"Apa kau pernah dengar tentang isu jika kau sengaja bolos saat jam ketiga dan pergi ke atap melewati ruang astronomi, kau akan melihat penampakan murid yang bunuh diri disana?"

"Hah? Serius?"

"Katanya dulu ada yang pernah bunuh diri di ruang astronomi. Dia akan muncul dan mengoyak seluruh isi ruang astronomi begitu malam tiba, karena seorang guru pernah melapor menjadi saksi."

.

.

.


Andromeda Girl

SasuHina©Naruto©Masashi Kishimoto

Andromeda Girl©Hachi Breeze


©Hachi Breeze


©2019


[Re-Upload]


.

.

.

Liburan musim panas akan segera datang hanya dalam beberapa minggu. Udara yang yang mulai pengap dan hawa yang meningkat membuat gerah bahkan pada beberapa jam awal mulai sekolah. Hari itu masih pukul sembilan lewat tiga puluh menit, tapi pagar sekolah baru saja ditutup beberapa menit sebelumnya dan menyisakan beberapa siswa yang terlambat datang hingga harus melewati bagian kedisiplinan dan menerima hukuman ringan.

Kakashi, salah seorang guru matematika yang berperan ganda sebagai anggota dewan kedisiplinan, berdiri dan mengusap tengkuknya karena melihat masih banyak siswa nya yang terlambat pada musim keduanya setelah semester baru. Salah satunya yang bisa ia ingat adalah pemuda si penyuka anjing yang beberapa hari lalu bertemu dengannya untuk kontrol rutin anjing peliharaannya. Belakangan Kakashi tahu ternyata ia adalah Kiba, anak dari dokter hewan tempat anjingnya kontrol.

Ia mengusap wajahnya, berpikir hukuman apa yang pantas diberikan kepada anak-anak yang terlambat ini. Guy, salah satu temannya, menepuk pundak Kakashi sambil mengisyaratkan jika ada dua tambahan anak yang terlambat tengah berusaha masuk ke gerbang sekolah. Kepala Kakashi semakin terasa pening ketika mendapati Naruto dan Sasuke ikut terlambat dalam sidak hari ini. Kakashi menunggu kedua anak yang baru saja datang itu untuk bergabung ke barisan anak-anak terlambat. Beberapa pemuda yang berada di dalam barisan terlambat menyambut kedua anak yang baru bergabung bersamanya untuk menerima hukuman. Kakashi masih menghembuskan napasnya berat. Beberapa siswa baru ada yang tegang karena ini pertama kalinya mereka mendapatkan hukuman, beberapa siswa tahun angkatan kedua ada yang merasa biasa saja karena ini memang bukan pertama kalinya mereka berhadapan dengan Kakashi dalam menerima hukuman terlambat. "Uchiha, ini pertama kalinya aku melihatmu terlambat."

Sasuke sempat mendongak sebentar mencari pandangan gurunya itu, kemudian ia mengalihkan pandangannya pada Naruto yang berdiri di sampingnya. "Kalau bukan karena si oren ini, aku pasti tidak akan terlambat."

"Hah? Kenapa bisa aku?"

"Hentikan!" Kakashi menutupi wajahnya ketika Guy mencoba menghentikan adu mulut kedua pemuda yang ada di depannya. Kakashi menepuk pundak Guy sambil membalikan badannya untuk kembali menuju gedung utama.

"Kalian bisa memilih membersihkan kolam renang selama satu minggu atau mengikuti latihan musim panas bersama Guy-sensei selama tiga hari."

Semua siswa yang ada disana memekik tidak terima, pasalnya latihan musim panas dengan Guy-sensei terutama di musim panas pasti akan terasa sangat seperti neraka. Tapi jika memilih membersihkan kolam renang selama seminggu, mereka harus melewati ruang astronomi terlebih dahulu sebelum sampai ke kolam renang.

"Hukuman kalian berlaku setiap pulang sekolah, aku sudah mencatat nama-nama kalian. Bagi yang membolos hukuman ini sekali lagi, aku akan memberikan nama-nama ini ke kepala sekolah untuk membatalkan liburan musim panas khusus kalian. Kalian bisa bubar dan kembali ke jam pelajaran kedua setelah ini."

.

.

.

"Sial. Bagaimana ini?" pecah Kiba yang berjalan paling belakang dari kerumunan di koridor.

"Kalau ikut latihan training musim panas Guy-sensei pasti aku tidak bertahan hidup setelahnya. Tapi aku juga tidak ingin melewati ruang astronomi." Sasuke melirik pemuda yang masih mengeluh dibelakangnya.

"Memangnya ada apa dengan ruang astronomi?" Sasuke menolehkan kepalanya bertanya dengan sedikit gurauan.

"Demi tuhan, Sasuke! Kau tidak tahu?"

"Tidak."

Naruto dan Kiba menggigit jari karena terlalu takut untuk menceritakan rumor yang beredar. Sasuke menggidikan bahunya melirik ke arah Gaara dan Shikamaru. Sasuke mengintip ke sekat kaca pintu yang ada di hadapannya, mengecek apakah pergantian jam sudah lewat. "Oke, jam kedua belum dimulai. Kalian bisa lanjutkan." Mereka semua duduk di samping pintu, memutar sambil meletakan tas di tengah.

"Kabarnya pernah ada yang bunuh diri di ruang astronomi tapi gagal. Lalu ia mencoba bunuh diri lagi sambil membawa teleskop dari ruang astronomi. Lalu setiap malam datang ruang itu pasti menimbulkan bunyi dari dalam. Sepertinya dia tidak sadar jika dia sudah meninggal disana dan tetap melakukan kegiatan klub seperti mengembalikan teleskop yang dipakainya."

"Karena nya, setiap pagi pintu menuju atap ataupun kolam renang selalu terbuka tanpa ada yang tahu siapa pelakunya. Itulah sebabnya kolam renang disana sepi dan tidak terurus."

"Hah? Serius?" Sasuke tertawa karena tidak percaya. Terlebih Gaara yang terkenal tidak peduli itu bisa termakan gosip murahan mulut ke mulut yang beredar di sekolah.

"Kau pasti tidak tahu kan mengapa banyak yang memilih ektrakulikuler berenang diluar?"

"Oh, bukankah saat itu Sasuke sakit cacar air makanya dia tidak tahu?" Kiba memotong Naruto yang sudah berapi-api.

"Parah juga kau Uchiha cacar air umur segini." Shikamaru meledek pemuda yang nampak mulai serius karena masih penasaran di hadapannya.

"Karena merasa gagal bunuh diri di ruang astronomi akhirnya dia berencana melompat dari atap tapi karena terpeleset saat melewati kolam renang akhirnya dia tenggelam."

"Dan jika kalian bolos setiap jam ketiga ke atap, kalian akan benar-benar dihantui olehnya." Gaara hendak melanjutkan ketika Kakashi sudah berdiri di belakang mereka sambil membawa buku ajar di jam kedua. "Apa yang kalian lakukan disini? Ayo cepat berdiri dan masuk."

Naruto dan Kiba bergidik ketika Kakashi tiba-tiba datang dari belakang mereka. Shikamaru mulai menguap sambil meraih tangan Gaara yang membantunya berdiri.

"Kalian jangan sampai kabur, ingat hukumannya jika tidak ingin menambah masalah ya." Kakashi sedikit tersenyum melihat kelima pemuda yang mengikutinya di belakang.

"Sensei, kau benar-benar jahat." Naruto masih merengek.

"Tentukan hukuman kalian, anak-anak."

"Kami akan ikut training musim panas Guy-sensei!"

"Setidaknya hanya tiga hari seperti nereka." Shikamaru menimpali Naruto. Beberapa yang lain hanya mengangguk setuju.

"Baiklah jika kalian-"

"Aku akan membersihkan kolam renang selama seminggu sensei." Ucapan lantang Sasuke membuat nyaris seisi kelas terkejut. Terlebih Kakashi, guru muda itu lantas tersenyum kecil dibalik buku ajar nya yang sengaja ia tutupkan ke wajah. Naruto sudah menarik kerah baju temannya yang terasa berkhianat menentukan pilihan.

"Wow, pemberani sekali. Aku tunggu kau selama satu minggu Uchiha, awas kalau bolos."

Sasuke mengangguk dan melemparkan pandangan kepada ke empat temannya yang seakan tidak percaya, "Apa? Aku hanya ingin memastikan rumor itu benar atau tidak, kan?" ia hanya menggidikan bahunya sambil tertawa.

.

.

.

Jam pulang sekolah berakhir lebih cepat hari itu, beberapa siswa langsung mengemas barangnya pulang atau mengikuti ekstrakulikuler. Hal itu tidak berlaku untuk Naruto, Kiba, Gaara dan Shikamaru yang sudah siap ganti pakaian menggunakan jersey mengikuti hukuman training musim panas. Sementara Sasuke hanya melipat lengan bajunya menjadi lebih tinggi dan bersiap untuk menuju kolam renang.

"Sudahlah teman-teman, mari kita positif thinking saja setelah training ini kita akan berotot." Shikamaru masih berusaha mendinginkan keadaan sebelum menarik lengan Kiba.

"Aku ingin segera pulang, aku tidak kuat dengan training Guy-sensei."

"Kau bahkan belum memulainya, Gaara."

"Sasuke, kau yakin? Bagaimana jika dia benar-benar muncul? Kau tahu, si hantu ruang astronomi itu."

Sasuke menghentikan langkahnya ketika pertanyaan Naruto membuatnya berpikir, "Karena ini salahmu telah merobek tiket bus ku tadi pagi, kau harus menjemputku sekali untuk hari ini di kolam renang."

Sasuke tersenyum tipis mendapati wajah teman-temannya yang masih memucat disana. Ia menengok ke arah tangga menuju lantai atas, masih sambil melipat lengan bajunya dengan rapi agar tidak menganggu pergerakan tangannya dengan leluasa. Pemuda itu sampai di lantai tiga dalam hitungan detik kemudian, melirik lorong kelas tahun angkatan ketiga dan ruang klub astronomi yang ada di pojok koridor berlawanan. Sasuke mengambil napas dan menghembuskannya dengan cepat, mengambil peralatan kebersihan yang ada di lemari pojok tangga. Ia melirik sebentar ruang astronomi yang masih tertutup disana dan sedikit berlari melewatinya lalu menaiki anak tangga menuju kolam renang dengan cepat.

Sasuke sedikit tertegun ketika mendapati rumor kolam renang yang tidak terurus sama sekali karena ditinggalkan nyatanya sama sekali tidak kotor sedikitpun. Ia melangkah lebih jauh ke arah kolam renang terbuka yang bersih, hanya dedaunan kering yang terbang terbawa angin saja yang mengambang di permukaan airnya. Pemuda itu meletakan ember dan peralatan kebersihan yang dibawanya disudut pintu. Hanya mengambil tongkat jaring untuk membersihkan dedaunan dari permukaan kolam yang bersih dan dingin, bahkan pantulan porselen lantai kolam yang berwarna biru bisa jelas Sasuke lihat.

Sisi demi sisi ia jelajahi untuk mengambil dedaunan yang kering. Saat ia berdiri di samping pembatas kawat di sisi timur, ia bisa melihat teman-temannya sedang menjalani training Guy-sensei. Ke empat temannya dan beberapa siswa yang terlambat lainnya mulai berlari memutari lapangan, Sasuke masih memerhatikan. Berlari, sit up, push up, dan squat, Guy-sensei benar-benar tidak ada ampun dalam training walaupun di musim panas. Ketika Sasuke mendapati Naruto memandang ke arahnya dan menepuk pundak yang lainnya, Sasuke tertawa dan melambaikan sebelah tangannya yang tak memegang jaring ke arah mereka dibawah sana. Naruto dan Kiba balas melambaikan tanganya ke arah Sasuke, sementara Shikamaru melambaikan tangannya sambil merebahkan tubuhnya. Gaara tewas, kehilangan stamina ditempat.

Sasuke membalikan badannya mencari tempat berteduh. Ia meletakan tongkat jaring di sisi ujung kolam renang kemudian berjalan menuju tempat duduk yang ada disamping pintu tangga menuju ke atap sekolah. "Jika hanya membersihkan dedaunan kering selama seminggu kukira ini akan menjadi lebih mudah."

Ia menyandarkan tubuhnya dan sedikit menguap ketika semilir angin menerpa wajahnya, pemuda itu nyaris tertidur disana. Ia membuka ponselnya untuk membunuh waktu, mengirimkan beberapa pesan kepada teman yang lainnya atau berkabar ke ibunya jika ia akan pulang terlambat. Beberapa puluh menit kemudian, Sasuke mendengar suara dari balik pintu yang tadi dilewatinya. Pintu itu terbuka perlahan dan membentur ember yang sengaja ia letakan disana. Sasuke kira itu adalah Naruto dan yang lainnya tapi ketika sosok lain yang muncul malah membuat Sasuke terkejut.

"Ah," suara lembut itu terdengar terkejut ketika daun pintu yang didorongnya membuat ember di balik sana terjatuh. Ia masih mendorong perlahan pintu itu untuk membuatkan ruang dirinya bisa lewat. Suara gesekan ember yang di dorongnya membuat Sasuke yang ada dibalik sana mulai berdiri dan menyiapkan kuda-kuda walaupun ia merinding. Ketika pintu sudah terbuka dan sosok gadis dengan rambut yang menutupi seluruh kepalanya muncul disana.

"Ah," suara gadis itu kembali terdengar ketika ia menatap Sasuke dari balik rambut panjangnya. "A-Apa yang kau lakukan disini?"

"Mundur!" Sasuke berjalan berlawanan arah dengan gadis yang berjalan ke arahnya. Ia melirik sekitarnya ketika ia baru sadar semua peralatan yang dia bawa ada di ember dekat pintu dan kolam yang ada di belakang gadis itu. Ia meraba sakunya berharap menemukan benda yang bisa ia gunakan.

Sasuke memerhatikan gadis itu dari ujung rambut hinga ujung kaki. Ia mengenakan seragam yang sama dengan dirinya, seragam musim panas yang sama dengannya. Rambutnya yang panjang dan menutupi seluruh mukanya membuatnya tidak bisa memerhatikan wajah gadis itu. Ia memekik pelan ketika angin berhembus menerpa seragamnya. Ia memegang ujung roknya agak tidak tersingkap di hadapan Sasuke. Sasuke refleks mengalihkan pandangannya ketika gadis itu berusaha membenarkan pakaiannya.

"T-Tenang.. aku hanya-"

"Sasuke!" teriakan Naruto yang tiba-tiba datang dari belakang balik pintu membuat Sasuke dan gadis itu membalikan badan. Naruto berhenti di ikuti yang lainnya di belakang, pemuda itu menganga dan mengangkat jari telunjuknya ke arah Sasuke.

"D-Dia muncull! Gyaahh!" gadis itu membalikan badannya sambil mencoba menenangkan pemuda yang ada di dekatnya. Bingung mendekati Sasuke terlebih dahulu atau ke empat pemuda yang berteriak sambil mengenakan jersey basah di arah yang lain. Kiba melihat ember yang berisi alat kebersihan dan tongkat jaring yang ada di dekatnya, pemuda itu lantas mengambil tongkat jaring sebagai alat pertahanan.

"Sial, ini masih belum malam kenapa dia sudah muncul?" Naruto bersembunyi di balik tubuh Gaara yang masih menariknya untuk tukar posisi.

"K-Kiba, kau di depan dong!"

"Diamlah Shikamaru..," mereka berempat masih berebut untuk berada di posisi paling belakang. "sial kau Sasuke!" tambahnya.

"Etto, aku bisa jelaskan." Gadis itu berjalan mendekat ketika Sasuke berusaha mencoba memutar arah untuk bergabung dengan ke empat tempatnya kabur darisana.

"Gyaaaa, jangan mendekat!" Naruto semakin mendorong Kiba kedepan ketika pemuda itu juga memekik tidak siap hingga dengan refleks mengayunkan tongkat jaring ke kepala gadis itu. Rambut gadis itu sedikit tersingkap ke depan sebelum akhirnya tersandung jatuh.

"Sial, sial, sial, matanya pucat aaaaaaa," Naruto berteriak meninggalkan kolam renang dan turun mengabaikan Shikamaru yang sudah berlari menyusulnya. Gadis itu menarik jaring yang ada dikepalanya. Ketika ia hendak melepaskan jaring itu, beberapa helai rambut bagian depannya tersangkut. "Sial kau, Uchiha!" Kiba dan Gaara meninggalkan Sasuke yang masih terjebak disana. Sial.

"Uh, bisa bantu aku?" gadis itu menoleh kepadanya. Sasuke masih memandangnya tidak percaya, pemuda itu menoleh ke segala sisi.

"Rambutku tersangkut." Gadis itu mengangkat jaring yang ada dikepalanya sambil menunjuk rambutnya.

"Kau bukan hantu, kan?" pertanyaan bodoh Sasuke memastikan ketika ia mendekati gadis itu. gadis itu mendongak, kemudian mengalihkan pandanganya.

"Ah, kau pasti sudah dikerjai oleh Kakashi-sensei, ya?" Sasuke masih diam disana, memerhatikan rambut panjang gadis itu.

"Hantu ruang astronomi, bolos pelajaran ketiga untuk lari ke atap akan dihantui olehnya dan sebagainya, kan? Itu hanya trik sensei untuk menakuti agar tidak ada yang bolos jam pelajaran usai istirahat," Gadis itu mulai tertawa. "Ia sengaja menggunakanku untuk menakut-nakuti beberapa siswa yang sering membolos disini setiap jam makan siang selesai. Terkadang mereka merokok atau sengaja tidur siang."

Sasuke mulai berani mendekatkan dirinya ke gadis itu, menguntai helaian lembut rambut gadis itu yang tersangkut. "Siapa namamu?"

Gadis itu mendongak, "Hyuuga. Hyuuga Hinata."

"Kenapa kau membiarkan rambut menutupi wajahmu Hyuuga-san? Bukankah ini membuat banyak orang salah paham?" Sasuke melepaskan jaring itu dari kepala Hinata perlahan agar tidak melukai kepala gadis itu. "Maafkan teman-temanku sebelumnya. Kau juga sempat membuatku jantungan."

"Ah, rupanya memang karena rambut ya?"

"Kau kira apa?" Sasuke menaikan nada bicaranya ketika gadis itu mengelus rambut bagian depannya.

"Kau ingin aku memotongkannya?"

"Kau bisa?"

Sasuke menggidikan bahunya ketika gadis itu memandang ke arahnya. Sasuke mendudukan dirinya di hadapan gadis itu, menerima gunting yang disodorkan oleh Hinata setelah gadis itu merogoh isi barang yang dibawanya. Ia meraih rambut panjang gadis itu untuk ia sisir menggunakan jemarinya, mengukur seberapa panjang baiknya memangkas rambut ini.

"Ibuku bilang, seorang gadis tidak boleh menyembunyikan wajahnya. Pandanganmu akan suram jika terus seperti ini Hyuuga." Ia menggunting perlahan rambut Hinata yang memejamkan matanya.

"Aku dan adikku terbiasa dengan rambut seperti ini. Umm..,"

"Uchiha Sasuke, kau bisa memanggilku sesukamu."

"Baiklah."

Sasuke merapikan ujung rambut Hinata yang selesai dipangkasnya. Sasuke baru menyadari rupa wajah gadis itu. Kulit putih dengan rona di pipi dan alis tipis yang bersembunyi dibalik poni yang baru dipangkas untuknya. Tanpa sadar Sasuke meraih kedua tangannya menyentuh pipi gadis itu dan mendekatkan wajahnya ke arahnya.

"Lihat, kau tidak buruk juga. Kenapa aku tidak pernah menemukanmu selama ini?" Sasuke masih memerhatikan dalam jarak yang dekat. Gadis itu mulai membuka kelopak matanya perlahan ketika ia merasa kepalanya ditarik kedepan oleh Sasuke. Kedua pandangannya saling bertemu. Hinata merona ketika pemuda itu menelurusi seluruh wajahnya.

Ketika Sasuke sadar, ia buru-buru melepaskan kedua tangannya dari wajah gadis itu. Hinata mengalihkan pandangannya ke arah yang lain, mengelus perlahan poni barunya dari Sasuke. "Y-Ya, kau benar juga. Haha.."

"Ngomong-ngomong apa yang kau lakukan disini?"

Hinata mendongak ketika Sasuke menjulurkan tangannya kepada gadis itu untuk berdiri. Ia meraih uluran tangan Sasuke ketika pemuda itu seketika menariknya berdiri, membantunya berdiri dengan stabil. Ia membersihkan pantatnya begitu ia bangun. "Aku hanya ingin mengambil teleskop yang kutinggalkan disana." Ia menunjuk tempat yang tadi dimana Sasuke sempat duduk.

"Kau anak astronomi?"

.

.

.

Tanpa sadar Sasuke menghabiskan waktunya bersama gadis itu hingga jam makan malamnya lewat. Selepas gadis itu menawarkan ajakan untuk melihat bintang di jembatan dekat lapangan terbesar di Yokohama sambil membawa teleskop yang dibawanya dari ruang klub astronomi. Sasuke mengangkat teleskop besar itu dipundaknya sementara gadis didepannya membawakan tasnya. Masih berbicara tentang astronomi.

"Kau tahu, galaksi kita Milky Way itu memiliki festival, kan?"

"Tanabata. Aku sudah tahu." Sasuke meletakan teleskop yang dibawanya dan Hinata membantu pemuda itu merakit teleskop besar yang biasa ia gunakan. "Orihime dan Hikoboshi, kan?" tambahnya.

Hinata mengangguk, "Tapi sejatinya, amanogawa yang kita tahu bukanlah Milky Way. Kau tahu, Vega dan Altair adalah dua rasi bintang tercerah yang ada di Milky Way. Tapi Altair ada di luar jajaran Milky Way, dia berada di sabuk terluar dari Milky Way, berbatasan dengan galaksi Andromeda."

Sasuke memerhatikan gadis itu merakit dan mendekatkan wajahnya ke mata teleskop. Mengarahkan dan memutar kenop teleskop yang dipegangnya. "Sabuk yang berbatasan dan kilatan kecil dari perbatasan Andromeda itulah yang kita tahu sebagai Amanogawa. Lihatlah."

Sasuke mendekatkan wajahnya ke arah teleskop yang disodorkan Hinata. Gadis itu memegang ujung mata teleskop agar tidak berubah arah dari yang sudah di setelnya. Pemuda itu hanya menggumam takjub. "Konon, gugus Milky Way dan Andromeda sempat bertabrakan. Karenanya muncul rasi Deneb yang ada di persimpangan Vega dan Altair hingga membentuk summer triangle, oleh sebab itulah Tanabata selalu dirayakan setiap tanggal ketujuh bulan tujuh di musim panas karena ketiga rasi ini selalu muncul paling jelas di saat musim panas. Karena gugus Deneb bagaikan burung Kasasagi yang menghubungkan Orihime dan Hikoboshi."

"Kau cukup ahli dalam astronomi, ya?" Sasuke memerhatikan wajah sumringah Hinata. Ketika ia menjauhkan wajahnya dari teleskop. Hinata mengganti arah teleskopnya.

"Kau bisa melihat Orion di sabut khatulistiwa, pusat pertengahan bumi yang paling rata. Dia akan melintang disana sebagai penentu musim panen di sabuk khatulistiwa. Lalu jika kau berjalan ke arah utara mau kau bisa melihat Polaris, gugus rasi bintang paling cerah di Utara. Biasanya pelaut akan menggunakannya sebagai panduan arah selain kompas. Atau kau bisa melihat Alpha Centaury yang paling terdekat dekat gugus galaksi kita setiap fajar di daerah Timur, bersanding bersama Venus berwarna merah."

"Tapi dari semua gugus yang aku sebutkan semuanya memiliki titik pusat yang terhubung di bagian selatan membentuk gugus Hydra, rasi terbesar kedua yang ada galaksi Milky Way. Hydra menghubungkan galaksi Milky Way dengan Andromeda, galaksi spiral yang besar."

"Uh-huh, lalu?"

Hinata menoleh ketika Sasuke tersenyum ke arahnya. "K-Kau tahu kan dua belas zodiak berbasis pada gugus rasi bintang, Uchiha-san? Mereka semua berasal dari gugus Hydra, padahal jika di total sebenarnya ada delapan puluh delapan gugus rasi bintang di dalamnya."

Sasuke takjub. Hinata masih memutar kenop teleskopnya dan mengarahkan ke arah selatan. "Kau bisa mengamati gugus rasi yang mudah ditemukan seperti Taurus karena bintang Aldebaran yang paling menonjol, atau Crux dengan Mimosa nya. Lihat."

Sasuke mendekatkan kembali wajahnya ke arah mata teleskop. Ia bisa melihat kedua rasi bintang berbentuk salib memanjang dan rasi seperti huruf K memanjang yang bersebelahan. "Lalu disampingnya kau bisa melihat bintang Cassiopeia yang tegas, ratu Ethiopia, ibu dari Andromeda yang rasinya paling besar."

"Oh," Sasuke memekik perlahan ketika Hinata menggeserkan teleskopnya saat wajahnya masih menempel pada mata teleskop. Hinata menoleh perlahan.

"Apa aku salah mengarahkanmu?" gadis itu mendekatkan wajahnya ke mata teleskop. Bersampingan dengan Sasuke yang masih mengamati disana. Gadis itu mengintip dari balik mata teleskop mencoba mengamati dari jauh sambil mengarahkan sisanya.

"Tidak, maksudku aku pernah tahu rasi bintang yang sederhana ini." Sasuke tertawa dan memalingkan wajahnya ketika menemukan wajah Hinata nampak serius tak jauh dari wajahnya. Senyuman diwajahnya memudar ketika ia mendapati Hinata begitu dekat darinya. Hanya beberapa senti hingga kedua kulit pipi mereka pasti bersentuhan. Pemuda itu bahkan yakin jika ia bisa mencium aroma vanila dari gadis itu. Perlahan Sasuke mengalihkan pandangannya sejenak menjauhi Hinata, kemudian kembali lagi jatuh pada sosok gadis yang tengah serius ada disampingnya. Sasuke masih memerhatikan gadis itu berbicara, menjelaskan tanpa henti tentang astronomi yang diketahuinya. Entah kenapa dia tidak menemukan gadis ini selama dua tahunnya di sekolah. Biasanya Sasuke bisa langsung tahu siapa saja gadis yang mengejarnya di antara kerumunan koridor, seperti Haruno Sakura atau Karin misalnya. Tapi dia tidak menemukan gadis seperti Hyuuga Hinata.

"Lalu kau Andromeda dan Perseus menikah. Tapi kau harus melihat Andromeda karena dia jauh lebih besar dan indah dari gugus rasi Per.. seus," Hinata menghentikan kalimatnya ketika Sasuke memandangnya serius. "kenapa Uchiha-san? A-Aneh ya?"

Hinata kembali melirik wajah pemuda disampingnya itu, dengan kikuk ia mengalihkan kembali pandangannya memandang kedepan. Menghindari wajah Sasuke yang memerhatikannya dengan seksama, kemudian pandangan gadis itu jatuh pada teleskopnya dan hendak merapikannya. "Ah, benar juga. Sepertinya ini sudah waktunya kem-"

Sasuke menarik kepala gadis itu dengan kedua tangannya, memaksanya menoleh kembali ke arahnya lalu ia mendekatkan wajahnya pada Hinata. Menubrukkan bibirnya degan gadis itu. Sasuke mengecup bibir gadis itu sekali, menarik bibirnya dan mengecupnya kembali setelahnya. Ia tahu gadis dihadapannya mengerjap beberapa kali ketika ia melakukan kecupan beberapa kali di bibirnya dari berbagai arah. Lama pemuda itu memerhatikan gadis itu ketika entah kecupan yang keberapa Hinata mulai memejamkan matanya. Sasuke memejamkan matanya ketika ia mulai menghisap bibir gadis itu, entah ekspresi seperti apa yang kini gadis dihadapannya itu buat. Ia pun tak berani memandangnya. Sasuke mabuk. Dibalut aroma vanila yang merasuk ke indra penciumanya, ia menjilat bibir gadis itu dan hendak melakukannya lebih jauh ketika Hinata mengeluarkan suaranya.

Disana Sasuke tersadar, menarik kepalanya dengan segera dari ciumannya. Menarik tangan kanannya dari kepala Hinata untuk menutupi bibirnya, menjilat saliva dari kedua bibirnya sendiri. Sementara tangannya yang lain masih memegang pipi gadis itu. Merasakan hangat yang menjulur ke sensori tangannya saat rona merah membuat wajah Hinata meledak. "U-Uchiha-san?" gadis itu masih merona dengan menyebut namanya tak percaya setelah apa yang terjadi.

Sasuke merona. Tidak biasanya dia lepas kendali seperti ini, ini pertama kalinya. Terlebih pada gadis seperti Hinata yang jarang ditemuinya.

"Sial, aku masih harus menjalankan hukuman selama seminggu. Bagaimana aku harus menemuinya jika besok aku tidak bisa bolos membersihkan kolam renang."

.

.

.


OWARI

©Hachi Breeze

©2019


.

.

.

BONUS:

"Sial kau Naruto, kenapa celanamu jadi basah semua begini? Jangan bilang kau pipis di celana, ya?" Gaara mendorong Naruto yang meracau seperti menangis sambil menggedor pintu apartemen Sai.

"Aku tadi sangat takut sekali.." tangisnya ketika Sai masih belum membuka pintunya. Shikamaru mengendus-endus pakaiannya yang juga basah karena sudah bercampur banyak keringat, lengket di sekujur tubuhnya.

"Kau kira aku tidak nyaris mati berdiri saat kau mendorongku menghadapi hantu itu sendirian lalu meninggalkanku begitu saja, hah?" Kiba yang paling emosi memukul kepala Naruto.

"Huwahh, Sai tolong buka pintunya.., kami ingin pinjam laundry mu. Huwwahh, Sasuke diculik hantu ruang astronomi.."

"Aduh sial, besok training neraka Guy-sensei masih berlanjut tapi kalian menghabiskan tenagaku habis-habisan hari ini. Mana jersey kita jadi kotor padahal besok masih dipakai, badanku remuk semua," Shikamaru berjongkok di belakang dengan loyo. "Sial kau Naruto, kau bau sekali bangsat!"

"Saaiiiiii!" Naruto masih berusaha menggedor pintu apartemen Sai.