"Blue Forest"

.

.

.

.

.

Chapter Five :

-Lord Inosuke Attack-

.

.

.

.

.

Main Character :

-Inosuke Hashibira-

vs

-2nd Upper Moon : Douma-

.

.

.

.

.

Other Character :

-Aoi Kanzaki-

.

.

.

.

.

Kimetsu no Yaiba - Fanfiction

.

.

.

.

.

Warning (!)

OOC : Inosuke Being A Bucin Boy

.

.

.

.

.

This is My Fourth Fanfiction I Published

I Hope You Like It

Don't Forget To Review After Read

Regards, Aletha.

Langkah larian kencang itu membelah Hutan belakang markas pilar yang begitu luas.

Laki-laki Hashibira itu bermandi keringat dingin dengan dengan detak jantungnya yang sejak tadi tidak bisa berhenti berdetak normal.

Berkali-kali ia berusaha menepis pikiran buruknya mengenai Gadis Kanzaki itu, tapi hatinya sangat tidak sinkron dengan otaknya yang terus mengganggunya dengan pikiran negatif itu.

Inosuke berkali-kali mengeram kasar, kedua pedangnya ia genggam dengan erat menemani langkah lariannya saat ini.

Bagaimanapun juga Inosuke harus menyelamatkan Aoi secepatnya, jika nyawanya akan menjadi taruhannya Inosuke tidak peduli.

Ia tahu betul kekuatan iblis bulan, karena timnya bersama Tanjirou dan Zenitsu sama-sama pernah menghadapi keluarga iblis bulan tingkat bawah di Gunung Natagumo. Yang kekuatannya hampir saja merenggut nyawa ketiganya.

Tapi kali ini benar-benar berbeda. Bukan iblis bulan tingkat bawah, tapi iblis bulan atas kedua yang kekuatannya bisa dibilang hampir menyamai Kibutsuji Muzan.

Inosuke tidak peduli, berkali-kali ia menanamkan pikiran beraninya itu dalam otaknya.

Dirinya pemburu iblis yang kuat, Inosuke yakin hal itu. Semua iblis berbagai tingkatan akan ia hadapi.

Nyawanya tidak penting, karena Inosuke sangat percaya akan kemampuannya.

Ckittt.

Inosuke menghentikan langkah larinya mendadak, membuat bunyi nyaring antara sandalnya yang bergesek dengan dedaunan diatas tanah.

Dibalik topeng babinya, Inosuke melebarkan matanya melihat bekas pertarungan yang penuh darah ini.

Apalagi ketika melihat banyaknya buah beri yang berserakan diatas tanah bersama bekas keranjang nya yang hampir hancur.

Lutut Inosuke melemas, ia terjatuh diatas tanah.

Apalagi ini kalau bukan bekas pertarungan antara dua gadis Butterfly Mansion dengan iblis bulan atas itu?

Inosuke hampir menangis ketika melihat banyak beri yang hampir hancur bersama keranjang buah itu.

Ya, keranjang buah milik Aoi yang tadi sempat Inosuke lihat gadis itu mengambilnya di pagar keluar Butterfly Mansion sebelum berangkat pergi.

Dan kini benda itu hancur bersama buah beri yang pasti Aoi sudah kumpulkan.

Dari awal ini memang kesalahan Inosuke, seharusnya ia tidak menghabiskan persediaan blueberry yang tersedia.

Jika hal itu tidak ia lakukan, mungkin saja Aoi dan Kanao tidak pergi menuju hutan ini kemudian sama-sama menjadi korban Douma.

Semua salah Inosuke.

Kanao luka parah, dan Aoi diculik.

Bahkan Inosuke tidak tahu pasti bagaimana keadaan gadis itu sekarang.

"Baka... Orewa..." Inosuke melirih pelan, merutuki dirinya sendiri.

Hingga ketika tangannya bergerak, Inosuke merasakan benda lembut mengenai punggung tangannya.

Tersentak, Inosuke merunduk dan lagi-lagi ia menahan nafasnya melihat ikat rambut kupu-kupu berwarna biru yang merupakan milik Aoi.

Tergeletak di atas tanah, terlepas dari sang pemilik.

Inosuke meraih benda itu dan hatinya hancur terkeping-keping. Lewat topeng babinya, ia menatap benda cantik itu intens.

Benda yang selalu menarik perhatiannya ketika Aoi memarahinya.

Benda yang mempercantik tampilan gadisnya.

Hanya satu buah dari sepasang yang Aoi miliki, satu lagi pasti masih berada dalam surai legam gadis itu.

Semua adalah kesalahannya. Inosuke mengelus ikat rambut kupu-kupu itu lembut, merasakan kehadiran Aoi dihadapannya saat ini.

Tapi saat ini bukan waktu Inosuke untuk merenungi kesalahannya.

Inosuke menyambar kedua pedangnya dengan satu tangannya yang kosong.

Berdiri dengan tegak, Inosuke memandangi benda biru itu sejenak lalu memasukkannya pada saku celananya.

Diam-diam ia tersenyum kecil, Inosuke tidak akan membiarkan iblis brengsek itu melukai gadisnya lebih dari ini.

Sudah cukup masalah yang harus Inosuke tanggung karena kesalahannya ini.

Inosuke mengatur nafasnya pelan lalu meraih salah satu pedangnya, kini kedua tangannya berisi kedua pedang miliknya.

Inosuke memejamkan matanya sejenak lalu memposisikan katananya dengan tinggi.

Bresh!

Tertancap sempurna diatas tanah, Inosuke langsung berjongkok diantara kedua pedangnya yang ia tancapkan diatas tanah itu.

Menarik nafasnya pelan, Inosuke membuangnya perlahan.

Dirinya mulai berkonsentrasi dan menepis segala pikirannya.

"Kedamono no kokyū : Shichi no Kata: Kūkan Shikikaku."

Bak menjelajahi seluruh isi hutan yang gelap di siang hari ini, Inosuke benar-benar fokus menggunakan inderanya dalam kemampuannya saat ini.

Cukup lama, hingga Inosuke melihat sebuah laki-laki tinggi berpostur besar tengah berlari sembari membawa seorang gadis yang sangat Inosuke kenali itu.

Lariannya sangat cepat. Inosuke sudah mengetahui dimana letak iblis itu, Douma.

Dengan kilat, Inosuke menarik pedangnya kasar dan langsung melompat kemudian berlari penuh kecepatan menyusul keberadaan Douma yang telah ia tandai itu.

"Inosuke-Sama benar-benar tidak akan memaafkan mu ketika telinga ku bisa mendengar lirihan kesakitannya, Kisama." Inosuke bergumam tenang, walaupun emosi dalam hatinya kini membara penuh api.

Pikiran Inosuke kini fokus pada tujuannya, dan berkali-kali ia meraungkan nama Aoi dalam hatinya.

Bertahanlah sebentar lagi, Kanzaki.

Ya bisa dilihat sendiri, bahwa Inosuke tidak akan main-main dengan ucapannya.

Kalau saat pertarungan nanti dirinya mendapatkan kesempatan, Inosuke tidak akan segan-segan memotong kedua tangan Douma yang telah membuat gadisnya terluka.

Dan Inosuke tidak akan menarik kembali ucapan. Pendiriannya teguh.

Hanya karena seorang perawat manis dari Butterfly Mansion yang bisa membuat Inosuke semarah ini.

Aoi Kanzaki, gadis yang setelah ini Inosuke akan ganti nama belakangnya dengan Hashibira.

-Blue Forest-

Derap langkah lebar Douma membelah Hutan belakang markas pilar ini, ditemani suara hewan-hewan kecil yang berkeliaran membuat Douma tersenyum kecil.

Setiap langkah lariannya selalu bersamaan dengan berterbangan burung-burung diatas pohon yang seolah-olah mengatahui bahwa Douma adalah seseorang yang berbahaya.

Tapi hal itu tidak membuat Douma kesal, ia menyukai suasana saat ini.

Tenang dan berharga.

Bersama gadis cantik yang kini dalam dekapan tangan kirinya.

Ya benar sekali, memiliki tubuh yang kuat dan besar membuat badan semungil Aoi mudah untuk ia bawa dalam satu tangan.

Karena tangan kanan Douma memegang kedua kipas emasnya, tetap waspada kali saja penyelamat gadis dalam dekapannya ini datang untuk menghadangnya.

" Daijoubu, kau akan tetap aman ketika bersama ku." Douma berucap lembut sembari melirik Aoi yang sudah tidak sadarkan diri karena luka parah dan racun Douma yang ia terima.

Melihat wajah penuh darah dan luka gadis itu yang terlihat lugu ketika tidak sadarkan diri saat ini membuat Douma gemas bukan main.

Sifatnya yang terlalu dewasa kembali terlihat.

Tangan kiri Douma pun mengelus lembut punggung Aoi yang terlapis seragam biru itu.

"Kokushibou pasti akan senang melihat kedatangan ku, apalagi dengan gadis manis seperti mu." Douma kembali bergumam sendiri dengan nada seraknya.

Ia melebarkan senyumnya lalu mempercepat langkah lariannya.

Namun dalam larian kencangnya Douma merasakan sebuah ancaman kecil mendekatinya.

Matanya terpejam lalu melirik kearah langit, Douma memiringkan sudut bibirnya.

Langkahnya berhenti secara mendadak, Douma langsung memutar tubuhnya dengan gerakan pelan.

SYESH.

Bersamaan dengan jatuhnya satu pedang bergerigi itu di posisinya berdiri sebelum berputar tadi.

"INOSUKE-SAMA TELAH DATANG, KISAMA!!"

Firasat Douma sepenuhnya benar.

Tiga detik setelah satu pedang yang hampir menusuk kepalanya dari atas itu, seseorang tanpa atasan dan topeng babi hutannya mendarat dihadapan pedang miliknya.

Inosuke langsung menarik satu pedangnya yang tertancap diatas tanah itu. Kemudian berdiri dengan posisi bersiap bertarung. Kedua tangannya yang menyilang sama-sama memegang pedangnya hingga membentuk simbol X.

Inosuke menatap wajah Douma lewat lubang topengnya, diam-diam ia tersenyum kecil. Mangsanya sudah berada dihadapannya saat ini.

"Gerakan menghindar mu sangatlah pelan, apa kau yakin itu menggambarkan seorang iblis bulan atas?" Tanya Inosuke meremehkan.

Douma tersenyum dan menatap Inosuke balik lewat mata pelangi nya.

"Hanya nichirin milik mu yang terlalu cepat mendarat. Sungguh apa kau tidak khawatir jika aku tidak menghindar, benda tumpul itu akan mengenai gadis manis ini?"

Seolah lupa dengan tujuan awalnya, Inosuke baru menyadari bahwa dalam dekapan tangan kiri Douma. Iblis itu membawa gadis berseragam biru, yang siapa lagi kalau bukan Aoi...?

"Kusso! Teme-wa! Kembalikan Aoi pada ku!" Inosuke membentak Douma keras penuh emosi.

Darahnya terpancing melihat Aoi yang terlihat lemah tidak berdaya dalam dekapan Douma.

Apa yang sudah iblis bulan itu lakukan pada gadisnya!?!

"Hihi... Daijoubu... Ini adalah keinginannya, kau tidak pantas meminta ku untuk mengembalikan gadis manis ini padamu. Lagi pula dia bukanlah benda yang dipinjam-pinjamkan." Balas Douma santai, tak lupa dengan tawa kecilnya.

Terlintas untuk semakin memancing emosi pemburu iblis dihadapannya ini, Douma tersenyum kecil.

Perlahan tangan kanannya yang mendekap Aoi itu mengelus punggung gadis itu yang terbalut seragam birunya.

Mata Inosuke melebar melihat itu.

Cukup sudah! Ini bahkan lebih dari penyiksaan yang sudah Douma lakukan! Iblis itu bahkan melecehkan Aoi!

Bisa-bisanya! Apa ia tidak sadar bahwa kastanya sendiri adalah oni?!

"Brengsek! Jauhkan tangan mu itu dari Aoi!"

Inosuke langsung berlari menuju Douma dengan cepat, tangannya yang membawa kedua pedangnya langsung bersiap melakukan serangan

Douma yang melihat itu semua tersenyum lebar, rencananya berhasil.

Astaga betapa serunya memainkan emosi seseorang.

"Kedamono no Kokyu..." Inosuke berlari cepat dan memposisikan katananya.

SYESH!

Sangat cepat, membuat goresan sedikit lebar pada pinggang Douma.

Namun belum sempat Inosuke melancarkan serangannya yang selanjutnya, Douma sudah melebarkan kipasnya.

WUSH!

"EOH!?"

Tubuh Inosuke langsung terhempas lewat terpaan angin kipas milik Douma bersama teratai es yang juga keluar bersamaan angin itu mengenainya.

Terlempar sedikit jauh, Inosuke langsung menancapkan katananya pada tanah untuk menahan tubuhnya yang tidak berhenti terguling diatas tanah.

Ia kini terluka kecil dibeberapa bagian tubuhnya, terutama wajahnya.

Tapi bukan Inosuke namanya jika ia langsung menyerah begitu saja, laki-laki Hashibira itu langsung berdiri dengan cepat.

Menatap nyalang Douma.

"Brengsek..." Inosuke terbatuk pelan.

"Tunggu... Apa kau terbatuk? Ah sungguh, bahkan aku belum mengeluarkan jurus beracun ku itu. Bagaimana bisa kau sudah sesak nafas terlebih dulu?" Douma menatap Inosuke dengan topeng ekspresi khawatirnya.

Kemudian ia membuka kipasnya kembali, Inosuke mengernyit.

Nandayo kisama? Apa yang ia pikiran setelah mengatakan kalimat aneh-

WUSH!!!

"AUWH!"

Belum sempat kata-kata dalam pikirannya terangkai sempurna. Inosuke meremas lengan kanannya ketika kibasan angin Douma menerpanya kembali.

"TSURU RENGE!!"

Kali ini berbeda, dapat Inosuke rasakan beberapa titik kulit tubuhnya tergores kasar oleh benda tajam berbentuk seperti-- BUNGA TERATAI BEKU!?

Inosuke langsung menarik pedangnya kasar lalu berlari kencang menghindari serangan Douma secepatnya, ia meremas tangan kanannya yang terluka cukup dalam karena teratai es Douma yang tajamnya bukan main.

Darah merembes keluar banyaknya dari lengan kekarnya itu.

Dalam langkah cepatnya yang berusaha mencari tempat berlindung-- ralat maksud nya menyerang Douma dalam keadaan seperti ini. Tiba-tiba Inosuke terlonjak.

Wush.

Syesh

Syesh

Syesh

"Ittai...!" Inosuke langsung menutupi wajahnya yang kini menjadi sasaran empuk serangan Douma.

Hei... Tunggu sebentar...

Wajahnya?

Maksud Inosuke wajahnya?

Bukannya ia memakai pelindung-

"Baru sadar huh? Topeng babi? Bahkan aku mengira sudah berhasil memenggal kepala mu.

Serangan Douma berhenti bersamaan kalimat itu terdengar. Inosuke membuka tangannya yang semulanya menutupi wajahnya yang penuh dengan luka.

Matanya melebar melihat Douma yang berdiri santai. Bukan itu masalahnya!

Ia masih mendekap Aoi dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya yang mengangkat topeng babi Inosuke dengan kipas emas miliknya.

"Bagaimana kau mengambilnya!?" Bentak Inosuke tidak terima.

Bahkan gerakan Douma tidak dapat bisa dirinya lihat. Walaupun matanya tadi sempat tertutup, tapi indera sensor Inosuke tidak pernah terlewat satu musuh pun!

"Penasaran? Lebih baik kau melatih dirimu kembali agar sama cepatnya seperti ku. Dasar babi hutan lamban."

Douma mengatakan itu lalu membuang topeng babi milih Inosuke sedikit jauh.

Sukses membuat urat merah langsung timbul pada kepala Inosuke. Berdenyut keras, menunjukkan betapa marahnya Inosuke saat ini.

Emosinya karena Douma menyakiti Aoi kini bercampur dengan rasa amarahnya karena Inosuke tidak bisa bernapas dengan baik tanpa topengnya saat ini.

"BRENGSEKK!! AKAN KU BUNUH KAU DENGAN CEPAT TEME-WA!!!"

Inosuke berseru penuh kemarahan, ia langsung berlari kencang menuju Douma.

Iblis bulan itu tertawa kecil,

Dimana letak otak bocah babi itu sampai mengulangi gerakan yang sama untuk ke--

"Go no Kiba: Kurui Zaki!"

SYESH

SYESH

SYESH

WUSH!

Douma terpaku merasakan dada, leher, pipi, dan lengannya kini mengeluarkan sebuah cairan merah kental.

"Kau adalah iblis yang lamban mencerna gerakan lawan! Kono-Baka!"

Dan Douma baru sadar gadis manis dalam dekapannya itu telah menghilang.

Ketika ia membuka mata pelangi nya. Pemandangan yang Douma dapatkan adalah Inosuke yang terjongkok diatas tanah bersama Aoi yang dalam pangkuan paha lelaki itu.

Inosuke mengatur nafasnya lalu menatap wajah Aoi yang tenang dan penuh luka disegala macam tubuhnya.

Rambut gadis itu berantakan juga seragam birunya yang compang-camping.

Inosuke meneguk ludahnya susah payah, ia mengusap lembut bekas aliran darah yang berasal dari mulut Aoi.

Tidak lupa lebam biru dan goresan sana-sini juga tertampak pada pipi tembam Aoi.

Hati Inosuke hancur sehancur-hancurnya melihat keadaan mengenaskan gadis yang sudah lama ia pendam rasa ini.

" Daijoubu... Aku akan melindungi lebih baik mulai sekarang." Inosuke mendekatkan wajahnya pada Aoi.

Kemudian mencium lembut dahi lebar gadis itu yang menjadi satu-satunya bagian tubuh Aoi yang selamat dari segala macam luka.

"HENTIKAN DRAMA BODOH MU SEOLAH KAU TIDAK MEMILIKI KESALAHAN SETELAH MELUKAI KU BODOH! CHIRI RENGE!"

Inosuke melebarkan matanya dan spontan berbalik cepat.

SYING.

Kedua kipas Douma yang hampir saja menebas lehernya itu berhasil Inosuke tahan dengan pedangnya.

Douma menggeram kesal kemudian mengangkat kipasnya cepat.

Inosuke yang menyadari akan serangan pengganti Douma, langsung mengulurkan kakinya dan menendang dada Douma keras dalam kecepatan kilat.

Cukup membuat Douma terhempas.

Senyuman senang hampir terbit pada bibir Inosuke sebelum iblis itu langsung melayangkan kipasnya kencang.

"Itegumori!"

"Hasuhagōri!"

Hembusan dingin bersamaan es teratai berukuran sedang itu membuat Inosuke melebarkan matanya.

Dalam satu detik teratai-teratai es itu langsung mengenai tubuh Inosuke. Darahnya muncrat kemana-mana.

Inosuke berteriak tertahan. Langsung menggenggam kedua pedangnya dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya langsung mendekap Aoi dan membawa gadis itu dalam gendongannya.

Berusaha untuk melarikan diri dalam keadaan amukan Douma saat ini.

Situasinya membawa Aoi saat ini membuat Inosuke mau tidak mau harus mengutamakan keselamatan gadisnya ini.

Tidak peduli lagi akan pertarungannya.

Inosuke berlari dengan Aoi yang ia bawa, berusaha menahan rasa perih yang menimpa seluruh tubuhnya karena serangan Douma tadi.

Tujuannya adalah mengambil topeng babinya secepatnya kemudian melarikan diri untuk menyelamatkan Aoi juga.

SYESH

SYESH

"Kisama...!" Inosuke menahan nafas, berusaha tidak meringis.

Serangan Douma tiada habisnya. Dan entah mengapa udara disekitarnya semakin mendingin, cukup membuat darah Inosuke yang keluar serasa membeku.

"KOROSU! FUYUSARE TSURARA!"

Mati-matian Inosuke untuk tetap melindungi tubuh Aoi ditengah lariannya yang mulai tertatih saat ini.

Hingga dirinya tidak sadar bahwa tombak es dari Douma telah sukses menusuk pinggang Aoi dalam kedipan mata.

"Aoi!!"

Inosuke berteriak dan langsung bersiap menghampiri Aoi yang terhempas dari gendongannya.

Darah segar mengalir keluar tiada habisnya dari pinggang gadis itu. Inosuke langsung menarik tombak es Douma dan membuangnya. Tangannya langsung berusaha menutupi luka besar yang berada pada pinggang Aoi.

Kilatan amarah terpampang jelas pada kedua bola mata hijaunya.

Inosuke mengeram tertahan, kalau saja saat ini Aoi tengah sadarkan diri tidak bisa ia bayangkan bagaimana wajah kesakitan gadis itu.

Tapi kini gadisnya tidak sadarkan diri, Inosuke sangat yakin bahwa Aoi memang tidak merasakan sakitnya sekarang. Tapi mungkin nanti ketika tersadar.

Sial! Inosuke tidak bisa membayangkan rasa sakit yang akan Aoi rasakan!

"Bertahanlah untuk ku. Percayalah kau akan selamat, aku akan menyelesaikan masalah ini." Inosuke menarik tangan Aoi yang pucat dengan beberapa luka gores disana.

Kemudin mengecup punggung tangan Aoi lewat bibir lembutnya.

Inosuke langsung berdiri saat itu juga. Ia menatap Douma yang belum mengibaskan kipasnya kembali.

Matilah dan pergilah ke neraka, bajingan.

Tanpa aba-aba Inosuke langsung berlari menuju Douma dengan katananya yang sudah siap memenggal kepala iblis bulan itu.

Douma menarik senyum pembunuhnya. Sedikit lagi Inosuke mendekat, ia langsung mengibaskan kipasnya keras.

"TSURU RENGE!"

WUSH!

Seperti kebal, Inosuke tetap menerobos serangan helai teratai tajam Douma. Hanya sesekali ia menghindari serangan itu jika akan mengenai wajahnya.

Tidak peduli dengan luka pada tubuhnya yang akan bertambah.

Douma mengetahui itu semakin tertarik untuk membuat Inosuke semakin merasakan rasa sakit darinya.

"Hasuhagōri!"

Kini teratai beku menggores semua bagian tubuh Inosuke.

Laki-laki itu masih tetap berlari kencang dengan pedangnya yang siap ia layangkan.

Inosuke sama sekali tidak peduli tubuhnya yang kini penuh luka dan berantakan.

Darah sudah seperti memandikan tubuh Inosuke ditengah suhu dingin yang Douma berikan saat ini.

Inosuke semakin mendekati Douma, iblis itu tersenyum lebar.

Tiga langkah lagi...

"Shi no Kiba: Kiri Koma Zaki!"

Syesh!

Syesh!

Douma melebarkan matanya ketika kedua lengannya tangannya robek besar hingga mengenai tulangnya.

Kipasnya hampir saja terjatuh.

Inosuke bertukar tempat dengan cepat, ia yang awalnya akan menyerang Douma dari arah depan. Baru saja menyerangnya dari arah samping. Gerakannya benar-benar cepat tanpa Douma sadari.

"INOSUKE-SAMA AKAN MENGIRIM MU PADA NERAKA SECEPATNYA!"

BUGH

Satu lagi Douma tidak menyadari pergerakan Inosuke.

Laki-laki itu sukses melompat tinggi dan menendang kepalanya hingga Douma tersungkur diatas tanah.

Masih belum cukup, dalam posisinya saat ini Inosuke langsung melemparkan kedua katananya.

Untuk menusuk punggung Douma sebagai serangan terakhirnya.

SYING!

Inosuke terkejut bukan main ketika kedua pedangnya yang sedikit lagi membelah punggung iblis itu kini terhempas.

Douma menangkis itu semua dengan kipas emasnya.

"Kali ini kau telah membuat harga diri ku terinjak-injak dasar bodoh!!"

Douma langsung berdiri tanpa raut wajah kesakitan pada kepalanya yang berdarah akibat tendangan Inosuke.

Seolah tak gencar dan masih memiliki seribu cara lain untuk membunuh Douma tanpa katananya, Inosuke menatap Douma menantang.

"Nandayo!? Kau bahkan tidak memiliki apa itu harga diri! Tidak usah meremehkan ku seperti itu! Aku juga petarung tangan kosong yang handal!" Inosuke bersiap berlari kembali kearah Douma kembali.

Douma menggeram tertahan, cukup sudah.

Ia akan melenyapkan laki-laki Hashibira ini bersama gadis manis itu sekaligus.

Peduli setan dengan perintah Kokushibou, harga diri Douma kini telah hancur akibat bocah babi hutan dihadapannya saat ini!

" DAMARE KONO-INOISHI! MATILAH BERSAMA GADIS MANIS TAK BERGUNA ITU JUGA! MUHYŌ - SUIREN BOSATSU!"

Patung es Bodhisattva raksasa langsung timbul dengan cepat. Inosuke terkejut bukan main.

Dalam satu detik angin kencang bercampur teratai es yang setajam silet dan juga tombak-tombak es Douma terkumpul dan bersiap menerpa Inosuke.

Inosuke pun langsung berlari menuju Aoi, akan melindungi gadisnya.

Tapi dirinya langsung tersungkur ketika jeratan teratai es yang timbul dari tanah mengikat kakinya.

Inosuke terjatuh, ia menatap Aoi yang berada jauh dari posisinya saat ini.

Serangan dahsyat itu akan menerpanya bersama Aoi. Sial! Jeratan kakinya benar-benar erat.

Inosuke berusaha untuk melepaskan cengkraman teratai itu sambil menoleh bolak-balik ke kedua hal diantaranya saat ini.

Serangan Douma dan Aoi yang berada diatas tanah.

Iris hijaunya tidak lepas dari Aoi yang tidak sadar karena terluka parah itu. Inosuke tidak bisa membiarkan gadisnya terluka lebih parah daripada hal ini.

Tapi sialnya jeratan teratai ini menahan kakinya benar-benar erat.

"Kusso...!"

Inosuke memaki penuh emosi. Perasaannya campur aduk.

Entah marah, kecewa, dan jengkel. Semuanya menjadi satu.

Inosuke sekali lagi menoleh pada serangan dahsyat Douma yang akan meledak sebentar-

BRUASH

SYESH

SYESH

"ITTAI!!!"

Ledakan serangan dahsyat itu sukses membuat semua burung-burung yang awalnya hinggap diatas pohon langsung berterbangan melarikan diri.

Sangat terbanting terbalik dengan Inosuke yang kini telah terlepas jeratan teratai itu.

Kondisi nya benar-benar tidak dapat di deskripsikan saat ini.

Hanya terlihat darahnya yang membasahi tanah tempat dirinya tersungkur, dan beberapa helai rambut Inosuke yang berserakan.

Cukup menunjukkan betapa mengenaskannya keadaannya saat ini.

Inosuke meneguk ludahnya susah payah, ia mendongak pelan-pelan.

Menatap sisa es yang berterbangan dari hancurnya patung raksasa sebagai serangan pemungkas tadi.

Semuanya lenyap, hanya tersisa udara dingin dan es ringan yang berterbangan di sekitar Inosuke saat ini.

Satu hal Inosuke sadari.

Bahwa Douma telah menghilang dari pandangannya. Sendirian, tanpa membawa gadis Kanzaki itu untuk melanjutkan penculikannya.

Sepertinya Inosuke harus bersujud syukur saat ini juga.

*

TBC

HAIII

AKU UP LAGI HARI INI WALAUPUN GAK ADA YANG REVIEW

SANTAI AJA WALAUPUN GAK ADA MOODBOOSTER DARI KALIAN BUAT AKU SEMANGAT NULIS, TAPI AKU TETEP BERUSAHA UNTUK UPDATE CEPET XIXIXI.

Review gak review ya gamasalah, cuma ya kalo ada notifikasi review dari kalian itu aku kayak lebih seneng dan semangat aja gitu.

Gimana chapter kali ini? Udah epic belom Douma vs Inosuke?

Sumpah ya kemarin setengahnya chapter ini udah aku tulis, terus bagian fight -nya aku bener-bener buntu.

Masalahnya aku pingin buat yang lebih wow dan epic dari scene

Kanao-Aoi vs Douma yang sebelumnya.

Buntu banget ide ku, aku bingung mau scene kayak gimana. Sampe akhirnya aku mikir, apa baca manga nya aja ya?

Yaudah aku coba, temen-temen ku juga pada rekomendasiin manganya KNY buat aku baca.

Bagian scene Kanao-Inosuke vs Douma. Agak susah sih bayangin adegannya, tapi aku coba buat baca lebih serius.

BENER AJA! 30 MENIT BACA MANGANYA, CHAPTER INI LANGSUNG JADI DALAM DUA JAM.

Emang pencerahan banget kayaknya aku abis baca manganya xixixi.

Maunya kemarin abis chapter ini rampung, aku bakalan up. Tapi jempol udah hampir retak kelamaan ngetik dua jam :")

Jadinya hari ini selesainya aku daring baru up, hihihihi :D

Sorry yah kalo scene uwu InoAoi nya belomm.

Chotto matte, karena untuk spoiler chapter selanjutnya bakalan full Inosuke-Aoi!

Terus juga book ini bakalan ending lagi dua chapter. Ehehehe

Semoga bisa selesai dalam minggu ini yaaa.

Tetep pantau terus Fanfic Blue Forest.

Jangan lupa review jugaaa

Arigato~