.

sweetdream

by lollymollyxx

(30 November 2021)

Semua karakter milik J. K. Rowling

.

.

.

"Hermione?" Panggil Marlene―ibu Hermione.

Seketika Hermione kembali ke kenyataan. Sayup-sayup dentingan piano kembali terdengar di telinganya. Mata coklatnya menangkap siraman cahaya kekuningan yang lembut. Ia merasakan hangat tangan ibunya yang menyadarkan Hermione dari lamunan.

"Ah, maaf atas ketidaksopanan saya, Nyonya." Hermione meminta maaf kepada perempuan paruh baya di hadapannya. Tentu saja, hal ini sungguh memalukan sekali. Melamun di makan malam penting seperti ini.

"Tidak apa, Hermione. Kau sedang menikmati makan malammu, bukan?"

"Iya, Nyonya. Steak di sini enak sekali," Hermione menunduk sopan kemudian kembali menikmati steaknya.

Oh, yang benar saja. Lagipula tidak seharusnya Hermione berada di pertemuan bisnis berkedok makan malam ini. Ia seharusnya berada di kamar asramanya mengerjakan laporan Biologi, atau setidaknya di rumahnya sendirian sembari menonton TV. Apapun, selain di sini.

Sebenarnya tidak ada yang salah dari restoran ini. Steaknya empuk, sausnya lembut dan enak. Suasana restoran ini juga dibuat mewah namun tetap nyaman untuk makan malam keluarga. Perutnya tentu saja senang, sesekali makan makanan selain dari asrama.

Te. Ta. Pi.

Mengapa ia harus makan malam bersama keluarga Malfoy? Lihat saja senyum licik dari pewaris tunggal Malfoy, si musang putih Draco. Oh, apakah Hermione harus menyinggung masalah headphone kuningnya yang diambil si musang putih. Ia penasaran, apakah senyum liciknya masih bertahan.

"Oh iya, kudengar Hermione satu angkatan dengan Draco? Kalian satu sekolah kan?" tanya Narcissa.

"Benar, Ibu. Aku dan Hermione bersaing untuk mendapatkan murid terbaik seangkatan tahun ini," jawab Draco yang membuat Hermione melotot. Demi jenggot Hantu Merlin, untuk apa Draco mengungkit itu? Dirinya bahkan tidak berniat bersaing dengan Draco!

"Wah, seperti yang dibicarakan banyak orang, ya? Granger muda sangat berambisi." Ucap Lucius. Hermione tersenyum. Ia akan membalas Draco nanti. Lebih baik dirinya mencicipi hidangan penutup di hadapannya. Paduan dari meringue, whipped cream dan potongan stroberi segar pasti akan membuat suasana hatinya membaik. Mungkin saja setelah ini ia mendapat ide untuk membalas Draco.

Draco menatap Hermione dari sudut matanya. Hermione berada di seberang kanan dari Draco. Omong-omong, Hermione terlihat cantik malam ini. Saat masuk ke restoran, Draco tidak melihat Hermione melepas blazer atau luaran apapun yang bisa digunakan di awal musim semi seperti sekarang, terlebih dengan atasan yang agak terbuka seperti itu. Dirinya memakai baju terusan Draco tidak tahu nama pakaian tersebut, berwarna biru malam, yang serasi dengan kemeja Draco.

Draco berharap ibunya tidak menyadari hal itu.

"Sebelum memasuki topik utama, bagaimana jika Draco dan Hermione bermain bersama saja?" ucap Haines ayah Hermione. Pria berambut coklat itu kemudian memberikan Hermione sebuah kartu kredit. "Minumlah teh bersama Draco, pembicaraan selanjutnya akan membuat kalian bosan." Hermione terkaget saat ia masih belum menghabiskan dessert favoritnya. Ia masih ingin menghabiskan hidangannya.

"Aku akan mengajak Hermione jalan-jalan di sekitar sini, kabari aku jika kalian sudah selesai, Bu." Ucap Draco lalu mengecup pipi Narcissa.

"Wah, kalian serasi sekali. Pakaian kalian cocok satu sama lain, apakah ini pertanda?"

Yap, benar sekali. Tidak mungkin Narcissa tidak menyadari hal sepele ini.

"Tentu saja kami serasi, Bibi Narcissa. Bahkan Draco menyimpan headphone milikku karena selera kami sangat mirip. Benar kan, Draco?" Hermione puas sekali melihat wajah kelabakan Draco. Akhirnya Hermione bisa membalas Draco. Terima kasih banyak stroberi!

"Draco, kau tidak boleh usil kepada perempuan, okay?" tegur Lucius.

"Baik, Ayah, aku akan mengembalikannya ke Hermione." Draco tersenyum manis ke Hermione, walau gadis itu tahu maksud di baliknya.

Draco memberikan lengannya untuk digandeng secara sopan oleh Hermione. Gadis itu terkejut, namun dapat menyembunyikan ekspresinya dengan baik.

"Kami permisi dulu."

.

sweetdream

.

Fred menyentuh pinggang Penelope yang hanya ditutupi kain transparan berwarna hitam. Sheer top hitam itu halus, sehalus kulit Penelope. Gadis pirang itu tidak mau kalah. Jemari lentiknya mengelus tengkuk Fred, memberikan sensasi gelenyar nikmat di tulang belakang Fred. Laki-laki itu tersenyum nakal.

Kamar Penelope yang hanya diterangi lampu kelap-kelip menambah kesan sensual dan menambah gairah.

"Kau tahu.. apa yang akan kita lakukan?" goda Fred. Tentu saja, dengan tangan Fred yang sudah menjalar kemana-mana, suasana remang, ditambah Penelope yang setengah mabuk, apa lagi yang akan mereka lakukan?

Penelope tertawa. Tangan lentiknya turun menyentuh dada Fred, lalu mencakarnya sedikit.

"Oh, kau suka yang kasar?"

"Kau mau tahu, Freddie?"

Tanpa basa-basi, Fred langsung menarik Penelope ke pelukannya. Mencium gadis itu, semakin dalam. Mereka berjalan perlahan ke arah ranjang tanpa sekalipun melepas pagutan bibir. Fred mendorong Penelope ke ranjangnya yang empuk, lalu dengan cepat melepas rok ketat dan thong milik gadis itu. Mau seberapa sering Fred melakukan ini, laki-laki itu tidak akan pernah bosan. Fred berlutut di pinggiran ranjang sembari menarik paha Penelope. Laki-laki itu membenamkan wajahnya mencari sumber kenikmatan dari gadis itu. Menjilatnya, sesekali mengecup. Tak lupa juga memasukan jari ke dalamnya. Dengan lihai Fred melakukannya bersamaan, membuat Penelope tidak kuat menahan desahan.

Dilihatnya wajah Penelope sudah memerah dan otot di bawahnya berdenyut. Fred tahu bahwa Penelope sudah dekat. Fred memainkan jarinya makin cepat dan makin dalam. Bibirnya sibuk mengecup dada Penelope, sesekali menggigitnya. Mengisap putingnya.

"Ahh.. ugh.. Aku, aku.." desah Penelope. Belum apa-apa namun Fred sudah bisa membuatnya lemas begini. Dirinya tidak kuat. Penelope merasa pergolokan di organ intimnya begitu intens. Ia merasakan dua jari Fred mengocoknya begitu kuat.

"Fred… Ahhh.."

"Keluarkan saja," bisik Fred sambil tetap memainkan jarinya di bawah sana. Penelope menekuk lututnya, lalu tubuhnya bergetar. Fred terkekeh melihat Penelope berusaha mengembalikan napasnya.

"Hei, ini belum selesai." Fred melepas celananya kemudian menaiki Penelope.

Tanpa mereka sadar, beberapa orang menanyakan apakah mereka melihat Fred masuk kamar bersama tuan rumah, Penelope.

Oliver Wood yang sedang bermain beer pong terheran saat mendengar beberapa temannya bergosip.

"Hei, ada apa?" tanya Oliver.

Teman-temannya hanya tertawa.

"Kau tahu, tadi pacarku melihat bahwa teman kita, Weasley, bercumbu dengan Clearwater. Tampaknya ada yang bersenang-senang malam ini, haha." Jelas Anthony

Angelina melotot mendengar penjelasan Anthony.

"Apa?! Hei, ini kacau. Fred sekarang berpacaran dengan Hermione Granger!" jelas Angelina.

Oliver tertawa, karena tidak mungkin seorang Fred bisa berpacaran dan memiliki komitmen. Apalagi dengan seorang Granger.

"Hei, Angie. Aku akan lebih percaya jika kau berkata bahwa kau berpacaran dengan Hermione Granger, dibandingkan Fred yang berpacaran. Fred tidak akan mau berpacaran dengan satu gadis. Haha." Ejek Oliver. Maksudnya, lihat saja fakta bahwa Fred sedang bercumbu dengan Penelope. Oliver tahu beberapa hari yang lalu saat mereka sedang berlatih di lapangan, ada seorang gadis berambut coklat yang memberi Fred sebotol air minum. Oliver bertanya apakah gadis itu adalah pacarnya, Fred hanya tertawa.

Jika diingat kembali, gadis minggu lalu memang mirip dengan Hermione Granger. Rambut coklat sebahu, tubuhnya tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek. Ditambah lagi gadis itu juga menggunakan jaket marun Gryffindor. Apa benar mereka berpacaran?

Yeah, Oliver tidak menampik bahwa teman satu ekskulnya itu tenar di antara gadis di sekolah, dan Fred menyukai ketenarannya itu.

Jadi, jika Fred yang sekarang sedang berada di pelukan Penelope adalah Fred yang sama dengan yang dimaksud Angelina bahwa berkencan dengan Hermione Granger, maka besok Menara Astronomi Hogwarts akan runtuh. Percayalah.

.

sweetdream

.

Sesampainya di teras restoran, sesuai dengan dugaan Draco, gadis itu tidak membawa luaran apapun untuk menutupi tubuhnya dari dinginnya malam. Apa yang gadis bodoh ini pikirkan?

Di sisi lain, Hermione masih merasakan nyeri di lengannya, walau sudah tidak sesakit malam itu. Lebamnya juga sudah lumayan pudar karena ia obati dengan salep. Namun, tidak dengan sakit di hatinya. Hermione berpikir, mengapa Fred semarah itu terhadapnya. Mungkin karena Hermione kurang bertingkah seperti kekasih mesra saat mereka berkumpul dengan para Weasley, Harry, dan Lavender kemarin. Mungkin Fred kurang jika Hermione hanya diam saja yang seperti itu. Jika Fred merasa sikapnya kurang meyakinkan sebagai kekasih bohongan, Fred bisa memberitahunya baik-baik. Cukup tegur saja dirinya. Tidak perlu mencengkramnya begitu keras, dan hal itu sudah termasuk kekerasan dalam pacaran.

Oh, ironis sekali. Bahkan mereka tidak berpacaran sungguhan.

"Hei, kau tidak membawa jaket, blazer atau apapun?" tanya Draco memecahkan lamunan Hermione. Mereka sudah tidak bergandengan lagi, tetapi dari tingkah laku Hermione yang sesekali mengusap lengannya. Sudah pasti Hermione merasa kedinginan.

"Tidak, aku kira aku tidak akan keluar dari ruangan. Aku juga tidak memiliki banyak pakaian bagus di asrama."

"Kau tidak pulang ke rumah?"

"Tidak, aku sibuk mengerjakan laporan Biologi sebelum kemari," jawab Hermione.

"Astaga! Okay, sudah dapat dipastikan bahwa kau yang akan menjadi murid terbaik di angkatan kita." Draco terkejut. Dasar pecinta tugas!

"Eh," ucap Draco seperti teringat sesuatu, yang membuat Hermione menoleh penasaran.

"Kau tau, Granger. Jika aku yang jarang belajar saja bisa menyaingimu, bukankah artinya aku lebih hebat darimu?" goda Draco yang disambut cubitan dari Hermione. Draco tertawa terbahak-bahak melihat respon Hermione.

"Kau menyebalkan sekali Malfoy!"

"Haha. Hei kemarilah Granger," Draco mengejar Hermione yang berjalan duluan meninggalkannya.

"Jangan ngambek begitu," Draco memasangkan jas hitam miliknya ke bahu Hermione. Seketika aroma manly sekaligus manis bunga dari parfum Dior Homme milik Draco. Hermione yakin bahwa pipinya memerah, dan itu bukan karena udara dingin di sekitar mereka. Gadis itu merasa seakan direngkuh oleh Draco.

Keberuntungan masih berpihak kepada Hermione, karena Draco tidak menyadari perubahan pada wajah Hermione. Dengan rambut ikalnya yang dicepol ke belakang, seharusnya tidak ada halangan apapun untuk melihat wajah malu Hermione. Lagi pula untuk apa Draco memperhatikan wajahnya, pikir Hermione.

"Te-terima kasih, Malfoy." Ujar Hermione terbata.

"Sama-sama. Jangan naksir padaku ya, haha." Ucap Draco yang membuat Hermione semakin memerah.

Tenang, Hermione. Bukan Draco Malfoy namanya kalau tidak menggoda seperti ini, makanya ia terkenal playboy!

"Jadi kita mau kemana, Malfoy?" tanya Hermione berpura-pura tenang.

"Kita akan ke kafe di ujung blok, disitu ada strawberry shortcake yang enak. Aku tahu kau masih ingin makan dessert-mu tadi."

Dahi Hermione mengkerut. Sembari berjalan menuju kafe yang dimaksud Draco, pikirannya berkecamuk. Ya, dessert tadi memang enak, Hermione masih ingin memakannya, tetapi apakah kentara sekali? Terlebih lagi si musang Draco menyadarinya! Pasti musang itu akan menjadikannya bahan olokan besok pagi. Bocah Granger yang kesal karena tidak menghabiskan dessert stroberi favoritnya. Ugh.

Melihat Hermione yang tampak berpikir keras di depannya, Draco terkekeh.

"Wajahmu terlalu jujur, Granger." Ucap Draco sembari membuka pintu kafe.

Yah, tidak masalah malam ini kulewatkan bersama dengan Granger, pikir Draco. Sebenarnya laki-laki itu sudah mengetahui bahwa orang tuanya akan makan malam bisnis dengan orang tua Hermione, dan sudah tahu pula bahwa gadis itu akan ikut. Tetapi ternyata Hermione tidak mengetahuinya. Selama ini Draco hanya melihat Hermione memakai seragam sekolah, ataupun pakaian kasual yang monoton. Bahkan Draco pernah bertemu dengan Hermione di pesta Blaise, dan gadis itu hanya memakai celana jins panjang dan kemeja flanel. Jika dibandingkan dengan gadis-gadis sekolah mereka di pesta itu, penampilan Hermione sangat, sangat biasa.

Oleh karena itu, saat Draco melihat Hermione datang ke meja mereka dengan dandanan anggun, ditambah dengan slit panjang di pahanya, well…

Astaga, apa aku menyukai si tupai Granger?! pikir Draco.

.

sweetdream

.

Penelope bangkit dari ranjang dan memakai kembali sheer top hitam miliknya, lalu melemparkan senyuman nakal pada Fred yang masih nyaman di ranjang,

"Yah, sesuai dengan yang mereka bilang, kau memang menakjubkan, Freddie."

"Siapa 'mereka?' yang kau maksud?" tanya Fred sambil memperbaiki bantalnya. Dirinya agak lelah, namun tak apa. Sebentar ia akan mendapatkan pakaiannya lagi dan langsung pergi dari pesta Penelope. Otak rusak gadis pirang itu mudah ditebak. Setelah 'tidur', Penelope pasti akan mengajaknya pergi ke ruang bawah tanah rumahnya, lalu menikmati serbuk kenikmatan di sana.

Tentu saja dirinya tidak akan mau.

"Para gadis. Mereka bergosip tentangmu, berbicara bahwa tubuhmu bagus, dan juga 'kuat'. Haha dan ternyata mereka benar. Aku puas sekali, baby." Penelope kembali naik ke ranjang dan mencium dada Fred. Makin lama beranjak ke leher, lalu bibir Fred. Mereka berciuman sebentar sebelum akhirnya Fred menahan bahu gadis pirang itu.

"Hei, baby, apa pakaianku sudah kering?" tanya Fred. Ia tidak mau berada di ranjang ini lebih lama, atau mereka akan kembali beradu gairah.

Hal yang buruk.

"Kenapa memangnya? Kau sudah mau pergi?" Penelope mengernyitkan dahi. Tentu, baru saja dirinya ingin mengajak striker andalan klub sepak bola Hogwarts untuk tinggal cukup lama di pestanya. Ya, kau tahu, untuk sesi selanjutnya.

Fred bangkit dari ranjang. Laki-laki itu memungut celana jinsnya yang teronggok di lantai lalu memakainya di hadapan Penelope. Gadis pirang itu masih memasang wajah tidak suka, tak lupa juga menyilangkan tangan di dada. Penelope benar-benar ingin menahan Fred semalaman.

"Oh, astaga. Kau memiliki pacar, Fred?" tanya Penelope. Bisa kacau jika Fred memiliki kekasih, wajah Penelope akan tercoreng jika ia meniduri kekasih gadis lain. Ia tidak suka disebut sebagai perusak hubungan orang lain, entah itu dibalut sebagai cinta satu malam ataupun teman tapi mesra.

"Tidak, aku tidak memiliki pacar, kekasih, atau apapun itu." Mendengar penjelasan Fred membuat Penelope menghela napas lega.

"Ah, syukurlah. Aku tidak mau berurusan dengan pacar-pacar yang mengamuk karena aku tidur dengan kekasih mereka." Jelas Penelope. Saat masih tinggal di Amerika, dirinya pernah dimaki di depan umum karena Penelope tidak tahu bahwa teman satu kelompoknya sudah memiliki kekasih. Kejadian yang sungguh memalukan bila diingat.

"Sungguh, aku ada janji ke pesta yang lain dengan temanku,"

"Wah, sayang sekali. Baru saja aku ingin mengenalkanmu kepada teman-temanku."

"Terima kasih, kapan-kapan saja lagi,"

"Oh, jadi kau mau datang ke pestaku lagi?"

Fred tersenyum.

"Ya, tentu saja,"

"Baiklah kalau begitu, Tuan Tampan. Aku akan mengambil pakaianmu lalu mengantarmu ke depan." Ucap Penelope. Setelah Penelope keluar dari kamar, Fred mendesah panjang.

"Hah, menyebalkan."

.

sweetdream

.

Menu makan siang hari ini adalah sup kacang merah, ayam panggang, kentang goreng, salad sayuran dengan mayonais, susu kotak, dan beberapa potong buah melon. Hermione mendapatkan susu rasa cokelat, bukan susu kesukaannya. Gadis itu lebih menyukai susu full cream. Ia harap Fred mendapatkan rasa full cream, agar Hermione bisa menukarkannya dengan milik Fred.

Ngomong-ngomong soal Fred, dimana laki-laki itu? Pacar bohongannya sungguh menggelikan, tadi pagi mengirimnya pesan untuk menemuinya di meja pinggir lapangan lintasan lari, di bawah pohon. Ataukah maksud Fred di meja seberang, mengingat ada banyak meja di pinggir lapangan. Lagipula hal itu tidak jadi masalah, Hermione bisa saja pindah ke seberang jika memang dirinya salah meja. Toh ia belum mencicipi makanannya, dan waktu istirahat berakhir pukul 13.00. Masih ada banyak waktu.

Apa yang ingin dibicarakan oleh Fred?

Tidak mungkin Fred ingin bertemu karena 'pacarnya' itu merindukannya. Mereka bukan pasangan kekasih atau high school sweetheart sungguhan. Hermione berharap Fred menghubunginya untuk membicarakan masalah strategi yang dijanjikan Fred. strategi untuk membuat Ron menjadi kekasihnya.

Tentu saja, dari awal ini adalah ide dari Fred. Tidak ada angin, tidak ada hujan, Fred tiba-tiba saja datang dan mengajaknya untuk merebut Ron dari pelukan Lavender. Walau Hermione menolak awalnya, tetap saja. Sungguh mencurigakan bahwa Fred tiba-tiba merencanakan sebuah konspirasi untuk menghancurkan hubungan adiknya sendiri.

Ya, Hermione juga bisa menanyakan hal ini pada Fred nanti.

Baru saja saat Hermione menyendokkan sup kacang ke dalam mulutnya, Fred datang ke meja Hermione. Tatapan Fred aneh. Perpaduan kemarahan dan… entah? Mengapa Fred marah?

Fred meletakkan nampan makanannya ke atas meja. Laki-laki berjaket putih itu menyendokkan kentang goreng, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun kepada Hermione. Hermione hanya diam tidak ambil pusing, toh Fred yang mengajaknya untuk bertemu, artinya ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Namun jika akhirnya Fred tidak mengatakan apapun, itu bukan urusan Hermione.

Hermione memperhatikan kotak susu milik Fred. Benar saja, mengambil susu rasa full cream. Ia ingin menanyakan Fred apa ia mau menukar susu miliknya. Akan tetapi, bila melihat ekspresi campur aduk Fred saat ini…

"Fred, apa boleh kita bertukar susu? Aku tidak suka susu cokelat," ucap Hermione.

Fred melirik kotak susu miliknya sekilas, kemudian mengangguk.

"Ambil saja tidak apa, tidak perlu ditukar." Jawab Fred.

Setelah itu mereka kembali ditemani keheningan. Hanya sayup-sayup suara tawa terdengar dari belakang mereka. Namun lama-kelamaan, Hermione risih dengan keheningan ini. Sikap aneh Fred, diamnya mereka, ugh! Hermione bertekad untuk tetap diam, walau pikirannya sudah dipenuhi banyak sekali tebakan tentang apa saja hal yang ingin dibicarakan Fred.

Mereka berdua makan dengan tenang, namun tetap saja, Hermione tidak suka kecanggungan ini.

"Fred, kau mau membicarakan apa?" tanya Hermione pelan.

"Tidak ada, Herms." Jawab Fred singkat.

"Okay, jadi kau hanya ingin makan siang bersamaku?" hati Hermione berbunga. Ya, walau mereka tidak berpacaran sesungguhnya, namun Hermione tetap merasa senang jika ada laki-laki yang mengajaknya makan siang bersama. Seperti kencan romantis ala anak sekolah. Tanpa sadar Hermione tersenyum. Ia baru mengetahui sisi manis Fred seperti ini.

"Tidak juga," jawaban Fred membuat Hermione dongkol. Begitu rupanya.

Gadis itu memilih diam. Mereka kembali diselimuti keheningan. Hermione sudah bodoh amat dengan laki-laki di hadapannya. Ia hanya ingin segera menghabiskan makan siangnya lalu pergi. Hermione sudah berusaha untuk mencairkan suasana, mengajaknya mengobrol, namun apa yang Fred lakukan?

"Hermione,"

Hermione memutar bola matanya kesal. Baru sekarang kau berbicara, Weasley! Batin gadis itu.

Gadis itu hanya mengangkat kepalanya menghadap Fred.

"Semalam kau kemana?" tanya Fred, yang memancing dahi Hermione untuk mengernyit. Apa-apaan pertanyaan itu? Mengapa Fred bertanya seperti itu seakan mereka kekasih sungguhan? Lalu mengapa Fred merasa bahwa dirinya kesal kepada Hermione?

"Semalam? Aku makan malam dengan orang tuaku. Ada apa?"

"Oh, sungguh? Bukan kau sedang berkencan dengan Malfoy?" tuduh Fred.

APA?

"Hei, pertama, ada apa dengan nada bicaramu itu, Freddie? Mengapa aku merasa kau seakan mengintrogasiku?" Hermione mulai kesal dan menunjuk dirinya sendiri. Ekspresi Fred menyiratkan bahwa dirinya ingin tertawa mengejek.

"Tentu saja! Bukankah kita berdua sudah sepakat untuk berpura-pura menjadi pasangan kekasih?"

"Iya, aku ingat, tapi seperti katamu sendiri. Pura. Pura. Lagipula aku sudah menjalankan apa yang kau mau beberapa hari lalu, di depan Harry, Ginny, dan yang lain. Tapi apa yang aku dapat? Kau mencengkramku! Kau malah melukaiku!" bentak Hermione. Akhirnya kekesalannya meluap juga. Sedikit banyak Hermione bersyukur karena tidak ada yang akan mendengar mereka di sekitar.

Ekspresi Fred melunak.

"Aku.. aku menyakitimu saat itu?" tangan Fred terjulur berusaha menyentuh lengan Hermione, namun langsung ditepis gadis itu. Ada ekspresi terluka bermuara di mata Hermione, dan itu membuat hati Fred nyeri. Fred sungguh menyesal, dirinya tidak bermaksud menyakiti Hermione seperti ini.

"Apa masih sakit?" tanya Fred.

"Lebamnya sudah pudar," jawab Hermione pelan. Melihat wajah Fred yang merasa bersalah membuat Hermione luluh.

"Y-ya, dan bukan hanya itu saja!"

Fred dengan jelas mengakui bahwa kontrol atas emosinya masih buruk, oleh karena itu dirinya benar-benar merasa bersalah terhadap Hermione.

"Apa yang bisa aku lakukan untukmu? Ingin aku belikan salep? Atau mungkin kau mau makan donat agar hatimu senang?" bujuk Fred, laki-laki itu mengenggam tangan Hermione. Persetan, mereka benar-benar tampak seperti pasangan kekasih yang sedang bertengkar. Fred tidak peduli apakah hubungan mereka hanyalah pura-pura atau tidak, namun dirinya tidak ingin Hermione terluka karenanya.

Hermione menarik tangannya dari genggaman Fred. Hati laki-laki berambut merah itu mencelos. Sesakit itukah Hermione karena ulahnya?

"Lagipula kenapa kau marah-marah padaku, di saat yang bersamaan kau bersenang-senang dengan Clearwater?"

Entah mengapa namun Fred sekarang merasakan dadanya sesak. Astaga, gadis ini tahu?

"Apa? Siapa yang berkata seperti itu, Hermione?" Fred panik. Oh, dirinya seperti kekasih yang tertangkap basah selingkuh.

"Aku mendengarnya dari senior, Clearwater membual tentang bagaimana hebatnya dirimu di ranjang. Kau tahu, beberapa gadis menatapku dengan kasihan! Beberapa dari mereka tahu bahwa kita 'berhubungan'. Kau munafik, Fred! Tetapi kau menyalahkanku. Aku bahkan tidak tahu bahwa orang tuaku makan malam bisnis dengan keluarga Malfoy, dan bahwa dia ada di sana juga!" Hermione bahkan tidak peduli bahwa dadanya sakit dan air mata menggenang di pelupuk matanya. Gadis itu mengusap air matanya, lalu menghela napas panjang untuk menenangkan diri.

"Aku tahu apa yang kau lakukan di pesta itu, Fred," ucap Hermione pelan, "namun aku tidak marah padamu, sungguh, karena aku tahu bahwa hubungan kita hanya pura-pura. Tetapi mengapa kau marah padaku, di saat aku tidak punya pilihan lain semalam saat orang tua kami menyuruh untuk makan di luar. Itu bukanlah kencan, kau tahu, berbeda dengan apa yang kau lakukan dengan Penelope."

"Hermione, aku minta maaf."

"Sungguh, aku tidak masalah jika kau berkencan dengan gadis lain," Hermione mencoba untuk tersenyum yang menurut Fred terlihat sangat dipaksakan, "tapi tolong, pertimbangkan juga posisi kita, pertimbangkan juga apa yang kau tawarkan di awal kita merencanakan ini semua."

Hermione belum selesai menghabiskan makan siangnya, lelehan air mata masih mengalir di pipinya, namun ia tidak peduli. Hermione langsung pergi membawa nampan makannya tanpa memperdulikan Fred memanggil dirinya.

.

sweetdream

.

Sudah dua hari sejak pertengkaran Hermione dan Fred saat makan siang. Setelah kejadian itu, berbagai cara Fred telah lakukan untuk Hermione agar gadis itu mau memaafkannya. Mendatanginya saat selesai kelas, menelepon Hermione, membawakannya kue stroberi dan susu full cream, atau mendatangi saat istirahat di Ruang Rekreasi. Entah apalagi yang harus ia lakukan. Bahkan jika Hermione meminta Fred untuk berlutut di Aula Besar, Fred bersedia.

Fred ingin sekali memeluk gadis itu saat melihat Hermione menangis dua hari lalu. Tidak, Fred ingin memeluk gadis itu sekarang. Ia dapat melihat mata sembab gadis itu dari seberang meja. Mereka sedang berada di Aula besar, tampaknya Hermione sedang bersama dengan seorang gadis Slytherin. Kelihatannya gadis-gadis itu sedang menulis sesuatu, entahlah? Intinya mereka kelihatan sedang sibuk sehingga mengurungkan niat Fred untuk mendatangi Hermione.

"Ayo, Fred. Latihan sebentar lagi dimulai." Ajak Lee Jordan. Fred mengangguk, kemudian menyampirkan tas selempangnya di bahu. Mereka bergegas keluar menuju lapangan.

Di sisi lain, Pansy tidak mengerjakan tugasnya. Pansy hanya memainkan pulpennya. Gadis berambut coklat itu malah menatap Hermione lekat.

Risih diperhatikan sedemikan rupa, Hermione jengah.

"Kenapa?"

"Harusnya aku yang bertanya, kenapa kau Hermione? Kau sehabis menangis?" tanya Pansy. Yeah, Hermione memang memakai concealer pada bagian bawah matanya, namun hal itu tidak banyak menutupi bekas bengkak pada mata Hermione. Mereka memang sudah lama tidak dekat, namun Pansy tahu gadis seperti apa Hermione. Hermione jarang menangis, dan melihat matanya seperti ini…

"Apa… kau ada masalah di rumah?" tanya Pansy hati-hati. Pansy tidak akan memaksa jika Hermione tidak mau bercerita. "Apa kau kecewa karena kita sudah mengerjakan laporan susah payah namun Profesor Sprout tidak hadir? Haha." Canda Pansy. Duh, mengapa candaannya garing seperti ini? Lihat Hermione, gadis itu hanya tersenyum.

"Aku.. aku bertengkar dengan Fred."

"Fred siapa? Fred Weasley tahun keenam?" tanya Pansy terheran. Tentu saja, mengapa 'agenda' bertengkar dengan Fred Weasley dapat membuat Hermione galau seperti ini?

Hermione berpikir keras. Apa ia harus menceritakan yang sejujurnya kepada Pansy? Toh ia percaya Pansy tidak akan membocorkan rahasianya. Namun, bagaimana jika Fred mengetahuinya lalu laki-laki itu kembali mengamuk? Atau memutuskan bahwa hubungan pura-pura ini berakhir. Walau mereka baru saja 'jadian' beberapa hari dan selama itu pula mereka menjalani hubungan roller coaster. Tetap saja, Hermione tidak ingin mereka berpisah. Duh, memikirkannya saja sudah membuat Hermione sakit kepala.

"Aku berpacaran dengannya."

"Apa?!" pekik Pansy. Ia dibanjiri dengan teguran karena berteriak.

"Hei, kecilkan suaramu!"

Pansy tidak memerdulikan teguran-teguran itu. Bisa-bisanya Hermione mengencani Fred, di saat Hermione menyayangi adiknya? Si bodoh dan tidak peka Ron Weasley?

"Bagaimana bisa?"

Hermione tertawa kecil.

"Entah, kami baru saja berhubungan. Hubungan kami tidak jelas, kami tidak saling sayang " saat melihat tatapan curiga Pansy, Hermione buru-buru melanjutkan, "aku cukup menyukainya, dia menyukaiku. Dari kemarin Fred berusaha berbaikan denganku, tapi entah kenapa aku tidak mau saja. Atau mungkin belum mau."

Fyuh, jika saja Pansy curiga bahwa hubungan mereka tidak sungguhan, bisa habis dirinya.

"Baiklah, oke. Lalu bagaimana dengan Draco? Beberapa hari ini aku mendengar gosip bahwa kalian berkencan. Atau karena itu kau dan Weasley bertengkar?" tanya Pansy beruntun. Tebakan gadis bernama bunga itu benar.

"Ya, sebenarnya hanya salah paham kecil saja."

Mata Pansy melotot.

"Kecil? Tentu saja besar, lihatlah dirimu. Seperti janda yang ditinggal mati perang oleh suaminya." Hermione terkekeh.

"Lalu, jika kau ingin tahu, aku mengajak Draco untuk menemaniku ke pesta ulang tahun kemarin. Kemudian ia berkata agar aku segera menyelesaikan tugasku karena aku menjadi beban di tim kita. Tentu saja aku bingung, mengapa Draco berbicara seperti itu? Tumben sekali dia berkomentar soal tugas kita berdua. Walau akhirnya aku mendapatkan jawabanku." Jelas Pansy. Dahi Hermione berkerut bingung.

"Malfoy berbicara seperti itu padamu?" tanya Hermione.

"Iya! Mengherankan sekali. Lalu aku mendengar gosip bahwa ada anak angkatan kita yang melihat dirimu dan Draco makan malam di sebuah kafe, aku mengira kalian ada sesuatu. Makanya aku kaget ternyata kau malah ada sesuatu dengan Fred Weasley."

"Ya, kau benar Pansy. Aku ke kafe bersama Malfoy karena orang tuaku ada makan malam bisnis dengan orang tua Malfoy. Orang tuaku menyuruh kami untuk ke kafe saja, lalu Fred mengetahui hal itu dan dia marah padaku."

Mendengar penjelasan dari Hermione, sebenarnya Pansy ingin tertawa. Tentu saja, hal ini adalah salah paham biasa berdasarkan yang diceritakan Hermione. Apalagi hubungan mereka baru saja satu minggu, biasanya ini adalah fase honey moon bagi pasangan kekasih, namun mereka malah sibuk membuat sinetron. Tetapi, sebagai teman yang baik, Pansy tidak ingin menertawakan Hermione. Kasihan sekali menertawakan temannya yang polos itu.

"Pantas saja aku melihat Fred memerhatikan ke arah sini tadi," ujar Pansy.

Hermione berbalik menoleh ke belakang, namun ia tidak melihat ada Fred di sana.

"Mana? Tidak ada."

"Iya, tadi, setelah itu kulihat dia pergi dengan Lee Jordan."

"Oh, mereka berlatih sepak bola."

"Wah, kau sudah mengetahui jadwal harian kekasihmu rupanya, haha." Goda Pansy yang membuat wajar Hermione memerah.

"Ti-tidak. Ayo kerjakan lagi."

.

sweetdream

.

Lapangan sekolah masih tampak ramai walau matahari sudah mulai tenggelam. Beberapa murid terlihat bermain sepak bola, ada pula yang mengitari trek lari. Setelah seharian bermain Play Station bersama Blaise dan Adrian, Draco teringat bahwa ia harus mengembalikan headphone milik Hermione. Melelahkan sekali, namun jika dirinya teringat omelan ibunya bahwa tidak boleh menunjukan perasaan suka terhadap gadis dengan mengusilinya, Draco jadi kesal sendiri. Siapa yang menyukai si tupai cupu. Draco mengusilinya bukan karena menyukai gadis itu. Ia hanya menyukai responnya saja. Jika dibandingkan dengan gadis lain yang malah tersipu, Hermione akan berusaha melawan balik.

Oh, panjang umur. Di saat Draco sudah susah payah mencarinya di depan asrama perempuan, Draco malah bertemu dengan gadis itu di lorong saat Draco sudah akan kembali ke kamar.

"Duh, Nona Sibuk, susah sekali mencarimu." Ejek Draco.

"Oh, kau mau mengembalikan barang curianmu. Mulia sekali, Malfoy."

Draco terkekeh. Inilah yang ia sukai dari lawan akademiknya. Tidak mau kalah.

"Tentu saja aku mulia. Aku bahkan memasang pelindung kabel di headphone milikmu." Draco menunjukkan lilitan pelindung kabel berwarna biru muda dan kuning. Tampak serasi dengan warna headphone -nya. Seorang Draco mau susah payah memasangkan pelindung kabel, hmm. Apakah Draco…?

"Kau merusak headphone -ku?" tuduh Hermione.

Tentu saja, mana mungkin seorang Draco Malfoy sombong sepertinya mau susah payah memasang pelindung kabel yang lucu untuk headphone seorang Hermione Granger. Pasti musang putih itu sudah merusaknya. Agar tidak terlalu dimarahi, maka akal licik Slytherin memilih untuk memasang pelindung kabel.

"Apa? Tentu saja tidak." Bisa-bisanya Hermione berpikir bahwa ia memasang kabel pelindung karena telah merusak headphone miliknya.

"Lalu kenapa kau berbaik hati memasang pelindung kabel untukku?" tanya Hermione masih curiga.

"Karena aku baik," Draco tersenyum dan mengangkat dagunya sombong.

Tidak, Granger, aku memasangkan kabel yang lucu pada headphone karena aku ingin.

"Fred.." ucap Hermione pelan. Draco yang kebingungan mengapa Hermione menyebut nama Fred langsung reflek menoleh ke belakang. Ternyata ada striker kebanggan Gryffindor. Mengapa si Weasley ini mendatangi Hermione?

"Apa yang kau lakukan dengan pacarku, Malfoy?" tanya Fred dingin. Draco kaget. Senyum di bibir Draco luntur. Lain hal dengan mata Hermione yang hampir saja lompat.

"Oh, aku tidak tahu bahwa kalian berpacaran. Selamat untukmu, Weasley." Salam Draco lalu segera pergi. Hermione masih mematung memegang headphone.

Ucapan selamat dari Draco masih terngiang di telinga Fred. Selamat untukmu, Weasley. Apa pewaris Malfoy itu diam-diam menyukai Hermione, sehingga Draco menyelamatinya, alih-alih Hermione? Lebih masuk akal jika Draco menyelamati Hermione karena mereka berteman, namun mengapa? Jika dilihat dari kedekatan mereka, mungkin saja. Mereka sama-sama murid terbaik di angkatannya. Beberapa kali Fred melihat Draco dan Hermione berbicara dan bercanda. Sekarang, yang terjadi di depan matanya, Draco mengembalikan headphone Hermione.

Fakta yang ada membuat Fred mendidih. Apa asumsi Fred benar tentang Draco yang diam-diam menyukai Hermione?

Draco tidak boleh menyukai Hermione.

"Mione.." panggil Fred. Hermione menoleh.

"Jangan panggil aku 'Mione'." Ucap Hermione dingin. Fred menggenggam tangan Hermione. Tangan gadis itu hangat, menyalurkan kehangatan ke hati Fred.

"Aku mohon, Hermione. Aku minta maaf. Maafkan aku karena aku sudah menyakitimu, maaf aku juga sudah tidur dengan Penelope."

Mendengar Fred meminta maaf seperti itu membuat dada Hermione bergemuruh. Nyeri sekali di hatinya. Dirinya sudah tahu bahwa sebenarnya adalah hak Fred untuk tidur dengan gadis manapun, mengingat hubungan mereka hanyalah rekayasa. Pura-pura belaka. Bohong jika Hermione berkata bahwa dirinya tenang saja mengetahui fakta Fred tidur dengan Penelope Clearwater. Hermione melepas genggaman Fred.

"Aku sudah memaafkanmu, namun aku tidak mau berbicara denganmu."

Hermione pergi meninggalkan Fred. Dirinya lelah setelah mengerjakan tugas dengan Pansy. Ia ingin segera mandi air hangat sebelum makan malam. Tetapi mengapa Fred datang dan membuat segalanya makin buruk? Ia hanya ingin istirahat malam ini, apa terlalu sulit untuk dilakukan?

Melihat Hermione yang ingin meninggalkannya, Fred langsung merengkuh gadis itu. Memeluk erat walau pelukannya tak berbalas.

"Aku tahu aku brengsek. Aku hanya ingin memelukmu, Hermione. Aku ingin kau tahu bahwa sekarang aku ada di sini." Fred melepas pelukannya. Ia merasakan kausnya basah, pertanda bahwa Hermione menangis. Fred mengusap air mata Hermione, kemudian tersenyum. Hati Hermione ragu. Perlakuan Fred yang membingungkan. Mereka tidak bersikap seperti teman, ataupun rekan. Tingkahnya terlalu nyata untuk mereka yang sekedar pura-pura, apalagi dengan tujuan menghancurkan hubungan Ron dan Lavender. Mungkinkah Fred bersikap semanis ini karena merasa bersalah, ataukah karena ada sesuatu yang disembunyikan laki-laki itu?

"Aku sekarang adalah milikmu, Hermione."

.

sweetdream

.

A/N: Terima kasih untuk semua pembaca yang masih berkenan membaca dan menunggu cerita ini. Maaf karena lama update ceritanya. Mohon reviewnya teman-teman sekalian.

Yoon: baik dilanjutkan, maaf lama karena ada kesibukan juga di kerja dan laptop saya habis rusak. Tapi akan selalu berusaha untuk melanjutkan. Ditunggu ya Terima kasih banyak

Hatake Juni: haha iya sengaja untuk dibuat seperti itu saja, karena baru permulaan. Ditunggu ya untuk chapter selanjutnya terima kasih sudah membaca

Redelmone: ingin memcoba meramaikan pairing Fred dan Hermione hehe, terima kasih banyak sudah membaca