Away From You
Chapter 7 – Northern's higher ups
Dengan langkah berat, Riza memasuki ruangan kantornya yang akan ia gunakan selama 7 bulan kedepan ini. Ia dipindahkan dibawah general Haruko, dan bertugas untuk melindunginya. Asalkan semua berjalan lancar selama 7 bulan ini, dan rahasianya bisa dijaga, semuanya sih bakal oke-oke saja. Yaah.. semoga Roy bisa cepat pulang. Ia sudah rindu sekali memberitahunya soal roy kecil yang ada di dalamnya.
Kkrrriiitt.. sebuah deritan yang mencicit terdengar. Dari balik pintu terlihat General hakuro yang rambutnya sudah ubanan itu sedang duduk tenang mengerjakan paperworknya dari belakang mejanya. Riza masuk, menutup pintu itu dan segera memberi hormat padanya.
"selamat pagi, sir. Saya First Lieutenant Riza Hawkeye yang mulai hari ini akan bekerja di bawah anda."
"Dismissed" katanya cepat tanpa memperdulikan dirinya sama sekali. Orang ini tak terlihat ramah. Tapi setidaknya dari tampangnya ia masih lebih mendingan daripada Gran yang hobinya menjatuhkan Roy melulu. Hm.. memangnya Hakuro tidak ? dia juga paling sering berkomentar tentang bagaimana lambatnya Roy menangani kasus, yang padahal dia sendiri saja tidak bisa apa-apa.
Riza menggelengkan kepalanya, berusaha membuang pikiran itu jauh-jauh. Kalau ia terlalu memikirkan hal itu, maka bisa-bisa ia tidak akan bertahan di sini.
Satu hari bekerja dihabiskan dengan ketenangan yang luar biasa. Hal yang dapat didengar mungkin hanyalah gesekan pensil dan kertas, gesekan kertas, setelah itu, tidak ada lagi. Mungkin sehelai kertas jatuh pun dapat terdengar.
Tepat jarum pendek menunjuk ke arah lima, Riza cepat-cepat berkemas, lalu memberikan salam pada atasannya, dan segera menuju ke kediaman Hughes, tempatnya tinggal. Hari itu Maes sedang kerja turun ke lapangan. Setidaknya kalau ada dia, kan Riza akan menjadi lebih santai. Mana tahan ia bekerja kalau sunyi seperti ini terus ?
Setidaknya rahasianya aman, dan ia amat bersyukur untuk itu. Perlahan wanita itu membuka pintu rumah kediaman Hughes.
DDUAAR !
Ia hampir saja jatuh karena kaget. Maes dari depan pintu telah menyambutnya. Di sebelahnya ada Gracia dan Elycia yang juga ikut mengagetkannya.
"Heey… aku tidak ulang tahun hari ini, lho…"
"Bukan…bukan begitu. Kami mau mengadakan pesta untukmu, buat perayaan hari pertamamu bekerja di sini !"
Mata Riza terasa basah. Ia menangis sambil memeluk Gracia. Ia tidak menyangka, ia punya keluarga di sini tempat ia pulang. Setidaknya walau roy tidak di sisinya, ia mau belajar untuk melihat di sekelilignnya. Mereka semua perhatian padanya.
Pesta kecil malam itu berjalan menyenangkan sekali. Elycia bernyanyi untuknya dan Maes mengambil banyak foto anaknya itu. Ini yang ia dambakan.. keluarga kecil… hangat…nyaman. Ia berharap, nantinya pula ia bisa membuat keluarga seperti ini.
---
Perlakuan Hakuro padanya sebenarnya cukup menyebalkan. Setiap pagi ia diharuskan mengantarkan kopi di atas mejanya, dan ketika ia datang, kopi harus sudah siap. Setiap kali ia masuk, Ia harus sudah siap di dekat pintu, mengambil jasnya dan harus menggantungkannya di hanger yang ada, dan masih banyak lagi hal-hal menyebalkan tentang Hakuro yang membuatnya tidak betah.
Hari ini termasuk salah satunya. Di pagi itu, ia seperti yang sudah dikatakan atasannya kemarin, pagi-pagi benar ia sudah stand by, membuat kopi, dan menaruhnya di atas mejanya. Saat hakuro datang, kopinya sudah tersiap diatas meja. Seulas senyum tersungging di bibirnya. Ia berjalan perlahan, mengambil kopi itu dan menyeruputnya perlahan.
"Kopi apa-apan ini, lieutenant !" semburnya sambil menaruh kembali di atas meja dengan keras, sehingga beberapa dari mereka menyembur keluar dan membasahi meja beserta kertas-kertas yang ada. Riza tidak banyak bicara, mengambil lap, lalu membersihkan noda yang ada.
"kutanya kopi apa ini, kenapa kau diam saja !"
"kopi susu, sir"
"kopi susu ? Selera rendahan. Pasti setiap hari kau membuatkan mustang kopi seperti ini, huh ? memang selera tentara bawahan…"
kata-katanya itu…. kalau saja ia bukan atasannya, tentu saja riza sudah akan menendang meja dihadapannya hingga bergulir jatuh. Untung saja ia masih ingat diri… Kopi susu seperti itu adalah kopi kesukaan Roy yang selalu ia buatkan di pagi hari. Ia suka sekali melihat tampang Roy ketika menikmati kopi susu buatannya, yang ia sudah hafal betul takaran yang Roy senangi…. Dan sekarang ? orang di depannya ini menghinanya, hingga berkata selera tentara rendahan ! tidak dapat dimaafkan !
"akan saya buatkan yang baru, sir…"
beberapa menit kemudian, ia kembali datang lagi dengan secangkir kopi di tangannya. Kopi murni yang tidak ia campurkan apa-apa sama sekali.
"sini" ucap hakuro ketus, seraya merebut cangkir tersebut dari tangannya. "apa-apaan ini ! kopi biasa tanpa apa-apa ?"
sekarang orang ini maunya apa, sih ? memangnya ia bertugas di sini sebagai pembantu ? Tugasnya kan untuk melindungi secara fisik dari ancaman yang ada. Bukan melayani sebagai pembantu yang disuruh-suruh seperti ini. "sir…" Riza mencoba untuk bersabar sekali lagi, membereskan tumpahan kopinya. "saya harus membuatkan anda kopi seperti apa ?"
"kopi dicampur bubuk cokelat hitam."
Ia berjalan lagi keluar, menyusuri lorong, membuatkan atasannya kopi. Ia merasakan tubuhnya sedikit pusing, dan rasanya ia lemas. Riza bersender ke arah tembok, menghantamkan kepalanya ke belakang, dan ia menengadah. Satu tanganya ia gunakan untuk mengelus perutnya yang rasanya sedang berencana untuk membunuh dirinya. Apakah untuk menjaga embrio kecil itu semenderita ini ? Mungkin itu memang equivalent trade untuk kenikmatan yang mereka lakukan bersama.
Riza terdiam dalam posisi itu untuk sementara waktu, hingga ketika telinganya menangkap bunyi langkah boot tentara yang berjalan mendekat kearahnya. Ia teringat tugasnya untuk membuatkan kopi, lalu perlahan sambil menghapus butiran air yang tiba-tiba meleleh dari matanya, ia berjalan lagi.
Untunglah setelah itu, Hakuro tidak banyak omong lagi, lalu segera terdiam menyelesaikan perkerjaannya. Semoga hal ini tidak berlangsung lama… ia menderita sekali..
