A First Love Crap

By ewfzy

.

.

.

CHANBAEK STORY

Genre : Romance, Drama?

.

.

.

Seminggu berlalu tanpa ada Baekhyun disekitarnya. Sedikit banyak Chanyeol merasa ada yang kurang. Kini tak ada lagi sosok yang diam-diam ia amati ketika di agensi atau alasan putranya merengek setiap harinya.

Tapi berbicara soal Baekhyun, Chanyeol tak pernah mendengar kabar apapun lagi setelah kepulangan pria itu ke negara asalnya. Ini sedikit aneh mengingat media Korea biasanya sangat antusias dengan segala sesuatu yang Baekhyun lakukan. Biasanya ratusan foto Baekhyun di bandara akan beredar dan diperbincangkan sepanjang hari di media sosial. Tapi kali ini bahkan setelah seminggu kepulangannya tak ada satu artikel pun yang dirilis.

"Daddy!" pekikan nyaring Jackson menyadarkan Chanyeol dari segala pemikiran, bocah itu kini tengah berdiri sambil bersungut-sungut di depannya.

"Kau sudah siap?" tanya Chanyeol seolah tak terjadi apapun.

Jackson menarik napas dalam sebelum menghembuskannya secara dramatis. "Aku sudah belasan kali memanggilmu dan mengajak Daddy berangkat, apa Daddy tidak dengar?"

"Oh, benarkah? Maaf Daddy sedang tidak fokus."

Bocah itu menggelengkan kepalanya "Ckckck... apa Daddy sedang memikirkan hyung cantik?"

Mata Chanyeol langsung melotot menanggapi pertanyaan putranya. "TENTU SAJA TIDAK"

Jackson berjengit terkejut karena ayahnya tiba-tiba berteriak, namun sedetik kemudian bocah itu malah tersenyum jail "Daddy berbohong..." anak itu memberi tatapan menyelidik "Apa kau merindukannya?" tanya Jackson lagi.

"Ya! Park Jackson—" Ucapan Chanyeol terpotong ketika Jackson tiba-tiba mendekatinya dan berusaha mencapai telinganya untuk membisikkan sesuatu. "Daddy aku tahu kau memang menyukai hyung cantik, tidak perlu malu seperti itu aku berjanji takkan mengatakannya pada Mama, Daddy tenang saja."

"Apa yang sedang kau bicarakan Park Jackson? Aku menyukai hyung cantikmu itu hanya sebatas Fans kepada Artis tidak lebih, mengerti? Sekarang lebih baik kita berangkat, karena 15 menit lagi gerbang sekolahmu akan di tutup."

Tak ingin berdebat lebih jauh dengan putranya Chanyeol cepat-cepat berdiri dari sofa mengambil kunci di atas meja kemudian berjalan mendahului menuju mobilnya.

Di dalam mobil Jackson tak berhenti memandangi Chanyeol yang sedang fokus menyetir di sampingnya. Bocah itu agaknya sedikit ragu untuk mengutarakan segala sesuatu yang mengusik pikirannya.

"Dad!"

"Hmm"

Hening sejenak

"Sebenarnya aku sedikit penasaran.."

Chanyeol mengerutkan alisnya sebelum menatap sekilas pada sang putra. "Apa?"

"Bukankah kau sangat menyukai Hyung Cantik alias fans berat Byun Baekhyun si penyanyi nomor satu di Korea itu? Lalu kenapa kau selalu bersikap dingin ketika dia ada di sekitarmu?"

"Tidak, aku bersikap biasa saja"

"Eiyy jangan berbohong aku bisa melihat semuanya dengan jelas. Apa kau sengaja melakukannya agar dia tak tahu jika kau fans beratnya?"

Untuk beberapa detik tak ada tanggapan dari yang lebih tua, meninggalkan manik bulat yang lebih kecil terus menatap sang ayah dengan penasaran.

" Dad.. Apa tebakanku benar? " rengek Jackson tak sabaran.

Chanyeol menepikan mobilnya lantas berhenti ketika telah sampai di depan gerbang sekolah sang putra. "Kita sudah sampai, saatnya turun jagoan kecil."

"Aku tidak mau turun sebelum kau menjawab pertanyaanku!" tolak Jackson sambil bersedekap dada.

Chanyeol mengembuskan napas sebelum akhirnya menyerah. "Baiklah-baiklah, kau bisa anggap seperti itu. Nah, sekarang turun atau kau akan terlambat."

Jackson mengerucutkan bibirnya sebal, merasa tidak puas dengan jawaban yang Chanyeol beri tapi ia tak bisa berdebat lebih lama karena ia tak ingin terkunci di luar gerbang. Akhirnya dengan terpaksa bocah itu turun dari mobil dengan wajah tertekuk.

...

" Jadi sekarang apa rencanamu Baekhyun?" Baekhyun mengalihkan pandangannya dari coklat panas yang sedang ia aduk kemudian membawa dua cangkir minuman itu pada Willis yang duduk di sofa.

"Aku masih tidak tahu, aku tidak ingin merusak kebahagiaan mereka berdua lagi. Mungkin aku hanya akan mengamati keduanya dari jauh. Lagipula Jackson sangat membenciku."

Baekhyun tidak tahu alasan kenapa ia bisa jadi se-terbuka itu kepada Willis, semalam ia berakhir menceritakan segalanya. Segala sesuatu yang selama ini ia simpan seorang diri, semua masalah dan rasa sakitnya. Entah bagaimana Willis berhasil membuat benteng pertahanannya hancur tanpa sisa.

"Tapi dia sangat menyukaimu sebagai Byun Baekhyun."

"Dia juga akan membenci Byun Baekhyun jika tahu semuanya."

Willis menghela napasnya, tak bisa memberikan pembelaan maupun memikirkan solusi untuk masalah yang satu itu sekarang.

"Dan untuk karir mu?"

"Aku akan menyelesaikan kontrak dengan agensiku dan setelah itu mungkin aku akan pensiun."

"Sayang sekali, padahal kau sangat berbakat dalam menyanyi. Bahkan menurutku kau adalah salah satu penyanyi terbaik dengan pengaruh yang sangat besar di dunia hiburan, akan sangat disayangkan jika kau pensiun dini."

Baekhyun tersenyum kecil menanggapi pernyataan Will, jari lentiknya mengambil cangkir berisi coklat yang baru ia buat lantas menyesapnya.

"Mungkin aku akan mempertimbangkan itu lagi nanti, tapi yang jelas aku akan mengakhiri semuanya dengan agensiku yang sekarang."

"Apakah mereka benar-benar buruk?"

"Sangaat! Mereka adalah yang terburuk, memilih agensi itu adalah penyesalan terbesarku seumur hidup."

"Aku tidak pernah menyangka agensi raksasa itu memperlakukan artisnya seperti itu."

"Yah, semuanya tidak seindah apa yang orang-orang lihat."

"Kau bisa bergabung dengan agensiku, King's kurasa memiliki manajemen yang cukup baik."

Baekhyun mengangkat satu alisnya merasa tertarik dengan apa yang Will lontarkan "Apa mereka mau menampungku?"

Willis terkekeh "Tentu, siapa yang tidak menginginkan artis sepertimu Baekhyun? Lagipula kau sudah pernah bekerja bersama kami dan hasilnya sangat memuaskan, aku yakin direktur akan sangat senang."

Senyum miring keluar dari belah tipis Baekhyun, bagaimana bisa Willis mengatakan seenteng itu? Apakah pria pucat itu tidak ingat apa saja yang telah ia ceritakan semalam. "Tapi masa laluku begitu buruk Will, kurasa aku akan membuat masalah nanti."

...

Teriknya matahari tak menyurutkan semangat Baekhyun untuk pergi menuju bangunan warna warni yang dihiasi berbagai gambar di temboknya. Pria itu turun dari bus dengan matanya yang terus-menerus mengecek jam tangan. Baekhyun terlambat.

Hoodie hitam, kacamata, topi dan masker sudah cukup membuat Baekhyun tak dikenali. Pria mungil itu memutuskan pergi setelah mendapatkan informasi terkait sekolah putranya dari Will. Sebenarnya membutuhkan perjuangan untuk sampai di sini mengingat Willis tak mengizinkan Baekhyun pergi seorang diri. Apalagi ia barusaja pulang dari rumah sakit. Tapi beruntung berkat bakat membujuknya yang luar biasa Baekhyun berhasil meyakinkan rekan kerjanya itu.

Kini Baekhyun telah berdiri di bawah pohon sebrang sekolah sang putra, mengamati dengan seksama satu per satu bocah yang mulai keluar dari gerbang. Senyumnya terbit begitu sosok yang ia nanti muncul lengkap dengan tas Iron man yang menggantung di pundaknya.

Menit demi menit terus berlalu, satu persatu murid taman kanak-kanak itu mulai meninggalkan sekolah dijemput orangtua atau Babysitter mereka. Kini hanya tersisa beberapa bocah saja yang masih menunggu jemputan dan salah satunya adalah Jackson.

Sudah hampir satu jam berdiri Baekhyun tak kunjung mendapati tanda seseorang menjemput Jackson. Bocah itu sudah terlihat lelah menunggu ditengah terik matahari dengan bulir-bulir keringat didahinya. Merasa tak tega Baekhyun berinisiatif untuk membeli minum dan beberapa es krim untuk Jackson, dia bisa menyuruh seseorang untuk memberikannya nanti. Kebetulan di dekat sini ada supermarket, jadi sepertinya tidak masalah jika Baekhyun meninggalkan Jackson sebentar.

"Hey Child! Apa yang sedang kau lakukan?"

Jackson yang merasa diajak bicara menoleh, menemukan seorang pria dengan jaket hitam datang menghampiri. "Menunggu mama."

"Di mana kau tinggal?"

"Tidak jauh dari sini."

"Kau manis sekali, berapa usiamu?" Jackson tak menanggapi pertanyaan pria asing itu, ia merasakan ada sesuatu yang salah dengannya.

"Karena rumahmu dekat mau uncle antar? Kebetulan uncle sedang senggang."

"Tidak terimakasih."

"Kenapa? Uncle akan membelikanmu permen dan juga es krim nanti."

"Tidak, Daddy bilang untuk tak sembarangan pergi dengan orang asing."

"Tenang saja Uncle bukan orang jahat, lihatlah kau sendirian di sini. Bagaimana jika ada orang jahat yang menculikmu?" Pria asing itu melangkah semakin dekat pada Jackson membuat bocah taman kanak-kanak itu mulai cemas. "Aku baik-baik saja."

"Ayo biar Uncle antar ke rumahmu."

Tepat ketika keduanya hanya berjarak tiga langkah pria asing itu tanpa diduga-duga menarik tangan Jackson membuat ia tersentak. Jackson berusaha melawan tapi cengkraman pria itu semakin mengeras. "Ayo ikut denganku!"

"Tidak, lepaskan aku!" Jackson berubah ketakutan, keringat dingin mulai turun membasahi tubuhnya. Ia ingin berteriak namun suaranya seakan tersendat di tenggorokan dan tak ada siapapun selain dirinya disini.

"JACKSON!"

Kedua orang itu spontan menoleh menuju sumber suara. Jackson menjadi yang pertama kali memekik lega begitu menyadari jika yang barusan memanggil adalah orang yang ia kenal. "Hyung!" Sementara pria asing yang beberapa detik lalu mencengkram tangannya tiba-tiba pergi begitu saja.

Baekhyun melangkah dengan tergopoh-gopoh lantas segera membawa Jackson dalam pelukan. "Kau tidak apa-apa?"

Jackson tak menjawab alih-alih menganggukkan kepalanya. Tangannya masih gemetar ketakutan.

...

...

Ponsel yang berdering ditengah rapat merupakan salah satu hal yang benar-benar Chanyeol benci. Namun begitu melihat nama yang tertera di layar Chanyeol memutuskan untuk tetap mengangkat panggilan. "Halo?"

"Chanyeol maafkan aku, sepertinya hari ini aku tidak bisa menjemput Jackson." Chanyeol mungkin sudah melemparkan ponsel miliknya jika tak ingat ia sedang berada di mana.

"Apa kau gila?! Demi Tuhan ini sudah hampir jam 1 Jane!" Pekik Chanyeol mati-matian menahan emosi.

"Maaf, aku sudah berusaha pulang lebih awal tapi Broklyn benar-benar macet."

"Ck! Jika sesuatu yang buruk terjadi pada putraku aku takkan segan-segan untuk melaporkanmu ke polisi Jane!" Dengan itu panggilan Chanyeol akhiri sepihak. Darahnya seketika mendidih, ini memang bukan pertama kali Jane terlambat dan teledor mengasuh putranya. Tapi ini adalah yang paling parah, bagaimana bisa wanita itu baru mengabari Chanyeol di jam 1 siang sementara putranya pulang pukul 11?

Dengan pikiran berkecamuk pria bertelinga peri itu segera melesat dengan mobil mercedesnya. Dalam hati terus merapalkan doa agar tak ada sesuatu yang buruk menimpa sang putra.

...

Baekhyun mengusap kepala Jackson sambil terus menenangkannya. Dua orang itu memutuskan untuk duduk di bangku depan super market yang dekat dari sekolah Jackson.

"Sudah tidak apa-apa Jackson aman sekarang."

Jackson menjauhkan tubuhnya dari Baekhyun untuk kemudian menatapnya. "Terimakasih" cicit Jackson pelan.

Sejujurnya jantung Baekhyun masih belum bisa berdetak normal, ia mungkin akan mati berdiri jika terlambat sedikit saja. Baekhyun tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika hal buruk terjadi pada putranya.

"Ngomong-ngomong kenapa hyung cantik masih ada di sini?" tanya Jackson penasaran.

Baekhyun terhenyak lupa jika ia dalam misi penyamaran untuk memata-matai putranya.

"Oh! Itu.. Ada sesuatu yang harus hyung selesaikan jadi hyung menunda kepulangan selama beberapa hari."

"Lalu kenapa hyung tak mengatakan kepadaku! Kita bisa bermain kalau saja aku tahu kau masih ada disini."

"Maaf hyung tidak sempat memberi tahumu."

Wajah mungil Jackson berubah murung mendengar alasan yang Baekhyun berikan. Bocah itu merasa sakit hati, ia merasa jika dirinya tak begitu penting untuk Baekhyun sehingga pria itu mengabaikannya.

Melihat perubahan ekspresi Jackson membuat Baekhyun jadi bingung. Sangat jelas terlihat jika mood putranya itu tiba-tiba menjadi buruk. "Kenapa?"

"Tidak, bukan apa-apa."

Napas panjang Baekhyun hembuskan sebagai respon atas jawaban Jackson. "Apa Jackie masih merasa takut?"

Bocah itu menggeleng.

"Mau minum lagi?" tawar Baekhyun menyodorkan se botol air mineral yang tersisa separuh. Namun lagi-lagi Jackson memberikan gelengan sebagai penolakan.

Tak berapa lama siluet mobil abu-abu bergerak cepat didepan Baekhyun membuat pria itu spontan menutupi wajahnya dengan topi hoodie miliknya. Seperti dugaan mobil itu berhenti di depan gerbang sekolah Jackson, dan sudah jelas Baekhyun tahu siapa yang mengendarainya.

Tak ingin membuang waktu Baekhyun langsung memakai kacamata dan juga maskernya. Ia tak ingin Chanyeol tahu jika ia masih ada di sini dan tertangkap basah menemui putranya tanpa seizin pria tinggi itu.

"Jackie sepertinya Daddy sudah datang menjemputmu." Mendengar hal tersebut kepala Jackson secara otomatis menoleh ke arah sekolahnya yang hanya berjarak beberapa meter dari tempatnya duduk.

"Sepertinya aku harus pergi sekarang!" ujar Jackson riang begitu melihat mobil sang ayah yang telah terpakir gagah di depan gerbang sekolahnya.

"Hmm mmh, kau harus langsung pulang, makan, dan tidur siang. Mengerti?"

Jackson hanya mengangguk-anggukan kepalanya mendengar nasihat Baekhyun. Sebenarnya ia tidak terlalu fokus dengan apa saja yang pria itu katakan karena Jackson lebih tertarik mengamati penampilan hyung cantiknya yang tiba-tiba menjadi begitu tertutup sekarang.

"Baiklah, sekarang kau bisa pergi."

Belum genap dua langkah Jackson ambil si mungil itu kembali berbalik saat pergelangan mungilnya dicekal oleh yang lebih tua.

"Ah ya, jangan bilang daddy jika hari ini Jackson bertemu denganku. Ini hanya akan menjadi rahasia kecil kita berdua, besok Hyung akan datang lagi asalkan Jackson tidak menceritakan apapun pada Daddy."

Kerutan pada dahi menjadi respon pertama yang Jackson berikan. Meski sedikit bingung tapi Jackson tetap menganggukkan kepala polos sebelum akhirnya benar-benar pergi menemui sang ayah.

...

Wajah pasi Chanyeol langsung luntur begitu menemukan Jackson berjalan ke arahnya. "Jackson! Syukurlah.." helaan napas panjang menjadi bukti bagaimana paniknya Chanyeol ketika tak mendapati sang putra di sekolahnya.

"Kenapa Daddy yang menjemputku? Bukankah Mama yang harusnya datang?"

"Mama sedang ada urusan jadi Daddy yang menjemput."

"Ah, begitu rupanya."

Sepanjang perjalanan Jackson tak berhenti mengoceh, protes kepada ayahnya karena terlambat menjemput.

"Tadi ada seorang pria jelek yang mengajakku pulang bersama."

Ocehan sang putra yang sebelumnya Chanyeol tanggapi seadanya kini berhasil menyita seluruh perhatiannya. "Seorang pria?"

"Iya dia pria tua yang menggunakan jacket kulit berwarna hitam. Dia menawarkan diri mengantarku pulang, aku sudah berkali-kali menolaknya tapi pria itu malah menarik tanganku Dad! Aku ketakutan tapi beruntung ada Hy— maksudku ada seseorang yang menghentikannya. Sepertinya pria jelek itu adalah orang jahat."

Ingatkan Chanyeol jika kini pria itu sedang menyetir karena sepertinya nyawanya tiba-tiba keluar dari raganya. Jantung pria itu pun agaknya sudah jatuh ke perut. Mobil abu-abu yang ia kendarai segera ia tepikan menuju bahu jalan.

"Ada apa Dad?"

Pria tinggi itu tak menjawab alih-alih mengecek kondisi sang putra. Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki tak satupun bagian tubuh yang luput dari pemeriksaannya. "Dibagian mana pria itu menyentuhmu? Apa dia menyakitimu? Dia berbuat macam-macam padamu? Apa saja yang pria itu lakukan!"

"Tidak Dad, dia hanya mencengkram pergelangan tanganku beruntung ada seseorang yang datang jadi dia tak sempat berbuat macam-macam."

Dengan tangan yang sedikit bergetar Chanyeol raih pergelangan tangan sang putra. Merasa marah luar biasa ketika mendapati bekas merah di sana. "Astaga, Maafkan Daddy sayang. Maaf karena Daddy tidak bisa menjagamu dengan baik." tubuh mungil itu Chanyeol peluk erat merasa teramat sangat bersalah karena teledor mengasuh putranya.

Mata bulat Chanyeol berkaca-kaca ia takkan memaafkan dirinya sendiri dan juga Jane jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada putranya.


TBC