"Blue Forest"
.
.
.
.
.
Chapter One :
-Angry Aoi's-
.
.
.
.
.
Main Character :
-Aoi Kanzaki-
X
-Inosuke Hashibira-
.
.
.
.
.
Other Character :
-Tanjirou Kamado-
-Kanao Tsuyuri-
-Zenitsu Agatsuma-
.
.
.
.
.
Kimetsu no Yaiba - Fanfiction
.
.
.
.
.
Warning (!)
OOC : Inosuke Being A Bucin Boy
.
.
.
.
.
This is My Fourth Fanfiction I Published
I Hope You Like It
Don't Forget To Review After Read
Regards, Aletha.
"NANDAYO TEME-WA!?"
"GOMEN-GOMEN INOSUKE-KUN!"
"HAISH DASAR TIDAK BERGUNA! KOROSU!!"
"YAMARE!!"
Tanjirou tersenyum kaku dengan wajah memerah sempurna, dihadapannya saat ini adalah Kanao yang tengah akan menjadi partner latihannya hari ini.
"Gomen-gomen, Inosuke dan Zenitsu memang seperti itu. Kau tahu sendiri bukan?" Tanjirou berkata gugup, Kanao yang awalnya memperhatikan dua sahabat Tanjirou itu berlarian mengelilingi halaman Butterfly Mansion perlahan menolehkan kepalanya dan tersenyum tipis pada lelaki dihadapannya.
Mengangguk kecil. Cukup membuat Tanjirou lega.
"LAKI-LAKI CENGENG!! KEMARI KAU!! JANGAN MEMBUATKU MEMBUANG-BUANG TENAGA HANYA UNTUK MU!!" Inosuke berseru lantang sambil terus berlari mengejar Zenitsu yang entah mengapa staminanya melonjak tinggi hingga bisa berlari sekencang itu.
Zenitsu menangis dan menggelengkan kepala kuat, terus berlari. " Gomen ne Inosuke-Kun! Jangan sakiti aku!!"
Langkah Zenitsu membawa pemuda pengguna pernapasan petir itu keluar halaman Butterfly Mansion. Siku-siku merah Inosuke semakin banyak, Inosuke lagi-lagi berteriak lantang dan mengikuti langkah lariaan Zenitsu.
Inosuke berlari keluar dari halaman Butterfly Mansion bersamaan dengan gadis bersurai hitam yang baru masuk pada halaman rumah kupu-kupu ini.
BUAGH!
"Jadi maksudmu ketika ayunan pedang ku seperti ini, maka-"
"NANI SUNDAEYO BAKA-INOISHI!!!"
"HUH!? KAU YANG MENABRAK KU! APA MAKSUD KALIMAT MU ITU!?"
Kanao menoleh dan melihat kedua remaja yang tengah berselisih paham dalam posisi sama-sama terjatuh diatas tanah itu.
Tanjirou yang menyadari hal itu lagi-lagi tersenyum kaku, astaga harga dirinya habis terkubur karena sahabatnya yang selalu bertingkah seperti babi hutan itu.
"Omae-! Are...? Aoi..."
Inosuke yang merasa kepalanya terbentur dengan seseorang yang ia tabrak ini, segera membuka topeng babinya dan terkejut bukan main ketika melihat Aoi yang juga terduduk di tanah sembari mengelus sikunya.
"Daijobou-Ka?" Inosuke buru-buru mendekati Aoi dengan raut khawatir, membuang jauh-jauh sifat barbarnya tadi.
"Iie! Jangan mendekati ku! Dasar babi bodoh!" Aoi bersiap menendang Inosuke, membuat laki-laki Hashibira itu diam ditempatnya.
Aoi berdecak lalu berdiri dengan cepat dan menepuk baju pembasmi iblisnya yang kotor karena tanah.
Inosuke pun ikut berdiri dan mendekati Aoi, bersiap meraih tangan gadis itu untuk ia lihat. Tapi yang Inosuke dapatkan malahan bentakan keras gadis Kanzaki itu.
"Hentikan! Aku sudah bilang jangan mendekati ku!" Aoi menatap nyalang Inosuke lalu dengan cepat menampar tangan Inosuke yang mencoba meraih lengannya.
"Aku hanya ingin memeriksa siku mu, kau sepertinya terluka."
Aoi berdecak, "Periksa dulu otak mu! Bagaimana bisa kau menghabiskan tiga keranjang bluebbery yang menjadi persediaan buah didapur!? Aku kan sudah mengatakan kalau kau memang ingin blueberry, katakan pada ku! Jangan memakan semuanya sekaligus! Kalau kau bilang pada ku pasti aku bisa memberikan mu secukupnya! Sekarang semuanya telah habis, apa yang akan kau lakukan!?" Aoi mengomel-ngomel dengan wajah penuh siku-siku merah yang menghiasi dahinya.
Inosuke mengerjap pelan, "Apa? Blueberry...? Jadi itu untuk persediaan...?" Tanyanya takut-takut.
"Pikir saja sendiri! Akibat hal ini aku harus memberikan sisa pekerjaan ku pada Naho, Sumi, dan Kiyo! Kau selalu saja merepotkan ku!" Aoi membentak Inosuke sebagai serangan terakhirnya.
Lalu berjalan melewati Inosuke dengan langkah lebar, tak lupa Aoi dengan sengaja mendorong bahu Inosuke.
Sukses membuat keduanya menjadi tontonan drama mendadak dari Tanjirou dan Kanao yang menghentikan kegiatan berlatih mereka.
"Kanao, aku sudah menjelaskan masalah ini kemarin pada mu bukan?" Kini Aoi berhadapan dengan Kanao.
Kanao melirik Inosuke lalu menatap Aoi dihadapannya, "Eum." Gumamnya sembari mengangguk.
"Jadi bisa kita berangkat sekarang? Aku tidak tega jika membiarkan Naho, Sumi, dan Kiyo mengerjakan tugas-tugas ku lebih lama lagi."
Tanjirou yang mendengar kalimat Aoi, menautkan alisnya bingung.
"Masalah apa maksud mu?" Tanya Tanjirou, cukup penasaran pada hal yang kiranya berhubungan dengan amarah Aoi kepada Inosuke.
Aoi menoleh pada sulung Kamado itu.
"Teman mu yang selalu memakai topeng babi hutan itu menghabiskan tiga keranjang blueberry yang menjadi persediaan di dapur. Shinobu-San yang membelikan semuanya dua hari yang lalu, buah itu tergolong mahal. Aku selalu berusaha mengirit pemakaiannya agar tidak habis sebelum waktunya. Tapi dia menghabiskan semuanya." Sambil mengatakan kalimat itu, Aoi menoleh nyalang pada Inosuke yang masih dalam posisinya.
Lelaki itu terlihat menatap Aoi dalam diam, rasa bersalah menyelimuti dirinya.
"Haish, mattaku." Aoi berdecak lalu kembali pada Kanao.
"Ayo berangkat, kau bisa meninggalkan latihan ini sebentar bukan?" Tanya Aoi sembari melirik Tanjirou.
Kanao mengangguk diiringi senyum simpulnya, "Eum."
"Kalau begitu kami pergi dulu Tanjirou-San. Kau bisa menjaga Butterfly Mansion sebentar bukan, bersama teman-teman mu itu. Karena Shinobu-San sedang dalam misi saat ini."
Tanjirou yang diberikan perintah secara langsung oleh Wakil Ketua Butterfly Mansion ini langsung mengangguk, tapi sesaat kemudian alisnya bertaut.
" Are...? Maksud kepergian kalian berdua adalah mencari buah blueberry lagi?"
Aoi mengangguk.
"Jadi kalian pergi menuju pasar kota?"
"Iie. Dibelakang markas pilar ada sebuah hutan. Shinazugawa-San mengatakan ada banyak pohon buah-buahan disana." Kanao menjawab dengan suara kecil nan lembutnya.
Aoi mengangguk menyetujui, " Nee. Aku yakin disana juga terdapat pohon blueberry yang kami cari."
"Souka... Kalau begitu serahkan saja Butterfly Mansion pada kami. Kalian berhati-hatilah."
Aoi dan Kanao mengangguk, "Ikuzo-"
Gadis berkuncir dua itu menarik Kanao kemudian berbalik lalu bersiap berjalan sebelum tubuhnya menabrak dada bidang seseorang ini.
Bugh.
Aoi seketika mundur dan mendongak. Pandangannya langsung bertemu dengan Inosuke yang menatapnya khawatir.
"Kau akan pergi ke Hutan belakang? Bukannya disana banyak Oni liar yang berkeliaran? Bagaimana jika aku mengantar mu?" Inosuke bertanya serius, sorot matanya menunjukkan betapa cemasnya ia pada Aoi.
Aoi berdecak lalu mendongak dan memberanikan diri menatap Inosuke tajam.
"Jangan bersifat seperti ini, kalau kenyataannya kau sendiri yang membuatku pergi ke hutan belakang."
Bruk.
Aoi langsung mendorong Inosuke agar menyingkir dari hadapannya, dan berjalan meninggalkan lelaki itu dengan Kanao yang ditariknya.
"Kau membawa pedang mu kan? Kita bisa saling melindungi." Aoi menoleh pada Kanao sambil meraih keranjang berukuran sedang yang berada di samping pagar keluar halaman.
"Eum." Kanao mengangguk.
"Bagus, ayo bergegas."
Keduanya pun berjalan keluar halaman dan hilang dibalik tembok pembatas itu.
Meninggalkan Inosuke yang terdiam dalam posisinya, merenungi kesalahannya.
Puk.
Tepukan pelan mendarat di bahunya.
Inosuke menoleh dan mendapati Tanjirou yang tersenyum manis padanya.
"Inosuke-wa sadar kalau itu kesalahan mu. Jadi kedepannya kau bisa jangan mengulanginya lagi bukan?" Tanjirou berucap dengan senyuman manis yang tersemat di bibirnya.
Inosuke hanya berdeham kecil sambil mengangguk pelan.
"Itu bagus. Ikuzo, kita harus kembali ke Mansion." Ajak Tanjirou yang diangguki Inosuke.
Baru saja keduanya bersiap melangkah, kedatangan seseorang pada halaman Butterfly Mansion ini membuat Inosuke dan Tanjirou mendongak untuk melihat siapa yang datang.
"Tanjirou-Kun... Apakah Inosuke- AAA INOSUKE-KUN!!" Zenitsu yang baru saja masuk pada halaman dengan takut-takut, langsung berlari sekencang-kencangnya ketika menyadari orang yang ia tanya itu tengah berdiri di samping Tanjirou.
Inosuke melebarkan matanya dan langsung kembali memakai topeng babi hutannya.
"KORAA!!! JANGAN COBA-COBA LARI DARI INOSUKE-SAMA, HOMITSU!!!"
Kemudian berlari kencang keluar halaman dan meninggalkan Tanjirou yang masih terdiam akan kelakuan keduanya.
"Mattaku... secepat itu kah perasaan mu berubah Inosuke?"
Namun seulas senyum seketika terbit pada bibir Tanjirou. Dirinya pun berjalan menuju keluar halaman dan bersiap kembali pada Mansion.
Memang, temannya yang selalu penuh emosi itu memiliki perasaan yang berubah-ubah sesuai dengan seseorang yang ia hadapi.
Inosuke-Inosuke... Ck.
*
TBC
LANJUTT GAK NIHH!?!?
Makin banyak review makin cepet lanjutnya asikk
Karena banyak yang suka ship Ino-Aoi di work ku sebelumnya, jadi aku bikinin lagi deh xixixi.
Semoga sukaa yaa, dan yang pasti kali ini bakalan lebih ngebaperin dari pada yang sebelumnya ahay.
Betiway ini short story, gak bakal panjang sampe puluhan chapter. Kemungkinan lima chap udah ending.
Lanjutnya kapan nih maunya?
Kalo bisa aku bakalan up selama libur ini okayy.
Salam, Aletha.
Arigato~
