A First Love Crap
By ewfzy
.
.
.
CHANBAEK STORY
Genre : Romance, Drama?
.
.
.
Ketukan pada pintu berhasil mengusik tidur Baekhyun, tubuh mungil yang terbalut selimut itu akhirnya menggeliat sementara sabitnya mulai terbuka menemukan sinar matahari yang mengintip masuk dari celah gorden. Baekhyun menatap sepi langit-langit kamar kemudian bangkit mendudukan diri bersandar pada kepala ranjang. Pening langsung menghantam kepalanya membuat Baekhyun reflek memejam sambil menarik rambutnya kuat-kuat.
Beberapa menit pada posisi itu rasa sakitnya perlahan memudar dan ketukan pada daun pintu kembali terdengar. Pria itu menengok ke arah jam dinding, pukul sebelas siang, tak menunggu lagi ia pun segera bangkit membukakan pintu.
"Bagaimana keadaanmu?" Suara Junmyeon langsung menyapa begitu pintu terbuka. Pria itu datang dengan sebuah kantong berisi makanan di tangannya.
Baekhyun tak menanggapi alih-alih berjalan masuk dan membiarkan managernya mengekor di belakang. Pria itu lantas menghempaskan diri di sofa untuk kemudian terpejam lagi karena peningnya kembali datang.
"Makan dan minum ini agar merasa lebih baik. Hari ini kita harus kembali ke Korea, aku mengambil penerbangan malam agar kau bisa istirahat dan mengatasi hangover mu itu."
Baekhyun mengangguk dengan satu lengan yang masih ia gunakan menutup matanya.
"Ah ya— dan, ku harap kau segera menceritakan padaku tentang hubunganmu dengan Mr. Park."
Baekhyun sontak mendudukan diri tegak mengabaikan pusingnya yang semakin menjadi akibat gerakan tiba-tibanya. "H-hubungan apa?" tanyanya terbata.
Junmyeon mengerut kening menatap Baekhyun dengan pandangan menyelidik "Mana kutahu, maka dari itu aku memintamu untuk menceritakan semuanya."
"Aku tidak—"
"Jangan coba untuk mengelak, setelah apa yang terjadi semalam aku yakin kalian berdua punya hubungan lebih, yang jelas bukan sekedar teman lama. Jadi cukup ceritakan yang sejujurnya dan tidak perlu repot memikirkan alasan lagi Byun Baekhyun"
"Yang terjadi semalam?" tanyanya linglung.
Junmyeon mengangkat satu alisnya "Kau tak ingat?" pertanyaan itu dibalas gelengan dari si mungil.
Sebuah helaan napas panjang keluar dari mulut yang lebih tua, Junmyeon menatap Baekhyun prihatin "Kau mabuk berat, tak berhenti memanggil-manggil Chanyeol dan juga Jackson. Kami tak tahu apa yang terjadi, kau benar-benar tak terkendali semalam sehingga kami tak memiliki cara lain selain menghubungi Chanyeol. Beruntung dia mau kembali untuk menenangkanmu dan kau berakhir tertidur di gendongannya."
Baekhyun terdiam, tentu saja ia terkejut dengan informasi yang barusan managernya berikan. Bagaimana bisa ia kehilangan kendali seperti itu? Baekhyun merutuki dirinya sendiri sambil mencoba untuk mengingat apa yang terjadi semalam disela peningnya. Potongan-potangan itu berangsur mulai memenuhi kepala membuat pria manis itu spontan mengumpat dalam hati.
"Aissh..." Baekhyun berdesis kesal atas kebodohannya.
"Kau sudah ingat?"
"Sedikit."
...
Dilema besar dalam diri Chanyeol semakin membuatnya frustasi. Otak denialnya selalu menentang untuk berhubungan lebih dengan Baekhyun, melarang interaksi sekecil apapun yang berpotensi melemahkan kembali perasaannya.
Bahkan hari ini ia terbangun dengan perasaan marah luar biasa. Bukan pada Baekhyun, tapi pada dirinya sendiri. Ia kesal karena telah melewati batas yang telah ia buat dan tetapkan.
Chanyeol sendiri bingung, sebelumnya ia selalu memonitor bagaimana kehidupan sang mantan kekasih dari balik ponsel maupun televisi. Tak pernah ketinggalan hal sekecil apapun —pengecualian tentang berita awal kolaborasinya dengan Willis yang ia lewatkan— tapi begitu si manis itu berada tepat di depan mata, Chanyeol berubah ketakutan.
Kehadiran Baekhyun terlalu mendadak, belum lagi menamparnya dengan ungkapan cinta yang sama. Chanyeol kebingungan, resah sekaligus gelisah. Ia pikir semua telah berakhir 5 tahun silam, bahkan Chanyeol telah berdamai sambil terus melanjutkan hidup bersama putranya.
Tapi Baekhyun seakan tak ingin semua berakhir dengan mudah, datang lagi dan mengacaukan apa yang sebelumnya telah Chanyeol susun dengan rapi. Membuka kembali luka lama, datang dan bertingkah seolah ia akan mengobatinya.
Chanyeol terlalu takut masa lalu terulang kembali, takut jika Baekhyun tidak benar-benar datang untuk mengobati. Jika itu terjadi maka Chanyeol akan benar-benar hancur, untuk itu ia selalu menghindar dan mencoba mendorong Baekhyun pergi.
"Daddy!" Teriakan Jackson menariknya dari pemikiran yang terus berkecamuk dalam kepala. Pria jangkung itu segera melarikan pandangan mencari keberadaan sang putra.
"Dad darimana saja? Kenapa semalam tidak pulang, aku menunggumu sampai tertidur di sofa." Bocah itu berjalan dari ruang tengah dengan penuh semangat menghampirinya.
"Maafkan Daddy sayang, ada suatu hal penting harus Daddy urus semalam."
Jackson menggumam mengiyakan alasan yang dibuat sang ayah. Tak lama kemudian Jane datang dari arah dapur sambil membawa segelas susu dan piring berisi sarapan untuk Jackson.
"Oh, kau baru pulang?" tanya Jane begitu menangkap kehadiran Chanyeol di sana.
"Ya"
"Kau menginap di mana? Tumben sekali tidak memberi kabar?"
"Semalam sepertinya aku terlalu mabuk, dan ponselku mati. Aku menginap di apartemen Kris" Bohong Chanyeol mencari alasan. Sebenarnya tak masalah juga jika Chanyeol mengatakan yang sebenarnya, toh Jane juga akan mengerti. Tapi tidak, Chanyeol lebih memilih berbohong karena tak ingin membuat Jackson penasaran dan bertanya lebih jauh lagi.
"Mau ikut sarapan bersama?" tawar wanita itu selanjutnya.
"Aku akan mandi dulu."
"Baiklah kalau begitu."
...
"Daddy.. " panggilan dari suara khas seorang bocah laki-laki itu terdengar nyaring di kamar tidur besar milik Chanyeol. Sang pemilik mempersilahkan masuk begitu selesai memakai bajunya setelah mandi.
"Daddy sudah selesai?" tanya Jackson sambil melongokkan kepalanya dari balik pintu.
"Ada apa hm?"
Dengan ragu Jackson melangkahkan kakinya masuk mendekati Chanyeol "Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi janji Daddy jangan marah."
"Apa itu?" tanya Chanyeol segera membawa jagoan kecilnya dalam sebuah gendongan.
"Hari ini hyung cantik akan pulang. Aku sudah berjanji akan menemuinya." cicit Jackson semakin melirih diakhir, anak itu sepertinya takut jika Chanyeol memarahinya lagi. "Bisakah kau mengantarku ke tempatnya?"
Mendengar permintaan sang putra membuat Chanyeol seketika terdiam.
Otaknya kini sedang sibuk berdebat lagi. Di satu sisi ia merasa tak tega pada Jackson -apalagi ini adalah hari terakhir Baekhyun berada di New York- namun di sisi lain Chanyeol juga tak ingin bertemu lagi dengan pria itu.
Setelah beberapa waktu terjebak dalam ruang hening, akhirnya Chanyeol membuang napasnya panjang.
"Baiklah, kalau begitu Jackson bersiap Daddy akan mengantarmu." ujar Chanyeol memberikan keputusan.
Jackson sontak membolakan mata tak percaya, ini benar-benar diluar dugaan. Chanyeol menyetujui keinginannya bertemu Baekhyun tanpa memberikan protes apapun.
"Yes!!!" serunya penuh semangat. "Terima kasih Dad!" bocah itu memberikan satu kecupan di pipi Chanyeol menyalurkan rasa senangnya sebelum melompat turun dari gendongannya.
Jackson yang terlalu bahagia tanpa sadar berlari dengan sedikit melompat-lompat menuju kamarnya. Hal itu membuat Chanyeol tersenyum tipis ikut bahagia, namun tak lama senyuman itu segera menghilang.
Apakah ia mengambil keputusan yang tepat?
...
Baekhyun tengah mematut diri di depan cermin kamar mandi dengan rambut brunette basahnya yang ia biarkan begitu saja. Masih berusaha menyatukan kembali potongan kejadian yang terjadi tadi malam.
Baekhyun mengacak rambutnya kesal karena ingatannya benar-benar terhenti sampai di mana ia memeluk Chanyeol. "Aish! Sebenarnya apa yang aku lakukan semalam?!"
TOK TOK
Segala pemikiran pemuda itu buyar begitu mendengar suara ketukan dari pintu kamar hotelnya. Baekhyun buru-buru keluar dari kamar mandi untuk melihat siapa yang datang.
"Sebentar.." Sahut Baekhyun sambil mempercepat langkahnya. Sesaat setelah pintu terbuka Baekhyun langsung mematung karena mendapati sosok jangkung Chanyeol berdiri di sana.
"Hyung cantik!" panggilan nyaring Jackson segera menyadarkannya untuk menatap ke direksi lain.
"Oh— Jackson!" sapa Baekhyun semakin terkejut mendapati putranya ada di sana. Senyuman lebar tak luput muncul di belah bibir Baekhyun, ia benar-benar bahagia melihat bocah laki-laki yang memiliki wajah serupa Chanyeol itu. Tanpa menunggu detik berganti si pria berparas cantik segera menghambur membawa Jackson dalam pelukannya.
"Aku datang untuk menepati janjiku padamu." ujar Jackson dengan suaranya yang teredam pelukan Baekhyun.
"Jadi Jackson akan menghabiskan waktu seharian ini denganku?" tanya Baekhyun sambil melonggarkan pelukannya dan menatap wajah yang lebih muda.
Jackson mengangguk penuh semangat mengiyakan "Hyung cantik gantilah baju dulu baru kita akan pergi."
Seakan tersadar akan sesuatu Baekhyun reflek mengeratkan bathrobe yang melekat di tubuhnya dan memperbaiki posisinya. Mata sabitnya reflek melirik ke arah Chanyeol dan tanpa sengaja bertemu pandang dengan manik yang lebih tinggi membuat keadaan tiba-tiba menjdi canggung.
"B-baiklah aku akan bersiap, Jackson tunggu sebentar oke!"
Setelah berganti baju dan siap kini mereka bertiga telah berada dalam mobil yang Chanyeol kendarai. Meski awalnya terasa sedikit kaku tapi Baekhyun tak terlalu ambil pusing. Ini adalah kesempatan emas pikirnya, tentu Baekhyun tak ingin menyia-nyiakannya. Masa bodoh dengan yang terjadi semalam dan apa yang Chanyeol pikirkan tentangnya, karena yang terpenting sekarang adalah Jackson ada bersamanya.
Baekhyun duduk di kursi depan dengan Jackson dipangkuan, seperti biasa bocah itu langsung menempel padanya seperti permen karet.
"Kita akan pergi ke mana?" tanya Chanyeol pada kedua orang di sampingnya.
"Euum ... Ke taman bermain?" sahut Jackson asal.
"Daripada ke taman, bagaimana kalau kita ke kebun bintang?" usul Baekhyun menimpali jawaban Jackson.
"Ide yang bagus! Daddy ayo ke kebun binatang saja!"
"Itu terlalu jauh."
"Memangnya kenapa kalau jauh? Kita punya banyak waktu."
Mendengar jawaban itu Chanyeol menatap baekhyun tak percaya, hanya sekilas sebelum memusatkan atensinya lagi pada jalan. "Tidak, aku harus bekerja sore nanti"
"Kenapa Daddy selalu bekerja?" Chanyeol sudah sedetik ini ingin memberi pembelaan, tapi Baekhyun kembali menyahut "Berhentilah mengurusi lagu-lagumu itu, ini hari minggu."
Chanyeol kembali menatap Baekhyun tak percaya, pikirnya ada apa dengan pria di sampingnya itu?
"Benar ini hari minggu, tidak boleh ada yang bekerja. Kita harus pergi berlibur!"
Baekhyun mengelus lembut kepala Jackson sebelum menolehkan kepalanya pada Chanyeol dengan senyuman manisnya. "Tentu Jackie, kita akan pergi jalan-jalan bukan begitu Daddy?"
Panggilan itu hampir membuat Chanyeol tersedak ludahnya sendiri. Jantungnya bahkan sudah jatuh keperut rasanya. Dan lagi, bagaimana bisa pria itu kini tengah menatapnya dengan mata berbinar-binar tanpa dosa seperti itu?
Tak ingin kehilangan fokus Chanyeol dengan cepat mengalihkan tatapannya kembali ke depan tanpa memberikan tanggapan.
"Ayolah Dad! Kau tak pernah mengajakku ke kebun binatang selama ini." rengek Jackson pada ayahnya.
"Astaga, Jackie belum pernah ke kebun binatang? Bagaimana bisa Daddy mu tak pernah mengajakmu ke sana?"
"Karena Daddy selalu sibuk, sibuk, dan sibuk bekerja." balas Jackson bersungut-sungut.
Chanyeol menarik napas dalam sebelum akhirnya menyerah "Baiklah-baiklah, kita ke kebun binatang." mau tidak mau ia harus mengiyakan keinginan dua orang itu sekarang.
Mendapati persetujuan itu diam-diam Jackson dan Baekhyun bertos ria merayakan keberhasilannya. Chanyeol yang menyadari tingkah keduanya tak bisa melakukan apapun selain menggelengkan kepalanya samar.
Bronx Zoo, mereka sampai pukul satu lebih. Di hari Minggu begini tentu saja kebun binatang ramai pengunjung, bahkan antrian untuk tiket masuk terlihat cukup panjang di depan sana.
Chanyeol memarkirkan mobilnya, sementara Baekhyun dan Jackson memilih turun terlebih dulu untuk mengantri membeli tiket.
Baekhyun menggandeng telapak tangan mungil Jackson erat, tak lupa juga dengan topi dan masker untuk menutupi wajahnya. Takut-takut jika ada yang mengenali, ia tidak mau ambil resiko mendapatkan rumor yang menyeret putranya ketika pulang ke Korea nanti.
"Kalian sudah mendapatkan tiketnya?" sepuluh menit kemudian Chanyeol datang menghampiri setelah berhasil memarkirkan mobilnya. "Of course." dengan bangga Jackson mengangkat tiket itu tinggi-tinggi memamerkannya pada Chanyeol.
"Good"
Jackson nampak benar-benar menikmati acara jalan-jalannya. Bocah itu sibuk mengamati berbagai macam satwa dengan Baekhyun sambil berceloteh tentang entah apa hingga keduanya tak berhenti tertawa. Mengabaikan Chanyeol yang berjalan sendiri di belakang.
Chanyeol yang memperhatikan dua orang itu, sesekali akan ikut tersenyum, tertawa, atau berkomentar tentang apa-apa yang Baekhyun dan Jackson bicarakan. Jujur rasanya Chanyeol ingin menghentikan waktu, tak rela momen ini berlalu begitu saja. Tapi apa mau dikata, semua itu hanya akan menjadi angan belaka. Baekhyun akan kembali kerutinitasnya di Korea, meninggalkan dirinya bersama putra mereka di sini, di New York.
"Woah! Lihat-lihat apakah itu gajah?" tunjuk Jackson sambil melompat-lompat saking antusiasnya.
"Iya, bukankah telinganya mirip dengan Daddy mu?" ucap Baekhyun sambil terkikik geli.
"Kau benar!" Dengan cepat Jackson menolehkan kepalanya ke belakang mencari sang ayah. "Dad! Lihatlah telinganya mirip denganmu!" celotehnya penuh semangat sambil jari mungilnya terus menunjuk hewan bertelinga lebar itu.
Chanyeol tersenyum menanggapi sang putra. "Mau berfoto dengannya?"
"Tentu!"
Jackson segera mengatur posisi dan berpose dengan menunjukkan cengirannya.
Cekrek!
"Sekali lagi Dad! Aku mau berfoto dengan hyung cantik juga."
"Baiklah."
Jackson segera menarik Baekhyun berdiri di sampingnya, dan pria itu dengan senang hati menurutinya.
"Kau tidak mengajak Daddy juga?" tanya Baekhyun pada Jackson setelah beberapa kali Chanyeol mengambil foto mereka berdua.
"Aku ingin mengajaknya, tapi kita tak memiliki seseorang untuk mengambil gambar."
"Biar aku meminta bantuan seseorang, Jackson ajak Daddy." Baekhyun tersenyum tipis sebelum memanggil orang secara acak untuk dimintai tolong.
"Excuse me, bisa minta tolong memfotokan kami bertiga?" tanya Baekhyun pada seorang pemuda yang berdiri tak jauh darinya.
"Tentu."
Jackson sudah memposisikan dirinya di antara Chanyeol dan Baekhyun dengan kedua tangannya menggandeng mereka satu sama lain.
Belum puas dengan hasil fotonya Jackson meminta foto sekali lagi. Kali ini bocah itu minta di gendong oleh Baekhyun dengan Chanyeol yang melingkarkan tangannya ke pundak pria yang lebih mungil. Chanyeol sempat menolak, tapi bukan Jackson jika tak berhasil membujuk sang ayah.
Jackson terlihat amat sangat senang dengan hasil fotonya. Bahkan bocah itu sudah tidak sabar untuk memamerkannya pada Jane.
"Lihatlah kita terlihat seperti keluarga bahagia." ujar Jackson. Baekhyun turut tersenyum melihat hasil foto itu, merasa setuju dengan apa yang Jackson katakan.
Tapi, senyum Baekhyun memudar begitu mendengar kalimat sang putra selanjutnya. "Mama pasti merasa iri karena kita tak mengajaknya."
Ada perasaan asing yang diam-diam mengusik Baekhyun hingga membuat pria mungil itu terdiam untuk beberapa saat.
"Kita bisa mengajaknya kapan-kapan." ucap Baekhyun memaksakan seutas senyum.
...
Puas menghabiskan waktu di kebun binatang mereka akhirnya memutuskan pulang. Hari juga sudah beranjak Sore, belum lagi perjalanan yang cukup memakan waktu.
Baekhyun mengamati pemandangan di luar jendela mobil, menyaksikan bagaimana hari mulai menggelap digantikan lampu-lampu jalan yang menyala. Kerlap-kerlip lampu kota juga sudah mulai terlihat. Namun mata sabitnya tertarik pada sesuatu diujung jalan.
"Apa itu?" tanyanya pada Chanyeol.
Chanyeol yang merasa diajak bicara menoleh ikut memperhatikan apa yang Baekhyun lihat. "Sepertinya pasar malam."
"Ayo kita kesana!" Ujar Baekhyun terdengar antusias.
"Baek, apa kau tidak lelah? Sebentar lagi kau harus kembali ke Korea."
"Tidak, lagipula kita belum makan malam. Kita makan disana, pasti banyak makanan enak."
"Tapi Jackson sudah tidur."
"Aku akan membangunkannya untuk makan malam."
"Tidak, kita pulang saja."
Mendengar itu Baekhyun seketika mengerucutkan bibirnya dengan kepala yang tertunduk sedih "Padahal ini kesempatan terakhirku menghabiskan waktu dengan kalian."
Lagi-lagi alasan itu.
Chanyeol menghembuskan napas berat, melirik ke arah Baekhyun yang berubah sedih di sampingnya. Chanyeol jadi tak tega dan berakhir menuruti kemauan si mungil.
Mobil mercedez abu-abu itu telah terpakir sempurna, membuat Baekhyun lantas turun dengan Jackson di gendongannya. Bocah itu sudah bangun meski matanya masih terlihat sayu.
"Aku mau es krim!" pekik Jackson begitu melihat stand penjual es krim yang mencolok mencuri perhatian.
"Tidak sayang, kau tadi sudah makan banyak es krim di kebun binatang."
Jackson kembali merengek begitu kemauannya tak dituruti oleh sang ayah.
"Jackson lihat, kau mau gulali ini?" sahut Baekhyun mengalihkan Jackson dari rengekannya.
"Wow, itu sangat besar. Aku mau, tapi Daddy bilang itu akan membuat gigiku sakit."
"Tidak masalah jika hanya sesekali memakannya. Aku akan membelikannya untuk Jackie." tanpa pikir panjang Baekhyun langsung mengambil satu permen besar itu.
"Baek, apa yang kau lakukan?"
"Apa?" tanya Baekhyun bingung dengan pertanyaan Chanyeol.
"Kau tak bisa membelikannya gulali itu."
"Tidak masalah, daripada Jackson terus meminta es krim."
"Tapi tidak dengan gulali sebesar itu."
"Tenang saja, aku yang akan menghabiskannya, yang terpenting Jackson tidak merengek lagi." jawab Baekhyun enteng. Dan, Chanyeol hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia merasa tengah mengasuh dua anak sekarang.
Setelah membeli gulali dan beberapa camilan mereka beralih mencari menu untuk makan malam.
"Kalian mau makan apa?" tanya Chanyeol pada Baekhyun dan Jackson.
"Ada yang menjual masakan jepang disana, kau mau mencobanya?"
"Boleh."
"Bagaimana dengan Jackson?"
"Aku ingin makan susi!"
"Baiklah kita ke sana kalau begitu."
Selesai makan dan puas berkeliling mereka bertiga kembali melanjutkan perjalanan pulang. Jackson kembali tertidur, menyisakan dua orang berbeda tinggi itu terjebak sepi.
"Chanyeol ..."
"Ya?"
"Jika aku mengatakan aku menyesal sekarang apakah sudah terlambat?"
Pembahasan ini lagi, dalam hati Chanyeol berkata.
Ruang hening tercipta begitu Chanyeol tak memberikan tanggapan. Ia bingung harus menjawab dan memberikan respon macam apa untuk pertanyaan itu.
"Bagaimana kalau kita menikah?"
"Kau mabuk?"
"Tidak."
"Kalau begitu kau gila?"
"Chanyeol aku serius."
"Leluconmu tidak lucu Baekhyun, lagipula aku sudah menikah."
Baekhyun tersenyum kecut. "Sepertinya benar-benar tidak ada kesempatan ya?"
...
Sesampainya di basemant hotel Baekhyun turun dari mobil dengan Jackson yang mengekorinya, sementara Chanyeol tetap berada dalam mobil.
Pria bermata sabit itu memberikan pelukan terakhir sebelum benar-benar pergi. Baekhyun tak membual jika ia merasa tak rela harus kembali ke Korea, tapi ia juga tak bisa terus tinggal. Baekhyun tak boleh egois, kini semuanya tak lagi sama. Chanyeol bukan lagi miliknya begitupula dengan Jackson.
"Andaikan ibuku adalah kau, pasti aku akan menjadi manusia paling beruntung dan bahagia di dunia ini." penuturan tiba-tiba Jackson membuat Baekhyun terkesiap, pelukannya segera ia lepas menemukan senyuman polos yang mengembang lebar dari yang lebih kecil. Tangan Baekhyun terulur mengusap rambut brunette bocah itu dan menatapnya sayang "Memangnya Jackson tidak bahagia memiliki mama Jane?"
"Jane adalah mama yang baik, aku juga sangat menyayanginya. Tapi aku tahu kalau Jane bukanlah ibu kandungku." Senyum tipis yang sebelumnya terpatri di bibir Baekhyun spontan hilang, Baekhyun membeku selama beberapa saat.
"Ssst! Tapi jangan bilang Daddy jika aku sudah tahu semuanya."
Jantung Baekhyun kini secara mendadak berdebar cepat menanti kalimat yang akan Jackson suarakan selanjutnya.
"Aku sangat menyukaimu, Hyung cantik sangat baik, perhatian, penyayang, serta merawatku dengan baik. Dan yang paling penting Daddy selalu senang saat bersamamu. Meski dia mati-matian menahan senyumannya tapi aku tahu dia bahagia kapanpun kalian bersama." napas yang sebelumnya tanpa sadar ia tahan kini terhembus perlahan. Ada sedikit kelegaan yang Baekhyun rasakan.
"Eum ... Karena Hyung cantik akan pulang ke Korea bolehkah aku menitipkan pesan?"
"Pesan apa itu?"
"Ini pesan untuk ibuku."
Deg
Rasanya ada sesuatu yang tiba-tiba memukul jantungnya keras.
"Sebenarnya aku tak tahu bagaimana rupanya dan siapa namanya, tapi Mama Jane bilang dia dulu adalah teman sekolah Daddy. Mamabilang ibuku adalah orang paling cantik yang pernah ia temui. Meskipun sekarang aku meragukannya karena menurutku Hyung cantik jauh lebih cantik dari siapapun." ucap Jackson terkekeh di akhir.
"Jika hyung cantik kebetulan bertemu dengannya, tolong katakan jika aku dan Daddy hidup dengan baik. Kami tak membutuhkannya sama sekali, karena dia tidak pantas menjadi ibuku."
Hati Baekhyun mencelos mendengar penuturan yang bocah itu ucapkan. Belum berhenti sampai di sana Jackson kembali melanjutkan kalimatnya.
"Mama selalu bilang jika orang itu sebenarnya menyayangiku tapi ia harus pergi karena suatu hal yang tidak bisa dijelaskan. Dulu aku percaya, dan sekarang tidak lagi. Mama hanya membual, nyatanya orang itu memang meninggalkan aku dan Daddy. Dia tidak pernah peduli pada kami. Aku begitu membencinya karena Daddy sangat mencintai orang itu, sedangkan dia sama sekali tidak peduli dengan kami."
Dada Baekhyun sangat sesak. Jackson, putranya, anak yang tak lain adalah darah dagingnya sendiri tanpa keraguan membencinya. Sakit sekali rasanya, seolah-olah ribuan jarum tak kasat mata kini menusuk tepat di jantungnya. Baekhyun tak bisa menahan lagi, air matanya lolos begitu saja.
"Eoh? Hyung cantik menangis? Apakah aku mengatakan hal yang salah?"
Baekhyun tak mengatakan apapun selain menggelengkan kepalanya dengan air mata yang terus berjatuhan.
"Hyung cantik jangan menangis. Kita akan bertemu lagi."
Baekhyun tak mampu menatap Jackson. Ia hanya bisa menunduk dengan bibir tipisnya ia paksa untuk mengujarkan ribuaan kata maaf untuk Jackson.
"Kenapa meminta maaf? Jika hyung cantik tidak bisa menyampaikan pesanku tidak masalah. Tapi jangan menangis begini."
Jackson yang melihat Baekhyun tak berhenti menangis merasa panik. Jari kecilnya ia arahkan untuk mengusap liquid bening yang masih terus berjatuhan membentuk aliran sungai kecil itu. Sedang yang lebih tua tak mampu berkata-kata, suaranya tersendat pada tenggorokan. Baekhyun hanya bisa bersimpuh dengan tundukan kepala dalam.
...
..
.
TBC
