ROTG is from Dreamworks


"Grrrr... grahhh!" North mengayunkan pedangnya untuk memusnahkan kuda pasir terakhir yang menyerangnya. Terengah-engah hebat, North mengusap peluhnya.

"Ayo kita tolong Jack!" Tooth yang sama lelahnya dengan yang lain, susah payah mengepakkan sayapnya dan terbang menuju gubuk kecil. Pasukan yang dikerahkan Pitch untuk menghadang mereka sangatlah banyak dan agresif sehingga tak ada satupun yang sempat langsung meninggalkan Guardian lain untuk menyelamatkan Jack yang malang.

"Menyingkir darinya, Bunny!" Dengan sangat murka, North menarik Bunny kasar dan membantingnya ke luar gubuk. Bunny yang secara teknis telah menuntaskan 'hasrat'-nya tak melawan, ia hanya mendengus singkat kemudian berlari kabur meninggalkan mereka semua dan masuk ke dalam jurang yang rimbun oleh pepohonan.

"Hah?! Oh, my goodness... Jack..." Tooth tak kuasa melihat sekujur tubuh Jack yang dipenuhi dua jenis bercak merah, ruam kulit dan darah. Luka-luka itu terlihat mulai dari leher, dada, lengan, pinggang, paha, bahkan wajahnya. Sang Peri Gigi refleks berpaling dan menutup kedua matanya dengan tangan.

North pun segera melepas jubah Santa-nya dan menggunakan itu untuk membungkus tubuh ringkih Jack yang sudah tak sadarkan diri. Mereka bergegas naik ke kereta Santa dan memacu para rusa untuk meninggalkan tempat mengerikan itu, pulang ke Markas North.

Sedangkan Sang Penguasa Kegelapan yakni Pitch, menonton peristiwa menyenangkan itu dari atas langit. Posisinya tak berubah sejak ia menghalau para Guardian agar tak ada satupun yang sempat mengganggu Bunny yang sedang melakukan ritualnya.

"Hahahahahah... tanpa kalian lawan pun, aku tak akan menyuruh pasukanku untuk membunuh kalian," gumam Pitch sambil mengayun-ayunkan kedua tangannya, mengumpulkan pasir hitam yang berserakan bekas pertarungan dengan Guardian.

"Akhirnya... seseorang tahu caranya bersenang-senang!" pekiknya senang. Matanya yang berkilat merah mengikuti kereta terbang yang kian menjauh, kemudian menyeringai menampilkan gigi taring yang begitu runcing.


Perlahan mata Jack mengerjap. Cahaya terang yang menyilaukan membuat matanya tak langsung membuka untuk beradaptasi sejenak.

"Jack! Syukurlah, kau sudah sadar!" sesosok peri berwarna hijau kebiruan berhambur memeluknya lembut.

"To-tooth...," gumam Jack lemah. Ia berusaha bangun, tapi rasa perih membuatnya mengeram lalu mengempaskan tubuhnya lagi di atas kasur.

"Jangan bergerak dulu, Jack. Kau baru saja diobati Tooth," sebuah suara besar datang dari arah pintu. North datang membawa sepasang pakaian yang tak asing untuknya. Hoodie biru dan celana coklat. Lalu Santa bertubuh besar itu menyamankan diri duduk di tepi ranjang yang saat ini ditempati Jack.

Jack memperhatikan tubuhnya sendiri yang terselimuti dengan nyaman. Penuh dengan perban. Bahkan wajahnya juga. Kemudian salah satu tangannya diambil dan digenggam lembut oleh Sandy yang melayang di sampingnya.

"Aku..."

"Jack... maafkan aku...," isak Tooth yang menunduk sambil menutup wajahnya. "Aku tak memberitahumu sebelumnya. Aku terlalu merasa bersalah pada Bunny sampai aku hanya mau melupakan yang telah kuperbuat, karena itu hanya mengingatkan kesalahanku. Seharusnya aku bisa memberitahumu banyak hal sejak awal, Jack..."

North menghela napas. "Jangan khawatir, Jack. Tongkatmu sudah kami temukan," katanya. Si Santa bangkit lalu menyenderkan sebuah tongkat kayu milik Jack ke dinding.

"Beristirahatlah. Jangan melakukan tugasmu sebagai Guardian sampai kau sembuh. Aku telah membuatkanmu cookies dan coklat hangat kalau kau lapar." North menunjuk ke atas laci di samping ranjang. "Dan suruh saja salah satu Elf untuk memanggilku, kalau kau mau minta sesuatu. Aku ada di ruang kerjaku."

Setelah berkata begitu, para Guardian pun meninggalkan ruangan. Sandy memeluk Jack sekilas lalu menutup pintu.

Jack menghela napas pelan. Ia bukan orang yang bisa diam dalam waktu lama, karena baru saja ditinggal, dia langsung beranjak turun dari ranjang. Seluruh tubuhnya masih terasa perih tapi setidaknya dia masih bisa jalan. Jack pun berjalan perlahan menuju cermin panjang di dekat jendela besar kamar tersebut. Melalui cermin sepanjang lutut ini, Sang Guardian bisa melihat tubuhnya yang dipenuhi perban.

Dia meraba wajahnya sendiri. Dahi, pelipis, mata, pipi, dan bibir. Ada rasa perih yang membuatnya reflek meringis saat dia menyentuh bibirnya. Rasa perih itu asalnya dari dalam mulut. Jack pun membuka bagian dalam bibirnya. Ada bekas luka di sana. Tapi ternyata... itu berasal dari gigi taringnya sendiri.

Matanya berkilat merah. Jack menyeringai puas.