Away from you
Prolog- Gone
Tidak ada sapaan seperti di pagi-pagi biasanya, salam hangat dengan ribuan kecupan. Tidak ada kata-kata cinta lagi diantara mereka ketika hari itu mereka bangun dari tempat tidur mereka. Tidak ada lagi sesi kedua lanjutan tadi malam yang biasanya mereka lakukan sebelum ke kantor. Tidak ada lagi…
Riza Hawkeye menaikan selimut putih itu untuk menutup badannya, sementara ia mengeluarkan bunyi tangisan kecil. Matanya bengkak, merah dan pedih berair. Semalaman ia menangis… Hanya menangis, menatap ranjang di sebelahnya yang kosong, dan Roy diujung sana yang sedang memakai kemejanya.
Sebuah tangan hangat menariknya. Kepalanya ia benturkan ke dada Roy dan mencari kehangatan di dalamnya. Ia takut… ia sedih…
"Riza…" desisnya kecil di telinganya. "sudahlah… tidak apa-apa… Kita akan tetap bersama seperti ini, kok…"
"tapi, roy…"
"Tidak apa-apa…. Setelah aku selesai, aku pasti akan kembali secepat mungkin… percaya padaku." Ia memberikan senyumannya yang paling hangat sambil menyibakan rambut wanita yang sedang terisak itu.
Keduanya terdiam, merasakan kehangatan masing-masing yang sebentar lagi akan menjauh. Hening, sambil menyalurkan perasaan mereka yang terpendam dalam sentuhan kulit mereka.
"Roy…"
"ya ?"
"janji… jangan berbuat hal bodoh pada dirimu, ya…"
Pria itu tersenyum. Hatinya pahit, namun ini yang seharusnya ia lakukan. Ini juga yang menjadi keinginan Riza. "ayo, ganti baju… sebentar lagi kau harus kerja…." Lalu ia menurunkan nadanya sedikit. "dan.. aku harus pergi"
----
Seharian itu Riza termenung sendirian di officenya yang sepi tanpa kehadian Roy. Beberapa kali tangannya sudah gatal ingin melepaskan tembakan peringatan pada si bodoh yang pemalas itu… tapi sekarang yang menggantikan di sana ialah Colonel Jean Havoc yang baru saja dipromosikan, atas permintaan Roy.
Riza memandang jari manisnya yang sekarang telah terisi sebuah lingkaran kuning yang menghubungkan mereka. Tepatnya baru terisi.
"Roy... kapan kau pulang ?" tanyanya khawatir sebelum mengantarnya ke stasiun. "bu…bukan maksudku membatasi… tapi aku takut…" riza tidak menyelesaikan kalimatnya. Berani benar ia berkata seperti itu..
Namun Roy menariknya dan justru mendekapnya. "Riza… tunggu aku. Ketika aku pulang, berjanjilah, menikahlah denganku…" Matanya lekat menatap Riza, seiring tanannya meluncurkan sebuah cincin berlian di jari manisnya.
Aku akan menunggumu, roy….
----
Cincin itulah yang menghubungkan mereka. Di mana pun mereka berada, hati mereka akan terus menjadi satu…
a/n : ah.. a very short chappie… tapi lumayanlah cuma sebagai prolog…. (di word cuma jadi 1 halaman loh !)
