A First Love Crap

By ewfzy

.

.

.

CHANBAEK STORY

Genre : Romance, Drama?

.

.

.

Merasa ada sesuatu yang salah karena putranya tak kunjung kembali Chanyeol pun memutuskan keluar dari mobil. Pria tinggi itu menghampiri dua orang yang masih berpelukan dengan perasaan bingung.
Jackson yang menangkap kehadiran ayahnya mendongak, kemudian segera memberi isyarat jika hyung cantiknya sedang menangis.
Chanyeol lantas bertanya tanpa suara alasan kenapa pria cantik itu menangis pada putranya yang dibalas dengan gelengan.
"Baek?" Baekhyun tak memberikan respon hingga Chanyeol kembali memanggil sembari menepuk pundaknya ringan. "Baekhyun? Ada apa?"
Baekhyun pun perlahan melepaskan rengkuhannya dari yang lebih mungil. Napasnya terengah-engah dengan wajah memerah lengkap dengan lelehan air mata dimana-mana. Chanyeol sempat terkejut untuk beberapa saat melihat penampilannya.
"Ch-Chanyeol hiks.. Ma-maaf hiks.." susah payah Baekhyun ucapkan.
Seakan mengerti kemana arah pembicaraan si pria cantik Chanyeol lantas menginstruksikan Jackson agar bocah itu kembali ke dalam mobil. Jackson tak berani membantah di saat seperti ini, anak itu dengan patuh menuruti permintaan sang ayah.
"Bangunlah.."
"Cha-Chanyeol.. hiks m-maafkan aku."
"Kenapa kau meminta maaf?"
"Hiks.. kesalahanku memang hiks.. tak termaafkan bukan? Hiks.. Bodoh sekali!" Baekhyun mengusap air matanya kasar lantas berdiri dengan gontai. "Untuk terakhir kalinya aku benar-benar menyesal untukmu, untuk putra ki—"
"Bukankah impianmu menjadi artis internasional tinggal selangkah lagi?" ucapan Baekhyun terpotong akan pertanyaan tiba-tiba Chanyeol. Baekhyun mendongakkan kepalanya untuk saling bertukar pandang dengan Chanyeol.
"Kenapa kau tiba-tiba peduli pada Jackson? Kenapa kau baru menyesal sekarang?"
Bibir tipisnya seolah terbungkam, Baekhyun tak memiliki jawaban. Bukan, lebih tepatnya pria itu terlalu malu untuk mengatakannya, untuk mengakui jika pilihan yang selama ini ia ambil salah.
Yang lebih tinggi menarik napas dalam kemudian menghembuskannya perlahan berusaha menguasai emosinya. "Aku sudah memaafkanmu, bahkan sejak dihari kau memutuskan untuk pergi. Aku tak menyalahkanmu atas keputusan yang kau ambil, karena aku tahu semua ini terjadi karena kesalahanku." Chanyeol menarik napas dalam sebelum melanjutkan "Aku hanya kecewa padamu Baekhyun, aku kecewa karena kau bahkan tak memberikan sedikit belas kasih maupun sedikit rasa sayang kepada putramu."
Dengan pandangan yang semakin memburam karena air mata, Baekhyun berusaha terus menatap Chanyeol dihadapannya. Kembali mengingat bagaimana dosa-dosanya dimasa lampau.
"Harusnya bukan aku, harusnya Jackson. Kau harus meminta maaf padanya bukan aku."

...

"Baekhyun?!" Junmyeon sudah puluhan atau bahkan ratusan kali mengetuk pintu sembari meneriakkan nama artisnya itu, namun sampai sekarang masih tak kunjung mendapat respon. "Baekhyun aku tahu kau ada di dalam, Kita harus pergi setengah jam lagi!"

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat dan mereka berdua harus pergi menuju bandara sebentar lagi, tapi pria mungil di dalam sana masih begitu enggan untuk sekedar menyahuti manajernya. Bahkan Baekhyun juga menghiraukan panggilan dan pesan dari Junmyeon.

Merasa ada sesuatu yang tak beres dan usahanya yang terus berakhir sia-sia, Junmyeon lantas memutuskan untuk pergi mencari staff hotel untuk meminta bantuan. Pria itu kembali menuju kamar hotel Baekhyun dengan membawa salah satu petugas.

Pintu kayu itu Junmyeon ketuk sekali lagi, mencoba peruntungan siapa tahu Baekhyun mau merespon kali ini. Tapi nihil, hasilnya tetap sama tak ada tanggapan sama sekali. Dengan terpaksa kamar itupun akhirnya dibuka paksa dari luar.

BRAK

Hening, kamar hotel itu nampak sepi layaknya tak berpenghuni. Sepasang bola mata Junmyeon terus bergerak menelusuri seisi ruangan.

"Baek...?" panggil Junmyeon sembari mengedarkan pandangan.

"BAEKHYUN!" detik berikutnya pria itu berteriak tatkala netranya menemukan sosok Baekhyun yang tergeletak di bawah sofa dengan ceceran pil dan tumpahan air dari dalam botol yang berserakan di sekitarnya.

Junmyeon segera mengambil langkah menghampiri artisnya, menyongsong tubuh yang tergeletak tak berdaya itu dalam pangkuan. Dan tanpa menunggu segera meminta bantuan petugas hotel agar menghubungi ambulance untuk membawa Baekhyun ke rumah sakit.

Malam itu semua menjadi sangat berantakan. Penerbangan ke Korea jelas dibatalkan, Junmyeon mengurus segalanya dengan perasaan kalut luar biasa. Ia benar-benar tak tahu apa yang sedang terjadi pada artisnya.

Urusan dengan pihak hotel sudah ia tangani lebih dulu agar para wartawan tak sampai mendengar kabar tentang artisnya. Tentu Junmyeon tak ingin kabar tentang Baekhyun menyebar dan memunculkan berbagai spekulasi dan rumor buruk tentangnya.

Pintu rawat inap Junmyeon buka perlahan, pria itu menarik kursi mendudukkan dirinya di samping Baekhyun yang masih terlelap. Sudah lima jam sejak artis mungilnya itu ditangani oleh dokter. Mereka bilang Baekhyun overdosis, beruntung Junmyeon tidak terlambat membawanya ke rumah sakit jika tidak entah apa yang akan terjadi pada Baekhyun.

Satu helaan berat keluar, Junmyeon mengambil satu tangan Baekhyun yang tak tertancap infus kemudian memberi usapan pelan di sana. "Kenapa kau tak pernah membagi masalahmu denganku? Kenapa kau selalu menyimpan semuanya sendiri Baekhyun?"

Satu senyum miring terbit "Apa aku masih begitu asing di matamu? Aku bahkan tak tahu jika kau selalu mengkonsumsi obat-obatan itu." Junmyeon membuang napas panjang sekali lagi hanyut dalam rasa bersalah.

...

Langit-langit berwarna putih di pagi buta menjadi pemandangan pertama untuk Baekhyun tatap. Matanya berkedip sesekali, kepalanya terasa sangat berat dan pandangannya memburam. Tubuhnya terasa kaku, bahkan untuk sekedar menolehkan kepala terasa sulit.

Baekhyun pikir ia telah berada di surga atau mungkin neraka yang lebih pantas untuk orang sepertinya. Namun selang infus yang bergelantungan di atasnya membuat Baekhyun sadar bahwa ia masih berada di bumi, ia belum mati. Obat yang ia konsumsi rupanya masih belum cukup untuk membuatnya tidur selamanya.

Baekhyun tanpa sadar menghela napasnya pelan, kemudian memejamkan matanya dengan sedikit perasaan kesal. Beberapa detik matanya tertutup hingga suara pintu yang di buka dari luar membuatnya tersentak dan kembali membuka mata.

"Baekhyun! Kau sudah sadar?!" Suara pekikan seorang pria terdengar heboh dengan langkahnya cepat menghampiri ranjang tempat Baekhyun berbaring. "Ya Tuhan, Syukurlah!"

Baekhyun mengernyit begitu sadar jika pria yang barusan masuk bukanlah manajernya "K-kau?"

"Aku akan memanggil dokter." Belum habis pertanyaan Baekhyun pria itu lebih dulu pergi meninggalkannya lagi. Tak berapa lama hingga kembali dengan membawa seorang dokter bersamanya.

Dokter bilang kondisi Baekhyun sudah mulai stabil, efek samping obat-obatan yang ia konsumsi beberapa hari lalu sudah tidak ada. Namun dokter menyarankan agar Baekhyun tetap beristirahat agar tubuhnya bisa pulih sepenuhnya.

Suasana kembali hening begitu dokter pergi meninggalkan Baekhyun tanpa lupa memberi pesan tentang beberapa hal pada Willis.

"Jadi kenapa kau yang ada di sini?"

Pertanyaan Baekhyun meluncur tepat setelah Willis menutup pintu rawat inap. Pria tinggi itu menoleh kemudian berjalan mendekat.

"Kemarin manajermu kembali ke Korea untuk mengurus kekacauan di sana. Dia yang meminta tolong padaku agar menemanimu sementara dia pergi."

"Dia meninggalkanku sendirian?"

Willis mengangguk "Sebenarnya dia tak ingin meninggalkanmu sendiri tapi kau tak kunjung sadar, kau sudah empat hari terbaring di sana dan agensi terus mendesaknya agar segera kembali untuk mengurus berbagai jadwalmu yang terbengkalai."

Baekhyun menghela napas mendengar penjelasan Will, kalau boleh jujur Baekhyun sudah sangat lelah dengan hidupnya. Tapi kenapa Tuhan masih memberinya kesempatan hidup sementara ia tak memiliki alasan lagi untuk bertahan.

"Kau hampir mati"

Baekhyun melirik ke arah Will dengan raut tanpa dosa sementara pria itu menatapnya dingin.

"Akan lebih bagus jika aku benar-benar mati."

"Apa maksudmu?" sahut penyanyi asing itu cepat.

"Hidupku benar-benar kacau Will.."

"Kau bisa membagi masalahmu denganku Baek" tawar Willis dengan perasaan tak tega begitu melihat bagaimana sorot mata Baekhyun padanya. Sementara Baekhyun hanya tersenyum getir menanggapi tawaran itu.

...

Setelah seminggu dirawat Baekhyun akhirnya diperbolehkan pulang. Pria cantik itu sebenarnya ingin kembali ke hotel namun Willis bersikeras memintanya tinggal di apartemen miliknya. Baekhyun sudah berusaha menolak tapi Willis benar-benar tak memberikannya pilihan selain mengikuti pria berdarah campuran itu.

Dan disinilah mereka sekarang, di dalam mobil audi hitam yang sedang melaju menuju kediaman Will. Tak ada obrolan antara kedua orang itu, Baekhyun kembali terlarut dalam pikirannya sendiri membuat Will segan untuk mengajaknya bicara.

Apartmen Willis cukup besar apalagi jika hanya ditempati dua orang, berada dilingkungan mewah pusat kota.

"Masuklah" ujar Will mempersilakan.

Baekhyun mengikuti langkah pria tinggi didepannya, mengekor seperti anak anjing. "Kau bisa pilih kamar mana yang ingin kau tempati, aku memiliki tiga kamar kosong."

"Terimakasih, maaf merepotkanmu."

"Santai saja, lagipula apartemenku jarang sekali aku tempati kau bisa tinggal disini sampai manajermu kembali. Mungkin aku akan datang berkunjung beberapa hari sekali."

"Baiklah, aku mengerti."

Setelah memilih salah satu kamar, Baekhyun segera memindahkan barang-barang miliknya. Sedikit berbenah lantas membersihkan diri.

Pria itu kembali termenung setelah menyelesaikan kegiatannya. Entahlah, Baekhyun benar-benar hampa mungkin sebelum ini ia memang sudah tidak baik-baik saja namun setelah yang terjadi beberapa hari lalu ia merasa benar-benar mati. Raganya seolah tanpa nyawa, ia benar-benar tak memiliki alasan untuk bertahan hidup.

"Baek?" Suara ketukan pintu dan panggilan dari luar kamar menyadarkannya.

"Boleh aku masuk?" Tanya Will kemudian.

"Y-ya masuk saja pintunya tidak di kunci."

Begitu pintu terbuka pemandangan yang pertama Willis tangkap adalah sosok Baekhyun yang sedang duduk diujung ranjang dengan wajah kusutnya. Pria itu memang terlihat lebih segar setelah mandi namun Willis masih jelas melihat jika Baekhyun memiliki sesuatu yang berat dikepalanya.

"Apa aku mengganggu waktu istirahatmu?"

"Tidak, tentu saja"

"Syukurlah kalau begitu... Ah ya, aku memesan makanan, mau makan bersama?"

"Kau makan saja duluan, aku akan menyusul nanti."

"Baiklah kalau begitu." Willis sudah berbalik hendak meninggalkan Baekhyun namun pria itu memutuskan untuk kembali. "Baekhyun, jika kau memiliki masalah kau bisa menceritakannya padaku."

Baekhyun tersenyum menanggapi tawaran itu "Tidak Will, aku baik-baik saja"

Willis menghela napas panjang "Apa ini ada hubungannya dengan Mr. Park?"

Baekhyun terkesiap, si mungil itu terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan rekan kerjanya itu.

"Apa aku benar?"

Tak kunjung mendapat tanggapan Will menyimpulkan jika ia benar. "Kalian memiliki hubungan sebelumnya?"

Baekhyun terdiam ia bingung bagaimana baiknya menjawab. Dadanya kembali sesak, hingga air mata mulai berdesakan keluar dari maniknya membuat Willis kelabakan karena tak mengantisipasi hal ini sebelumnya.

"M-maaf, aku tidak bermaksud membuatmu menangis.." Willis mendekati si pria cantik berusaha menenangkannya "Maaf, kau bisa menolaknya aku tidak memaksamu untuk bercerita. Maafkan aku Baekhyun."

Tangisan Baekhyun semakin keras membuat Will bertambah panik, pria berkulit pucat itu hanya bisa menepuk pundak Baekhyun sembari mengujarkan ratusan kata maaf.

Setelah beberapa menit tangisan yang lebih pendek mulai reda menyisakan beberapa isakan kecil.

"Maaf sudah lancang Baekhyun, aku tidak bermaksud mencampuri urusanmu hanya saja aku tak tega melihat keadaanmu. Aku hanya ingin menawarkan diri untukmu berkeluh kesah membagi beban pikiranmu denganku. Aku sendiri tak yakin bisa banyak membantu, tapi setidaknya kau memiliki seseorang untuk mendengarkan."

Baekhyun merapus air matanya, isakannya berhenti menyisakan wajah basah dan hidung merah. "Maaf aku malah menangis di depanmu."

Baekhyun mengambil napas panjang, mengenyahkan sesak yang terus mengikat dadanya. Mungkin ia memang harus bercerita pada seseorang, ia butuh didengarkan. Selama ini ia tak pernah membagi masalahnya. Semua beban ia pikul sendiri, bahkan orang tuanya tak pernah tahu jika Baekhyun tidak pernah merasa baik-baik saja setelah berpisah dengan Chanyeol.

"Ya, aku memang pernah memiliki hubungan dengan Mr. Park Will.."

Willis terhenyak begitu kalimat itu meluncur dari belah tipis si mungil. "Kami adalah mantan kekasih."

...

..

.

TBC

Ini ceritanya tambah gaje gk sih? Kalian masih nge feel gk sih bacanya? ㅠㅡㅠ