"Blue Forest"

.

.

.

.

.

Chapter Three :

-The Rainbow Eyes Demon-

.

.

.

.

.

Main Character :

-Aoi Kanzaki-

-Kanao Tsuyuri-

VS

-2nd Upper Moon : Douma-

.

.

.

.

.

Other Character :

-None-

.

.

.

.

.

Kimetsu no Yaiba - Fanfiction

.

.

.

.

.

Warning (!)

OOC : Inosuke Being A Bucin Boy

.

.

.

.

.

This is My Fourth Fanfiction I Published

I Hope You Like It

Don't Forget To Review After Read

Regards, Aletha.

Kanao langsung merentangkan tangan kirinya didepan Aoi, sedangkan tangan kanannya memegang erat pegangan katana-nya.

Posisinya menjadi siap siaga menyerang Douma, kali saja lelaki itu mengibaskan kipasnya kembali.

Raut wajahnya berubah menjadi serius dan tegas. Kanao tidak main-main.

Douma langsung tertawa kecil, "Astaga tidak perlu takut. Aku hanya menjalani perintah saat ini..."

Mata pelangi Douma melirik Aoi, gadis itu terlihat balas menatapnya dengan tajam. Tanpa rasa takut sekalipun.

Menyadari itu, Kanao semakin merentangkan tangan kirinya dihadapan Aoi. Tubuhnya lebih siap siaga.

"Untuk mencari seorang perawat muda yang cantik..." Douma kemudian beralih melirik Kanao.

Aoi dan Kanao masih sama-sama tidak berniat membuka mulutnya. Douma tertawa melihat itu semua.

"Terpesona akan ketampanan ku huh? Sayangnya aku hanya bisa membawa salah satu dari kalian." Douma mengangkat satu kipasnya ke hadapan muka, menutupi hidung dan mulutnya. "Jadi siapa yang harus aku bawa?"

Aoi dan Kanao saling memegang erat benda yang tengah mereka bawa ini.

"Kanao Tsuyuri, adik angkat Kanae Kochou..." Gadis berseragam pembasmi iblis berwarna ungu itu bersiap menarik katananya keluar. Ia masih menunggu saat yang tepat.

Douma kemudian menurunkan kipasnya perlahan-lahan dan menatap gadis disebelah Kanao lewat mata pelangi nya. "Atau Aoi Kanzaki... Perawat manis Butterfly Mansion ini?"

Tubuh Aoi menegang sempurna melihat tatapan tajam yang seolah bersiap membunuhnya.

"Sayangnya aku tidak suka terlalu lama bermain bisu..." Douma menurunkan kipasnya hingga kembali menampilkan wajahnya dengan penuh.

Sunggingan licik tertampil pada bibir tipisnya.

"Karena aku... Lebih suka bermain diatas ranjang... TSURU RENGE!"

WUSH.

Bersamaan kedua kipas emas itu yang Douma kibaskan, angin kencang bercampur dingin langsung menerpa kedua gadis pemimpin Butterfly Mansion ini.

Kanao bersiap menarik Aoi melarikan diri sekaligus menghindar, tapi matanya melebar ketika menyadari serangan Douma bukanlah angin dingin biasa.

Tapi sudah bercampur dengan kelopak teratai yang membeku membentuk daun setajam silet. Yang bersiap menerpa keduanya.

Sekali kibasan lagi.

"AKH!!"

Terlambat, Kanao dan Aoi langsung tersungkur. Beberapa titik seragam mereka sobek, dan jangan lupakan cairan merah kental yang mengalir keluar.

Keranjang buah Aoi yang jatuh dan semua isinya berhamburan. Aoi melebarkan matanya melihat itu semua. Baru saja ia akan berdiri, Kanao langsung menahan lengan nya. Aoi menoleh dan iris birunya bertubrukan dengan mata ungu Kanao yang menatapnya meyakinkan.

" Daijoubu. Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat, dan kita akan pergi dari sini." Ucap Kanao dengan sunggingan senyum kecilnya, tampak tidak merasa kesakitan akan luka-luka yang ia terima menghiasi tubuh dan wajahnya.

Kanao kemudian kembali fokus kedepan, ia menarik Katananya keluar. Tapi tepukan pada bahunya membuat Kanao menoleh, Aoi tersenyum simpul padanya.

"Aku sudah mengatakan agar kita saling melindungi. Kau tahu hal itu bukan?"

Mendengar ucapan sahabat nya yang tak gencar akan rasa sakit dan malah bersiap untuk pertarungan ini, membuat Kanao menyipitkan matanya. Tersenyum.

" Iiyo... Kau boleh melakukannya, tapi kita harus tetap melindungi."

Aoi mengangguk lalu mengepalkan kedua tangannya, menatap wajah Douma dihadapannya dan Kanao dengan raut tegas.

Tidak akan kubiarkan kau menghabiskan waktuku disini, iblis pelangi!

Kanao pun sama, ia memposisikan katananya lalu mendongak dan menatap Douma tanpa ekspresi.

Mereka berdua terlihat tidaklah kesakitan akan serangan pertama Douma yang telah melukai beberapa titik tubuh mereka. Tekad kuat Shinobu dan Kanae Kochou sebagai guru mereka memang mengalir deras.

Douma yang kini berhadapan dengan kedua gadis Butterfly Mansion ini tersenyum lebar.

Ternyata yang Akaza bilang bahwa mereka berdua gadis-gadis yang menarik bukanlah sekedar candaannya.

Douma mulai tertarik akan pertarungan ini jadinya.

"Masih kuat ternyata... Tapi apakah kalian cukup kuat untuk bertahan melawanku hingga akhir...?" Tanyanya sambil tertawa kecil.

Aoi dan Kanao semakin mengeratkan pijakan mereka pada tanah, berposisi kuda-kuda.

Saling melirik, Aoi memberikan aba-aba pada Kanao.

"Ikuzo."

Mereka berdua langsung berlari ke dua arah yang berbeda, Aoi ke kiri dan Kanao ke kanan.

Douma mengangguk-anggukan kepalanya, jadi keduanya memilih menyerangnya dari dua arah yang berbeda?

Tidak buruk juga. Douma senang jika akan bermain dengan dua gadis cantik di sisinya.

Kipas emasnya ia buka dan rentangkan.

Douma memejamkan matanya dengan senyum merekah.

Aoi yang berlari menuju Douma dari sisi kiri, memberikan kode pada Kanao yang menuju Douma dari arah kanan.

Kanao melihat kode itu lalu menarik nafasnya panjang.

"Zen Shuchu, Hana no Kokyu..."

Kanao memposisikan katananya yang telah beraliran bunga-bunga. Kemudian melompat tinggi dari jarak dekat dengan Douma.

Bersiap melayangkan pedangnya pada Douma, Kanao kembali berucap pelan.

"Ichi no Kata..."

SYESH!!!

Douma langsung menghindari serangan dari atas Kanao, tanpa membuka matanya. Hanya kakinya yang sedikit bergeser, mengelak kecil. Itu mudahnya.

Kanao tersenyum kecil, berjalan dengan lancar. Begitu pikirnya.

Ia mendarat di tanah dengan sempurna.

Aoi yang kini dibelakangi oleh Douma, mempercepat larinya dan melompat ketika jaraknya tersisa dua meter dari iblis bulan atas itu.

Melakukan apa? Aoi tentu memposisikan kakinya dan akan menendang Douma.

"Korosu!"

Hup.

Belum sempat menendang punggung Douma, tiba-tiba iblis itu langsung menangkap mata kaki Aoi yang terjulur bersiap menendang nya. Gerakannya sangat cepat dan membuat Aoi melebarkan matanya.

BUGH.

"AOI!" Kanao berseru kala Aoi dibanting keras oleh Douma keatas tanah.

Dapat Kanao dengar sendiri tubuh gadis itu beradu dengan tanah.

Aoi meringis diatas tanah, tubuhnya terlentang. Samar-samar ia melihat Douma yang baru saja membantingnya, kini tengah tersenyum manis padanya.

"Kau manis sekali, seperti arti nama mu."

Aoi menggeleng tidak terima pernyataan Douma. Ia berusaha bangun, tapi rasanya semua tulangnya remuk.

Aoi meneteskan air matanya, dia jadi merutuki kecengengan nya saat ini. Astaga bukannya berusaha untuk menjadi lebih kuat, kenapa dirinya malah menangis?

"Kusso..." Aoi meremas tangannya sendiri, ia berusaha sekuat tenaga untuk bangun.

Tapi hal itu sia-sia karena yang terjadi adalah rasa sakit yang ia rasakan semakin menjadi-jadi.

Douma menggelengkan kepalanya pelan dengan wajah memohon. "Hentikan. Hentikan manis... Jangan menyakiti diri mu sendiri..."

Aoi tidak mempedulikan permohonan bodoh Douma, fokusnya terikat pada Kanao yang tengah berlari dengan katananya menuju belakang Douma.

Apakah kali ini berhasil?

"Berhenti menyakiti Aoi!"

Gadis Tsuyuri itu melayangkan pedangnya dengan posisi memutar, bersiap menusuk punggung Douma.

Tapi tiba-tiba Douma langsung berbalik dan sudah mengenggam ujung katana Kanao dengan tangannya.

Kanao terkejutnya dan menarik katananya, Douma menggeleng dengan wajah menggodanya.

Tes.

"Hah...?" Aoi memejamkan matanya tidak percaya melihat cairan kental yang menetes dari telapak tangan Douma.

Douma kemudian melirik Kanao yang juga syok, gadis itu terdiam.

Douma tahu betul apa yang membuat Kanao begitu syok, bukan masalah tangannya yang terluka. Tapi racun yang telah ia lumuri di katananya, sangat menggambarkan cara bertarung Kochou bersaudara itu.

"Kurasa sudah cukup..." Douma tersenyum kecil lalu menarik katana Kanao kasar, melepas benda itu dari genggaman gadis manis dihadapannya ini.

"Merah muda? Sangat tidak menunjukkan bagaimana pembunuh iblis itu!" Douma membuang katana merah muda milik Kanao lalu merentangkan kipas emasnya.

Kanao melebarkan matanya, ia bersiap menghindar-

"Kekkijutsu!"

"Kanao! Menghindar...!"

Gadis Tsuyuri itu berlari menuju katananya yang dibuang sedikit jauh oleh Douma, namun belum sempat ia berlari lebih jauh.

Terlambat.

Angin kencang yang berasal dari kipas emas milik Douma menerpanya. Bukan angin dingin ataupun angin biasa.

Angin yang berasal dari Douma ini sukses membuat punggung Kanao tergores dan mengalirkan darah yang merembes pada seragam pembasmi iblisnya.

"Kanao...!"

Aoi kembali menitikkan air matanya melihat Kanao yang kini terperungkup diatas tanah, gadis itu masih susah payah untuk berdiri.

" Damare... Aku sudah mengatakan pada mu agar kau diam." Douma menoleh pada Aoi.

" Iie! Kau kira aku akan mendengar semua kata-kata bodohmu!?" Aoi berusaha bangun, tubuhnya mulai terangkat sedikit. Ia melawan rasa sakitnya mati-matian.

Karena ia yakin bahwa Kanao lebih merasakan sakit yang luar biasa dibandingkan dirinya.

"Ck... Aku sudah mengatakan agar kau tetap diam... Kenapa membantah sayang...?" Douma pelan-pelan mulai membentuk suatu benda lewat es yang seni darahnya gunakan.

Aoi berdecih, "Tutup mulut mu sendiri, Kono-Baka!"

BUGH!!

"Yamare...!" Kanao berteriak lirih dan berusaha untuk berdiri ditengah kondisinya saat ini.

"Diam!"

Douma kembali mengibaskan kipasnya hingga membentuk es teratai yang tumbuh menuju Kanao, lalu menjerat gadis itu dengan erat.

Kanao berseru tertahan ia meringis karena rasa sakit bercampur dingin yang Douma berikan lewat jeratan teratai esnya.

Douma tertawa kecil lalu berjongkok dihadapan Aoi yang kini terbaring miring diatas tanah, kedua ikat rambut kupu-kupu gadis itu lepas. Surai hitamnya menutupi seluruh wajah Aoi, dirinya lemah dan tak berdaya.

Pukulan Douma lewat stik es yang dilayangkan ke wajahnya di bagian samping membuat Aoi pusing hebat saat itu juga.

Kesadaran nya saat ini perlahan-lahan menurun, wajah Aoi memerah dengan luka gores sedikit besar dipipinya dan luka kecil disudut bibirnya.

Grep.

"AKH!!"

"AOI!!"

Dagu Aoi dicengkeram oleh tangan lebar Douma. Tidak hanya itu, Douma juga membawa wajah gadis itu mendekati wajahnya. Tentunya dengan ditarik, cukup membuat Aoi mengalirkan air matanya dengan deras. Rasa sakit yang melanda dirinya saat ini benar-benar tidak bisa digambarkan.

Wajahnya lebam dimana-mana. Pipinya membiru. Bagian lengan dan dada seragam Aoi sobek menembus kulit, cairan kental mengalir tiada habisnya. Kaki dan tangan Aoi mati rasa.

Lengkap sudah penderitaannya.

Aoi mati-matian mengangkat tangannya untuk melepaskan cengkraman Douma dari dagunya. Yang sialnya bertambah keras.

Kuku-kuku lelaki itu yang tajamnya begitu runcing terasa menusuk kedua pipi Aoi. Air matanya mengalir, Aoi menangis.

Douma yang melihat itu kembali menarik wajah Aoi hingga kini benar-benar berhadapan padanya.

" Iie... Yamare Aoi... Air mata mu itu menyakiti ku..." Douma berucap lirih pada Aoi yang sedari tadi tidak berhenti meringis.

"Kau... Yang... Menyakiti... Ku..." Aoi terbatuk setelah melirih pelan.

Betapa terkejutnya dirinya dan Douma ketika melihat aliran darah keluar dari bibir mungilnya, Aoi batuk darah.

Sial, darahnya mulai terasa menipis. Aoi terluka parah, tidak jauh berbeda dengan Kanao yang kini sama parahnya juga.

" Kore, kau lihat sendiri. Tubuh mu sudah tidak cocok dengan darah manusia mu."

Douma mengeratkan cengkramannya, kuku-kukunya semakin menusuk dalam wajah Aoi.

Kesadaran Aoi perlahan menipis, gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Bawa saja aku... Jangan lukai Kanao lagi..." Ucapnya terengah-engah.

Aoi kembali berbicara membuat dirinya batuk darah sekali lagi.

Berhasil, gadis kecilnya telah masuk kedalam perangkap Douma.

Tidak sia-sia Kokushibou, memberikannya perintah ini pada Douma.

Lelaki pengguna pernapasan matahari itu memang mengerti.

Douma menerbitkan senyum manis nya, "Tapi aku tidak mungkin bisa fokus berjalan ketika dirimu terus meringis." Ungkapnya dengan nada sedih.

Douma melepaskan teratai es yang mengikat Kanao. Gadis Tsuyuri itu langsung terjatuh setelah tubuhnya terikat kuat diatas tanah dengan jarak 15cm, dalam waktu yang cukup lama.

Seolah tubuhnya memiliki kekebalan yang luar biasa seperti Douma, Kanao langsung merubah posisinya menjadi duduk.

"Aoi..." Ia tertatih-tatih berusaha menyeret tubuhnya agar bisa melindungi Aoi, padahal dirinya sendiri tahu bahwa itu juga begitu menyakitinya.

Tekad Kanae dan Shinobu memang mereka berdua wariskan.

Selesai dengan permintaan Aoi, tangan kanan Douma yang terluka akan katana milik Kanao tadi ia angkat. Aoi samar-samar melihatnya.

"Alangkah baiknya jika kau meminum obat dari ku dulu." Douma tersenyum licik pada Aoi yang sudah hampir hilang kesadarannya.

Tangannya yang penuh darah itu mendekat pada bibir Aoi.

Kanao yang melihat itu semua menggelengkan kepalaku erat, "Yamare..." Lirihnya susah payah. Berusaha untuk lebih cepat menyeret dirinya sendiri menuju sahabatnya yang tengah diujung tanduk ini.

"Kau sangat manis, Aoi-Chan..." Douma berbisik sembari menengadah kan telapak tangan kanannya.

Membiarkan tetesan dari darahnya memasuki mulut Aoi yang terbuka.

Kanao melihat itu semua, iris merah mudanya melebar melihat setetes darah Douma yang bersiap tumpah memasuki mulut Aoi.

"YAMARE!!!"

Terlambat.

Bersamaan tetesan darah Douma yang memasuki mulut nya, Aoi langsung tak sadarkan diri.

Douma tersenyum lebar lalu membawa Aoi dengan satu tangannya.

Ia berdiri lalu menatap Kanao yang syok berat akibat kejadian barusan.

"Padahal dirimu juga sama manisnya, tapi gadis Kanzaki ini lebih menarik untuk ku. Gomen ne, Kanao Tsuyuri."

Kanao menatap Douma yang tersenyum manis padanya. Seolah tidak melakukan apa-apa setelah meracuni Aoi dengan drah iblisnya yang sudah tercampur...

Racun buatan Shinobu untuk melumpuhkan iblis yang Kanao lumasi pada katananya.

Douma kemudian melebarkan kipasnya.

Perasaan Kanao kembali tidak karuan.

WUSH.

"AKH!!!"

Hujaman es tajam yang dibawa angin dari kibasan kipas Douma itu melumpuhkan Kanao saat itu juga.

Menyelesaikan serangan terakhirnya.

Ketika Kanao membuka mata, iblis bulan atas tingkat kedua itu telah lenyap.

*

TBC

GOMEN-GOMEN JANJINYA DUA HARI YANG LALU UP

IDENYA ADA DIOTAK, JELAS BANGET. TAPI DARI IDE DIJADIIN KE TULISAN ITU YANG SUSAH.

Gimana sampe chapter ini, apakah ada readers baru /Ga

Kalo ada boleh lah absen dulu sinih.

Kasih review gimana cerita ku ehehe :D

Masalah pertarungan Douma vs Kanao dan Aoi di chapter ini, aku minta maaf kalo gak sesuai ekspetasi kalian.

Bikos gimana ya? Aku gapernah baca manga apalagi waktu Kanao lawan Douma bareng Inosuke itu.

Aku cuma ngandelin kekuatan yang Douma sama Kanao punya dan tertulis di Demon Slayer Wiki.

Kalo Aoi sih aku ambil dia petarung tangan kosong. Kayak Akaza gitu, bener gak sih?

Makanya di awal waktu Kanao pake pernapasan bunga, aku bikin Aoi pake tendangan buat nyerang Douma.

I hope fight in this chapter being sugoii chapter xixixi.

OOC banget sih kalo Douma keliatan suka godain gadis-gadis gitu? Menurutku engga, soalnya dia di wiki ada tulisannya kalo manggil Shinobu itu isi 'Chan'

Aoi udah diculik, Kanao babak belur.

Enaknya chapter selanjutnya gimana nih?

Kasih spoiler dikit yak.

Chapter selanjutnya bakal ada pasangan yang selalu bertolak belakang dengan kemampuan yang sama-sama setara sebagai sesama Hashira.

Pengguna 'Ara-ara' dan 'Aku tidak dibenci oleh siapapun'

Penasaran??

Review banyak-banyak.

Kali ini gamau janji, biar kalian gak aku kecewain lagi.

Udahlah, panjang banget ini.

Semoga suka yaa.

Arigato~