Disclaimer:{ Naruto= Masashi Kishimoto} { Anime X-Over= Milik Author terkenal di Jepang }
Warning: Typo. Gaje. B.Baku. Dll.
Genre: Action. Supranatural. Fantasi Harem. School. Ecchie.
{ Chapter 1}
{ Jepang: Tokyo }
Disalah satu restoran yang sudah tutup karena sudah larut malam, terlihat seorang pemuda surai pirang acak-acakan sedang membersihkan beberapa meja yang kotor.
Setelah selesai, dia lalu membawa piring dan gelas kotor ke dapur untuk dicuci. Ini adalah pekerjaan pemuda itu, yaitu pelayan di restoran tersebut.
"Naruto kenapa kau belum pulang?"
Pemuda berusia 16 tahun itu berbalik, dia dapat melihat di pintu berdiri seorang wanita yang terlihat seperti berusia 22 tahun.
Padahal umur wanita itu sudah 34 tahun. Bahkan dia telah memiliki seorang putri.
Dia adalah pemilik restoran ini, sekali gus kepala rumah sakit. Di salah satu rumah sakit Tokyo.
"Sebentar lagi Tsunade-sama.. Beberapa piring lagi akan selesai" Balas nya menatap wanita yang mengenakan jas rumah sakit tersebut.
"Hah~ Kau ini selalu memaksakan diri saat berkerja ya" Kesal wanita itu.
Terlihat dia membuka jas dokter nya. Kini dia mengenakan kemeja putih dengan rok si bawah lutut dengan samping nya terbelah samping paha untuk mempermudah berjalan.
"Eh? Apa yang anda lakukan?" Tanya pemuda itu khawatir.
"Sini aku bantu mengeringkan nya.. Jadi ini akan cepat" Jelasnya mengambil kain untuk melap piring maupun gelas.
"Tapi.. Anda baru saja pulang dari rumah sakit, anda pasti lelah bekerja seharian disana"
Mau bagaimanapun Naruto tidak ingin menyulitkan bos nya ini. Dia tau Tsunade pasti kelelahan setelah pulang kerja.
"Tenang saja, tadi tidak banyak pasien yang sakit berat. Hanya beberapa demam dan sakit perut" Balas Wanita itu berusaha menenangkan pemuda itu.
Naruto yang mendengar nya mengangguk, lalu mereka fokus pada pekerjaan mereka.
Setelah selesai dengan kerjaan mereka, Naruto dan Tsunade kini telah ada didepan restoran yang telah di tutup.
"Naruto-kun, kau segera lah pulang. Besok kau juga harus sekolah bukan" Ujar Wanita itu.
Jujur saja Tsunade berkenalan dengan pemuda itu tiga tahun lalu. Tepatnya saat dia mencari seorang tenaga kerja, pada saat itu Naruto mendaftar.
Saat pertama kali dia menolaknya, karena Naruto sangat muda bahkan masih di bangku SMP.
Tapi pemuda itu berlutut, karena dia memiliki seorang adik yang harus dia sekolah kan.
Naruto mengatakan padanya tidak masalah bagi dirinya untuk putus sekolah untuk membiayai adiknya, asalkan adiknya terus sekolah.
Dan saat Tsunade bertanya di mana orang tua mereka. Naruto menceritakan orang tua mereka, telah meninggal. Yah, itulah yang dia dengar dari pengurus panti yang mengurus mereka dulu.
Karena Naruto dan Naruko telah di besarkan, di panti asuhan selama ini. Dan pada saat berumur 13 tahun Naruto dan Naruko harus keluar karena mau bagaimana pun panti itu tidak terlalu memiliki biaya.
Pada saat itu, hati keibuan Tsunade terketuk oleh cerita Naruto. Jadi dia menerima pemuda itu dengan syarat dia harus terus sekolah.
Dia di perbolehkan kerja setelah pulang sekolah, jadi itulah membuat dia sering pulang malam dari restoran ini.
Oh iya, sebenarnya yang mengelola Restoran ini adalah adik ipar Tsunade, yaitu Shizune. Tapi karena ada urusan dia terpaksa pulang meninggalkan Naruto sendiri.
"Saya akan mengantar anda lebih dulu Tsunade-sama, sebagai pria tidak mungkin aku membiarkan wanita pulang selarut ini" Ujarnya menggaruk tengkuknya sembari tertawa kecil.
"Hum.. Kau ternyata sudah besar ya Na-ru-to-Kun" Goda Tsunade mencolek wajah pemuda itu.
"T-tentu saja.. Lagian jika terjadi apa-apa pada Tsunade-sama, aku tidak akan bisa memaafkan diri ku" Ucapnya mengalihkan pandangan nya.
"L-lagian.. Rumah kita searah" Lanjut nya kecil.
Tsunade tersenyum melihat tingkah laku pemuda itu, tidak heran putri nya selalu membicarakan tentang Naruto saat di rumah.
"Baiklah kalau begitu, ayo antar aku"
Tsunade langsung menggandeng tangan Naruto. Sedangkan pemuda itu hanya dapat menurut saja.
Setelah berjalan sekitar lima belas menit. Kini akhirnya mereka sampai didepan pagar rumah mewah.
"Apa kau tidak masuk? Kyuu-chan mungkin ingin bertemu dengan mu" Tawar wanita itu.
"Terimakasih Tsunade-sama, atas tawaran nya.. Tapi Naruko sendiri dirumah, aku takut dia ketakutan di rumah" Tolak Naruto tidak enak.
"Hum baiklah, salam pada adikmu ya"
Naruto mengangguk, lalu dia berjalan meninggalkan lokasi tersebut.
"Hah~ Andai saja dia menjadi menantu ku" Gumamnya masuk gerbang.
Setelah berjalan sepuluh menit dari rumah Tsunade, akhirnya Naruto kini sampai didepan pintu rumah sederhana milik mereka.
Naruto mengerutkan keningnya saat pintu tidak di kunci. Dia bertambah heran saat melihat kini di tempat sendal ada sepatu asing disana.
"Ayolah kita lakukan"
"T-tapi ini baru p-pertama kali aku lakukan"
"Tenang saja.. Aku akan pelan-pelan"
Sayup-sayup Naruto mendengar suara dari dalam. Dia membuka sepatu nya lalu melangkah dengan perlahan menuju ruang tamu.
Wajahnya langsung memerah marah, saat melihat di sofa adiknya kini berciuman dengan pemuda surai coklat jabrik.
Bahkan tangan pemuda itu mulai merayap, masuk kedalam baju gadis itu.
"Sialan!"
Dia langsung berlari mendekati mereka, lalu menarik kerah pemuda itu. Tentu saja mereka kaget akan kehadiran nya.
Buagh.. Duagh.. Brakh..
Tanpa ampun Naruto langsung memberikan bogem mentah pada pemuda itu, lalu dia menduduki perutnya dan memberikan beberapa pukulan pada pemuda itu.
Buagh.. Buagh..
"Hentikan! Naruto.. HENTIKAN!"
Tubuh Naruto langsung terhenti saat mendengar bentakan adiknya tersebut. Dia lalu berdiri dan menatap wajah yang kini telah berurai air mata itu.
"KENAPA KAU MEMUKUL NYA! KAU BISA MEMBUNUH NYA JIKA TIDAK KU HENTIKAN!"
Tubuh pemuda itu terlihat melemas saat mendengar bentakan adiknya itu. Dia tadi sangat emosi, sampai-sampai melakukan hal tersebut.
"Ma-"
"TIDAK PERLU MINTA MAAF! Padahal Kiba adalah pacar ku.. Jadi wajar jika kami melakukan hal tersebut" Ujar gadis itu membantu pemuda yang di hajar Naruto tadi berdiri.
Tubuh Naruto benar-benar lemas sekarang, dia tau adiknya selalu melawan. Tapi saat adiknya itu mengatakan melakukan hal itu wajar, tubuhnya kembali melemas.
Dia merasa jadi Kakak yang gagal. Dia gagal mendidik adiknya dengan benar. Andai saja orang tua mereka masih hidup, mungkin adiknya tidak akan seperti ini.
Merasa tidak ada yang bisa dia katakan lagi, Naruto berjalan ke kamar miliknya. Dia lalu menutup pintunya.
"Ugh.. Ittei.. Kakak mu sudah gila Ruko!" Rutuk pemuda itu saat merasakan wajahnya biram.
"Maaf Kiba-kun.. Nii-chan bia-"
"Hahhh! Sudahlah, aku balik saja"
Pemuda itu memungut tas miliknya, lalu berjalan ke arah pintu. Dia mengenakan sepatu milik nya dan keluar dari sana.
"Hiks.. Hiks.."
Tubuh gadis itu merosot kelantai, bersamaan dengan air matanya yang kembali keluar.
Ada dua hal yang membuat dia sedih, pertama telah membentak Kakaknya. Kedua padahal kakak nya telah menyelamatkan nya tadi, tapi dia malah memarahi kakaknya itu.
Sebenarnya dia tadi sudah was-was, jika harus kehilangan kesuciannya. Karena dia belum siap, tapi karena Kiba pacarnya meminta hal tersebut, terpaksa dia turuti.
"Hiks.."
Sementara itu didalam kamar Naruto, terlihat pemuda itu kini telah berbaring di kasurnya.
Dia menatap langit-langit kamarnya. Dia menyesal menghajar pacar adiknya itu. Lagian betul yang di katakan Naruko, mereka telah pacaran jadi wajar melakukan hal tersebut.
"Hiks.. Gomen Kaa-chan.. Ruto tidak bisa mendidik Ruko dengan benar"
Walaupun dia biasanya tegar, tapi kali ini dinding yang dia timbun dalam hatinya akhirnya rubuh. Dia biasanya selalu tersenyum jika menghadapi masalah apapun.
Dia tidak akan pernah menunjukkan kesedihan pada siapapun, tapi sebenarnya inilah dirinya sebenarnya sangat rapuh.
Setelah beberapa menit, tangis yang tadi nya terdengar. Kini berubah menjadi dengkuran halus dari pemuda itu.
Naruto Pov
Putih? Aku mengedarkan pandangan ke segala arah. Tapi hanya ruang putih saja yang terlihat disini.
"Aku sebenarnya dimana? Tempat apa ini?"
Sungguh aku bingung sekarang ada dimana. Tidak ada sama sekali apa-apa disini.
Aku mengerutkan kening saat didepan ku, tiba-tiba saja muncul sebuah buku berwarna hijau.
"Buku Dewa?"
Apa maksud dari judul buku ini? Sungguh aku sama sekali tidak mengerti? Karena penasaran aku memutuskan membuka buku tersebut.
"..?"
Namun yang aku lihat, buku itu hanyalah lembaran kertas kosong.
"Hahh~ S- ARGGHH..."Aku dipaksa berteriak keras, saat tiba-tiba saja kepala ku rasanya ingin meledak. Saat sudah mereda, aku tidak melihat buku itu lagi disana.
Naruto Pov End.
{ Keesokan harinya }
"Ugh.. Ah? Sudah pagi ya?"
Pemuda surai pirang itu langsung duduk ditepi kasur, saat melihat di celah jendela nya sudah ada cahaya matahari.
Tidak ingin berlama-lama, dia langsung mengambil handuk dan keluar kamarnya.
Setelah keluar kamar, Naruto menoleh ke kiri untuk melihat pintu kamar adiknya. Pintu itu masih tertutup rapat.
Walaupun Naruko adiknya, tapi sebenarnya mereka kembar. Hanya berselisih 5 menit perbedaan mereka.
Dia menghela nafas sebentar, lalu kembali melangkah menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi dan mengenakan seragam, Naruto lalu membuat sarapan untuk adiknya.
Dia hari ini tidak sarapan, mengingat gaji nya belum keluar kini dia hanya punya simpanan untuk Naruko.
Naruto meletakan omelette di atas meja makan dan susu disana. Dia menoleh sebentar ke kamar adiknya.
Dia masih enggan memanggil adiknya gara-gara kejadian tadi malam. Menghela nafas sebentar, dia lalu berjalan ke arah pintu.
Dia langsung mengenakan sepatu sekolah, lalu menyandang tas sebelah bahunya.
"Aku berangkat"
Naruto lalu membuka pintu dan keluar dari sana. Tujuan nya tidak lain tentu saja sekolahnya.
Tap! Tap..
Naruto berjalan dengan santai menuju sekolahnya sembari bersiul kecil. Untuk Naruko, dia tidak perlu khawatir adiknya itu pasti dijemput pacar atau temannya nanti.
"Apa kau hanya lewat, tanpa menolah kemari"
"..?"
Naruto menoleh kesamping saat mendengar suara feminim. Didepan pagar rumah besar yang tidak lain adalah rumah Tsunade.
Terlihat seorang gadis surai oranye panjang dengan bagian kiri dan kanan di kepang kebelakang, lalu bagian atas di gerai.(Bayangin aja gaya rambut Asuna)
"Um? Kau belum berangkat Kyuu-chan?" Tanya Naruto.
"Ohayo.. Naruto-kun" Bukanya menjawab, gadis itu malah memberikan salam sembari menghampirinya.
"Ah? Ohayo.. Kyuu-chan" Menyadari kesalahannya, Naruto langsung membalas salam gadis itu.
"Jadi? Kenapa kau belum berangkat? Biasanya kau p-"
Duagh..
"Uhuk"
Belum sempat Naruto menyelesaikan kata-katanya, perutnya langsung di sikut gadis tersebut.
"Baka! Aku hanya ingin berangkat bersama. Apa tidak boleh" Ucap gadis itu ketus.
"Ugh... Bukan seperti itu, biasanya kau berangkat bersama Tsunade-sama. Jadi aku kaget saja" Balasnya menjelaskan.
"Hum"
Gadis itu membuang muka, dia lalu berjalan duluan meninggalkan Naruto.
"Eh? T-tunggu Kyuu-chan"
Naruto berlari kecil mengejar gadis itu. Setelah sampai di samping gadis itu dia dapat melihat wajah cemberut nya.
"Maaf-maaf... Ya, aku sebenarnya senang kau mau berangkat bersama. Maafkan aku ya, Kyuu-chan" Ucapnya meminta maaf dengan telapak tangan disatukan.
Gadis itu terlihat melirik Naruto. Senyum tipis terlihat jelas dibibir gadis itu.
"Uhm.. Baiklah aku memaafkan mu. Tapi kau harus janji, akhir pekan kau harus menemani ku. Bagaimana?" Ujar Kyuubi menghentikan langkahnya.
"Umm.." Naruto yang mendengar nya terlihat ragu. Walaupun dia libur kerja hari Minggu, tapi dia sebenernya ada janji dengan orang lain.
"Um.. Sebenarnya aku sudah ada janji" Ucap pemuda itu tidak enak.
Kyuubi yang mendengar nya mengerutkan alis tidak suka. Apa lagi dia tau dengan siapa Naruto ada janji.
"Hinata kah?" Tebak nya tajam.
Anggukkan kecil dari Naruto dapat menjawab pertanyaan gadis itu. Kyuubi terlihat menggeram marah.
"Bodoh! Sudah berapa kali kubilang, Hinata itu tidak mencintai mu Naruto! Dia hanya bermain-main dengan mu!" Bentak gadis itu.
Dia kenal Hinata, itu adalah senior Naruto disekolah. Lebih tepatnya dia satu kelas dengan Kyuubi.
Dia pernah mendengar percakapan Hinata dengan teman dikelas nya. Dia mengatakan telah mendapatkan mainan baru di kelas 2 dan itu adalah Naruto.
"Tapi.. Dia sangat baik padaku. Bahkan dia pernah membantu k-"
Plak.
Naruto tidak bisa melanjutkan kata-katanya, saat tamparan mendarat di pipinya.
"Aku akan membuktikan siapa Hinata mu itu! Naruto"
Gadis itu langsung berbalik, dia berjalan cepat meninggalkan Naruto yang masih terpaku.
"Hah~" Naruto menghela nafas lelah.
Dia tau memang Hinata tidak mencintainya. Tapi dia hanya ingin berjuang, supaya Senpai nya itu juga menatap nya.
{ THS= Tokyo High Scholl }
Setelah berjalan sekitar 30 menit, kini akhirnya Naruto sampai di Tokyo High Scholl, tempat dia dan adik nya menuntut ilmu.
Terlihat ada banyak murid yang memasuki gerbang itu, termasuk Kyuubi yang kini telah berjalan bersama seorang gadis yang Naruto tidak kenal.
"Pagi Izumo-san" Sapa Naruto pada penjaga gerbang.
"Pagi Naruto. Sendiri lagi?" Goda pria itu.
"Hahaha.. Ya, seperti itu lah. Aku masuk dulu ya, Izumo-san" Ujarnya melambaikan tangan, di balas anggukan oleh pria itu.
Tidak memakan waktu lama, kini Naruto telah berdiri didepan pintu kelas 11-C.
Sreekk~
Seluruh pandangan penghuni kelas itu, kini beralih padanya. Namun itu hanya sebentar karena mereka kembali ke kesibukan mereka.
Naruto menutup pintu tersebut, lalu melangkah ke meja paling belakang di sudut dekat jendela.
Dia lalu duduk disana dan menggantungkan tas miliknya di samping meja. Dia lalu melihat keluar jendela, ada beberapa murid yang sedang lari di lapangan.
Walaupun Naruto tidak bodoh dalam pelajaran, tapi dia sering tertidur di sekolah. Jadi dia ditempatkan di kelas ini.
"Yo.. Naruto. Apa yang kau galau kan?"
Naruto menoleh kesamping saat mendengar suara tidak asing baginya. Terlihat di meja sebelah nya pemuda surai hitam dengan alis tebal disana.
"Tidak ada Lee, aku hanya sedikit bertengkar dengan adik ku" Balasnya tersenyum.
Rock Lee, atau sering dipanggil oleh orang-orang si alis tebal. Memang cocok di panggil seperti itu, karena alisnya memang tebal.
"Um? Kenapa bisa kau bertengkar dengan Naruko?" Tanya nya bingung.
"Yah, aku hanya tidak sengaja menghajar pacar nya" Balas Naruto mengalihkan pandangannya keluar.
"Umm.. Kalau boleh tau, pacar Naruko siapa?"
"Hahh~ Kalau tidak salah, Inuzuka Kiba. Dari kelas 11-B, sama seperti kelas Naruko" Jawabnya tanpa mengalihkan pandangan nya.
"Apa! Kau dalam masalah Naruto. Kiba adalah orang yang pendendam, beberapa hari lalu dia dan teman-temannya menghajar anak kelas 10, gara-gara tidak sengaja menabrak nya" Ceritakan Lee.
Naruto menghela nafas, dia tau Kiba adalah orang yang berpikiran pendek. Apa lagi orang tuanya cukup kaya, jadi wajar dia sombong.
Namun Naruto tersentak, saat tiba-tiba saja didepannya muncul layar hologram berwarna biru.
Ting.
{ Selamat datang tuan, sekarang anda adalah pemilik Sistem dari buku dewa }
{ Sistem akan memberikan beberapa misi untuk mendapatkan poin. Poin tersebut akan bisa di tukar dengan beberapa item di shop }
{ Jika anda menyelesaikan satu misi, maka anda akan mendapatkan misi baru. Selamat menjalankan misi dari sistem }
{ Dapatkan ciuman dari Sona Sitri. Jika misi sukses anda akan memperoleh 10 poin dewa }
"L-lee.. Apa kau tidak melihat ini?" Tanya Naruto panik menunjuk hologram tersebut.
"Um? Lihat apa? Bukannya itu Irina?" Tanya Lee, saat melihat Naruto menujuk wajah gadis surai oranye didepan nya.
"Eh?"
Naruto mengalihkan pandangan ke depan dia sama sekali tidak melihat hologram tadi. Melainkan di depan nya kini berdiri seorang gadis yang menatap nya garang.
"Naruto..."
"M-maaf, Irina. A-aku tadi-"
Plak.
Belum sempat Naruto menyelesaikan kata-katanya, tangan gadis itu telah lebih dulu mendarat di wajahnya.
"Hum!" Gadis itu berbalik, lalu duduk dengan cara kesal.
"Hah~" Naruto hanya dapat menghela nafas, sudah dua kali dia ditampar pagi ini.
{ Skip }
Teng.. Teng.. Teng..
"Baiklah anak-anak, kalian boleh keluar istirahat" Ujar wanita surai pirang, lalu dia keluar dari kelas tersebut.
"Naruto, ayo kita ke kantin. Aku dengar ada menu baru disana" Ajak Lee.
"Um.. Kau duluan saja Lee, aku tidak lapar" Balasnya menidurkan wajahnya di meja.
"Um, baiklah. Aku pergi dulu"
Naruto melambaikan tangan tanpa mengubah posisinya. Dia terlalu lemah hari ini.
Krruuu..
"Uh.. Tenanglah, setelah sampai di tempat kerja. Kau akan ku isi" Gumamnya pada diri sendiri, sembari mengelus perutnya yang berbunyi.
Sreett.. Duk.
Naruto mengintip dari lipatan tangannya, saat mendengar ada yang menggeser meja.
"Hei, ayo makan bersama ku. Anggap ini sebagai permintaan maaf karena menampar mu tadi"
Naruto membenarkan posisi duduknya, dia dapat melihat kini Irina telah duduk disampingnya dengan meja Lee yang dia satukan dengan mejanya.
Terlihat di atas meja sudah ada kotak bento berukuran cukup besar.
"Tidak perlu, ak-"
Kruuu..
Niat ingin menolak, tapi kelihatannya perut Naruto lebih jujur dari dirinya. Terlihat wajah pemuda itu memerah malu.
"Ehkm.. Sudahlah, ini aku juga terlalu banyak memasak nya" Ucap gadis itu membuka kotak Bento nya.
Terlihat disana ada nasi, karage dan beberapa lauk pauk yang lainnya.
"S-selamat makan"
Naruto mengambil satu karage, saat suapan pertama dia langsung berseri-seri.
"E-enak sekali. Apa kau yang membuat nya?" Tanya Naruto menatap takjub kagare tersebut.
"T-tentu saja"
Naruto mengangguk mengerti, dia dan Irina langsung menyantap makanan tersebut sampai habis.
"Ahh~ Kenyang nya... Terimakasih Irina. Sekarang aku bertenaga kembali" Ucap Naruto bersemangat.
"Um? Memangnya tadi kau tidak sarapan dirumah?" Tanya Irina penasaran.
"Tidak, aku hanya membuat sarapan untuk Naruko, lalu pergi ke sekolah" Balasnya tersenyum lebar.
"Baka. Kau harus nya sarapan pagi, supaya tubuh mu tidak lemas" Peringati Irina sembari menyimpan kotak bentonnya.
"Hehe.. Ya, aku pasti mengingat nya" Balas pemuda itu memberikan jempol pada Irina.
"Hah~ Kau ini" Lelah gadis itu.
"Um.. Ano Irina, apa kau kenal dengan nama Sona Sitri?" Tanya Naruto.
Jujur saja, Naruto pernah mendengar nama tersebut disekolah ini. Tapi dia tidak tau orang nya seperti apa.
"Um? Sona Sitri? Bukannya dia kelas 11-A ya? Ada apa kau mencari nya?" Tanya gadis itu bertubi-tubi.
"E-ehehe... Tidak, aku hanya penasaran dengan nya. Kau tau aku ini tidak terlalu bergaul di sini. Jadi saat mendengar namanya aku sedikit penasaran" Balasnya sembari menggaruk tengkuknya.
"Jangan bilang kau jatuh cinta, saat mendengar namanya!" Ucap gadis itu menatap Naruto tajam.
"Baka. M-mana mungkin, lagian aku sudah memiliki pacar, yaitu Hinata-senpai" Balas Naruto sedikit malu.
Irina yang mendengar nya menghela nafas, dia tau Naruto dan Hinata telah berpacaran. Senpai mereka itulah yang menembak Naruto lebih dulu.
Tentu saja, dengan paras cantik nan menawan. Naruto dibuat jatuh cinta pada Senpai mereka itu.
Namun ada yang Naruto tidak tau, dia pernah memergoki Senpai mereka itu berciuman dengan teman Senpai laki-laki mereka.
"Hahh~ Aku mendukungmu jika itu membuat mu bahagia.. Tapi aku peringatkan jangan terlalu jatuh cinta padanya, kau akan menderita nanti" Ujar Irina serius.
"Ha'i~ Kau cerewet sekali."
Naruto mencubit kecil pipi Irina. Membuat gadis itu meringis, dia lalu mendelik Naruto tajam.
"Haha.. Gomen." Ucapnya menyesal.
"Hah~ Kau ini."
Gadis itu menghela nafas sembari mengalihkan pandangan nya. Jika diperhatikan terlihat ada semu merah di wajah gadis itu.
Terjadi keheningan disana. Naruto menolehkan kepalanya keluar jendela, matanya menyipit saat melihat sosok yang dia kenal sedang duduk di tepi lapangan bersama pemuda.
"Senpai?"
Irina yang mendengar gumaman Naruto, ikut mengalihkan pandangan keluar.
Dia menghela nafas, dia lalu melirik temannya itu yang kini masih memperhatikan mereka.
"Biarlah.. Dia nanti akan tau sendiri." Batinnya.
{ Skip }
Setelah pelajaran yang melelahkan, kini akhirnya seluruh murid THS sudah boleh pulang.
Begitu juga Naruto, dia terlihat siap-siap untuk pulang hari ini. Tentunya dia tidak akan langsung pulang, melainkan pergi untuk bekerja.
Teman-temannya sudah lebih dulu pulang, sebenarnya Lee dan juga Irina mengajak dia pulang bersama.
Tapi Naruto menolak, karena dia harus kerja terlebih dahulu. Tidak ingin berlama-lama Naruto pun pergi meninggalkan kelas tersebut.
{ Restoran }
Setelah berjalan cukup jauh, kini akhirnya Naruto telah sampai ditempat kerjanya. Tanpa menunggu lama dia melangkah masuk kesana.
Setelah didalam, Naruto melihat cukup banyak pelanggan. Dia juga melihat wanita surai coklat pakaian maid kini sedikit kerepotan mengantarkan pesanan.
"Ah. Naruto-kun.. Akhirnya kau datang, cepat ganti pakaian mu.. Aku sedikit kerepotan disini" Ucap wanita itu menyadari kedatangan Naruto.
"Ha'i"
Tidak memakan waktu lama, Naruto kini telah berganti baju menjadi pelayan. Dia lalu menuju wanita tadi.
"Naruto-kun, tolong bawakan ini ke meja yang itu." Ucap wanita itu, memberikan Naruto napan berisi makanan dan minuman.
"Ha'i, Ayame-nee." Ucapnya, dia lalu mengakat napan dan melangkah mendekati meja yang di katakan Ayame.
"Maaf menunggu lam-a."
Naruto terlihat kaget saat melihat siapa yang duduk di meja itu, begitu juga terlihat gadis yang kini bersandar di bahu pemuda surai merah itu kaget.
"Um? Ada apa?" Tanya pemuda surai merah dengan tanda cinta di dahinya.
"A-ah.. Tidak, maaf membuat kalian menunggu." Ucapnya tersenyum.
Setelah meletakkan pesanan mereka, Naruto kembali melangkah ke arah dapur. Kali ini dia ingin mencuci piring.
"Hah.. Hah.."
Baru saja masuk ke dapur, Naruto menyadarkan tubuhnya ke dinding sambil memegang dadanya yang terasa sangat sakit.
Tentu saja mereka yang berada disana dibuat bingung. Tidak biasanya pemuda itu seperti ini.
"Naruto-kun? Kau tidak apa-apa?" Tanya wanita surai hitam berpakaian koki.
"Ah.. Saya tidak apa-apa Shizune-Nee." Ucapnya.
Namun itu berbalik dengan ekspresi yang mereka lihat. Apa lagi kini pemuda itu terlihat meneteskan air mata.
"Jika kau sakit, kau bisa libur hari ini Naruto-kun."
"Um. Maaf membuat Shizune-Nee khawatir. Aku tidak apa-apa, aku akan kembali bekerja."
Naruto menyapu air matanya menggunakan tangan baju nya. Lalu dia menuju wastafel untuk mencuci piring yang lumayan menumpuk.
Mereka memperhatikan pemuda itu, padahal biasanya dia selalu tertawa dan tersenyum. Baru kali ini mereka melihat dia menangis.
T.B.C
