Taman bermain sekolah kanak-kanak di dekat Ueno cukup ramai dengan siswa perempuan. Bukan karena hanya menerima anak balita perempuan saja, tapi mayoritas yang masuk ke sekolah kanak-kanak dengan minim fasilitas disana hanyalah anak balita kelas menengah ke bawah yang kebetulan hanyalah perempuan. Salah satunya disana adalah gadis kecil dengan rambut pendeknya yang tidak membaur dengan teman-temannya sama sekali.

Gadis itu duduk di meja besar yang biasanya digunakan untuk berbagi dengan teman-teman lainnya saat berkumpul belajar. Ia memandangi buku bergambar yang menggilap dan tebal di mejanya. Anak balita yang lain tengah riang bermain di luar, gadis itu tidak menghiraukannya. Ia masih disana mengamati buku yang penuh dengan gambar bintang dan luar angkasa yang sedikit ada pasir di bagian tengah-tengah lipatan buku. Ia menyingkirkan beberapa kotoran pasir yang ada disana, mengingat beberapa saat yang lalu ia dijahili oleh teman-temannya karena terlalu fokus pada buku daripada bermain dengan yang lain.

Gadis itu teringat kembali bagaimana tempo hari seorang balita laki-laki yang mendadak pindah karena urusan keluarga nya di dekat Ueno telah selesai. Mulanya ia hanya dititipkan selama seminggu, tapi ia menghabiskan seluruh paginya untuk sekolah sementara di taman kanak-kanak itu selama tiga bulan. Dan selama tiga bulan itu, mereka menjadi teman dekat. Hingga waktu perpisahan itu, buku yang tengah dibacanya kini menjadi hadiah perpisahan mereka. Buku yang akan dijaga oleh gadis itu sampai kapanpun.

.

.

.


GALAXY BOY


Galaxy Boy

Sasuhina

Galaxy Boy©Hachi Breeze

Naruto©Masashi Kishimoto

Dedicated for Hinata's Birthday. Happy birthday Hyuuga Hinata.


©Hachi Breeze


©2019


For your best reading experience, I recommend you to read Andromeda Girl first before this one. Because Galaxy Boy was a sequel of Andromeda Girl. But as long as I can, I'll make Galaxy Boy easy to read for you who didnt catch a read Andromeda Girl first.

It dedicated to people who always support me and patiently wait for my progress. And thankyou for those people who gave me so much inspirations, these are for you guys. Always support me and I'll really apreciate it.

Best regards, Hachi Breeze


[Re-Upload]


.

.

.

Ini pertama kalinya Uchiha Sasuke memerhatikan sekitarnya. Terlebih ketika hukuman musim panas yang ia dan teman-temannya jalani karena terlambat itu telah berakhir sekitar dua minggu yang lalu. Ia baru menyadari jika seorang Hyuuga Hinata yang baru-baru ini mencuri perhatiannya ternyata selama ini berada di kelas sebelahnya.

"Aku tidak tahu di kelas sebelah ada gadis semanis itu selama ini." pecah salah satu obrolan yang masuk ke telinga Sasuke.

"Eh? Kelasnya Sai?" Naruto ikut memecah obrolan yang membuat Sasuke menjadi sedikit tidak nyaman.

Gaara masih memerhatikan perubahan wajah Sasuke yang pura-pura tidak memerdulikan obrolan teman sekelasnya itu. Sasuke hanya menopang dagu dan menutup matanya mencoba untuk tidak mendengarkan, tapi disana Gaara tahu jika pemuda itu menanggapi obrolan yang disahut Naruto dari perubahan gerak alisnya.

"Ini sudah dua minggu dan kau masih seperti ini, Sasuke?"

"Diamlah kau."

Sasuke berdiri dan mengajak Gaara untuk berjalan sebentar keluar dari ruangan kelas. Pemuda itu sebisa mungkin ingin menghindari apa yang sedang teman sekelasnya bicarakan tentang Hinata, selain itu ia juga ingin menghindari beberapa gadis yang masih menghampiri mejanya hanya untuk mencari perhatian.

.

.

.

Hinata masih membalik halaman buku tebal yang dipinjamnya dari perpustakaan. Gadis itu menghabiskan seluruh waktu istirahatnya dengan melanjutkan membaca buku pinjaman tentang astronomi yang beberapa hari lalu ia tukar dengan buku yang sudah selesai dibacanya. Sesekali ia menyampingkan helaian rambutnya yang jatuh menutupi pandangannya ke belakang telinga. Helai tipis poni rambutnya yang mulai tumbuh rapi setelah bantuan seseorang untuknya itu kini nampak lebih panjang kembali. Ia juga sesekali membenarkan letak kacamata bacanya yang tidak nyaman.

Sasuke tahu gadis itu akan berada di dalam ruang kelas sepanjang hari dan menghilang tanpa ia tahu berada dimana ketika jam sekolah sudah berakhir. Pernah sekali ia mencoba mencari sosok Hinata, entah itu ada di kolam renang di dekat klub astronomi atau taman terakhir kali mereka berhenti untuk melihat bintang dengan teleskop yang Hinata bawa pun, pemuda itu tidak pernah menemukan kembali gadis itu disana. Ia melewati sisa hukuman musim panasnya membersihkan kolam renang di dekat klub astronomi yang ada di lantai atas itu penuh tanda tanya dan rasa bosan.

Mulanya Sasuke sempat takut akan bertemu dengan gadis itu pada kemudian hari setelah insiden dirinya yang tidak bisa menahan diri mengecup gadis itu. Namun justru gadis itu yang menghindarinya terlebih dahulu dan meninggalkan sejuta tanda tanya pada dirinya. Dan sekarang disini Sasuke berdiri di depan pintu kelas Hinata tanpa gadis itu sadari karena selalu terlalu fokus pada buku yang tengah dibacanya. Terkadang sesekali ia hanya berjalan sambil melirik isi ruang kelas itu hanya untuk menemukan gadis itu, tapi karena banyaknya pemuda lain yang membicarakannya akhir-akhir ini terlebih setelah ia membantu gadis itu memotong rambut bagian depannya lebih rapi.. ia benar-benar tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berdiri disana.

Minggu pertama ketika Sasuke mulai berdiri di depan pintu kelas dengan alasan hanya ingin mengobrol tapi ia tidak menemukan matanya memandang lurus saat berbicara, Sai sadar sesungguhnya bukan dirinya yang dicari oleh Sasuke. Sai menyandarkan punggungnya pada dinding dan mengikuti arah pandang yang sempat Sasuke jatuhkan sebelum akhirnya kerepotan dengan desakan gadis-gadis teman sekelasnya yang senang akan kunjungan Sasuke dan Gaara.

"Kau tahu Sasuke, akhir-akhir ini aku mendengar sebuah rumor." Sasuke mencoba menangkap obrolan Sai yang dilontarkan untuknya.

Sasuke sedikit tersenyum sebentar ketika meminta ruang kepada teman sekelas Sai yang terus menerus mendesaknya. "Rumor?"

Sai sedikit melemparkan pandangannya pada gadis yang Sasuke maksud kedatangannya kali ini, "Kudengar dia sering membantu menggantikan Uzumaki merapikan buku di perpustakaan."

"Uh, Naruto?" Gaara dan Sasuke tidak begitu mengerti dan menangkap maksud Sai ketika ia melibatkan Naruto dengan rumor yang beredar tentang Hinata.

"Bukan karena Hinata dan Naruto menjadi dekat, rumor yang sedang hangat katanya ada senior tingkat akhir yang sedang mencoba mendekatinya karena akhir-akhir ini dia menggantikan Uzumaki setiap pulang sekolah."

"Hah?!" kali ini Sasuke menjawab dengan sedikit memekik. Seketika seluruh pandangan menghujam ke arahnya saat rasa panik yang tidak tertahankan itu lepas dari seorang Uchiha Sasuke. Hinata menoleh untuk sesaat ketika ia mendengar suara Sasuke disana, walaupun sedikit naik beberapa oktaf di depan pintu ia bisa menemukan Sasuke tengah terkejut. Sepersekian detik selanjutnya ia memalingkan wajahnya kembali.

"Ah, barusan kau mendapatkan perhatiannya sebentar." komentar Sai sambil tersenyum puas kemudian berbalik menuju keluar kelas.

Sasuke dan Gaara mencoba membuka jalan dari beberapa teman sekelas Sai yang mengerubunginya. Mereka berdua mengejar Sai yang masih tersenyum. Mereka menyamakan langkah kakinya dengan Sai menyusuri koridor yang masih ramai, "Kau tahu Akasuna-senpai? Mungkin kau sedikit asing sekarang, tapi kurasa kau tahu tentang Akasuna Sasori kan, Gaara?"

"Tunggu, darimana kau bisa secepat itu mendapatkan rumor tentangnya?"

"Kau pikir salah siapa bisa membuat Hyuuga berubah seperti itu?"

"Akasuna Sasori itu maksudmu Sasori-senpai yang ikut klub sastra itu?"

"Kau kenal?"

"Sebelumnya kami dari sekolah dan daerah yang sama, Osaka. Tapi kudengar dia asli orang Kyoto, saat masih sekolah menengah pun dia juga ikut klub sastra."

.

.

.

"Eh? Akasuna? Akasuna-senpai itu orang yang bagaimana?" Kiba masih melahap roti manis yang ada di tangan kanannya. Shikamaru hanya memalingkan wajahnya menatap Sasuke yang sibuk menggeser layar ponselnya.

"Ini semua salahmu Naruto, kalau saja kau tidak mengiyakan kebaikannya pasti tidak begini." Sasuke masih menggerutu.

"Hah? Kenapa bisa aku?"

"Kudengar kau digantikan oleh gadis sebelah yang manis untuk menjaga perpustakaan, kan?"

"Ah, Hyuuga? Aku juga tidak pernah tahu kalau Hyuuga yang selama ini menjadi hantu ruang astronomi ternyata manis seperti itu."

"Siapa juga yang sampai pipis di celana karena takut saat pertama kali bertemu dengannya dulu, coba?"

"Shikamaru hentikan!" Naruto mengisyaratkan Shikamaru untuk mengecilkan suaranya.

"Kalau tahu dia semanis itu dulu aku tidak akan memasukan kepalanya ke jaring karena terkejut jika saja si kuning ini tidak mendorongku. Sekarang aku benar-benar menyesal dan merasa berdosa."

"Kau bahkan belum minta maaf padanya sampai sekarang sejak kejadian itu, bodoh."

"Jika kita bicara tentang perpustakaan, sejujurnya aku tidak sebegitu paham bagaimana detailnya tapi Hyuuga akhir-akhir ini sering menyelipkan beberapa kertas di sisi meja. Kukira itu tulisan tangannya, ternyata dari Sasori-senpai. Aku tidak tahu juga kenapa Hyuuga secara volunteer mengajukan diri untuk berada di perpustakaan."

"Kenapa kau tidak coba mulai darisana, Sasuke?"

.

.

.

Sasuke mengintip dari balik buku yang ia ambil secara acak hanya untuk menutupi kehadirannya disana. Ia bisa melihat Hinata tengah jenuh membalik halaman demi halaman buku yang ada dihadapannya. Gadis itu masih mengenakan kacamata bacanya, menghembuskan napasnya berulang-ulang karena bosan. Sasuke masih terus memerhatikan hingga seorang pemuda berambut merah pun muncul sambil menyerahkan buku pada gadis itu. Oh, ini mungkin si Akasuna yang sering disebutkan rumor itu.

"Kau jaga lagi ya Hyuuga?"

Hinata sedikit tertawa sebentar dan menerima buku yang diberikan Sasori untuk ia labeli dengan tanda pinjam dari perpustakaan. "Senpai cepat sekali membaca bukunya, ya?"

Pemuda itu hanya menggidikan bahunya sambil tersenyum. "Kau ada waktu luang setelah ini Hinata-chan?"

"Ah," Hinata memalingkan pandangan matanya sebentar, mencoba mencari alasan menghindari pertanyaan Sasori. Ketika ia memalingkan pandangannya, ia menemukan Sasuke tengah duduk di ujung rak buku dengan sedikit mengintip. Saat itu pandangan keduanya mulai bertemu kembali setelah sekian lama.

"Ah, senpai.. maaf aku hari ini sudah janji dengan Kakashi-sensei untuk mengurus yang lain."

Hinata menyerahkan kembali buku yang Sasori berikan kepadanya. Kemudian ia berdiri dan membungkuk sebentar sebelum akhirnya hilang di balik pintu yang bertuliskan khusus staf itu. Sasori menghela napas dan melirik sebentar buku yang sudah diterimanya dari Hinata dan berbalik. Pemuda itu menemukan Sasuke di seberang meja dengan menutup bukunya, Sasori sedikit peka akan kepergian Hinata yang jauh lebih cepat dari biasanya ia mencoba menggoda gadis itu disana.

Sasori menghampiri Sasuke yang masih duduk disana dengan santai. "Kau tidak keberatan jika aku duduk disini?"

"Untuk apa aku melarang, silahkan saja."

.

.

.

Kedua tangan Sasuke masih meremas helaian rambutnya sedikit frustasi ketika secara terang-terangan Sasori mengatakan akan mendekati Hinata apapun yang Sasuke lakukan untuk menahannya. Senior tingkat akhir itu memang sangat keras kepala, tidak berbeda jauh seperti dirinya. Sejak kembali dari perpustakaan, ia masih mengacak-acak rambutnya karena bingung.

"Oh, Uchiha?" Sasuke menoleh ketika mendapati Kakashi berjalan ke arahnya sambil membawa bekal makan.

"Sensei."

"Tumben sekali kau sendirian? Dimana teman-temanmu?" Kakashi masih membuka bekal yang baru saja dibawanya.

"Entahlah, aku hanya baru saja dari perpustakaan."

"Oh," pria itu memberi jeda sebentar. "Aku tidak akan berbagi makanan kepadamu, Uchiha."

Sasuke ikut tertawa ketika pria itu sedikit tertawa lepas setelah melontarkan candaan. Beberapa saat kemudian ia menyodorkan sedikit makanannya. "Ambil lah satu. Aku memaksa."

Sasuke memilih salah satu makanan dalam kotak makan yang disodorkan gurunya itu. Beberapa saat ia mengunyah dan mengucapkan terima kasih sambil menyimpan tusuk yang telah ia gunakan. Kakashi masih diam dengan menikmati makanan yang di bawanya, begitu pula Sasuke. Keduanya masih diam menikmati keheningan yang ada di antaranya, memberi jeda dan jarak.

"Hinata yang memasakkannya untukku, kau tahu?"

"Hah?" ia sedikit terkejut ketika Kakashi memecah keheningan itu.

"Aku sebagai wali dari Hinata, mengucapkan terima kasih karena bantuanmu sekarang Hinata memiliki beberapa teman. Walaupun beberapa di antaranya masih suka menjahilinya."

"Umm, sensei. Kenapa kau mengarang cerita tentang hantu ruang astronomi? Kudengar kau sengaja menggunakan Hinata agar tidak ada yang bolos saat jam pelajaran ketiga, ya?"

"Hinata memberitahumu seperti itu? Hahaha.." Kakashi tertawa sebentar kemudian ia berhenti dan memberi jeda kembali.

"Hinata tidak memiliki siapapun lagi, kau tahu. Secara biologis mungkin aku paman dari saudara jauhnya, tapi secara kasarnya dia sudah seperti adik perempuanku sendiri."

Sasuke masih diam.

"Sejak kecil dia memang sudah pendiam seperti itu, karenanya dia sering dijahili oleh teman-teman sekelasnya sejak saat itu. Kurasa hari itu ketika aku baru resmi menjadi guru dan dia masih umur delapan tahun, ia kehilangan seluruh keluarganya dalam kecelakaan. Ketika dia tidak punya siapa-siapa dan aku merasa sudah cukup kuat untuk menanggung beban hidup orang lain, aku datang kepadanya untuk menawarkan diri sebagai wali."

"Dia tidak pernah mengeluh ataupun menangis. Setiap pulang sekolah terkadang aku menemukan catatan bukunya yang sobek, rambutnya yang berantakan, terkadang dia pulang sekolah dengan sepatu yang bersebelahan, aku tahu saat itu juga jika dia sedang bully oleh teman-temannya. Aku menyuruhnya untuk masuk ke sekolah ini agar aku bisa mengawasinya secara penuh dan menghindarkannya dari kejadian seperti itu lagi, karenanya aku sengaja membuat rumor hantu klub astronomi itu untuk menjauhkan orang-orang yang hendak menindasnya."

"Lalu kau tiba-tiba datang dengan berani mengambil hukuman yang sering banyak orang hindari. Kemudian Hinata kembali seperti dulu kembali, banyak yang memanfaatkannya. Walaupun kurasa sekarang tidak sebegitu sering yang melakukan bullying seperti dulu, aku sebagai walinya hanya merasa takut."

"Sensei. Aku minta maaf." Kakashi menoleh ketika mendapati Sasuke sudah berdiri dan membungkuk ke hadapannya karena apa yang ia ucapkan. Pria itu hanya tertawa kemudian menyuruhnya untuk duduk kembali.

"Uchiha-kun, kenapa kau tidak mencoba kembali membersihkan kolam renang dekat klub astronomi?"

"Eh? Bukankah hukuman musim panasku sudah berakhir dua minggu yang lalu?"

"Kalau begitu bergabunglah dengan klub astronomi, paling tidak tengoklah sebentar disana."

.

.

.

Sasuke tidak mengerti ketika ia mengikuti saran Kakashi untuk datang menengok klub astronomi yang disebutkan oleh gurunya. Mulanya ia hanya sekedar lewat tanpa berniat masuk sedikitpun, tapi ketika ia melihat pintu ruang klub astronomi itu sedikit terbuka kini ia menjadi penasaran. Apakah Hinata ada di dalam sana atau memang ruang itu tidak pernah dikunci sebelumnya?

Ia masih berdiri disana sambil mengintip dari luar pintu keadaan ruang klub astronomi yang kecil dan sempit. Tak begitu banyak barang di dalam ruangan itu, hanya beberapa ornamen bintang yang menggantung di atap ruang klub, rak buku yang rapi, meja yang terletak di sudut ruangan, teleskop yang seingat Sasuke sangat mirip dengan yang Hinata bawa terakhir kali pergi bersamanya, kursi lipat yang tersusun rapi dan sofa kecil yang sengaja diletakan di sudut lain ruangan dengan selimut yang berantakan seakan baru saja ada seseorang disana. Jika Sasuke tidak salah menebak, buku yang terlihat di atas selimut yang terlihat berantakan di atas sofa itu pasti dari perpustakaan. Jelas itu adalah Hinata. Gadis itu baru saja ada di ruangan ini.

Sasuke mulai berjalan masuk ke dalam perlahan-lahan. Mengamati dari dekat bagaimana dunia yang dilihat gadis itu. Jika ia memutar kembali sedikit waktunya, Sasuke sebenarnya sangat menyukai hal astronomi. Sama seperti Hinata, ia juga sangat suka mengamati langit malam yang cerah tanpa awan ataupun bulan. Hanya lautan kelam kelabu dengan bertabur bintik putih menyebar mewarnai langit malam yang orang sebut bintang. Pemuda itu memandang sekilas rak buku yang tertata rapi di dekatnya, ia semakin mendekatkan diri. Jemarinya mulai menyusuri deretan buku yang tersusun rapi disana, mulai dari ujung paling tepi dari susunan rak hingga ke tepi seberangnya. Begitu terus menerus dari baris ke baris rak.

Jemarinya berhenti pada salah satu buku yang membuatnya menarik perhatiannya. Ia menarik buku itu dan mendekatkan pada jarak pandang matanya untuk lebih jelas memastikan. Ia tak salah mengenalinya, itu adalah bukunya. Dengan tanda kepemilikan namanya yang ditulis dengan jelas dalam huruf hiragana. Uchiha Sasuke tertulis jelas pada ujung bawah buku yang ada di sampul buku itu. Sasuke masih tidak percaya, ini adalah buku yang kakaknya berikan saat ia masih sangat kecil dan ia benar-benar tidak menyangka jika buku itu akan sampai pada ruangan ini. Ruang astronomi ini, kepada seorang Hyuuga Hinata.

Cosmos. Buku yang sangat ia sukai sejak lama dan ia lupa pergi kemana bukunya yang dikira telah hilang. Cosmos yang dalam bahasa Yunani lebih kompleks dari universe, semesta dan galaksi. Ia masih mengingat betul beberapa isi penting dari bukunya yang nampak masih rapi dan tersampul itu, bagaimana teori big-bang itu bisa terjadi atau bagaimana black hole bisa terbentuk ada disana. Ia membuka secara perlahan sambil senyum yang tertahankan terpaut diwajahnya.

"Kukira kau hilang, terrnyata kau terjaga dengan sangat rapi disini."

Ia masih membalik beberapa lembar halaman bukunya yang lama. Terlalu hanyut pada keadaan nostalgia hingga ia tak menyadari Hinata yang baru saja berdiri di ujung pintu dengan terkejut. Karena terlalu terkejut menemukan Sasuke disana sambil membaca buku di ruang klub astronomi, Hinata menjatuhkan kantung plastik yang penuh makanan dibawanya. Sasuke menoleh ketika ia mendapati garis terkejut di wajah gadis itu. Beberapa detik kemudian gadis itu berlari menjauh. Melihatnya membuat Sasuke kelabakan dan bingung meletakan kembali bukunya hingga ia hanya menyelipkan di antara susunan buku yang sudah tersusun rapi di rak. Beberapa detik ketika ia hendak berlari, ia kembali mengambil buku yang sudah diletakkannya untuk ia bawa bersamanya mengejar Hinata. Ia mengenyampingkan barang yang sempat dibawa gadis itu untuk tidak menghalangi jalan dan melewatinya.

Sasuke menyapu pandangannya ke seluruh arah penjuru yang memiliki potensi gadis itu pergi. Satu-satunya terdekat yang terlihat barusaja dilewati hanyalah pintu menuju atap ke arah kolam renang yang daun pintunya sedikit bergoyang. Ia bergegas menuju anak tangga yang menghubungkan pintu itu dengan kolam renang. Ketika langkah kakinya yang pertama menginjak lantai tepi kolam renang disana ia menemukan Hinata tengah berdiri memunggunginya, berdiri di dekat pagar kawat sama seperti saat pertama kali ia pertama kali datang menjalani hukuman musim panas yang lalu.

"Kau menemukannya?"

Sasuke mengerti maksud gadis itu, ia sambil mengamati buku yang ada di tangannya sambil menggidikan bahunya sebentar. "Kurasa kau sudah menyimpannya sangat baik."

Sasuke masih memandangi punggung gadis itu. "Kenapa kau tidak menyapaku lebih awal?"

"Kau anak gadis kecil yang dulu kuberi buku ini, bukan? Harusnya kau jujur mengatakannya kepadaku."

Hinata membalikkan badannya menghadap Sasuke. Pantulan air kolam renang mengenai sosok dirinya hingga nampak menyilaukan, "Aku sudah pernah menyobanya dan kau tidak menyadarinya, Uchiha-san."

"Kau melakukannya?"

Sasuke semakin mendekat dan menyamakan posisinya sejajar dengan gadis itu memandang lapangan sekolah dari balik pagar besi.

"Kita sempat bertemu saat pelajaran ekstra musim dingin sekolah menengah sebelumnya, kukira kau akan mengenaliku saat itu karena kau tidak berubah sama sekali. Tapi ternyata aku salah."

"Maafkan aku karena tidak sempat mengenalimu." Hinata hanya tersenyum dan menyembunyikan helaian rambutnya yang tertiup angin berada di belakang telinganya.

"Tahun lalu aku tidak sadar kita akan menjadi teman satu sekolah karena kau sangat berubah hingga aku tidak mengenalimu sama sekali, Uchiha-san. Aku minta maaf."

Sasuke membalas merendahkan posisi tubuhnya ketika Hinata menunduk hormat kepadanya. Helaian rambutnya yang jatuh, kedua tangannya yang saling tertaut dan tegap membuat Sasuke tidak dapat memalingkan pandangannya.

"Aku baru sadar saat malam itu kau umm,"

Sasuke memerhatikan ketika gadis itu tidak dapat melanjutkan perkataannya. Ia justru panik dan terlihat memerah. Detik berikutnya Sasuke mulai paham kemana arah pembicaraan yang gadis itu maksudkan, ia mulai ikut panik bersamaan dengan gadis itu.

"Ah! K-Kalau yang kau maksud adalah tentang itu, aku minta maaf karena terlalu ceroboh." Sasuke kembali membungkukkan tubuhnya lebih rendah dari sebelumnya. Hinata sedikit tersenyum tipis disana dengan melambaikan tangannya untuk menyuruh pemuda itu segera menarik badannya kembali.

"Kau tahu, buku ini sangat berharga sekali. Terima kasih telah menjaganya untukku." Hinata masih memerhatikan ketika pemuda itu mendekat dan memberikan buku yang dipegangnya.

"Uchiha-san,"

"Buku itu kudapatkan dari kakakku yang gagal masuk seleksi astronaut NASA karena kecelakaan yang merobek salah satu retina matanya. Kami dulu sangat menyukai isi buku itu. Dan begitu tahu saat dia tidak berhasil, aku hanya ingin mimpi kami jauh dan tidak terlalu menyakitinya. Dan aku senang saat ia berada di tangan yang tepat, ia berada bersamamu."

"Cosmos."

Sasuke memandang Hinata sekali lagi. "Kukira kau hanya sekedar salah satu galaksi di antariksa yang tidak berbeda seperti Andromeda, Milky Way misalnya. Kau dan aku berada pada lingkup yang berbeda, terpisah sebuah sekat yang tak sama. Ternyata kau jauh lebih kompleks dari itu. Kau seperti Cosmos, dan aku hanya salah satu bagian dari duniamu yang luas."

"Aku kembalikan buku ini Uchiha-san."

Sasuke tersenyum tipis ketika buku itu kembali pada genggaman tangannya. Ia memandang gadis itu lagi kemudian meraih tangan gadis dan menyelipkan bukunya kembali pada gadis itu. Ia tahu Hinata nampak sedikit panik.

"Hyuuga, aku sudah katakan sebelumnya. Buku ini benar-benar sudah berada di tangan yang tepat. Aku masih sedikit ingat walaupun samar tentang beberapa poin penting isi buku ini di dalam kepalaku, kau jangan khawatir."

"Tapi ini kan buku-"

"Shh. Impian kakakku, kenanganku dan semua hal berharga dalam buku ini sudah kutitipkan kepadamu sedari dulu, bukan?" ia tersenyum kemudian sambil menepuk ringan ujung kepala gadis itu.

"Terima kasih Uchiha-san."

"Umm Hyuuga, mungkin ini sedikit kasar tapi bisakah kau berhenti membantu Naruto untuk tidak bertukar tempat dengannya menjaga perpustakaan?"

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan."

.

.

.

Sasuke menyandarkan kepalanya pada ujung kepala Hinata yang menyandar pada pundaknya. Keduanya menghabiskan sisa waktu mereka di bangku yang ada disana. Tempat mereka pertama kali terjebak salah paham. Gadis itu masih membalik halaman buku yang ada di pangkuannya, membaliknya beberapa halaman dan ia ulangi kembali pada beberapa halaman sebelumnya.

"Tu fais partie de mon monde, Hyuuga."

.

.

.


The End


.

.

.

BONUS:

Sasori menengok ke kanan dan ke kiri ketika ia tak dapat menemukan Hinata beberapa hari terakhir tidak menjaga meja peminjamaan buku di perpustakaan. Ia mendapati orang lain yang menjaga meja, pemuda dengan rambut kuning cerahnya yang tanpa henti melemparkan rayuan genitnya pada salah satu adik kelas yang dikenalnya.

Karena tidak dapat menahan rasa penasarannya akhirnya Sasori mendekat ke meja pemuda itu, "Kulihat akhir-akhir ini Hyuuga tidak jaga, apakah dia sakit?"

Pemuda itu sempat mendongak dan melemparkan senyuman hangatnya.

"Oh, Akasuna-senpai! Jika kau mencari Hyuuga, dia sudah berhenti menggantikanku jaga akhir-akhir ini. Apa ada yang perlu kubantu?"

Sasori sedikit tersenyum kecewa menemukan sedikit titik cerah dari rasa penasarannya, "Tidak, terima kasih."