ROTG is from Dreamworks
Jack berjalan pelan lagi menyeret tongkatnya berkeliling area pembuatan mainan yang penuh sesak oleh Elf dan Yeti. Pandangannya melamun, sampai tak sadar kalau dari tadi ada sesosok Elf mungil yang memanggilnya dengan gerincing lonceng yang cukup nyaring.
Kesal tak mendapat perhatian, si Elf pun berjalan ke depan Jack dan mengangkat telapak tangan, menyuruhnya berhenti. Jack yang terkejut hampir terlompat.
"Woah! Oh, hai, Dingle."
Dingle berubah ekspresi jadi menyengir senang sambil mengangkat sebuah mainan. Frisbee, kalau Jack tak salah tebak.
"Oh, mau bermain itu? Ayo main!"
Kemudian Dingle pun melemparnya. Elf lain saling mengejar untuk menangkapnya. Mereka berlarian dengan gemerincing lonceng yang indah didengar, saling menubruk dengan lucu. Salah satu Elf pun mendapatkannya, lalu melempar yang kali ini cukup jauh. Jack sampai harus terbang mengitari globe dan segera menangkap frisbee itu sebelum keluar kubah.
"Hup!" seru Jack. "Tangkap ini!"
Dari sana pula Jack balas melempar lagi. Rupanya cukup kencang sehingga Elf yang menangkapnya sampai terjengkang dan terseret.
"Oops!" Jack bergidik.
Si Elf yang lucu itu menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum bangkit, mengakibatkan loncengnya berbunyi menyenangkan. Kemudian dia melempar lagi.
Kali ini sama kencangnya dengan Jack tadi. Bahkan frisbee itu sampai turun ke dasar markas North dan keluar ke lorong es tempat kereta salju diparkir.
Jack terkejut dan segera terjun untuk mengejar.
Sedangkan Elf tadi, meringis dan merasa bersalah telah melempar terlalu kencang. Elf lain ada yang memarahinya, tapi ada juga yang melerai dan menenangkan.
Bagian samping di lantai paling dasar markas ini cukup gelap, Jack yang sudah mendarat dan berjalan pelan membuka mata lebar-lebar untuk mencari mainan itu di dalam kegelapan.
Matanya menangkap sebuah kepingan bundar berwarna biru. Itu dia!
'Jack.'
Ada suara yang memanggil namanya dari kejauhan, jauh di dalam lorong es yang gelap gulita di belakang sana. Jack terkesiap.
'Jack.'
Jack mematung. Entah kenapa tubuhnya tak berhasil ia gerakkan. Matanya terus menatap ke kekosongan gelap di belakang sana.
"Pitch?" Jack mengenali suara itu, jadi dia memastikan.
"Hai, Jack." Sosok itu pun menampakkan dirinya. Dengan sorot mata emas yang berpendar dalam gelap.
"Apa maumu?" Sungguh, Jack ingin sekali kabur darinya saja. Tapi dia tidak bisa, kakinya seperti terpaku pada tempatnya berdiri sekarang.
"Kau ingin tahu apa yang terjadi pada Bunny?"
Jack memajamkan matanya erat dan menutup kedua telinga. "Hentikan! Tolong hentikan, Pitch!"
"North tak cukup banyak memberitahumu, Jack. Aku yakin pasti kau masih ingin tahu lebih banyak lagi."
Jack membelalak tak percaya. Ternyata dari tadi Pitch menguntitnya.
"Kau pasti khawatir terhadap Bunny. Kami semua pun begitu. Sini, kau akan tahu apa yang terjadi."
Apa maksud Pitch?!
Jack menggeram. Berlari besar, kedua tangannya menggenggam erat tongkat panjang, bersiap mengayunkan sambil memberikan energi es pada ujung tongkat tersebut.
"Aargh!!"
Tentu saja Pitch dengan mudah menghindar. Sosoknya tenggelam dan membayang-bayang besar pada sekeliling lorong es.
Cukup. Jack tak ingin mengindahkan Pitch lagi. Dia memutuskan berbalik tapi naasnya... lagi-lagi terhadang oleh Pitch yang menyembul tiba-tiba.
"Aku bisa membaca pandanganmu, Jack. Aku tahu rasanya penasaran namun tak puas dengan jawaban yang kudapat. Aku akan memberitahumu."
Jack ingin berteriak menangis karena dia tak mampu berbuat apa-apa. Pandangannya kabur karena tak disadarinya, pasir hitam milik Pitch telah banyak bergerak ke arahnya seperti sulur, meliuk dan membungkus tubuhnya. Pikirannya berkunang-kunang kala Pitch terus merasuki isi otaknya dengan suara gema yang besar. Bersamaan dengan itu, Jack untungnya masih sempat mendengar suara gemerincing lonceng yang tak lain adalah dari para Elf. Syukurlah, suara mereka semakin dekat.
Tapi saat sosok mungil mereka berhasil menemukan Jack, Jack sudah lebih dulu terbungkus sepenuhnya oleh pasir hitam milik Pitch, dan dibawanya terbang menghilang dari sana.
Jack sempat menatap Elf tersebut dengan pandangan sayu, sebelum akhirnya hilang kesadaran sepenuhnya.
Suara bergema yang lembut tapi mengerikan membangunkannya. Jack mengerjap lemah dan bersusah payah mengangkat kepalanya, sekadar untuk mengumpulkan kesadaran.
"Jack."
"Lepaskan aku, Pitch."
"Aku tidak menyakitimu, Jack."
Tempat gelap ini, susunan beton yang dibangun tanpa menggunakan hukum logika ini...
"Kumohon, biarkan aku keluar dari sini, Pitch."
"Teman-temanmu tak memberitahumu lebih lengkap, Jack. Dan aku di sini untuk menjelaskan itu semua."
"Cukup."
"Tragedi yang dialami Bunny adalah... dia bertemu predatornya, yaitu kawanan serigala. Yang lebih menakutkannya adalah, siluman serigala yang sangat beringas ketika peristiwa gerhana bulan."
Sial. Tubuh Jack lemas sekali. Dia tak sanggup bergerak aktif. Apa yang Pitch lakukan pada tubuhnya?
"Karena Tooth meremehkannya, Bunny terpaksa pergi pada malam itu. Ke hutan, lereng gunung, telaga, sampai akhirnya..."
"Aku tak bisa bergerak. Biarkan... aku pergi, Pitch!" Jack bersusah payah bangkit sambil bertumpu pada apapun yang bisa dia pegang, pada beton hitam markas Pitch tempatnya sekarang.
"Bunny digigit oleh siluman serigala itu. Tapi Bunny tidak dimakan oleh si predator. Hanya saja, dia terinfeksi oleh gigitan itu dan tak bisa sembuh. Hasil infeksi itu nantinya kambuh setiap terjadi gerhana bulan. Kau tahu, Jack? Sejak saat itu, ada darah siluman serigala mengalir dalam tubuh Bunny. Setiap gerhana bulan, dia harus menuntaskan hasratnya mencari korban."
Jack menatap Pitch nanar. Tangannya menggenggam tongkat dengan erat, tapi entah kenapa tak bisa ia ayunkan. Lengannya bergetar lemah.
"Kau ingin melihatnya, Jack?"
"NO!!!" Entah dapat kekuatan ajaib dari mana, Jack tiba-tiba tersadar sepenuhnya dan mendapatkan kekuatannya lagi. Ia segera terbang berkelit sebelum sulur pasir hitam Pitch meraihnya, lalu ia ayunkan tongkat berenergi es untuk menghancurkan sulur pasir tersebut.
Pitch menyerang lagi dengan badai pasirnya, yang langsung ditangkis hebat dari tenaga es besar dari Jack.
"Biar bagaimanapun kau ada di markasku, Jack. Maka kau harus mengikuti aturanku."
Tak terasa Jack sudah terbang sangat tinggi, hinga ia keluar dari area markas Pitch. Di langit, tampaklah bulan purnama raksasa yang sisinya mulai memerah.
Jack shock dan lengah, menyebabkan sulur pasir Pitch berhasil melilitnya lagi. Tongkat Jack pun terlepas dari genggamannya.
"No! NO!!!"
Sungguh naas bagi Jack, sulur yang melilitnya membawanya jatuh ke markas Pitch lagi, dan dia pun terbanting ke tumpukan pasir hitam di bawahnya. Cukup menusuk kulit hingga dia pun pingsan lagi.
