ROTG is from Dreamworks

WARNING: Blood and Sexual Content!


Di tempat lain, North, Tooth, dan Sandy yang mengetahui kabar bahwa Jack diculik oleh Pitch langsung meluncur dengan kereta salju North secepat mungkin. Terima kasih pada Elf-Elf setia North yang selalu bersama Jack.

"Di mana kau, Jack?!" geram North frustasi. Santa Claus itu telah memutari berbagai daerah tapi dia terlalu khawatir terhadap Jack hingga hampir tak bisa berpikir jernih.

"North. Mungkin Jack ada di lereng gunung. Tujuan Pitch pasti sengaja membawa Jack kepada Bunny," kata Tooth.

"Oke, Tooth. Hiyaahh!" Kereta salju pun berbelok ke arah utara.

Sesampainya di lereng gunung tempat Bunny biasa mengasingkan diri saat malam gerhana bulan tiba, mereka tak juga menemukan tanda-tanda keberadaan Jack.

"Jack!! Di mana kau!" teriak North sekeras mungkin. Berharap suaranya bergema sampai beberapa mil pada hamparan hutan di bawahnya.

Untungnya terkabul. Teriakan itu tepat berasal dari atas gubuk kecil tempat Jack dan Bunny berada sekarang. Secercah harapan pun terpercik di hati Jack. Dia mengerjapkan matanya tak percaya. Bunny pun sampai menghentikan aktivitasnya 'memangsa' Jack. Dahinya mengernyit tak suka.

"Well, sepertinya aku harus melakukan dengan cepat."

Ketiga Guardian yang lain, karena terlalu sibuk memperhatikan hamparan lereng gunung di bawah mereka, jadi lengah terhadap sesuatu di depan mereka. Kereta pun menghantam pasir hitam milik Pitch.

"Aahhh!!" seru mereka kaget kala keretanya turbulensi. Para rusa yang oleng tak mampu lagi terbang dan mereka pun jatuh terseret.

Tooth langsung melompat keluar bersama Sandy, dan North yang ambruk segera ditolong mereka.

"Lihat ini. Kalian baru mau menyelamatkan Jack sekarang?"

"Di mana Jack, Pitch?!" tanya Tooth dengan nada sangat menghentak, jelas sekali terdengar sangat murka.

"Easy, girl. Jack sedang menikmatinya," kata Pitch yang melayang di atas sana dengan tenang, tangannya menunjuk ke sebuah gubuk kecil, yang langsung membuat para Guardian menoleh.

"Jack! Kita datang, Jack!"

"Oh, ho, ho. Tidak semudah itu," potong Pitch sambil mengerahkan pasukannya. Pasukan itu berupa beberapa ekor serigala bermata merah dan kuda pasir hitam yang dibuat Pitch. Mereka semua datang dari berbagai penjuru, dan jumlahnya sangat banyak, meskipun didominasi oleh kuda pasir hitam ketimbang serigala yang hanya beberapa ekor saja.

North memasang kuda-kuda dan menghunuskan kedua pedangnya. Sandy mengulurkan cambuk pasir emasnya. Tooth terbang sedikit lebih tinggi untuk menyusun strategi.

"Well, let's party!" seru Pitch.

Seruan itu pun menjadi komando bagi para pasukan Pitch untuk menyerbu Guardian. Pertarungan pun tak bisa dielakkan.

"Jack, bertahanlah!"


Suara itu cukup menggelegar dan menggema di telinga Jack. Tapi... bagaimana? Dia sudah sangat lemah. Tanpa tongkatnya ia hampir tak bisa melakukan apa-apa. Bahkan keadaannya sekarang hampir telanjang bulat, kalau saja ujung bawah celana yang telah dilucuti Bunny tak lagi membelit salah satu pergelangan kaki Jack. Dia hanya bisa mendesah dan terus mendesah, kala Bunny menggigiti tubuhnya.

Kali ini benar-benar menggigit. Gigi taring yang serasi dengan dua gigi seri yang hanya dimiliki oleh kelinci itu menembus kulitnya, kemudian Bunny menyesap darah Jack. Bahkan Jack sendiri tak menyangka bahwa dia masih punya darah, mengingat dia sudah bukan manusia biasa lagi.

Bagian favorit Bunny adalah ceruk kanan leher Jack. Titik nadi yang berdenyut itu begitu menggoda untuk dilukai dengan gigi taringnya, lalu memanen darah dari sana. Namun, bukan berarti hanya itu saja yang Bunny lukai. Berbagai titik pada dada Jack juga sudah terlihat merah.

Tangan berbulunya terus bekerja menggerilya setiap inci tubuh Jack. Ia tak ingin Jack tak sadarkan diri, dan Jack harus terus tersadar agar bisa mendesah selama Bunny 'memangsanya'.

"Ngghh... ah... Bunny..."

Wajah Bunny turun perlahan ke bagian perut Jack. Sambil dikecup-kecupnya urut hingga berhenti di pusar. Kedua tangannya membuka paha Jack lebar-lebar, dan menempatkan tubuh Bunny di antara kaki kurus yang putih itu.

Bunny pun menggigit pinggang kiri Jack.

"Aarghh~... sakit... Bunny...," Jack sudah tak mampu bersuara keras. Suaranya pun juga ikut melemah.

"Senang mendengarnya, Jack...," Bunny menyeringai dengan gigi yang berlumuran darah Jack. Kemudian Bunny bergerak naik lagi, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Jack lalu menciumnya. Membagi hasil darah yang ia dapat agar bisa dirasakan oleh pemiliknya sendiri.

Setelah itu, titik demi titik lain digigitnya. Terus dengan cara sensual agar Jack mengeluarkan erangan indahnya. Sesekali merangsang Jack dengan mencumbunya tanpa mengambil darah, terutama pada bagian paling sensitif. Saat ini Bunny sedang mengulum salah satu puting Jack, dan salah satu tangan memilin-milin puting lain. Sedangkan tangan yang lain, bergerak menyusup ke belakang punggung Jack, memastikan kulit punggung Jack juga ikut merasakan bulu halus Bunny.

"Aa-aahhh... ah, ah..."

Kedua kaki kurusnya yang seperti mengapit tubuh Bunny, menendang-nendang lemah. Respon spontan ketika Jack merasakan suatu perasaan aneh bergerak berkumpul ke satu titik di antara kedua kakinya. Jack mulai merasa sempit dan tidak nyaman dengan tubuh Bunny yang berhimpitan dengan benda itu.

Rupanya Bunny juga merasakannya. Aktivitasnya berhenti setelah Bunny menyesap darah dari leher kiri Jack, lalu bangkit untuk melihat benda Jack berdiri tegak.

"Oh, aku hampir lupa dengan benda ini. Kau terlalu luar biasa, Jack. Seluruh tubuhmu sangatlah nikmat sampai aku lupa dengan benda spesialmu."

Bunny menumpukan paha Jack dengan kedua tangannya, seperti membuka buku, kemudian ditariknya sedikit agar Bunny bisa dapat posisi yang pas untuk menggigit paha Jack yang belum terjamah olehnya, sebelum menuju ke benda itu.

Ujung hidungnya menghembuskan napas ke lutut kaki kiri. Terus ke bawah hingga Bunny sampai ke bagian tengah paha dalam Jack. Bunny pun menggigit titik itu.

"Aarghh!" erang Jack.

Hal yang sama dia lakukan pada paha kanan. Tapi kali ini, Bunny meneruskan hingga wajahnya menyentuh benda itu. Akhirnya masuk ke dalam mulut Bunny.

"Ah... ah... ah... jangan, Bunny..."

Bunny tak menghiraukan itu. Ia terus fokus memanja benda milik Jack yang semakin berkedut ingin mengeluarkan isinya. Tangan berbulu menyusuri area pinggul, pantat dan selangkangan Jack, seakan mendorong sensasi aneh yang Jack rasakan agar cepat berkumpul di titik yang sedang Bunny isap.

"Lepaskan, Bunny... aku... mau..."

Splurt. Bunny segera meneguk cairan itu.