"Blue Forest"
.
.
.
.
.
Chapter Six :
-Talking With Oyakata-Sama-
.
.
.
.
.
Main Character :
-Inosuke Hashibira-
X
-Aoi Kanzaki-
-Giyuu Tomioka-
X
-Shinobu Kochou-
.
.
.
.
.
Other Character :
-Tanjirou Kamado-
-Zenitsu Agatsuma-
.
.
.
.
.
Special Character :
-Kyojuro Rengoku-
-Kagaya Ubayashiki-
.
.
.
.
.
Kimetsu no Yaiba - Fanfiction
.
.
.
.
.
Warning (!)
OOC : Inosuke Being A Bucin Boy
.
.
.
.
.
This is My Fourth Fanfiction I Published
I Hope You Like It
Don't Forget To Review After Read
Regards, Aletha.
Langkah pelan yang begitu lambat itu terlihat begitu menyeret sang pemburu iblis bermarga Hashibira ini. Gesekan dedaunan kering yang beradu dengan sandalnya membuat suara yang cukup nyaring.
Bruk.
Sekali lagi Inosuke terjatuh diatas tanah, masih ada jarak sekitar lima meter lagi antara dirinya dengan Aoi saat ini.
Seluruh tubuhnya yang terluka parah tidak Inosuke hiraukan, tapi kali ini tenaganya benar-benar habis setelah terjatuh sebanyak empat kali dari langkah pelannya itu.
Luka dikakinya bertambah banyak karena tergesek ranting-ranting kayu yang berjatuhan diatas tanah.
Inosuke benar-benar tidak peduli itu semua.
Ia bersiap berdiri lagi dengan tumpuan lengannya, Inosuke menahan rasa sakit lengannya mati-matian.
"Chikuso..." Inosuke menggeram penuh emosi tertahan.
Ia terbatuk pelan, dadanya mulai sesak. Bernafas tanpa topeng babinya disaat ia terluka parah seperti ini memang membuat Inosuke hampir menggila saja.
Inosuke tidak memiliki tenaga lagi, ia menoleh dan menatap Aoi yang terluka parah dalam keadaan tidak sadar.
Rasa khawatir nya semakin bergelonjak.
"Aoi..." Lirihnya pelan.
Inosuke kemudian menyeret tubuhnya secara perlahan-lahan menuju gadis Kanzaki itu. Lebih baik lambat dan membiarkan tubuhnya terluka lagi, dari pada Inosuke memaksakan berjalan kemudian kehilangan kesadarannya tiba-tiba. Itu tentu lebih berbahaya lagi.
Cukup lama hal itu berlangsung, hingga akhirnya Inosuke berhasil menarik tangan Aoi. Ia berada disebelah gadis itu.
Mengecup punggung tangan gadis itu pelan, air mata Inosuke lolos saat itu juga.
Tubuh gadisnya masih hangat, Inosuke yakin Aoi masih hidup.
Air matanya tidak henti-hentinya lolos dair pelupuk matanya, Inosuke menangis untuk pertama kalinya dan hanya bisa dilakukan karena rasa sayangnya pada Aoi.
Bisa kalian bayangkan betapa berharganya Aoi dalam kehidupan Inosuke yang merupakan pemburu iblis paling barbar tak kenal lemah.
Inosuke menarik wajah Aoi menghadapnya, menatap pahatan wajah manis yang kini penuh luka itu.
Jarak keduanya terbanding 30 cm. Inosuke pelan-pelan mendekatkan wajahnya pada Aoi.
"Gomen..."
Kini jarak keduanya hanya sekitar 7 cm. Inosuke mengusap pipi Aoi lembut.
Berusaha perlahan-lahan sedikit bangun, kemudian mendekatkan wajahnya pada gadis Kanzaki itu.
Chu~
Inosuke menjatuhkan bibir tipisnya pada kening lebar Aoi yang selamat tanpa luka ataupun lebam.
Satu-satunya bagian tubuh gadisnya yang masih lembut tanpa sedikitpun luka.
Inosuke mencium dahi Aoi lama, air matanya kembali mengalir deras.
Hampir 15 detik kecupan itu berlangsung, Inosuke melepaskan tempelan bibirnya dari dahi Aoi.
Kini ia berada diatas wajah manis Aoi yang tenang.
Hati Inosuke kembali hancur sehancur-hancurnya melihat Aoi yang terluka parah. Wajah cantik yang selalu memasang tampang galak padanya itu kini tenang dengan banyaknya luka dan lebam.
Sret.
"Bibir cherry milikmu..." Lirihan Inosuke kembali terdengar setelah jempolnya mengusap lembut sudut bibir Aoi yang mengalirkan darah.
Tidak berbeda jauh dengan darah yang sedari tadi mengalir di sudut bibir Inosuke juga.
Keadaan keduanya sama parahnya. Tapi menurut Inosuke, Aoi yang terparah. Karena baginya luka 'sekecil' ini tidak berarti apapun.
Teringat sesuatu, Inosuke buru-buru merogoh saku celananya.
Dan menemukan sebuah botol kecil berisi cairan berwarna kuning-hijau.
Minyak Bunga Sakura.
Sebuah obat yang Nenek Tua pemilik Rumah Sakura itu berikan pada Inosuke sebelum keberangkatannya kembali bersama Tanjirou dan Zenitsu.
Minyak yang wanita tua itu katakan bisa Inosuke pakai ketika ia terluka dan sendirian tanpa adanya bantuan.
Seolah lupa dengan dirinya yang terluka, Inosuke membuka tutup botol kecil itu terburu-buru.
Kau bisa meminumnya sedikit saja... Ketika dirimu terluka benar-benar parah... Ingatlah pesan Nenek Tua ini...
Inosuke mengangguk kecil setelah mengingat hal itu, ternyata perkataan dan hadiah Kono-Baba itu sangat membantunya dalam keadaan seperti ini.
Mendekatkan mulut botol yang sudah terbuka itu pada bibir Aoi, Inosuke melakukannya dengan lembut.
Membuka bibir Aoi pelan, Inosuke langsung menuangkan sedikit -sekitar tiga tetes- minyak sakura itu kedalam mulut Aoi.
Chu~
Inosuke menjatuhkan bibirnya pada bibir Aoi setelah menjauhkan botol kecilnya.
Tidak lama, hanya sekitar 10 detik sampai Inosuke merasakan nafasnya mulai sesak.
Bruk.
Tubuhnya terjatuh tepat disamping Aoi, Inosuke meremas dadanya erat. Wajahnya memerah, ringisan tidak henti-hentinya keluar.
"Ittai...hh..."
Inosuke cepat-cepat mengangkat botol kecilnya itu kembali, mendekatkan nya pada bibir tipisnya. Inosuke langsung meminum minyak sakura itu sedikit.
Berusaha untuk menyelamatkan dirinya juga. Rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya ini membuat Inosuke hampir mati saat ini juga.
Tapi menurut Inosuke akan sia-sia pengorbanannya pada Aoi jika dirinya tidak selamat. Inosuke tidak mungkin bisa tahan melihat tangisan gadis itu ketika melihat dirinya benar-benar pergi.
Setidaknya biarkan Inosuke mencoba untuk menyelamatkan dirinya juga. Inosuke yakin jika dirinya memang akan tetap hidup setelah ini, ia akan mempertahan senyuman Aoi bagaimana pun caranya.
Inosuke akan melindungi Aoi dengan seluruh kemampuannya. Ia akan menutupi kelemahan gadis itu dan akan melengkapi segala kekurangan Aoi.
Karena Inosuke tahu bahwa dirinya juga memiliki kelemahan walaupun sebagai pemburu iblis yang kuat.
Berhasil menyimpan sebotol kecil minyak sakura itu. Inosuke menoleh pelan pada Aoi yang berada tepat disebelahnya.
Menatap wajah manis itu ditengah rasa sakit yang tengah ia rasakan, Inosuke tersenyum samar. Ringisannya menghilang, Aoi memang berpengaruh besar pada diri Inosuke.
Dengan kulit yang mulai memucat, Inosuke mengangkat tangannya. Kemudian menarik bahu Aoi agar menghadapnya-- ah tidak, Inosuke yang mendekatkan badannya.
Ia mendekap tubuh Aoi dengan sisa tenaganya. Inosuke memposisikan dirinya lebih tinggi dari Aoi.
Alasannya? Cukup klasik.
Bisa membiarkan bibir tipisnya berada tepat didepan dahi lebar gadis bernama belakang 'Kanzaki' itu.
"Kau harus yakin bahwa kita berdua akan selamat..." Inosuke melirih pelan sembari mengusap tanpa tenaga surai hitam Aoi.
Ia tersenyum kecil dalam dekapannya pada Aoi saat ini.
"Kalaupun tidak bersama... Kau harus tetap bahagia tanpa bersama ku..."
Bersamaan kalimat lirihan itu Inosuke keluarkan, bibir tipisnya mendarat pada dahi Aoi dengan lembut.
Inosuke menarik lengkungan kecil pada sudut bibirnya, mencoba berpura-pura bodoh akan nafasnya yang mulai dangkal saat ini.
Inosuke meremas tangannya yang berada dibelakang kepala Aoi. Sial dirinya tidak bisa menahan rasa sakit ini lebih lama lagi.
Kondisinya yang benar-benar parah saat ini membuat rasa sakit akan nafasnya yang sesak itu berkali-kali lipat.
Inosuke menggeleng pelan, ia harus tetap bertahan hidup untuk selalu memastikan senyuman gadis itu terhias dibalik wajah manisnya.
Inosuke tidak boleh berakhir disini...
...Sampai dirinya benar-benar yakin akan tetap selamat.
Air mata Inosuke lolos, matanya mulai menjadi sayu.
Kali ini ia tidak akan mengelak lagi.
Inosuke kalah akan rasa sakitnya.
"Kita... akan... selamat... bukan... Aoi...?"
Berusaha tetap menampilkan senyumannya, seluruh badan Inosuke melemas saat itu juga. Kecupannya pada dahi Aoi terlepas.
Inosuke perlahan-lahan akan kehilangan kesadarannya, dengan keadaan yang sama persis seperti gadis dalam dekapan lemahnya itu.
"Inosuke-Kun...!"
Hanya samar-samar, tapi Inosuke mendengar suatu panggilan bersama langkah kaki beberapa orang.
Apakah itu Shi...
Tidak. Belum sempat pikirannya tercerna, Inosuke benar-benar kehilangan kesadarannya saat itu juga.
Tepat satu detik sebelum kedatangan ketiga pemburu iblis berkemampuan pedang hebat itu menapakkan kakinya di daerah hutan penuh bekas pertarungan berdarah ini.
"MASAKA! AOI! INOSUKE-KUN!"
Sayang sekali satu detik berharga itu tidak dapat Inosuke ketahui.
Bahwa masih ada kesempatan baginya untuk bisa melindungi dan menjaga senyuman Aoi untuk kedepannya.
Karena kedatangan dua Hashira dan satu Mizunoto itu.
Kochou Shinobu, Tomioka Giyuu, dan Kamado Tanjirou.
Untuk menyelamatkan dirinya juga Aoi.
-Blue Forest-
"Jadi kau mendengar percakapan kedua iblis bulan atas itu?"
" Ha'i. Aku menguping pembicaraan mereka berdua ketika pulang dari misi kemarin, Oyakata-Sama."
"Souka..."
"Ha'i!"
Ubayashiki menurunkan lengkungan bibirnya yang selalu menampilkan senyum tipis itu. Mendengar pernyataan dari Rengoku Kyojuro sangat membuat nya khawatir.
Walaupun bukan anak-anak nya yang termasuk pemburu iblis, Ubayashiki tidak pernah pilih-memilih kasih yang ia berikan.
Baginya gadis-gadis dan Kakushi yang bekerja dibawah nama Butterfly Mansion merupakan kumpulan remaja yang memiliki kemampuan sama seperti pemburu iblis lainnya. Hanya berbeda saja, mereka bisa mengobati dan menyelamatkan banyak nyawa seseorang.
Kyojuro yang menyadari perubahan raut wajah Ubayashiki yang sudah ia anggap keluarganya sendiri, langsung mengerutkan keningnya.
"Oyakata-Sama...?"
Lamunan Ubayashiki terpecah, ia menatap Kyojuro sejenak.
"Kyojuro, panggil Kochou Shinobu dan Tomioka Giyuu. Mereka sedang dalam bebas misi saat ini, jadi aku harap keduanya bisa menjaga keadaan Butterfly Mansion sekarang." Ubayashiki berkata dengan nada lembutnya pada Kyojuro.
"Ha-" Kyojuro bersiap mengangguk sampai ia tersadar sesuatu.
" Gomenasai Oyakata-Sama... Demo... beberapa saat yang lalu aku melihat Kochou Shinobu dan Tomioka Giyuu sedang berlari kencang keluar pagar Butterfly Mansion bersama dengan Kamado Tanjirou."
Kyojuro berbicara sedikit ragu-ragu mengenai hal itu.
Ubayashiki langsung menatapnya meminta penjelasan lebih lanjut.
"Mereka berdua, bersama Kamado Tanjirou? Bukannya keduanya sedang dalam-"
" IIE! AKU TIDAK BISA MENGGUNAKAN TEKNIK PENAWAR RACUN ITU TOMIOKA-SAN!"
"Kochou-"
"DAMARE!"
Kedua kepala berambut cukup panjang itu menoleh dan fokus mereka jatuh pada kedua Hashira bertolak belakang yang kini sedang berhadapan itu.
Mereka tengah berdebat hebat entah apa permasalahannya. Kyojuro dan Ubayashiki juga tidak tahu.
.
Inosuke dan Aoi berhasil diselamatkan dan kini berada dalam ruang intesif Butterfly Mansion bersama Kanao yang sudah berhasil melewati masa kritisnya.
Gadis Tsuyuri itu berhasil selamat namun kini tengah tertidur akibat pengobatannya oleh Naho, Sumi, dan Kiyo beberapa saat yang lalu. Ketiga gadis kecil itu memang memiliki pengetahuan medis yang tidak kalah hebat dari seniornya.
Kembali ke awal. Inosuke dan Aoi telah Shinobu periksa.
Dirinya tidak langsung melakukan operasi karena Shinobu ingat perkataan Kanae, untuk menganalisa keadaan pasiennya terlebih dahulu.
Karena ia tidak tahu bukan kalau pasien yang akan dioperasinya terkontaminasi racun atau virus lainnya?
Tetap waspada. Itu bahasa mudahnya.
Dan kini itu benar-benar terjadi.
Shinobu dilanda frustasi berat ketika setelah menganalisa keadaan Aoi dan Inosuke. Mendapatkan bahwa tubuh Aoi dipenuhi racun pelumpuh iblis milik Kanao, dan juga tubuhnya terkontaminasi darah iblis Douma.
Antara keduanya, Aoi yang paling parah.
Shinobu belum pernah menemukan kasus seperti ini selama ia menjadi Pemimpin Butterfly Mansion yang sudah pasti pengetahuan medisnya menyamai Tamayo -Dokter Iblis- itu.
Tapi kini kejadian buruk ini justru terjadi pada Aoi Kanzaki, sahabat Kanao yang sudah ia anggap adik kandungnya.
Bagaimana Shinobu harus menangani ini semua? Sejak dulu Kanae selalu melakukan operasi yang berat sendirian, kemampuannya diatas Shinobu.
Tapi saat ini Shinobu yang memegang peranan Kanae. Mau tidak mau ia harus melakukan operasi yang berbahaya bagi dirinya juga ini.
Bagaimana ini? Bahkan Shinobu sama sekali belum pernah mengalami kasus operasi pasien terparah seperti Aoi.
Walaupun Kanae Kochou sempat memberi tahu Shinobu bahwa ia memiliki penawar racun yang sewaktu-waktu bisa Shinobu gunakan dalam keadaan seperti ini. Tapi Shinobu tetap tidak yakin, ia selalu berhasil menyembuhkan banyak pasien yang terkontaminasi racun tanpa menggunakan penawar ataupun hal lain, dan hasilnya Shinobu menyelesaikannya dengan lancar.
Pada singkatnya, Shinobu tidak pernah melakukan operasi dengan menggunakan metode penawar racun.
Namun dalam kondisi seperti ini--
"Kochou, dengarkan aku. Diamlah."
Sebuah tangan menarik dagu Shinobu lembut. Membuat Kochou bungsu yang awalnya membuang wajah karena menangis frustasi saat ini terpaksa menoleh.
Mendapati Tomioka Giyuu yang mensejajarkan tingginya dengan Shinobu kini tengah mengusap air matanya yang terus mengalir.
Astaga dimana harga diri Shinobu sebagai Hashira beringas yang selalu karismatik ketika berhadapan dengan iblis-iblis nakal yang menggangunya itu?
Bahkan kini Shinobu tidak lebih terlihat seperti anak kecil berumur lima tahun yang selalu menangis.
Giyuu meraih kedua tangan Shinobu setelah berhasil mengusap bersih pipi tembam Kochou bungsu itu yang awalnya basah karena air mata.
"Apa yang kau lakukan? Membuang air mata dan waktu mu yang berharga ini?" Tanya nya dengan suara rendah.
Shinobu menggeleng kuat, " Damare... Tomioka-San... Kau tidak tahu apa yang aku rasakan."
Shinobu bersiap melepas tautan tangannya dengan Giyuu, tapi Hashira Air itu semakin mengeratkan genggamannya.
Membuat Shinobu menatap lelah lelaki yang (merasa) tidak pernah dibenci itu. Matanya yang sayu berhadapan langsung dengan iris biru Giyuu.
"Nani...? Kau tahu Tomioka-San, aku bahkan belum semahir Kanae Nii-Chan dalam dunia medis. Penawar racun itu bukan kemampuan ku. Tapi kondisi Aoi memaksa ku untuk melakukan hal ini."
"Aku... tidak bisa... Kau tahu itu?" Shinobu melirih dan menatap mata Giyuu.
Menunjukkan sorot lelahnya yang frustasi berat dalam kondisi genting seperti ini.
"Kau memang belum semahir Kanae-San. Tapi kau tahu Kochou? Banyak nyawa yang telah berhutang pada mu. Banyak pemburu iblis yang masih dapat menjalani misi saat ini adalah berkat pengetahuan medis mu."
"Tapi saat ini keadaannya berbeda. Keadaan Aoi sangat parah, hanya kau yang bisa melakukan hal ini. Tidak mungkin kau membiarkan Aoi semakin menderita karena hal ini bukan?"
Giyuu berucap meyakinkan Shinobu dengan nada lembutnya yang tidak pernah ia keluarkan pada orang lain terkecuali Kochou bungsu ini.
Shinobu menggeleng kembali.
"Tomioka-San... Penawar racun bukan kemampuan ku." Shinobu melepaskan genggaman Giyuu. Lelaki itu terdiam.
Kemudian Shinobu menatapnya sedikit jengkel. Shinobu bersiap beranjak meninggalkan Hashira Air itu.
Tapi sebuah tangan langsung menarik bahunya kasar.
"Wakatta Kochou! Demo-! Kali ini berbeda! Nyawa gadis yang sudah kau anggap adik mu berada di ujung tanduk! Mengertilah!"
Dengan nada yang Giyuu atur agar tidak terlalu keras, dirinya berusaha memberikan Shinobu penjelasan.
"Aku tidak-"
"Kau bisa Kochou! Banyak nyawa yang telah kau selamatkan! Aku akan menemani mu jika kau mau!" Giyuu langsung memotong perkataan Shinobu.
Ia menangkup pipi gadis itu lembut.
Pandangan Shinobu langsung terfokus pada Giyuu.
"Bagaimana jika penawar racun itu tidak mempan dan aku akan terkontaminasi juga?" Pertanyaan lugu keluar dari bibir tipis Shinobu.
Yang benar saja! Dimana harga diri asli Shinobu!?
Dirinya bahkan memiliki ketakutan berlebih seperti saat ini!
Giyuu menyunggingkan senyum kecilnya.
"Aku akan menjaga mu hingga kau kembali sehat. Ini adalah resiko pekerjaan berharga mu. Jadi tidak mungkin aku akan meninggalkan mu."
BLUSH.
Otak Shinobu berhenti bekerja. Pipinya memanas.
Bagaimana bisa seorang Tomioka Giyuu blak-blakan mengatakan hal itu ditengah perdebatan genting keduanya saat ini.
"Ini pekerjaan mu Kochou, nyawa Aoi dan Inosuke berada di tangan mu. Jadi... lakukan dengan yakin. Aku tahu kemampuan kau tidak kalah hebat dengan Kanae-San."
"Gunakan penawar racunnya. Yakinlah dirimu bisa. Jika kau terkontaminasi, aku akan berada disisi mu selama pemulihan mu."
Akhir kata Giyuu membuat api semangat Shinobu kembali menyala. Ia mulai meyakinkan dirinya sendiri seperti yang Hashira Air ini katakan.
Shinobu adalah adik Kanae Kochou, Pemimpin Butterfly Mansion terhebat yang hampir menyamai Tamayo.
Ia pasti bisa melampaui kemampuan Kanae. Tekad Kochou bersaudara mengalir deras di dalam dirinya.
"Bantu aku persiapkan semuanya. Aku akan memulai operasi ini." Ucap Shinobu sembari mengangguk dan menatap Giyuu yakin.
Giyuu hampir tersenyum sempurna, dirinya berhasil meyakinkan Kochou bungsu ini. Memang perkara sulit diawal, tapi kini semuanya berjalan lancar.
"Aku yakin kau bisa melakukan semuanya Shinobu."
Shinobu yang tengah menurunkan tangan Giyuu menoleh karena kata terakhir kalimat lelaki dihadapannya ini.
Shinobu? Seorang Tomioka Giyuu memanggil Shinobu dengan nama belakangnya?
Tanpa aba-aba senyuman manis disertai menyipitnya mata Shinobu tertampil.
"Ara-ara... Giyuu-Kun. Ikuzo!"
Kini wajah Giyuu yang memerah sempurna dalan lariannya bersama tarikan Shinobu.
Astaga keduanya sama saja.
.
Shinobu dan Giyuu lenyap dari posisi sebelumnya.
Kedua pasang mata yang sejak tadi menyaksikan drama kecil antara kedua Hashira bertolak belakang itu terpaku.
Ubayashiki dan Kyojuro.
"Entah apa yang tengah terjadi. Demo... Kyojuro, pastikan keduanya menghadap pada ku setelah ini." Ubayashiki memerintah Kyojuro dengan nada lembutnya.
Kyojuro menoleh, "Ha'i! Wakatta Oyakata-Sama!" Balasnya semangat berapi-api seperti biasnya.
Ubayashiki tersenyum tipis kemudian menoleh pada titik tempat perdebatan Shinobu dan Giyuu berlangsung tadi.
Dirinya memang tidak tahu apa yang terjadi pada kedua anak-anak kesayangannya itu. Tapi entah mengapa hati Ubayashiki menghangat melihat Shinobu dan Giyuu berinteraksi cukup manis seperti tadi.
"Anak-anak ku ternyata sudah dewasa..."
Kyojuro tersentak mendengar penuturan pelan Ubayashiki.
Tidak pernah Kyojuro melihatnya sesenang ini. Tapi karena hubungan antara Shinobu dan Giyuu sukses membuat Ubayashiki tersenyum bahagia seperti ini.
Ah sungguh, Kyojuro jadi ikut penasaran antara hubungan manis keduanya.
Sepertinya ia harus menguping pembicaraan Ubayashiki dengan keduanya nanti.
Catat itu baik-baik.
-Blue Forest-
Tepat didepan ruangan dimana Shinobu melakukan tugasnya, keenam orang dengan sifat beragam ini berdiri gelisah.
Naho, Sumi, dan Kiyo.
Juga Giyuu, Tanjirou, dan Zenitsu.
Setelah terkejut dan hampir pingsan melihat kedatangan kedua orang yang sudah Zenitsu anggap sahabatnya itu dalam keadaan mengenaskan. Lelaki Agatsuma ini tidak bisa berhenti mengalirkan air mata khawatirnya.
Bahkan Tanjirou sudah berkali-kali mengatakan bahwa Inosuke dan Aoi berada dalam bawah tangan Shinobu, semuanya pasti akan baik-baik saja.
Tapi tetap saja, walaupun kadang-kadang Zenitsu ketakutan ketika bersama Inosuke. Tidak bisa ia pungkiri bahwa Inosuke juga Aoi adalah temannya. Zenitsu menganggap spesial keduanya.
"Tanjirou-Kun..." Zenitsu menoleh dan menatap sulung Kamado itu dengan derasnya air matanya.
Tanjirou menampilkan senyum manisnya, ia menyipitkan matanya.
" Daijoubu. Shinobu-San pasti bisa menyelamatkan Aoi dan Inosuke. Dia ahli medis yang hebat kau tahu itu bukan?" Tanjirou berucap meyakinkan Zenitsu.
Walaupun dalam hatinya Tanjirou juga tidak kalah cemas.
"Ya... aku berharap begitu..." Zenitsu hanya mengangguk lemah sembari menyeka air matanya.
Giyuu yang sejak tadi berada disebelah Tanjirou melirik keduanya. Sebenarnya ia cukup gelisah juga, tapi lebih didominasi kegelisahannya tentang kelancaran operasi pertama Shinobu yang menggunakan penawar racun ini.
Gadis itu pasti berhasil melakukannya, kan?
Ah sial, kenapa Giyuu menjadi sekhawatir ini? Ia sudah yakin bahwa Shinobu bisa melakukannya. Kalaupun gagal dan Shinou ikut terkontaminasi racun, Giyuu sudah menanamkan kata-katanya untuk menemani Shinobu hingga gadis itu sembuh.
Lantas apa yang Giyuu rasakan sekarang?
Cklek.
Pintu terbuka membuat keenam pasang mata itu menoleh.
"Kochou-"
Terutama Giyuu.
Grep .
Seseorang yang menjadi sumber topik utama keenamnya kali ini langsung menubrukkan tubuhnya pada Hashira Air ini.
Memeluk Giyuu erat, membuat kelima orang-orang disekelilingnya menatap keduanya penuh penasaran.
"Hiks."
Otak Giyuu yang masih mencerna karena pelukan mendadak Shinobu semakin bertambah beban ketika isakan Kochou bungsu itu terdengar.
"Shinobu... Apa yang..." Giyuu mencoba melepaskan pelukan Shinobu untuk meminta penjelasan.
Tapi justru gadis itu mengeratkan pelukannya, Shinobu mendongak menatap Giyuu dalam pelukannya. Pandangan keduanya saling bertubrukan.
Dangan air mata yang masih mengalir di sudut matanya, Shinobu tersenyum manis.
" Yokatta Giyuu-Kun... Aku berhasil melakukannya..."
Detik itu juga ketiga gadis kecil Butterfly Mansion bersorak gembira. Tanjirou tidak bisa menahan senyumannya. Zenitsu kembali menangis deras. Dan Giyuu terdiam ditempatnya.
Hingga perlahan tangannya mengelus surai hitam-ungu Shinobu lembut dan menepuk nya pelan.
Senyuman bahagia yang tidak pernah tampil pada bibirnya sejak kematian sahabatnya -Sabito dan Makomo- kini kembali terukir di wajah rupawan Giyuu.
"Yoku yatta na, Shinobu."
*
TBC
HAIII
ADA YANG MASIH INGET BOOK INI???
MAAF BANGET YA KALO LAMBAT UP NYA :")
AKU GAPUNYA BAHAN IDE LANJUTAN SOALNYA
Jadi maunya chapter ini tuh aku masukin keadaan setelah Douma pergi, dimana ada scene Inosuke berusaha gimana caranya agar Aoi selamat ditengah keadaannya yang sekarat
Karena bingung akhirnya aku milih buat masukin salah satu scene fanfic InoAoi ku sebelumnya, "Baby Oil."
Bisa kalian cek disana ada adegan Inosuke juga ngasih Aoi minyak sakura dari Nenek pemilik rumah dimana Tim Kamaboko pernah nginep itu.
Tapi dalam Blue Forest, bagian ini gak ada sangkut pautnya sama book Baby Oil.
Sekedar tambahan cerita aja sih.
Terus juga karena masih kurang kalo cuma scenenya InoAoi. Jadi disini aku tambahin lagi momen uwu-uwu dari dua Hashira kesayangan kitaaa.
GiyuuShino ship gimana nih perasannya bisa liat pairingnya jadi second-lead couple di chapter kali ini? Semoga suka yaaa
Disini juga ada percakapan ringan antara salah satu Hashira dan Pemimpinnya.
Kyojuro dan Oyakata-Sama.
Suka aja buat dialognya mereka berdua. Kyojuro yang selalu semangat sama Ubayashiki yang lembut bangett
Betiway kalo kalian bingung kenapa aku nyebutnya lebih nyaman pake Ubayashiki. Itu karena aku agak gak nyaman aja gitu pake nama panggilannya dia sebagai Kagaya. Menurutku enakan pake marganya.
Gamungkin juga kan aku pake Oyakata-Sama nyebutnya? Tambah aneh nanti jadinya. So, aku lebih milih pake Ubayashiki buat nyebut Kagaya.
Aku harap kalian nyaman yaaa sama penyebutan karakter nyaa
Oyaaa kemarin juga ada readers yang dukung cerita ku inii. Pokoknya aku sebagai penulisnya seneng banget liatnya.
Jangan bosen-bosen sama karya ku yaaa. Aku harap kalian bisa nerima semua fanfic yang aku buat dengan senang hatii.
Karena sebagai penulis, kesenangan pembaca adalah kebahagiaan terbesarnya kuuu.
Nah karena aku lagi seneng banget iniii, ada kabar bagusss
Apa itu?
Jadiii fanfic Blue Forest yang kemarin aku niatin selesai dalam tujuh chapter, bakalan aku ubah menjadi ending di chapter kedelapan
Dua chapter selanjutnya bakalan isi kebucinan seorang Hashibira Inosuke setelah Aoi sadar dari masa perawatan nya.
Pokoknya gitu dehhh. Pasti penasaran kan???
Aku bakalan usahain up selama minggu ini, karena minggu ini hari-hari terakhir aku bisa main hape banyak-banyak. Minggu depan soalnya udah mo fokus PAS.
Tunggu aku terus yaaa
Makasih banyakk kepada semua pembaca yang udah ngikutin Blue Forest dari awal
Sayonara~ Arigato~
