Away From You
Chapter 4- Transferred
Riza tidak tahu bagaimana, tapi ia merasa lebih tenang melewati hari-harinya, walau tidak ada Roy lagi di sisinya. Soal kehamilannya ini hanya Gracia dan Havoc saja yang tahu. Mungkin Hughes kalau Gracia adalah teman seember itu. Namun itu tidak akan terjadi. Hal ini belum pernah bocor di military.
Bicara soal Jean- ugh.. maksudnya Colonel, lelaki itu baru saja mengembalikan warna rambutnya normal lagi seperti dulunya. Ketika ia baru masuk bersama-sama Riza di military academy- dimana rambutnya masih hitam pekat seperti Roy.
Tindakan rajin tiba-tiba kantor itu hanya bertahan paling 2-3 minggu, setelah itu, hasilnya sama saja. Papperwork yang menumpuk di meja colonel, para bawahan yang berisik dan kekanak-kanakan…
"hhaahh…" Riza menarik nafas panjang, melihat kertas yang tertumpuk indah di meja colonel barunya. "sir.. tolong kerjakan pekerjaan anda…"
… hening, tidak ada jawaban.
"Sir ! Tolong selesaikan paperwork itu !" riza mulai menaikan nada suaranya. Tapi si bodoh Havoc tetap saja tidak mendengar. Riza hendak mengambil pistolnya untuk memberi tembakan peringatan, namun merasa engan karena itu akan mengingatkannya lebih…lebih, dan lebih lagi pada Roy. Ia berjalan ke arahnya, merapikan tumpukan-tumpukan kertas sehingga menemukan Jean yang tertidur lelapnya sambil ngiler membasahi paperworknya.
JEDUG !
Ujung pistolnya ia bentakkan dengan keras ke kepalanya. Jean langsung bangun, sambil meringis kecil kesakitan. "aaw ! bisakah kau santai sedikit, Lieutenant ?"
"Tidak bisa, Sir."
"aah…" gerutunya kesal, lalu mulai mengerjakan paperworknya lagi, diselingi dengan Riza yang beberapa kali bersin-bersin dan batuk-batuk.
Jean menaikan matanya, memandang wanita yang jarang sakit itu.
"Saya tidak apa-apa, sir"
Bagus. Ia bisa membacanya seperti membaca buku. Padahal baru mulutnya hendak membuka menyerukan pertanyaan itu, tapi sudah dijawab. Hebat..
"ya…sudah."
Jean kembali lagi memberikan tandatangannya, membaca dokumen-dokumen yang menurutnya tidak penting yang ternyata baru ia sadari beratnya pekerjaan roy. Satu jam kemudian, ia menyelesaikan pekerjaannya, bersamaan dengan itu, Riza mengepak barangnya dan bersiap-siap untuk pulang.
Uhuk ! Uhuk !
Gadis itu menutupi mulutnya dengan tangan, namun mendapati darah terciprat dalamnya.
"RIZA ! Kau benar tidak apa-apa ?" teriak Jean langsung ketika melihat hal itu. "itu kan bisa berpengaruh pada an—"
"diam, sir !" Riza menyadari bahwa baru saja ia membentak atasannya sendiri. Kemudian, ia menurunkan nada bicaranya kembali. "maaf. Tapi ini di kantor.. jangan sampai ada yang tahu. Dan… saya juga tahu, ini sudah terjadi dari beberapa hari yang lalu…"
"Kalau begitu, kau harus check up lagi ke dokter. Harus, dan ini perintah." Jean berdiri sambil memakai jaketnya, lalu mengulurkan tangannya. "ayo, aku temani."
Pertama Riza merasa sungkan. Namun ia ingat bahwa ia tidak bisa mengandalkan Gracia yang baru saja pindah ke north karena pekerjaan Maes, mau tidak mau sekarang ia harus ditemani oleh Colonel.
-----
Jalanan hari itu terasa dingin. Riza mengetatkan coat militarynya agar hawa dingin tidak masuk ke tubuhnya. Ia merasa badannya lemas sekali, ditambah lagi tenggorokannya yang membuatnya batuk berdarah itu. Tanpa tersadar, ia menyenderkan badannya ke arah Jean, sambil berjalan perlahan mengikutinya.
Muka Jean sedikit memerah, menyadari ada sesuatu yang bersandar padanya. Ia mengambil tangan Riza lalu menggenggamnya. Keduanya tidak berani saling bertatapan, tapi setidaknya untuk orang luar, jarang sekali melihat kedua military officer berduaan seperti ini.
"Ms. Hawkeye ?" Riza mengangguk.
"hm… yang disebelah itu suami anda ?"
"Bukan !" teriak keduanya bersamaan, lalu kembali mukanya bersemu-semu.
"sayang sekali.." Dokter tua itu manggut-manggut sambil memegangi kumis putihnya yang panjang. "aku perlu suami dari ibu ini untuk persetujuan…"
"tidak apa-apa.. ceritakan saja, dok."
"begini, kondisi tubuh Ms. Hawkeye terlalu lemah, sehingga hal ini bisa berbahaya pada sang anak dan ibu."
Riza shock. "ja..jadi apa maksud dokter ?"
"lebih baik digugurkan saja. Ini toh demi keselamatan keduanya."
----
"bagaimana ?" tanya Jean memecah keheningan di apartemen Riza. Sejak pulang tadi tidak ada satu pun yang mau membuka mulut. Bisu seolah tersihir oleh kata-kata dokter tadi. Pikiran Riza kalut. Kenapa hal ini terjadi padanya ?
"tidak. Aku tidak mau"
"tapi, Riza… kalau hal yang terburuk terjadi padamu… bagaimana dengan Roy ?" bujuk jean sekali lagi. "kau terlalu lemah untuk mengandung anak itu !"
"Tidak bisa…. Ini… pemberian Roy untukku. Makhluk kecil yang kami ciptakan untuk menemaniku… Aku… tidak bisa membuangnya.."
Percuma. Dibujuk berkali-kali pun ia tidak sanggup. Lagipula toh ini tidak ada hubungannya dengan dirinya sendiri. Kenapa dia ikut campur, ya ? Kenapa dia takut kalau riza mati ? Toh itu milik Roy… bukan punyanya…
"ya sudah.. terserah keputusanmu lah… " Ia bangkit dari sofa menuju pintu. "aku pulang dulu."
----
Satu bulan lewat setelah Roy pergi meninggalkan mereka. Keadaan Riza sudah mulai membaik, dan selama satu bulan ini belum ada yang mengetahui rahasianya. Bagus. Kalau tidak ini pun akan berentet masalah dengannya dan Roy.
"ma'am, ada surat untuk anda dari fuhrer. Itu ada di atas meja." Fuerry tetap menyukai anjing, dan sekarang, ia yang menggantikan pekerjaan Roy memberi Black Hayate makan dan mengajaknya berjalan-jalan di sekitar taman. "sepertinya penting ?"
Riza membacanya perlahan, dan tidak memberikan perubahan ekspresi sebesar ketika surat itu ia berikan pada Havoc yang langsung berteriak "TIDAK BISA !"
"kenapa sir ?" tanya polos. "di sana saya memang sedang dibutuhkan. Lagipula di sana ada keluarga Hughes kan ?"
"TIDAK BISA ! Bagaimana dengan…" Jean tidak melanjutkan kata-katanya. "pokoknya aku bilang tidak bisa, ya tidak bisa !"
Fuerry yang mendengar plus melihat percakapan kedua orang ini hanya bisa mendeklikkan matanya dan bingung sendiri. "a..ada apa sih, sir ?"
"lieutenant Hawkeye akan ditransfer ke North selama 7 bulan kedepan ini, dikarenakan kurangnya tenaga yang berbakat dalam menembak di sana."
"North ? bukannya di sana lebih sepi dari di sini ? dan banyak pemberontakannya…"
"makanya aku bilang itu tidak bisa. Itu akan berbahaya pada Lieutenant dan– " hampir lagi ia keceplosan kalau tidak disela dengan AHEM yang besar oleh riza. ".. dan uh… Black Hayate. Ya ! benar ! itu berbahaya ! bagaimana kalau orang di sana suka makan anjing dan menculik black Hayate untuk disate ?"
Fuerry mulai ketakutan. Keringat dingin bercucuran dari kepalanya. "sir… benar.. Bahaya Lieutenant.. jangan kesana !"
Riza hanya memukul dengan kekuatan sedang pada kepala Fuery. "bodoh. Jangan percaya bohongan kayak begitu. Aku akan tetap pergi." Jean pun lemas.
----
"Benar, ini semuanya sudah lengkap ?" Tanya Jean memastikannya sambil membawakan koper itu keluar. Black Hayate menggongong riang, dan Riza mengangkatnya. "tidak.. kau tidak bisa ikut… tapi nanti kau bisa main sama Fuery. Oke ?"
"Riza… hati-hati, ya."
Riza tersenyum. Colonelnya orang yang baik. Ia cukup perhatian padanya, apalagi di kantor, hanya dia satu-satunya yang tahu akan keadaan Roy Jr. di dalamnya. "iya.. kalau ada apa-apa telepon ke rumah Gracia saja. Aku akan berada di sana selama 7 bulan ini."
"Terbalik. Seharusnya aku yang bilang kalau ada apa-apa telpon aku di East City."
Keduanya tertawa bersama. Jean mengantar Riza ke stasiun, dan menunggunya hingga kereta berjalan jauh ke arah utara… di mana tempat takdir Riza berada…
