sweet dream

by

lollymollyxx

(21 Juli, 2021)

Semua karakter milik J.K. Rowling.

.

sweetdream

.

Rumah kaca milik Hogwarts berdiri anggun di pekarangan halaman belakang. Menampilkan kesan dingin namun indah, menyimpan banyak sekali pot dan tanaman yang sesekali digunakan untuk praktikum sekolah. Di bulan April seperti ini saat cuaca sudah menghangat, tampak tanaman-tanaman berdiri subur dan indah. Berbunga dan menunjukkan warnanya. Hermione tersenyum saat melihat pantulan sinar keemasan memasuki rumah kaca, begitu lembut menerpa dedaunan. Namun senyumnya sirna saat ia berbalik melihat Fred di belakangnya.

"Kita sedang apa sebenarnya, Fred?" protes Hermione. Bagaimana tidak, sedari tadi Fred hanya berdiri dan memeluk santai dirinya dari belakang. Bukannya ia tidak pernah berpelukan seperti ini, tapi, halo? Baru saja ia menangisi Ron karena berciuman dengan Lavender di perpustakaan, lalu sekarang ia sedang berpelukan dengan kakaknya Ron di rumah kaca? Setelah ini apa? Apa langit sudah mau runtuh?

"Kenapa marah-marah, Hermione? Diam saja, aku sedang ingin memeluk." Ujar Fred.

Tampak kekalutan dan kesedihan menghiasi wajahnya. Baiklah, kali ini ia akan membiarkan Fred memeluk dirinya. Dengan tubuh tinggi besar Fred, sangat nyaman bagi Hermione dipeluk seperti ini. Lagipula, Hermione juga tidak akan menolak pelukan nyaman di saat hatinya sedang hancur.

Setelah menikmati beberapa menit kehangatan, Fred mulai melepaskan pelukannya. Hermione yang terlena akan sandaran dada Fred mulai tersadar.

"Kita akan melanjutkannya nanti, Hermione. Ada yang ingin aku katakan padamu." Ujar Fred menatap langsung ke manik coklat Hermione. Gadis itu terpana, sekaligus gentar. Mata coklat Fred serasa mengebor hingga ke hati, meninggalkan sedikit perasaan dingin. Ia ingin segera pergi dari sini.

Fred membasahi bibirnya, tampak seperti akan menelan buah berduri. Seketika Hermione tahu bahwa kalimat apapun yang akan keluar dari bibir Fred, adalah sesuatu yang rumit dan berat. Tidak biasanya Fred tampak kebingungan seperti ini.

"Apa, Fred?"

Fred menghela napas kasar―bentuk pelepasan kegugupannya.

"Ayo kita pacaran."

Hanya hening yang terdengar di antara mereka. Bahkan suara gemirisik pohon yang ditiup angin pun tidak terdengar di pendengaran Hermione maupun Fred. Hermione mengerutkan dahinya. Ia tidak mengerti. Bukankah, Fred menyukai Angelina? Lagipula, Fred sudah tau perasaannya terhadap Ron. Lalu untuk apa Fred mengajaknya berpacaran?

"Kau... sedang apa? Candaanmu sama sekali tidak lucu," Hermione melepas pelukannya terhadap Fred, "kau pasti sedang mengerjaiku. Tolonglah Fred jangan permainkan aku."

"Aku serius, aku mengajakmu berpacaran. Kau sudah tidak berpacaran dengan Krum, kan? Aku juga tidak berpacaran dengan gadis manapun. Jadi, ayo." Fred memegang kedua lengan Hermione.

"Fred, terima kasih atas tawaranmu. Tapi aku bukannya tidak tahu bagaimana 'peredaranmu' di sekolah. Kau bahkan hanya sekali berpacaran, itupun kau mempermainkan Angelina Johnson! Pacar saudara kembarmu!" cecar Hermione. Gadis itu tahu, pasti Fred hanya ingin bermain-main dengannya. Apalagi laki-laki itu juga sudah mengetahui rahasia terburuknya. Bukan tidak mungkin Fred akan melakukan sesuatu yang akan menguntungkannya dengan rahasia itu.

"Astaga, tak kukira kau juga termakan gosip murahan itu." Fred mengerang emosi. Sebegitu buruknya kah pamor Fred di mata para gadis?

"Yah, kau tahu kan jika banyak yang mengatakannya maka akan jadi kebenaran?" ujar Hermione menyilangkan tangannya. Kalimat yang ia katakan memang absurd, namun ia harus menjadikannya sebagai tameng. Jika lak-laki berambut merah itu ingin berpacaran dengannya, maka Fred harus menjelaskannya sekarang juga!

"Hah, merepotkan sekali. Baiklah. Jadi, Hermione. Saat Yule Ball tahun lalu aku memang mengajak Angie. Tapi itu semata karena saudara kembarku yang bodoh itu begitu pemalu―padahal ia seorang Gryffindor. Setelah cemburu karena melihatku bersama Angie, George langsung bergerak mendekati dan akhirnya mereka berpacaran. Kemudian aku putus dengan Angie, juga menjelaskan 'misi rahasiaku'. Aku tidak sehina itu menyukai gadis yang disukai saudaraku, tahu." Jelas Fred, namun tetap tidak berpengaruh pada Hermione.

"Okay, kalau begitu jelaskan padaku gosip bahwa kau suka menggoda dan tidur dengan banyak anak perempuan di sekolah!"

Fred terkekeh.

"Yah, aku sudah berusia 17 tahun. Wajar aku sering melakukannya jika aku ingin. Lagipula, aku melakukannya dengan gadis yang juga menginginkannya, dan yang pasti umurnya tidak sampai tiga tahun di bawahku. Aku tidak ingin dicap sebagai pedofil," Fred melemparkan senyum menggoda yang kemudian ditanggapi ringisan oleh Hermione.

Ya, wajar saja jika Fred banyak 'melakukannya' dengan gadis-gadis lain. Lihatlah tubuh tingginya yang kekar karena tempaan di ekskul sepak bola. Rambut merahnya yang panjang―hampir menyentuh bahu lebarnya. Pasti lembut saat disentuh. Tak lupa senyum manis dan nakalnya yang selalu tampil di bibirnya yang tidak terlalu tipis atau tebal. Atau lengan seksinya yang dijalari urat?

Ulala, sungguh tubuh sempurna dari laki-laki puber.

Astaga, apa Hermione baru saja mengagumi fisik dan ketampanan dari seorang Fred Weasley?

Pikiran bedebah, pikir Hermione.

Gadis itu berdeham untuk mengaburkan pikiran 'mesumnya'.

"Dasar playboy. Tetap saja, aku tidak mau berpacaran denganmu. Kau kan tahu kalau aku menyukai Ron!" Hermione tetap teguh pada pendiriannya.

"Aku tahu, makanya aku mengajakmu berpacaran." Ujar Fred tenang. Hermione hanya mengerutkan dahi, bingung.

"Apa maksudmu?"

Fred terkekeh lagi. "Kita berpacaran agar Ron cemburu, lalu memutuskan Lavender demi dirimu. Simpel," jelasnya.

Hermione mulai tergoda dengan tawarannya. Hal ini bagus. Hermione bukannya merebut Ron secara langsung dari Lavender. Toh, Ron sendiri yang dengan suka rela meninggalkan Lavender demi dirinya. Jika berhasil.

"Bagaimana jika tidak berhasil? Jika Ron tidak cemburu padaku?"

"Yeah, anggap saja kau beruntung bisa berpacaran dengan salah satu kembaran Weasley yang tampan." Fred mengangkat dagunya, bangga. Ingin rasanya Hermione mendorongnya ke Danau Hitam.

Hermione menunduk, menatap sandal hitamnya. Sesekali menendang dedaunan yang berserak.

"Mengapa kau melakukan hal ini, Fred? Apa untungnya bagimu?"

Ya. Apa untungnya semua hal ini untuk Fred? Mengapa seorang Fred, seorang anak SMA nakal yang suka menghabiskan waktu mengerjai orang, selalu melakukan sesuatu untuk kepentingan dan kebahagiaannya sendiri, mau melakukan ini? Bukankah jika mereka berpacaran, Fred tidak lagi bisa menggoda gadis-gadis? Bukankah laki-laki itu akan sering menghabiskan waktu dengannya?

Apakah, alasannya...

"Kau tidak menyukaiku, kan?" tanya Hermione langsung. Mata coklat Fred membulat, kemudian tawanya pecah. Hermione diliputi hawa panas dan merah di wajahnya.

"Kau ini benar-benar bodoh di hubungan, ya? Tentu saja aku tidak menyukaimu. Well, setidaknya aku tidak menyukaimu dalam hal romantis seperti itu, hahaha." Hermione memelototi Fred yang seenaknya saja menertawainya.

"Hei, jangan melotot seperti itu, haha," Fred mengatur nafasnya, "katakan saja bahwa aku memiliki rencana sendiri dalam hubungan kita. Tenang, tidak akan menyakitimu kok." Jelas Fred. Seketika tatapannya serius.

"Rencana apa? Apa yang mau kamu capai?"

"Aku tidak bisa mengatakannya, Tuan Putri. Tapi tenang saja, percaya aku." Fred mengusap pipi kiri Hermione, berusaha menenangkan gadis itu. Hermione hanya bisa diam. Berpikir, apakah hal ini benar untuk dilakukan?

"Kau tidak akan menyesal, Mione. Kau dapat mewujudkan mimpimu."

.

sweetdream

.

Hermione berjalan gontai menuju meja asramanya. Banyak murid Gryffindor yang sudah berkumpul, berbincang sembari melahap makan malam. Entah mengapa, gadis itu lebih merasa ingin segera merebahkan diri di kamar alih-alih mengisi perutnya. Pembicaraannya tadi dengan Fred sangat menguras tenaga. Namun dibanding itu, ia harus berusaha menghilangkan ingatannya tentang kejadian tadi. Berharap tidak pernah ada satu kejadian di hidupnya, dirinya, seorang Hermione Jean Granger, akan menjalani hidupnya perusak sebagai rumah tangga sahabatnya sendiri.

Oh, please. Tentu saja hal itu berlebihan. Ia tidak 'benar-benar' merusak rumah tangga―hubungan―Ron dan Lavender. Ia dan Fred hanya akan melakukan 'sedikit' tindakan agar Ron berpaling darinya.

"Hei, Mione. Kau kenapa?" tanya berambut merah itu sedang memotong daging ikan. Hermione menatap piring Ginny. Ternyata menu makan malam kali ini adalah fish and chips. Ia tidak begitu berselera memakan masakan gorengan malam ini. Ia ingin sesuatu yang hangat, seperti sup kentang yang sedang dinikmati Harry, atau pasta krim yang sedang dibawa Fred.

Ya, yang sedang dibawa Fred. Ke arahnya.

Fred kemudian duduk di samping Hermione, membuat Ginny mengerutkan dahinya. Heran.

"Tumben kau duduk bersama kami, murid cupu tahun ketiga dan keempat, Freddie. Apa yang merasukimu?" tanya Ginny. Tentu saja si bungsu Weasley itu heran. Biasanya kakak kembarnya itu akan makan dengan George, kembarannya yang lain. Atau setidaknya makan dengan murid angkatannya.

"Kau seharusnya senang karena kakakmu yang populer ini berbaik hati duduk dengan murid cupu tahun ketiga dan keempat," ujar Fred. Ginny hanya memutar matanya, malas mendengar ocehan kakaknya.

"Kau tidak makan, Mione? Atau kau mau kuambilkan sesuatu?" tawar Fred melihat tidak ada makanan di hadapan gadis itu.

"Ya, aku akan makan. Aku ingin sup saja. Tolong ya," pinta Hermione. Fred mengedipkan sebelah matanya.

"Baiklah, Tuan Putri. Siap laksanakan," Fred beranjak sembari mengacak rambut Hermione.

Setelah beberapa lama menunggu, Fred akhirnya datang dengan membawa nampan berisi semangkuk kentang hangat, garlic bread dan segelas air. Dengan hati-hati Fred meletakkan nampan makanan Hermione lalu melemparkan senyuman lembut.

"Silakan dinikmati, Tuan Putri,"

"Terima kasih, Hambaku." Balas Hermione. Balasan tadi ternyata malah mengundang tawa Harry, namun mengundang kecurigaan Ginny.

"Ada apa dengan kalian hari ini? Mengapa kalian seperti pasangan kekasih?" cecar Ginny. Hermione yang sedang memakan rotinya menjadi tersedak. Ia sama sekali tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu. Fred menyodorkan air mineral untuk Hermione. Alis Ginny naik sebelah.

"Jadi, ada yang mau menjawab pertanyaanku?"

"Ya, adikku yang bawel. Kami berpacaran. Sudah kau diam saja, kekasihku sampai tersedak begitu," jawab Fred. Ginny meletakkan garpunya, mata birunya membulat. Harry mengerang.

"SUDAH KUDUGA! Harry, kau berhutang padaku 20 poundsterling." Ginny tersenyum manis kepada kekasihnya itu. Tentu saja, ia barusan menang taruhan. Harry dengan malas mengeluarkan dompetnya.

"Hah, jika seperti ini aku tidak akan mengajakmu bertaruh, Gin." Ucap Harry sambil menyerahkan lembaran uang ke Ginny.

"Kalian bertaruh akan hubunganku dan Fred?"

"Yup. Memang kami mau bertaruh hubunganmu dengan siapa? Dengan Ron?" Harry terkekeh sembari melanjutkan makan malamnya. Fred sendiri tampak tidak peduli jika teman dan adiknya membuat taruhan bodoh tentang hubungan percintaannya.

"Itu akan gila. Kami tidak mau disemprot Lavender," lanjut Ginny. Hermione merona, memikirkan bagaimana jadinya jika Ginny memenangkan taruhan dan Hermione benar-benar berpacaran dengan Ron.

"Sejak kapan kalian berpacaran?" tanya Ginny berusaha mengorek informasi. Ia akan pastikan bahwa besok, gosip terpanas adalah berita hubungan baru Fred dengan Hermione.

"Baru saja. Sebelum makan malam aku menyatakan perasaanku kepada Mione. Tapi gadis ini malah marah-marah," Fred terkekeh. Harry juga ikut tertawa.

"Tentu saja, apa yang kau harapkan dari Hermione, Fred. Kau tentu tidak mengharapkan Hermione akan menangis terharu saat kau menyatakaan perasaanmu, kan? Haha." Gurau Harry.

"Oh, benar. Ron harus mengetahui hal ini. Hei, Ron! Sini!" panggil Harry kepada Ron. Tentu saja, sahabat perempuan mereka akhirnya berkencan lagi. Terutama Harry yang mengetahui alasan sesungguhnya Hermione yang mau berpacaran dengan Viktor Krum, membuat Harry berharap kali ini Hermione benar-benar menyayangi Fred.

Ron menghampiri mereka bersama dengan Lavender.

"Ada apa, sepertinya heboh sekali." Tanya Ron. Lavender? Jangan ditanya. Gadis berkepang itu lebih memilih bersandar di lengan Ron.

"Hermione sekarang berpacaran dengan Fred."

"Benarkah? Wow, sial sekali kau, Fred. Haha." Ejek Ron. Hermione yang merasa diejek pun tersinggung. Gadis itu meradang.

"Apa maksudnya, Ron?" Hermione memegang erat sendoknya. Walau sendok tidak setajam pisau, Hermione bisa membayangkan dirinya menusuk leher Ron dengan sendok supnya. Lupakan sebentar perasaan sayangnya untuk Ron. Ia dengan senang hati akan mengubah Aula Besar menjadi Tempat Kejadian Perkara, kalau bisa bersama dengan Fred.

"Ya, pasti Fred akan kau larang melakukan ini itu, atau kalian akan selalu berkencan di perpustakaan," Ron tertawa, "kau bisa mengajakku bermain game di rumah jika kau sudah tertekan karena Hermione, Fred." lanjut Ron.

Fred berusaha tidak untuk melemparkan nampan makanan Hermione atau pukulan tangan kosongnya. Yeah, Ron memang adiknya tapi apa yang membuatnya berhak untuk mengatai Hermione seperti itu? Terlepas dari hubungan sebenarnya di antara gadis itu dan Fred. Ron benar-benar sudah kelewat batas.

Sang kekasih―Lavender, nampaknya cukup peka dengan perubahan drastis ekspresi Hermione. Lavender tampak megap-megap, berusaha menghibur Hermione. Lavender tidak berani melihat Fred karena laki-laki itu sungguh menyeramkan sekarang.

"Em, Ron, kau tidak boleh begitu pada Hermione. A-aku yakin kok Hermione pasti lembut pada kekasihnya, ya kan, H-Hermione?" Lavender mencubit Ron hingga kekasihnya itu mengaduh.

Fred menatap Ron dengan tatapan ingin mencekik adik laki-lakinya itu. Astaga, padahal orang tuanya sejak kecil sudah mengajarkan bagaimana cara berbicara yang baik. Walau Ron berkata seperti itu ke sahabatnya sendiri, tapi tetap saja. Itu bukanlah kalimat yang ingin didengar orang, terutama didengar dari orang yang disayang. Di depan umum.

Yap, Fred tidak lupa bahwa Hermione MASIH menyayangi Ron, dan mendengar langsung perkataan Ron seperti itu, membuat darah Fred juga ikut mendidih. Nasib baik berpihak pada Ron karena mengatakannya di sekolah. Jika mengatakannya di rumah, entah apa yang bisa terjadi.

Alih-alih marah pada Ron, Fred menarik kepala Hermione kemudian mencium kepalanya. Hal yang diam-diam ingin Fred lakukan lagi sejak pembicaraan mereka di Ruang Rekreasi.

"Aku yakin Hermione akan bersikap lembut juga, sama seperti yang dilakukan para gadis terhadap kekasihnya. Mungkin saja Hermione tidak pernah bersikap lembut terhadapmu karena kau sendiri tidak pernah bersikap sama terhadap Hermione, Ron."

Boom!

Sebuah meriam balasan ditembakkan oleh Fred. Wajah Ron sukses memerah malu.

Fred menoleh ke Hermione dan mengacak kepalanya.

"Ayo, Mione Baby. Habiskan makananmu."

.

sweetdream

.

Fred berjalan santai menyusuri lorong sekolah. Rembulan tampak menumpahkan cahayanya malam ini, membuat suasana sekolah tampak tidak semenyeramkan biasanya. Fred bersiul riang, setidaknya berusaha membuat hatinya riang. Ia masih kesal dengan perlakuan Ron saat makan malam tadi.

Hermione tergopoh berusaha menyusul langkah Fred. Kaki jenjang Fred tentu membuat langkahnya jauh lebih dahulu dibandingkan Hermione. Fred mengetahui bahwa gadis itu sudah beberapa kali memanggilnya, meminta untuk memelankan laju langkahnya. Namun Fred menulikan pendengarannya. Ia sedang tidak ingin mendengar omelan tak mutu yang akan dikeluarkan Hermione sebentar lagi. Suasana hati Fred sedang suntuk, dan ia tidak mau melampiaskannya kepada gadis malang itu.

"Fred, tunggu! Hah.. F-fred!" akhirnya Hermione berhasil menarik lengan Fred.

"Kenapa kau meninggalkanku, Fred?"

"Aku tidak meninggalkanmu,"

Hermione tertawa mengejek.

"Aku sedang tidak dalam mood bercanda, Freddie. Katakan padaku, kenapa kau meninggalkanku? Bukankah kita ini pasangan kekasih, hm?"

Ctik.

Hermione sudah menyalakan saklar kemarahan Fred. Sedari tadi Fred masih memberikan secuil iba pada gadis itu dengan mendiamkan Hermione. Fred masih menyimpan amarah kepada adiknya yang bermulut sampah dan kekasih bodohnya. Laki-laki itu sadar, sekali saja ada sesuatu yang mengusik amarahnya lagi, maka lepas sudah.

Bodohnya, gadis ini sudah melakukannya.

Dalam kedipan mata, Hermione merasakan punggungnya kesakitan karena menghantam tiang lorong. Dengan tekstur tidak rata karena dibuat seperti bebatuan semakin menambah rasa sakit di punggung Hermione. Gadis itu bingung, apakah ia harus meringis kesakitan atau kaget dan takut karena Fred menyakitinya seperti ini. Fred mencengkram kedua lengannya terlalu kencang.

"Jangan uji kesabaranku, Hermione."

Tatapan Fred seperti ingin membunuh Hermione, dan gadis itu benar-benar ketakutan sekarang. Deru napas Fred menerpa wajahnya. Mata coklatnya berkilat marah, dengan rambut panjangnya yang berantakan. Fred benar-benar seperti pembunuh berdarah dingin yang tidak segan menyiksanya. Ia tidak menyangka bahwa Fred memiliki sisi seperti ini, dan ia yang harus melihatnya seperti ini. Mengapa Fred harus semarah ini? Bukankah Ron tadi menghinanya, bukan laki-laki itu? Lagipula mereka bukannya pasangan kekasih yang saling mencintai―seperti yang Fred bilang barusan. Fred tidak perlu sakit hati atau tersinggung. Jadi, hal lain apa yang membuat Fred seperti hendak membunuhnya?

"Kau menyakitiku.. A-apa maksudmu?"

Air mata sedari tadi menggenang di pelupuk mata Hermione, bersiap menggenangi pipinya. Hermione menutup matanya, berharap semua ini hanya mimpi buruk dan ia terbangun di ranjang kamarnya yang nyaman. Tetapi tidak. Hermione tetap merasakan betapa kuat dan menyakitkannya cengkraman Fred. hermione bergetar ketakutan. Walau ia seorang Gryffindor, namun ia tetap ketakutan dalam kondisi seperti sekarang. Ia hanya berharap setidaknya Fred akan melepas cengkramannya. Terlalu menyakitkan.

Melihat Hermione seperti itu, Fred sedikit mendapat kesadaran.

"Aku memang berkata bahwa hubungan pura-pura ini hanya kita BERDUA yang tahu. Bukan berarti kau juga terang-terangan bersifat biasa saja terhadapku. Kau cerdas, seharusnya kau mengetahui hal itu."

Fred mengusap lengannya lembut.

"Simpan saja air matamu untuk Ron," Fred melepaskan Hermione, "kembalilah ke kamar. Selamat malam."

Fred kemudian beranjak meninggalkan Hermione. Gadis itu masih mematung, terdiam. Setengah bagian otaknya berusaha memproses kejadian barusan, setengahnya lagi berusaha mengalihkan pikirannya dari rasa sakit di lengannya.

Apa diam-diam Fred merupakan reinkarnasi dari pembunuh berdarah dingin?

Ah, lupakan sejenak soal Fred. Hermione lebih mengkhawatirkan lengannya. Besok ia harus menghadiri pertemuan bisnis berkedok makan malam. Ia khawatir orang tuanya akan mencurigai luka memar yang ada di lengannya besok.

Oh, yeah. Tentu saja cengkraman tadi akan menimbulkan luka memar. Kekuatan Fred bukan main-main. Sebagai salah satu atlet sepak bola andalan Hogwarts, Hermione sedikit banyak mengetahui sekuat apa kekasih bohongannya itu. Setidaknya Hermione bersyukur Fred tadi hanya mencengkram lengannya saja.

Hah, ia harus berendam di air hangat. Ia ingin menenangkan diri, sembari membersihkan berbagai kesialan yang terus menempelinya hari ini.

.

sweetdream

.

Riuh rendah suasana pesta di rumah mewah Penelope Clearwater sukses membius pikiran Fred. Dengan menggenggam gelas plastik di tangan kirinya, Fred menunggu giliran kartu dalam permainan suck and blow. Dua gadis yang ada di sebelahnya sama-sama manis. Fred tidak rugi apapun jika mereka berdua kalah, atau dirinya kalah sehingga harus mendapat hukuman. Mencium salah satu gadis itu.

Dewi keberuntungan sedikit berpihak kepada Fred malam ini. Setelah melewati beberapa putaran, Fred menjatuhkan kartu sehingga membuatnya harus mencium gadis berambut coklat di sampingnya.

"Well, well. Setidaknya aku mendapatkan bonus," ucap Fred seraya bergerak maju mencium sang gadis. Ciuman itu berasa aneh namun nikmat, pikir Fred. Perpaduan asam-manis dari sisa kombucha di mulut gadis itu menambah sensasi ciuman mereka. Setelah beberapa detik, ciuman mereka berjarak.

Fred menyeringai dan mundur dari lingkaran. Ia ingin mencari minuman kombucha seperti milik si gadis beruntung tadi, namun ia tidak tahu-menahu dimana letaknya.

"Hei, dimana kau mendapat kombucha?"

"Well, pertama kau bisa memanggilku Hestia, dan kedua, aku diberikan minuman ini oleh Penny," si gadis―Hestia, mengedipkan sebelah matanya genit. Ternyata si tuan rumah yang memberikan minumannya, tidak apa. Sekalian ia akan menyapa si tuan rumah.

Fred menyusuri kerumunan muda-mudi yang dimabuk alkohol dan kesenangan duniawi dengan mudah. Rumah Penelope yang luas dan mewah tentu tidak akan tiba-tiba penuh hanya karena pesta, terutama yang datang hanyalah lingkar pertemanannya yang elit. Fred bisa datang karena Penelope adalah seniornya. Penelope Clearwater merupakan murid Ravenclaw tahun ketujuh yang juga dikenal sebagai 'murid paling bermasalah' di periode ini. Penelope adalah putri bungsu dari gembong narkoba dari Amerika yang pindah saat tahun kelimanya ke Hogwarts. Kepindahannya pun tak lain adalah untuk membuka jaringan baru di Inggris, dimulai dari sekolah elit di London, yaitu Hogwarts. Oleh karena itu pestanya saat ini dipenuhi dengan narkoba gratis sebagai uji coba produk terbarunya.

Si gadis pirang itu juga seharusnya sudah lulus tahun lalu, namun terpaksa mengulang karena Penelope ketahuan menjual pil terlarang di sekolahnya. Sempat ramai sekali saat itu, namun sekolah tidak dapat berbuat banyak. Dewan Wali Murid diancam oleh ayah Penelope, untuk tidak membawa anaknya ke jalur hukum.

Dan di sinilah, Penelope Clearwater, anak dari gembong narkoba Amerika, Pierre Clearwater, berdiri. Dengan rambut pirang yang digerai bebas, dan pakaian kasual mengundang, memberikan senyum ramah kepada Fred.

"Hai, kau pasti Fred Weasley. Aku benar kan?" sapa sang tuan rumah. Fred hanya mengedikkan bahu dan memberi senyuman khasnya.

"Ya, aku si kembar yang lebih tampan."

"Selamat datang di pestaku, Fred, semoga kau suka dengan 'jamuan' pestanya," Penelope mengedipkan matanya genit.

"Terima kasih, tapi aku kemari untuk meminta kombucha, bukan 'permenmu'." Tolak Fred halus. Tentu saja, jamuan yang dimaksud adalah narkoba jenis baru berbentuk seperti permen penyegar mulut namun dapat membuatmu merasakan euforia tinggi, sadar dan kuat sehari semalam. Setelah efeknya habis, akan membuatmu merasakan pusing dan nyeri kepala hebat hingga jatuh pingsan. Penelope menamakan produk barunya 'Pony'.

Mungkin Fred adalah anak bebal, namun ia tidak akan menyentuh narkoba.

"Baiklah, tetapi kombucha-nya sudah habis. Kau mau bir?"

"Oke, tidak masalah,"

Penelope beranjak menuju kulkas dan Fred pun mengikutinya. Mereka mengobrol lama, saling tertawa. Terkadang tangan Penelope bergelayut manja di bahu atau leher Fred. Laki-laki berambut merah itu tidak menghindar. Jemari Penelope mengusap tengkuk Fred, mengirim gelenyar sinyal yang menjalar hingga tulang belakang Fred. Penelope berjinjit untuk mencium bibir Fred.

BRUK!

Bukannya merasakan sensasi basah dan kenyal di bibirnya, Fred malah merasakan sensasi basah dan dingin di punggungnya. Seketika indra penciumannya mencium aroma jeruk dan pekat alkohol. Sialan, ada yang menumpahkan minuman kepadanya.

"Astaga, Bung aku minta maaf." Ujar laki-laki berambut hitam yang kini berada di hadapannya. Laki-laki itu memegang gelas merah yang isinya sudah berpindah ke punggungnya. Bagaimana ia akan pulang dengan baju dan jaket yang sudah kotor?

Oh, laki-laki di hadapannya akan sial malam ini.

"Sudah Fred. Ayo kita bersihkan pakaianmu," Penelope menyelamatkan suasana yang mulai gaduh. Gadis itu tentu tidak ingin membuat acara 'perkenalan' produknya gagal karena masalah sepele.

.

sweetdream

.

Penelope membawa Fred ke kamarnya. Fred yang bertelanjang dada sedang menunggu pakaiannya dicuci oleh asisten rumah Penelope. Gadis itu? Entah dimana ia, Fred hanya disuruh untuk menunggu di kamar.

Bukannya bersikap tidak sopan, namun mata Fred tak tahan untuk tidak melihat sekeliling kamar gadis pirang itu. Seperti kamar anak gadis pada umumnya, kamar Penelope memiliki aksen feminim di beberapa sudut ruangan. Tak lupa tambahan lampu LED berwarna rose gold yang melimpahi ruangan, membuat suasana menjadi hangat dan... romantis?

Fred mengedikan bahu saat pikiran romantis muncul di pikirannya.

Ya, walau statusnya adalah 'kekasih baru Hermione' namun untuk saat ini ia tidak terlalu peduli. Maksudnya, ia baru sehari 'jadian' dengan gadis itu. Belum banyak masyarakat Hogwarts yang tahu soal itu. Jadi... Jika malam ini akan menjadi malam yang menyenangkan bagi dirinya dan Penelope, tidak ada yang akan tersakiti, bukan? Toh Hermione menyukai Ron. Gadis ikal itu pasti tidak begitu peduli dengan siapa Fred berbagi keringat malam ini.

Pikiran menyenangkan Fred terusik saat Penelope masuk membawa segelas air putih dingin dan handuk bersih.

"Bersihkan dulu punggungmu, pakaianmu masih dicuci. Mungkin akan kering beberapa jam lagi."

"Lalu apa yang kulakukan selagi menunggu?" tanya Fred sembari beranjak ke kamar mandi.

"Yah, aku bisa saja membersihkan punggungmu kalau kau mau," Penelope memandang perut rata Fred dengan lapar. Fred tahu tatapan itu. Fred menjatuhkan asal handuk yang digenggamnya, lalu merangkak menaiki ranjang Penelope.

"Sepertinya aku butuh bantuanmu."

"Kau punya kekasih, Weasley yang tampan? Karena aku tidak bermain dengan laki-laki beristri."

Fred tertawa.

"Tidak, aku milikmu."

.

sweetdream

.

Hermione sedang menggambar sel hewan sebagai data pelengkap laporan Biologinya. Seharusnya sekarang ia sedang bersiap untuk menghadiri makan malam bersama keluarganya di sebuah restoran, tetapi gambar selnya terlalu sayang jika tidak diselesaikan langsung. Sejenak ia meregangkan tubuhnya, sudah tiga jam ia mengerjakan laporan. Hermione suka suasana ini, tenang dan sunyi. Parvati telah pindah kamar bersama Padma di asrama Ravenclaw, agar bisa bersatu dengan kembarannya. Keputusan itu baik untuk semua pihak. Bukannya Hermione tidak suka dengan Parvati, namun ia pasti akan kebingungan untuk menyembunyikan luka lebam di lengannya.

Ya, akibat perbuatan Fred kemarin pagi. Awalnya Hermione tidak memperhatikan, namun saat ia mandi tadi, dirinya melihat lebam kebiruan di kedua lengannya. Luka akibat kekuatan si penyerang tim, Fred Weasley. Tapi tak apa, ia akan menyembunyikan lebam tersebut dengan foundation dan memakai pakaian yang akan menutupi lengannya.

Selesai dengan pekerjaannya, Hermione membuka lemari pakaiannya. Berusaha mencari pakaian yang pas dengan kebutuhannya―sebuah jumpsuit satin dengan potongan atas sabrina. Sedikit terbuka karena slit hingga ke paha, tak apa. Hermione membutuhkan kain untuk menutup lengannya, mengingat ia tidak membawa banyak pakaian semi formal ke asrama. Setelah berdandan, ia langsung menuju halaman parkir asrama. Orang tuanya menjemputnya. Hermione berharap orang tuanya tidak menyadari hal ganjil dari dirinya.

.

sweetdream

.

Sungguh.

Terlalu.

Jika Hermione mempunyai kesempatan untuk membeli buku yang berisi kisah perjalanan kehidupannya dari lahir hingga kematiannya, walau ia harus membayar dengan ginjalnya sekalipun, Hermione pasti akan membelinya tanpa ragu.

Gadis ikal itu merasa bahwa takdir sedang ingin mempermainkannya. Hidupnya yang biasa saja, kini naik turun bagai roller coaster.

Ya, mungkin ia berlebihan. Tetapi lihatlah! Situasi macam apa ini?

"Hermione?" Marlene―ibu Hermione, menyentuh pahanya. Menarik Hermione dari lamunannya.

"Ah, maaf atas ketidaksopanan saya, Nyonya." Hermione meminta maaf kepada perempuan paruh baya di hadapannya. Tentu saja, hal ini sungguh memalukan sekali. Melamun di makan malam penting seperti ini.

"Tidak apa, Hermione. Kau sedang menikmati makan malammu, bukan?"

"Iya, Nyonya. Steak di sini enak sekali," Hermione menunduk sopan kemudian kembali menikmati steaknya.

Jika dipikirkan kembali, dirinya tidak salah. Oh, tentu orang tuanya yang seharusnya disalahkan. Mengapa tiba-tiba pasangan Granger itu membawanya ke acara makan malam bersama keluarga ini?

.

sweetdream

.

Author's note:

Wah, sudah setahun fanfic ini saya anggurin. Maaf sekali ya, saya sibuk sekali karena skripsi dan lamaran kerja di sana-sini. Akhirnya saya kembali, semoga kalian suka dengan ceritanya. Mohon reviewnya ya