebenarnya apa maumu?" Naruto perlahan membuka matanya ketika mendengar suara ketus putri ular. Uuuhh dia hanya bermaksud untuk mengajaknya makan bersama tidak ada yang lain, tapi reaksi yang ia Terima sangatlah dingin. Sebenarnya disini ia sangat beruntung karena berstatus sebagai manusia sebab Medusa dulunya juga seorang manusia yang membuatnya tidak ingin menyakiti sesama rasnya. Itu jugalah yang membuatnya memilih untuk tinggal di Underworld agar terhindar bentrok dengan manusia.
"Aku hanya mengajakmu untuk makan. Tidak ada yang lain" Medusa menghela nafas. Sepertinya pemuda ini sangat keras kepala dan akan tetap kukuh kalau ia tidak mengikuti permintaannya.
"Baiklah, aku mau" Naruto tidak bisa untuk menahan senyumnya namun tidak terlihat oleh Medusa karena ia masih membelakanginya saat ini.
"Tapi setelah makan kau harus langsung pergi" Naruto mengangukkan kepalanya. Lagipula ia juga ingin berkunjung ke tempat dewi Athena setelah ini. Setidaknya dirinya harus mengabari kepada sang dewi jika ia saat ini masih dalam keadaan baik-baik saja namun untuk keberadaan Medusa untuk sementara ini akan ia rahasiakan terlebih dahulu.
Naruto kemudian berdiri dan meregangkan tubuhnya yang terasa sangat kaku karena sangat lama bertapa. Terakhir kali ia melakukan hal seperti ini pada saat dirinya tiba pertama kali didunia barunya. Saat itu aliran chakranya sangat kacau karena efek dari perpindahan dimensi dan memerlukan 3 hari bertapa untuk bisa melancarkan kembali aliran chakranya.
Sang ninja kemudian melakukan beberapa segel tangan yang sangat asing bagi Medusa. Apa itu semacam ritual? Namun pikiran dari Medusa langsung terjawab ketika Naruto menghentakkan tangannya ke tanah dan menimbulkan asap. Awalnya ia was-was akan apa yang ada dibalik asap itu namun ketika asap itu menghilang yang terlihat adalah sebuah rantang nasi. Selain itu juga muncul sebuah tikar berwarna hijau dengan motif panda yang cukup besar. Kemudian Naruto membentangkan tikar dan meminta Medusa untuk duduk sementara ia menyiapkan makanan.
Naruto menempatkan makanan yang ia buat didalam Fuinjutsu agar keadaan makanan sama seperti awal ia memasukkannya. Jutsu praktis ini sempat ia pelajari ketika menemukan gulungan Fuinjutsu di bekas rumah orang tuanya dahulu. Tehnik yang sangat berguna ketika berpergian jauh karena dapat menyimpan makanan dalam keadaan terbaiknya dan bisa dikonsumsi kapanpun ia mau.
"Apa nama makanan ini?" Medusa tidak bisa menahan mulutnya untuk tidak bertanya. Baru kali ini dia melihat makanan dengan campuran jamur, paprika, tahu, bawang bombay, sayur putih, wortel beserta daging sapi di dalam sup miso. Hal ini mungkin wajar bagi Medusa tidak mengetahuinya karena dulu semasa di dunia manusia ia tinggal di Yunani dan tentunya sangat berbeda dengan Jepang. Selain itu ibunya dulu juga sering melarangnya untuk sekedar membeli makanan ataupun jajanan di kota Yunani karena menurutnya tidak sehat. Namun sebagai gantinya ibunya memasakkan makanan yang sangat enak padanya ditambah dengan beberapa cemilan yang mereka buat bersama.
"Ini Sukiyaki makanan khas Jepang. Kau mungkin menyukainya" Naruto tersenyum melihat respon antusias Medusa. Itu mengingatkannya kepada dirinya sendiri dahulu ketika paman Teuchi memberinya makanan disaat ia tidak memiliki uang. Sepertinya untuk kedepannya ia akan sering mengajak sang putri ular untuk makan bersama. Ia kemudian memberikan mangkok yang sudah terisi dengan Sukiyaki.
"Kau tidak memasukkan racun kan?" Medusa memandang curiga Naruto yang ditanggapi dengan tawa geli.
"Aku tidak memiliki niat jahat kepadamu" Medusa menatap menyelidik ke dalam mata Naruto namun tidak ada tanda-tanda bahwa ia sedang berbohong. Ia kemudian menerima mangkuk yang sedari tadi disodorkan kepadanya dan menghirup baunya. Sepertinya benar makanan ini tidak memiliki racun karena semenjak dirinya menjadi siluman ular membuatnya sensitif terhadap indra penciuman.
Medusa kemudian perlahan memakan daging sapi beserta supnya menggunakan sendok yang diberikan Naruto. Matanya melebar merasakan sensasi asing namun sangat enak dilidahnya. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk segera menghabiskan semangkuk makanan lezat yang dihidangkan Naruto. Tidak perlu menunggu lama akhirnya makanannya habis tanpa sisa.
"Apa kau mau tambah?" Naruto tersenyum melihat Medusa yang mengangukkan kepalanya malu-malu. Naruto memaklumi hal itu karena ia sudah menduga dari awal kalau sang putri ular sudah sangat lama tidak memakan makanan enak.
Naruto kemudian mengambil mangkuk yang disodorkan Medusa dan mengisinya kembali dengan makanan yang dibawanya. Tidak menunggu lama Medusa kemudian menghabiskan kembali mangkuk berisi makanan yang diberikan Naruto. Ia tidak hanya tambah sekali namun berkali-kali hingga seluruh makanan yang ada didalam rantang Naruto habis tak bersisa. Saat ini Medusa sedang memakan mangkuk terakhir masakan Naruto sebelum akhirnya ia melebarkan matanya ketika menyadari sesuatu.
"Kau tidak makan?" Naruto berusaha untuk tidak tertawa ketika mendengar itu. Astaga sepertinya karena pengaruh sudah sangat lama tidak memakan makanan yang enak membuat gadis ini melupakan sekitarnya dan tidak menyisakan sedikitpun untuk dirinya. Jujur sebenarnya sekarang Naruto sudah sangat lapar karena lebih dari seharian ia hanya bertapa, namun ketika melihat wajar sumringah Medusa ketika memakan masakannya terasa lebih dari cukup.
"Tidak apa-apa, aku bisa makan selepas aku kembali ke dunia manusia" Medusa menggelengkan kepalanya tidak setuju. Manusia didepannya sudah lebih dari seharian disini dan ia juga sangat tahu kalau Naruto belum makan sama sekali. Ia kemudian memberikan mangkuk makanan yang sudah ia habiskan setengahnya.
"Mungkin tidak sopan memberikan makanan sisa, tapi makanlah. Akan sangat tidak tahu diri jika aku memakan seluruh makananmu tapi membiarkan sang empunya kelaparan" Naruto berniat menolak tapi ketika merasakan tatapan Medusa yang memaksa meskipun ia tidak bisa melihatnya secara langsung membuatnya mengurungkan niatnya.
Naruto kemudian menghabiskan makanan yang diberikan Medusa tanpa sisa. Sebenarnya dia masih lapar tapi setidaknya itu sudah cukup untuk mengganjal perut.
"Maaf sudah menghabiskan makananmu dan tidak menyisakannya untukmu" Medusa membungkukkan kepalanya sebagai tanda permintaan maaf. Sungguh ia sangat tidak enak hati sekarang. Kemarin ia menolak dan bersikap jual mahal kepada pria didepannya tapi lihatlah sekarang malah dirinya yang menghabiskan seluruh makanan miliknya.
"Tidak perlu dimasukkan kedalam hati. Aku memang berniat mengajakmu makan bersama tidak ada niat yang lain" Medusa menegakkan kembali kepalanya.
Naruto kemudian merapikan kembali seluruh bekas peralatan makanan yang mereka(Medusa) makan tadi namun kali ini dibantu sang putri ular. Ia cukup tahu diri karena telah menghabiskan seluruh makanan pria kuning didepannya. Naruto kemudian memasukkan kembali rantang makanan dan tikar yang mereka gunakan tadi melalui Fuinjutsu.
"Baiklah seperti janjiku tadi sudah saatnya aku kembali. Jaga dirimu baik-baik Medusa" Naruto berniat melakukan Hiraishin untuk kembali ke dunia manusia namun dihentikan oleh putri Athena.
"Namamu!" Naruto memiringkan kepalanya mendengar ucapan Medusa. Uuughh sepertinya pengaruh kurang makan membuatnya menjadi lelet dan tidak langsung memahami kalimat Medusa. Sang putri ular kemudian memalingkan mukanya malu dan berucap dengan rendah namun masih bisa didengar Naruto.
"Siapa namamu?" Naruto tersenyum mendengar itu. Aaahhh sepertinya dia kurang sopan karena tidak memperkenalkan dirinya sewaktu awal mereka bertemu.
"Uzumaki Naruto. Panggil saja Naruto" Naruto tersenyum lebar memperkenalkan dirinya.
"Apa kau akan datang kesini lagi Naruto?" Medusa tidak bisa menyangkal kalau makanan yang diberikan Naruto tadi sangatlah enak dan tentu saja ia masih menginginkannya lagi. Satu hal yang ia lelahkan ketika bersembunyi sekian abad membuatnya tidak bisa memakan makanan sesuka hati. Ia tidak bisa menyembunyikan wujudnya ini dan tentu saja pasti akan langsung dilaporkan oleh mata-mata Poseidon jika ia terlihat di khalayak umum. Hal itu menyebabkan dirinya harus memakan binatang buruan ataupun menangkap ikan dengan bumbu yang terbatas dan tentu saja rasanya jauh berbeda seperti makanan yang diberikan Naruto kepadanya.
Naruto tersenyum mendengar hal itu. Ia paham kalau perempuan didepannya ini tentu sulit untuk mendapatkan makanan yang sesuai selera dan hanya bisa mengandalkan binatang buruan. Medusa mengharapkannya kembali kesini berarti ia diterima.
"Tentu saja dan aku akan membawakanmu makanan yang enak lagi tapi sisakan juga bagianku ya" Medusa cemberut mendengar hal itu.
"Itukan tidak disengaja!" Naruto tertawa mendengar hal itu.
"Hahahaha aku hanya bercanda" Naruto kemudian melakukan handseal Hiraishin dan melambaikan tangannya.
"Sampai jumpa lagi Medusa" Itulah perkataan terakhir Naruto sebelum akhirnya menghilang dengan kilatan kuning meninggalkan Medusa sendirian didepan rumahnya. Ia tidak langsung masuk kembali ke dalam rumahnya namun terdiam sebentar mengingat pertemuan mereka tadi.
"Aku harap aku tidak membuat keputusan yang salah dengan mencoba percaya kepada orang lain lagi" Medusa kemudian berlalu memasuki rumahnya.
.
.
.
.
.
"Baiklah sudah saatnya aku pamit Thea. Kurasa Atlanta sudah pusing mencariku sekarang karena sudah terlalu lama meninggalkan camp perburuan hahahaha" Athena hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar tawa Artemis.
"Aku merasa kasihan terhadap ketua pemburumu itu Emi karena harus mencarimu" Artemis menggaruk kepalanya tidak gatal. Ini adalah kebiasaan kecilnya jika ia gugup.
"Oooh iya satu lagi sebelum aku pergi" Athena memiringkan kepalanya melihat Artemis menghentikan langkahnya.
"Apa kau mencoba untuk mempercayai manusia lagi?" Athena teridam mendengar itu. Ia tahu yang dimaksud oleh Artemis adalah pemuda pirang bernama Uzumaki Naruto.
"Tidak ada salahnya mempercayai mereka. Pada dasarnya mitologi kitalah yang terlalu sombong dan menganggap remeh mereka terutama tiga dewa tertinggi. Aku menyadari hal itu ketika bertemu Naruto" Athena berucap dengan sorot mata yakin.
"Lagipula aku yakin dari dalam lubuk hatimu kau masih sangat mempercayai ada manusia sebaik Orion, begitu juga denganku yang mempercayai putriku Elsa dan Naruto" Artemis tersenyum mendengar jawaban Athena.
"Aku rasa kau benar Thea" Artemis membalikkan badannya dan melakukan sihir teleportasi.
"Sampai bertemu lagi Thea" Lingkaran sihir itu menelan tubuh Artemis meninggalkan Athena yang tersenyum melihat kepergian saudari tirinya. Ia selalu menantikan kedatangan Artemis karena bisa dikatakan hanya dialah dewi yang benar-benar dekat dengannya. Sebenarnya hubungan dirinya dengan dewi Amaterasu juga cukup dekat dulunya, namun karena kejadian yang menimpa putrinya membuat Athena juga merasa bersalah kepada sang dewi matahari. Mereka memang masih menjalin hubungan namun entah kenapa seperti ada dinding penghalang diantara hubungan mereka.
"Jangan melamun seperti itu dewi. Itu akan membuatmu kemasukan setan" Athena terkaget mendengar suara seseorang yang tiba-tiba terdengar di telinganya, dan reflek melemparkan laser beam dari lingkaran sihir yang ia buat secara singkat kearah sumber suara. Sementara itu Naruto yang melihat serangan Athena segera berfikir cepat. Ia tidak bisa menghindari serangan itu karena dibelakangnya ada relief yang sepengetahuannya sangat penting bagi Athena sehingga jalan satu-satunya adalah...
Gakido
Naruto merentangkan kedua tangannya dan seketika serangan Athena seakan-akan tertahan oleh dinding angin yang tipis. Perlahan serangan Athena mengecil hingga akhirnya menghilang seakan-akan serangannya tidak pernah ada sama sekali. Ia langsung menonaktifkan rinegannya sebelum sang dewi menyadari adanya perubahan di matanya. Belum saatnya dia menunjukkan seluruh kekuatannya didepan Athena.
Athena terkejut melihat serangannya yang menghilang seperti ditelan oleh angin. Namun yang membuatnya lebih terkejut adalah sosok Naruto yang tersenyum lima jari melambaikan tangan kepadanya.
"N-naruto?"
"Yooo dewi, lama tidak jumpa" Ia berjalan ke depan Athena sehingga jarak mereka sekarang hanya 3 meter.
"Maaf menyerangmu tiba-tiba" Athena sedikit membungkukkan kepalanya. Tipikal permintaan maaf seorang bangsawan. Naruto yang melihat itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"S-sudahlah lagipula aku tadi juga tidak sengaja mengagetkanmu" Sang dewi menegakkan kembali kepalanya menatap sang ninja kuning.
"Bagaimana bisa kau meniadakan seranganku tadi? Aku terkesan karena ini hal baru bagiku" Athena bertanya sembari membuat gesture agar Naruto mengikutinya. Ia berniat mengajak pemuda kuning ketempat mereka ngobrol terakhir kali, sebuah taman yang berada di belakang kuilnya.
"Ahhhh itu salah satu kekuatanku. Itu bukan meniadakan tapi menghisap" Naruto menyamakan langkahnya hingga kini mereka berjalan beriringan.
"Menghisap?" Athena memiringkan kepalanya. Naruto menahan diri untuk tidak mengelus kepala sang dewi yang sangat imut didepannya.
"Aku bisa menyerap seluruh serangan sihir dan menjadikannya milikku" Athena menganga mendengar penjelasan Naruto. What the f*ck? Apa-apaan itu! Kekuatan itu sangat kuat dan mirip dengan salah satu Sacred Gear tipe longinus dari 2 naga surgawi, Divine Dividing.
"Tunggu, apa kau pemegang Sacred Gear naga surgawi?" Tawa kecil dikeluarkan Naruto yang membuat sang dewi perang cemberut dan memalingkan mukanya. Ternyata dewi yang terkenal ganas di medan perang dengan strateginya yang sangat mengerikan bisa menampilkan ekspedisi seperti ini.
"Heiii aku tidak bermaksud menertawakanmu. Aku bukan pemegang sacred gear atau apapun itu yang ada dibenakmu. Mungkin kau bisa menganggap kekuatanku diluar akal sehat didunia ini" Athena menatap tertarik Naruto namun tidak menuntut jawaban. Jujur ia sangat suka dengan pengetahuan baru baginya dan Naruto adalah salah satu dari itu. Namun menurutnya akan lebih jauh menarik jika ia mencari tahunya sendiri daripada meminta Naruto menerangkannya langsung.
"Baiklah baiklah. Jadi bagaimana bisa kau kembali ke dunia manusia? Apa kau mencuri kertas sihir?" Yang dijawab dengan gelengan kepala oleh lawan bicaranya.
"Sederhana saja. Aku bisa melakukan teleportasi instan" Athena memiringkan kepalanya mendengar itu. Lalu kenapa pria kuning ini...
"Bukankah artinya kau bisa langsung pergi ke Underworld tanpa meminta bantuanku?" Hal itu menjadi pertanyaan di benak Athena karena ia belum mengetahui apa kelebihan dan kekurangan kekuatan dari Naruto.
"Hmmm kekuatanku tidak sepenuhnya sempurna dewi. Setiap tehnik pasti memiliki kelemahan begitu juga dengan milikku. Aku harus pernah mendatangi tempat itu dan menandainya baru kemudian aku bisa melakukan perpindahan sesuka hatiku. Yahhh misalnya saja sebenarnya aku bukan warga asli Yunani melainkan Jepang" Mereka kini telah sampai ditempat mereka berdua bercengkrama beberapa hari yang lalu. Athena duduk terlebih dahulu dan mempersilahlan Naruto untuk ikut duduk disebelahnya.
"Ahhh aku sudah menduga kalau kau bukan berasal dari negara ini. Tapi aku cukup terkejut ketika kau mengatakan berasal dari Jepang. Tekstur wajahmu sangat mirip dengan orang Eropa pada umumnya" Mendengar penuturan sang dewi membuat Naruto terkekeh. Kalau dingat-ingat wajah ayahnya memang mirip seperti orang Eropa dan ibunya seperti orang Amerika.
"Seperti itukah?"
"Yah begitulah. Ada apa kau mengunjungiku Naruto? Apa kau mempunyai berita baik?" Yang ditanya menggaruk pipinya dan cengengesan. Uuuh dia sangat ingin mengatakan kalau ia sudah menemukan putri dari Athena namun tidak bisa. Ia sudah berjanji untuk membuat keadaan putrinya seperti semula dan itu belum terwujud.
"Hmmm sebenarnya aku menemukan beberapa hal menarik di Underworld. Tapi tujuan utamaku berkunjung kesini adalah memberi kabar kepadamu kalau aku bisa kembali dengan selamat. Aku takut kau khawatir hehehehe" Athena tersenyum mendengar candaan Naruto.
"Tentu saja aku khawatir padamu karena sudah menjadi tanggungjawabku yang telah mengirimmu kesana. Tapi syukurlah kau bisa kembali dengan selamat"
"Tapi sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padamu selepas kembali dari sana" Athena menatap dengan pandangan bertanya padanya.
"Apa itu Naruto?"
"Apa semua pemimpin didunia ini hanya mementingkan dirinya sendiri?" Uuuh pertanyaan yang sangat berat. Sepertinya Athena akan sedikit kesulitan menjawab pertanyaan dari manusia unik didepannya.
.
.
.
.
.
To be Continued
Selamat malam para pembaca semua, saya akhirnya bisa menyempatkan waktu untuk melanjutkan kisah Sang ninja kuning. Saya minta maaf sebesar-besarnya apabila update yang terlalu lama karena saya sibuk dengan pekerjaan hehehehe.
Tidak ada komentar khusus, saya hanya berharap semoga kalian yang menunggu tulisan saya bisa puas. Hmmmm apalagi ya? Untuk saat ini sepertinya cukup itu saja. Peluk hangat ke pembaca semua dimanapun berada (´︶`) Thanks!
