"Blue Forest"

.

.

.

.

.

Chapter Four :

-Hashira Relationship-

.

.

.

.

.

Main Character :

-Inosuke Hashibira-

-Tanjirou Kamado-

.

.

.

.

.

Other Character :

-Shinobu Kochou-

X

-Giyuu Tomioka-

.

.

.

.

.

Special Character :

-Kanao Tsuyuri-

.

.

.

.

.

Kimetsu no Yaiba - Fanfiction

.

.

.

.

.

Warning (!)

OOC : Inosuke Being A Bucin Boy

.

.

.

.

.

This is My Fourth Fanfiction I Published

I Hope You Like It

Don't Forget To Review After Read

Regards, Aletha.

Inosuke duduk diatas teras, diam tidak melakukan apa-apa.

Tanjirou sedang berada di gerbang masuk Butterfly Mansion, entah apa yang ia lakukan Inosuke juga tidak tahu.

Zenitsu sendiri sedang berada didapur, makan mungkin bersama tiga gadis kecil pengurus Butterfly Mansion ini.

Lelaki Agatsuma itu sebelumnya sudah menawarkan agar Inosuke ikut makan bersamanya. Tapi Inosuke menolak.

Ia bilang bahwa dirinya akan menunggu Aoi pulang untuk mengisi perutnya. Inosuke hanya ingin memakan masakan gadis Kanzaki itu.

Jadi disinilah Inosuke sekarang, teras depan Butterfly Mansion. Duduk dengan kaki menggantung dan pandangan lurus keatas.

Pikirannya melayang tinggi, ingatan Inosuke tentang Aoi yang memarahinya habis-habisan beberapa waktu yang lalu terputar di kepalanya.

Inosuke akui dirinya memang salah karena memakan semua persediaan blueberry itu.

Saat itu tengah malam, Inosuke bersiap kembali ke kamar rawatnya setelah menyelesaikan urusan alamnya. Tapi ketika melewati dapur, tiga keranjang blueberry yang dibiarkan terletak di atas meja masak membuat Inosuke diam ditempatnya.

Siapa yang tidak tergoda melihat itu semua, apalagi saat itu jendela dapur samar-samar terbuka dan membuat tiga keranjang blueberry itu tersorot cahaya rembulan tengah malam.

Warna biru gelap yang begitu menggoda sangatlah memancing rasa lapar Inosuke, apalagi blueberry itu terlihat sedikit berair karena embun.

Melupakan rasa mengantuk nya, Inosuke langsung melahap tiga keranjang blueberry itu selama tengah malam.

Ketika menjelang akan pagi, Inosuke baru kembali ke tempat tidurnya.

"Aku tidak tahu kalau ia akan semarah itu..." Inosuke melirih pelan sembari menatap hamparan awan putih diatas langit.

Mirip Hashira kabut yang selalu bertingkah sarkas itu.

Inosuke menghela nafasnya pelan.

Akibatnya dirinya, Aoi dan juga Kanao harus pergi menuju hutan belakang markas Hashira.

Padahal Inosuke dengar sendiri dari pilar api, Kyojuro Rengoku bahwa hutan itu dihuni oleh banyak oni liar.

Ya walaupun faktanya kini yang membahayakan kedua gadis itu lebih buruk dari sekedar oni liar, tapi iblis bulan atas.

Sayangnya Inosuke tidak tahu itu, harapannya hanyalah semoga kedua gadis itu bisa kembali ke Butterfly Mansion dengan selamat dan cepat.

Dengan begitu Inosuke bisa meminta maaf lebih cepat pada Aoi, ya walaupun ia harus menerima amarah gadis itu terlebih dahulu. Inosuke tidak masalah.

Tapi bagaimana jika dari dua gadis yang Inosuke harapkan untuk kembali, hanya satu orang yang datang?

Bodoh, dasar pikiran negatif. Akan ku kubunuh kau!

Inosuke mengeram kasar kemudian mengatur nafasnya kembali.

Ia menoleh ke sisi kanannya, baru saja bersiap memanggil Zenitsu. Tapi mata Inosuke melotot ketika wajah cantik dengan senyuman manis itu kini berjarak 10 cm darinya.

"Moshi-moshi, Inosuke-Kun..."

"Kochou, hentikan kebiasaan mu..." Sebuah tangan menarik kerah seragam Kochou Shinobu untuk kembali berdiri normal.

"Haish... Ara-ara..."

Inosuke mendongak dan mendapati kedua Hashira yang selalu bertolak belakang itu kini saling menatapnya.

Shinobu dengan wajah manisnya.

Dan,

Giyuu dengan wajah datarnya.

"Omae-wa..." Inosuke berucap pelan tanpa peduli dihadapannya ini adalah Hashira.

"Nee, Inosuke-Kun... Apa kau melihat Kamado-Kun...?" Tanya Shinobu tanpa melepaskan senyum manisnya.

"Kau harusnya bisa memanggil mereka tanpa embel-embel -Kun ." Giyuu berucap dengan wajah menatap kearah lain.

Shinobu langsung menyenggolnya gemas, "Ara-ara... Tomioka-San ingin aku panggil -Kun juga?"

"Iie... Tidak perlu."

Shinobu tersenyum simpul lalu menatap Inosuke kembali, "Kau melihatnya, Inosuke-Kun...?"

Baru saja Inosuke akan membuka mulutnya, suara sulung Kamado yang berasal dari kedua Hashira ini membuat Shinobu menoleh.

"Kochou-San mencari ku?" Tanya Tanjirou sembari melewati Shinobu dan Giyuu lalu berdiri dihadapan kedua Hashira itu.

Diam-diam tangannya menarik Inosuke agar ikut berdiri, sebagai tanda menghormati pangkat Shinobu dan Giyuu yang bisa dibilang lebih tinggi dari mereka berdua.

Inosuke melotot dan bersiap protes tapi mulutnya terbungkam ketika Giyuu menolehkan kepalanya dan menatap Inosuke tajam.

"Haish..." Inosuke bergumam kesal lalu terpaksa mengurungkan niatnya.

" Nee, Kamado-Kun... Oyakata-Sama mengatakan bahwa ia ingin melihat hasil latihan mu dengan Kanao. Sekarang juga, Kanao berada disini bukan?" Tanya Shinobu dengan matanya yang menyipit.

Tanjirou bersiap mengangguk tapi ia teringat sesuatu.

" Wakatteru, demo Kochou-San... Kanao sedang pergi bersama Aoi saat ini."

Shinobu langsung membuka matanya yang menyipit lalu menatap Tanjirou. Seketika laki-laki Kamado itu gugup.

"Kemana mereka berdua pergi?"

Bukan, itu bukanlah suara Shinobu.

Tapi suara Giyuu yang tiba-tiba mengalihkan pandangannya pada dua remaja lelaki dihadapannya ini.

Tanjirou menoleh pada Inosuke, laki-laki itu langsung membuang muka nya dan menghadap kearah lain.

Astaga sahabatnya ini memang selalu merepotkannya.

Tanjirou kembali menatap Shinobu dan Giyuu yang masih meminta jawaban dari pertanyaan Hashira Air itu.

"Hutan belakang markas pilar..."

Hening.

Shinobu diam, Giyuu juga diam.

Tanjirou lebih memilih bungkam, sedangkan Inosuke tidak ikut-ikutan.

Padahal yang menjadi sumber topik permasalahan disini adalah dirinya.

Mattaku...

Inosuke memang selalu merepotkan banyak orang.

"Hutan belakang?" Tanya Giyuu mengulangi jawaban Tanjirou.

Tanjirou mengangguk kaku, Giyuu langsung membuang nafasnya kasar.

Sukses membuat Inosuke dan Giyuu semakin menegang di tempat.

"Eum... Ara-ara Kamado-Kun... Kalian tidak perlu tegang seperti itu," Shinobu kembali menyunggingkan senyum manisnya.

Inosuke dengan pelan-pelan kembali menoleh dan menghadap pada kedua Hashira dihadapannya itu.

"Daijoubu." Ucap Shinobu singkat, membuat Inosuke dan Tanjirou langsung menfokuskan netra mereka pada Hashira Serangga itu.

Apanya yang Daijoubu? Bahkan kini hati Tanjirou dan Inosuke sama-sama sedang berada di puncak kecemasan tertinggi mereka.

Kedua gadis yang mereka sukai kini berada di Hutan belakang markas pilar yang Shinazugawa Sanemi dan Kyojyro Rengoku sendiri bilang berkeliaran banyak oni liar.

Pilihan harapan mereka hanya tiga.

Keduanya kembali dengan selamat.

Hanya satu dari mereka yang kembali dengan selamat.

Ataupun keduanya sama-sama tidak selamat.

" Ara-ara Kamado-Kun, Inosuke-Kun. Kalian pasti sedang mengkhawatirkan keduanya karena di Hutan belakang markas pilar banyak berada ini liar kan?"

Menyadari Shinobu yang mengetahui apa yang berada di pikiran keduanya, membuat Inosuke dan Tanjirou sama-sama mengernyit heran.

Shinobu semakin menyipitkan matanya, "Kanao dan Aoi adalah murid ku bersama Nii-Chan. Kami berdua tau Aoi dan Kanao benar-benar mewarisi tekad kuat kami."

"Mereka berdua telah mengalami banyak pelatihan berat. Aku yakin, kalau mereka berdua bisa kembali dengan selamat."

Seolah mendapat angin segar, Inosuke dan Tanjirou sedikit bisa menghela nafasnya lega.

Mereka berdua pun cukup tau bahwa kedua gadis itu memiliki kemampuan yang setara.

Walaupun Kanao adalah Tsuchinoto, dan Aoi adalah perawat Butterfly Mansion biasa. Kemampuan keduanya tidak bisa diragukan.

Jika Kanao adalah pembasmi iblis berkemampuan pedang yang hebat, maka Aoi adalah perawat pasien berkemampuan bertarung tangan kosong.

Tidak salah lagi sebenarnya, karena kemampuan Aoi cukup membuat Zenitsu terlalu takut menantangnya bertarung setelah kejadian gadis Kanzaki itu pernah membuat kepalanya benjol.

" Yokatta... Kita berdua juga tahu bahwa mereka berdua adalah gadis-gadis yang kuat." Ucap Tanjirou tenang.

Inosuke juga berusaha tetap tenang, tapi entah mengapa perasaannya mendadak buruk. Isi pikirannya tidak sinkron pada firasatnya.

Aoi baik-baik saja...

Kan...?

"Seharusnya kau tidak mengatakan hal itu." Giyuu berucap pelan.

Membuat Shinobu, Inosuke, dan Tanjirou langsung terfokus padanya.

Terutama Shinobu yang membuka matanya lalu menatap Giyuu penuh kebingungan.

"Nani? Tomioka-San?"

Giyuu kemudian menoleh dan menatap ketiganya.

"Rengoku mengatakan pada ku bahwa ia sempat bertemu dengan dua iblis bulan atas. Mereka tengah membicarakan sesuatu."

"Dia bilang kalau Kokushibou sedang mengerahkan Douma untuk mencari salah satu perawat Butterfly Mansion, atas perintah Muzan."

DUAAR

Bak ditampar kenyataan, Inosuke dan Tanjirou diam ditempatnya dengan wajah menegang.

Terutama Inosuke yang irisnya perlahan menjadi sayu, wajahnya pucat pasi, dan darahnya berdesir hebat.

Jadi firasat buruknya itu...

Tidak salah...?

Shinobu juga terkejut bukan main, ia diam lalu menarik tangan Giyuu untuk membuat laki-laki itu menghadap nya.

"Katakan kalau hal itu candaan mu saja Tomioka-San..." Lirihnya dengan suara bergetar.

Giyuu menatap Shinobu yang kini mati-matian mempertahankan senyum manisnya, walaupun ia tahu gadis itu tengah berada di puncak kekhawatirannya saat ini.

Jelas saja, Aoi dan Kanao bahkan sudah lebih dari sekedar muridnya. Mereka berdua adalah adik Shinobu.

Dan kini keduanya berada di Hutan belakang markas pilar, tempat yang sudah pasti menjadi sasaran Douma untuk mencari mereka berdua daripada menerobos memasuki Butterfly Mansion yang sama saja menyerahkan diri.

Bagaimana keadaan mereka berdua? Rasa khawatir kini menyelimuti seluruh jiwa Shinobu.

Kematian Kanae, kakak kandungnya yang disebabkan oleh iblis bulan atas yang sama membuat kilasan memori itu memutari otak Shinobu.

"Untuk apa aku berbohong, Kochou?"

Pening, kepala Shinobu mendadak pening. Mata ungu pilar serangga itu perlahan memburam akibat air matanya yang mulai tergenang.

"Kita akan mencarinya, jangan menangis. Kau akan terlihat jelek."

"Damare! Tomioka-San!" Shinobu memukul dada Giyuu kesal lalu terbatuk pelan.

Air matanya menghilang begitu saja sebelum menetes di pipinya.

Giyuu diam-diam tersenyum tipis melihat itu semua, setidaknya ia bisa menurunkan rasa khawatir gadis Kochou itu.

"Ano, Giyuu-San..."

Tanjirou memanggil Giyuu, pilar air itu bahkan sudah menoleh.

"Apa kita-"

"KANAO-NIICHAN! KAU TERLUKA PARAH!"

"APA YANG TERJADI PADAMU!?"

"KENAPA NIICHAN SEPERTI INI!?"

Teriakan heboh Naho, Sumi, dan Kiyo sukses membuat keempat manusia yang berada di teras Butterfly Mansion itu menoleh cepat.

Darah Inosuke berdesir hebat dan jantungnya berdetak tidak karuan melihat kedatangan seseorang yang terluka parah itu.

Tanjirou melebarkan matanya melihat Kanao yang baru saja memasuki gerbang depan dengan keadaan acak-acakan dan penuh luka.

Gadis itu sempoyongan.

Mereka berempat langsung berlari menuju Kanao yang kini berusaha untuk tetap berdiri dalam bantuan ketiga perawat Butterfly Mansion itu.

Shinobu langsung membantu Kanao, dan berdiri dihadapannya.

"Kanao... apa yang terjadi pada mu?" Tanyanya dengan suara bergetar, Shinobu menatap teduh wajah Kanao yang penuh luka itu. Air matanya yang sempat menghilang kini langsung mengalir deras di pipinya.

Sementara Giyuu, Inosuke, dan Tanjirou berada disisinya dengan raut wajah yang tak kalah khawatir.

Terutama Inosuke yang kini tubuhnya benar-benar bergetar hebat melihat keadaan mengenaskan Kanao.

Dimana...

Gadisnya...?

"Douma..." Kanao melirih pelan, mulutnya yang terluka sedikit mengeluarkan darah.

Lirihan Kanao membuat pandangan Giyuu kosong.

"Aoi... Aoi..." Kanao melirih lagi dengan mulut yang penuh darah. Kesadarannya menipis.

Mendengar ucapan lirih dari bibir mungil Kanao, sukses membuat Inosuke kini membeku ditempat.

Kanao dengan lemas menunjuk Inosuke, membuat keenam pasang mata berbeda itu menatap orang yang ia tunjuk.

Detak jantung Inosuke semakin berguncang tidak karuan.

"Apa maksud mu Kanao...?" Tanjirou dengan bergetar bertanya pada Kanao.

Kanao membuka matanya susah payah dan langsung bertubrukan dengan iris hijau Inosuke yang kini menatapnya kosong.

"Aoi... Aoi... Douma... Menculiknya..."

Hantaman ucapan Kanao langsung menampar Inosuke.

Tebakannya benar, firasatnya tidak salah.

"Kau harus menyelamatkan Aoi..."

Bersamaan kalimat terakhir yang Kanao keluarkan, gadis itu ambruk dalam pelukan Shinobu.

Tanjirou dan Giyuu langsung melirik tempat Inosuke berada, dan mata mereka melebar melihat Inosuke telah lenyap dari tempatnya.

"HEY-HEY INOSUKE-KUN! NANDAYO!? KAU MENGAMBIL PEDANG YANG SALAH! ITU MILIKKU!"

"AKU TAHU BODOH!"

PRANGG

Ketiga pemburu iblis itu menoleh cepat kearah Mansion, tidak sampai tiga detik Inosuke sudah keluar dengan baju babi hutan dan pedangnya.

Terutamanya Giyuu yang begitu terkejut akan apa yang dilakukan Inosuke setelah ini.

"INOSUKE-WA! APA YANG KAU LAKUKAN!? KITA BISA MENYUSUN RENCANA DULU! JANGAN MENGAMBIL KEPUTUSAN SENDIRI!" Tanjirou langsung berteriak keras dan berlari menyusul Inosuke yang kini menuju susunan bambu pembatas keluar Mansion.

Terlambat, laki-laki Hashibira itu sudah melompat dan lenyap dibalik deretan bambu itu.

Membuat langkah Tanjirou berhenti, ia menatap kosong deretan bambu pembatas itu.

Sudah dua korban yang Douma dapatkan dari buruannya, dan kini sahabatnya itu dengan pikiran dangkalnya langsung pergi untuk menyelamatkan Aoi.

Betapa bodohnya laki-laki babi hutan itu...

Puk.

Shinobu yang tengah memeluk Kanao, tersentak dan mendongak ketika sebuah tangan menepuk kepalanya.

Menangkap pemandangan, Giyuu yang menatap lurus kearah Tanjirou.

"Tanjirou, bersiaplah. Kita akan menyusul Inosuke."

Tanjirou menoleh dan langsung membungkuk badannya cepat, "Wakkateru, chotto matte Giyuu-San." Kemudian langsung berlari memasuki Mansion untuk segera bersiap.

Bersamaan Tanjirou pergi, Giyuu langsung menatap Shinobu.

"Kau juga, serahkan Kanao pada mereka bertiga. Ikutlah dengan ku, Kochou."

Shinobu menggeleng kuat lalu memeluk Kanao erat.

"IIE! KOTOWARU!" Serunya menolak mentah-mentah permintaan Giyuu.

Tidak mungkin ia meninggalkan Kanao dalam keadaan seperti ini, sedangkan dirinya pergi hanya untuk menyusul Hashibira itu?

Bahkan menurut Shinobu, Giyuu dan Tanjirou sudah cukup untuk menyusul kepergian Inosuke.

Air mata Shinobu kembali mengalir dan kini ia benar-benar menangis.

Sampai sebuah jari mengusap pelan pipinya yang basah akan air mata.

Shinobu membuka matanya, dan netranya langsung bertubrukan dengan Giyuu yang kini mensejajarkan tingginya dengan dirinya.

Hashira Air itu menatapnya meyakinkan.

"Kau dan Kanae Kochou adalah saudara yang sama-sama pernah menghadapi Iblis Bulan Atas, Douma. Tapi hanya dirimu yang selamat. Tentu kau tahu bagaimana kekuatan yang ia miliki bukan? Itu sangat membantu dalam pengejaran ini."

Hening, Shinobu diam menatap Giyuu yang kini benar-benar fokus pada iris ungunya.

"Kau juga tidak mau Douma mengambil korban lagi selain Kanae-San, Kanao, dan Aoi bukan? Lalu apa kau punya alasan untuk menolak penyelamatan ini?"

Saat itu juga Shinobu menggeleng pelan, Giyuu diam-diam tersenyum tipis lalu mengusap habis air mata yang membasahi pipi Shinobu.

Hashira Air itu berdiri lalu menatap Naho, Sumi, dan Kiyo yang sejak tadi menonton dramanya dengan Kochou bungsu ini.

"Aku serahkan Kanao pada kalian."

"Ha'i!"

Giyuu kemudian beralih pada Shinobu kembali.

"Kita tunggu Tanjirou sebentar lagi, lalu segera bergegas sebelum iblis itu menghabisi Inosuke juga."

*

TBC

HELLOWW

GIMANA UDAH UP LAGI KAN?

WALAUPUN AGAK LAMA, YANG PASTI GAK SAMPE SEMINGGU INTINYA

Buat readers yang kemarin minta up pas pagi-pagi itu.

Neol Saranghae dari akuuu

Karena kamu, mood aku yang abis lagi hancur gara-gara daring matematika wajib, langsung balik lagi.

Aaw review readers emang moodbooster banget xixixi.

Pokoknya luv buat kalian semua ️

Gimana chapter ini? Ada dua Hashira yang tingkah nya bener-bener bertolak belakang.

Shinobu Kochou dan Giyuu Tomioka.

Ayok absen dulu siapa yang GiyuuShino ship garis keras disini? /hadirr

Kalo yang harepin Inosuke vs Douma, mohon chotto matte yaa.

Karena untuk spoiler selanjutnya, Inosuke bakalan cari keberadaan Douma lewat teknik pedangnya yang ketujuh.

Dimana dia ngerasain keberadaan musuh dengan pedangnya yang di tancepin ke tanah.

Penasaran??

Makanya yuk review yukk.

Banyak review semakin semangat buat nulis kelanjutannya.

Karena notifikasi review dari kalian ada moodbooster aku.

Xixixi.

Sayang kalian semua yang ngikutin cerita ini sampai habis nanti.

Arigato~