.
sweetdream
by lollymollyxx
(30 November 2021)
Semua karakter milik J. K. Rowling
.
.
.
Lapangan sepak bola Hogwarts mulai ditinggalkan pemainnya. Langit sudah mulai memerah, pertanda hari sudah berakhir. Para murid yang bersimbah keringat tampak mengambil peralatannya tas, botol minum, sepatu. Menyebar kembali ke asrama seperti koloni lebah kembali ke sarangnya. Beberapa dari mereka menyapa Fred yang berjalan di lorong.
Salah satunya adalah Oliver. Laki-laki pirang itu meninju pundak Fred pelan dan tertawa.
"Hei, mengapa tadi tidak ikut bermain?" Tanya Fred. Oliver menenteng kaus miliknya, tidak memakai atasan apapun. Si gila bola ini masih saja kuat bermain sepak bola dengan murid Ravenclaw padahal mereka baru saja selesai latihan untuk ekskul sepak bola.
"Aku tidak seperti kau. Pakai bajumu atau Profesor McGonagall akan memarahimu." Oliver tertawa lagi.
"Oh ya, apa kau dan Granger berpacaran?"
"Tiba-tiba sekali kau tertarik gosip," Fred menyindir, "Kau rindu denganku?"
Oliver mundur selangkah dan memasang wajah jijik. Fred balik menertawainya.
"Ya, aku berpacaran dengan Hermione."
Mendengar jawaban Fred, Oliver bersiul. "Lalu gadis yang memberimu minuman minggu lalu adalah Granger? Tetapi kau tetap tidur dengan Penelope? Kau gila bung."
Fred meringis. Yeah, baru saja ia berniat untuk meminta maaf pada Hermione agar perasaannya tenang, kemudian si tukang gosip ini menyiram lukanya dengan asam. Walau apa yang dikatakan Oliver adalah fakta.
"Kau benar. Aku memang brengsek. Dan si brengsek ini akan pergi meminta maaf pada pacarnya, jadi permisi." Pamit Fred sebelum dirinya melihat sosok yang mirip sekali dengan Hermione tampak bercanda akrab dengan seorang murid laki-laki. Pirang. Fred tidak tahu karena laki-laki itu membelakanginya.
"Hei, bukankah itu Granger dengan Malfoy?" Oliver memicingkan matanya, berusaha untuk memastikan laki-laki yang sedang bersama dengan Hermione di lorong. Sayup-sayup terdengar suara tawa dari laki-laki pirang itu.
"Yup, benar. Dia bersama Malfoy," Oliver menepuk pundak Fred prihatin, "lihatlah kebodohanmu, membuang Granger. Lalu dengan sigap Malfoy menangkapnya. Tidak salah bahwa Malfoy digadang-gadang sebagai saingan Granger merebut titel murid terbaik di angkatan mereka. Malfoy lebih cerdas dibandingkan temanku yang bodoh ini."
Walau berat mengakuinya, ceramahan Oliver benar. Dirinya begitu brengsek karena sudah menyakiti hati Hermione. Baru saja beberapa hari lalu Hermione menangis di hadapannya, dan sekarang Fred melihat Hermione sudah asyik bercanda dengan laki-laki lain. Hubungan mereka memang tidak spesial, tidak pula sungguhan, namun bukan berarti Fred pantas memperlakukan Hermione seperti ini. Ada rasa sesak dan sesal di hatinya. Fred tidak ingin Draco menghibur Hermione, terutama Fred menjadi alasan kesedihan gadis itu. Ia hanya ingin dirinyalah yang menghibur Hermione. Mengajaknya makan kue, mengenalkan Hermione di pesta sebagai kekasihnya, dan menjalankan peran.
Oh, iya.
Benar.
Menjalankan peran.
Sebenarnya peran apa yang sedang mereka jalani? Mengapa dirinya, Fred sebagai sutradara dalam drama ini, bahkan tidak tahu-menahu? Fred bisa saja menempuh jalan lain, bukannya jalan berkelok yang bahkan Fred sendiri sudah bingung arah tujuannya.
Setidaknya, untuk saat ini Fred sudah mengetahui tujuannya yang sekarang.
Kaki Fred dengan mantap melangkah ke arah dua sejoli oh menyebalkan. Lebih menyebalkannya lagi Fred mendengar Draco memuji dirinya sendiri.
"Karena aku baik."
Fred yakin bahwa Draco sekarang sedang memasang senyuman sombongnya kepada Hermione. Namun tampaknya Hermione tidak mendengar ocehan Draco, karena matanya terpaku ke arah Fred. Hermione juga tidak berusaha menutupi keterkejutannya, yang menimbulkan kebingungan pada laki-laki berambut pirang itu.
Draco menoleh, dan sisanya adalah sejarah. Setelah pewaris Malfoy itu menyelamatinya dengan arogan, tersisa dirinya dan Hermione. Mereka kembali bertengkar, dan Hermione kembali menangis. Tangisan gadis itu memang tidaklah nyaring, ditambah dengan Fred memeluk erat Hermione. Namun yang membuat hati Fred mencelos adalah diamnya tangisan Hermione. Gadis itu hanya melelehkan air mata saja. Tidak ada sesengukan, atau suara apapun. Fred pernah membaca bahwa menahan tangis, sehingga kau bisa menangis dalam diam itu sungguh menyakitkan. Semua kau tahan dalam air matamu, membuat dadamu berkali lipat lebih sesak. Itulah yang dilakukan Hermione sekarang. Fred merengkuh pipi Hermione dan mengusap air matanya. Tidak ada yang bisa Fred lakukan sekarang, selain berkata,
"Aku sekarang adalah milikmu, Hermione."
Tangan Hermione terangkat untuk melepaskan sentuhan Fred di pipinya. Kalimat Fred menarik Hermione ke kenyataan. Fred bukanlah miliknya, bukan milik seseorang juga. Hubungan rekayasa mereka bukan jaminan untuk Hermione memiliki Fred.
Hermione terkekeh dalam tangisannya.
"Kau bukan milikku, Fred. Kau yang memulai ini semua."
Rasanya seperti ada petir yang menyambar pikiran Fred. Ya, ini salahnya. Fred tidak bisa menyelesaikan apa yang ia mulai. Dirinya begitu brengsek atas keputusannya yang impulsif ini. Memikirkan hal ini membuat pikirannya kalut. Fred hanya bisa memikirkan satu hal.
"Ayo ke kamarku, aku akan memberitahu strategi kita,"
.
sweetdream
.
Fred membuka pintu kamar dan mempersilakan Hermione untuk masuk terlebih dahulu. Mata coklatnya memindai seisi kamar. Sama seperti kamar asrama Hogwarts pada umumnya, kamar Fred memiliki kulkas kecil, 2 ranjang yang berseberangan, meja belajar, lemari pakaian, dan kamar mandi. Beberapa pakaian menggantung di belakang pintu. Terdapat sisa gelas plastik merah yang Hermione yakini berisi bir, juga tas olahraga Adidas hitam yang terserak di pojok ruangan. Tidak seperti kamar Ron dan Harry yang berantakan. Kesimpulannya kamar asrama Fred dan George, tampak rapi. Namun Hermione tidak melihat keberadaan George di kamar. Hari sudah sampai pada pukul 7 malam, namun kemana dia?
"Dimana George?"
"Oh, dia sedang menemani Angelina belanja. Mereka akan selesai jika mal sudah tutup," Hermione tertawa mendengar penjelasan Fred. Yeah, Angelina sama seperti dirinya, gadis yang senang berbelanja.
"Kau tidak mau mencuci wajahmu? Pakai saja sabunku yang berwarna putih, itu milikku." Tawar Fred. Hermione mengedikkan bahu. Wajahnya memang tidak nyaman setelah menangis. Ugh, fakta bahwa ia habis menangis di pelukan Fred sungguh memalukan. Tidak pernah terlintas di benak Hermione bahwa gadis itu akan menangis di pelukan Fred, bahkan menangisi laki-laki itu. Selama ini interaksi mereka hanyalah sekilas, karena Fred adalah kakak dari sahabatnya, dari orang yang ia sayang. Namun hanya dalam waktu kurang dari dua minggu semua berubah.
Setelah mencuci muka, Hermione keluar kamar mandi dan mendapati Fred sudah berganti pakaian.
"Maaf aku sudah menangis sampai membasahi bajumu." Hermione tersenyum malu. Fred menepuk ranjang menyuruhnya untuk duduk di sampingnya. Mereka hanya duduk berdua. Tidak melakukan apapun, tidak pula membicarakan apapun. Hal ini membuat Hermione ingin cepat-cepat pergi dari kamar Fred karena sungguh, keheningan di antara mereka sangat-sangat menyesakan. Fred tidak tampak ingin membicarakan sesuatu, dan Hermione juga begitu. Hermione bingung ingin membicarakan apa untuk memecah keheningan ini. Tanpa sadar Hermione memainkan jarinya, yang akhirnya disadari Fred.
"Kau pasti bingung karena aku tiba-tiba saja mengajakmu untuk merebut Ron dari Lavender, bukan?" ucap Fred memecah keheningan. Sebenarnya Fred tidak ingin membicarakan hal itu sekarang, namun keberadaan Hermione di kamarnya membuatnya canggung. Bukannya tidak suka, hanya canggung saja mengingat dirinya tidak pernah membawa gadis lain ke kamarnya. Hermione adalah gadis pertama yang ia bawa masuk ke kamar asrama. Fred selalu datang dan 'bermain' dengan para gadis di asrama mereka, bukan asramanya.
Hermione menoleh.
"Ya, siapapun pasti akan bingung, Fred."
Fred menghela napas kasar.
"Aku tahu kau tidak akan percaya. Tapi sungguh, aku hanya ingin membantumu. Sudah beberapa bulan aku memerhatikanmu yang menyayangi Ron dan selalu terluka bila melihat Ron bersama dengan Lavender," Hermione membelalakan mata tidak percaya.
"Kau memperhatikanku? Apa sejelas itu aku menyukai Ron?" tanya Hermione panik. Bisa habis dirinya di sekolah jika perasaannya terhadap Ron terlihat jelas. Lavender akan menguburnya hidup-hidup, dan Weasley yang lain akan menjauhinya.
"Tidak, aku memang orang yang suka mengamati orang. Tidak kelihatan ya? Haha," Fred tertawa, kemudian melanjutkan pembahasannya.
"Kau pernah berciuman?"
"A-apa?" pekik Hermione, wajahnya memerah malu. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Bisa-bisanya Fred bertanya sefrontal itu. Apa si tukang usil itu ingin mengejeknya?
"Hei, tenanglah. Sabtu ini Lavender akan memasak di rumah kami, mungkin kau bisa berpura-pura tidak tahu dan datang ke ruma. Untuk membuat Ron cemburu, bukankah kita harus bermesraan?" jelas Fred. Penjelasan Fred memang masuk akal, untuk bermesraan pasti ada diselipkan satu atau dua ciuman. Tidak perlu ciuman panas penuh gairah, tetapi tetap saja.
"Erm, aku pernah, tapi sudah lama aku tidak berciuman."
Fred tampak antusias. "Oh benarkah? Aku kira kau tidak pernah haha. Lalu, bagaimana dengan seks?" Hermione memukulnya karena diejek. Fred tertawa terbahak. Ia suka mengusili Hermione.
"Kemudian, apa kau bisa memasak? Karena kau harus menunjukan bahwa kau lebih baik daripada Lavender. Asal kau tahu, masakan Lavender benar-benar enak. Ibuku saja menyukainya."
Hati Hermione nyeri. Oh, apalah dirinya. Hermione hanya memiliki kecerdasan saja. Sedangkan kecerdasan saja tidak cukup untuk membuat Ron jatuh cinta padanya. Dirinya juga harus menjadi gadis manis. Ron menyukai makanan, dan Lavender jago memasak. Terang saja mereka berdua saling melengkapi. Melihat kepala Hermione yang menunduk, Fred cukup tahu bahwa Hermione tidak percaya diri. Fred menggenggam tangan Hermione.
"Tidak apa-apa, tidak usah kecil hati. Apa kau ada sesuatu yang mahir kau masak, seperti dessert, atau sekedar puding? Lagipula Ron menyukai semua makanan kan?" hibur Fred. Laki-laki itu benar juga, tidak perlu masakan bintang lima. Cukup masakan yang Hermione bisa buat dengan bangga.
"Ah, aku bisa membuat kue kering. Aku selalu membuat kue kering saat Natal."
"Nah, kau bisa membuatnya. Buat saja lalu bawa ke rumahku, kalau bisa bawa agak banyak. Katakan bahwa kau ingin aku mencicipi kuemu dan tidak mengetahui bahwa ada Lavender. Kau tawarkan juga ke Lavender dan Ron, kemudian berdoa agar Lavender menjadi iri dan Ron menyukai kuemu." Jelasnya. Hermione terkikik. "Kau tahu Fred, kau cocok menjadi Slytherin karena kau sangat cerdas dan licik, hihi."
"Hei, begini-begini aku selalu masuk peringkat top 10 di angkatanku,"
"Ya, ya. Aku tahu. Lalu apa hubungannya dengan ciuman?" Wajah Hermione memerah, merasa malu telah menanyakan hal itu pada Fred. Seakan dirinyalah yang ingin berciuman. Apalagi mereka sedang berada di kamar berdua saja.
"Oh, aku belum menjelaskan hal itu. Kita harus berciuman di rumahku, sebisa mungkin ketahuan Ron untuk membuat Ron cemburu. Jadi, kita harus berlatih. Kau mau berlatih denganku sekarang?" Hermione tidak bisa menutupi keterkejutannya, begitu pula Fred yang tidak bisa menyembunyikan wajah malunya. Fred seumur hidupnya tidak pernah mengajak gadis-gadis lain untuk berciuman seperti ini. Fred tinggal langsung menciumnya, atau sang gadis yang bergerak duluan. Tidak ada yang namanya 'kau ingin berlatih denganku?'. Rasanya Fred seperti menjadi anak sekolah dasar yang takut dan modus untuk berciuman.
"Err.. Ya, kau benar.."
"Kita tidak perlu melakukannya jika kau tidak mau. Aku bisa mencari cara lain untuk membuat Ron cemburu,"
"Oke, lalu untuk em.. hubungan seks?" tanya Hermione ragu. Berbicara hal seperti ini dengan Fred sungguh memalukan baginya.
"Ya, sebenarnya aku berpikir kita bisa berpura-pura ketahuan berhubungan seks di rumahku saat ada Ron dan Lavender. Tetapi untuk berciuman saja kau masih ragu, jadi tidak apa. Kita lewatkan saja."
"Aku, belum pernah berhubungan seks…"
"Serius? Kenapa?" Fred terkejut, tapi berusaha mewajarkan. Mereka sedang membicarakan Hermione, tentu saja.
"Ya, aku ingin berhubungan dengan seseorang yang benar-benar aku percaya dan aku sayangi."
Fred bertepuk tangan.
"Bagus, keren. Pertahankan prinsipmu, Hermione. Semoga kau akan menemukan seseorang yang kau cari."
Hermione tersipu malu. Ia kira Fred akan mengejeknya seperti tidak laku atau sok suci, namun berbanding terbalik, laki-laki itu malah memujinya. Hermione merasa tersanjung. Sebenarnya Hermione bukanlah tidak menyukai sesuatu tentang seks. Berada satu kamar dengan Fred membuat dirinya tidak nyaman karena Hermione merasa ada sesuatu yang aneh dalam dirinya, dan yang ia tahu, ini adalah nafsu. Selain itu, terkadang saat bersama dengan mantan kekasihnya seperti Cormac McLaggen tahun kelima, ataupun Viktor Krum anak sekolah lain, juga Hermione merasa hal yang sama. Hanya saja saat ini Hermione merasa dirinya belum siap, dan belum membutuhkan seks. Jadi hal itu bisa menunggu.
Fred beranjak dari ranjang. Ia berjalan ke meja belajarnya dan mengambil laptop.
"Bersantai saja disini, George akan lama pulang. Kau mau nonton film?"
"Boleh, ayo nonton film komedi."
"Oke, sini naik. Aku akan memelukmu sembari kita menonton film, agar kita tidak canggung saat bermesraan di rumahku nanti. Kau setuju?" Hermione mengangguk. Gadis itu naik ke ranjang yang sudah ditempati Fred. Hermione membaringkan tubuhnya di lengan Fred, dan dengan sigap Fred memeluknya. Fred bersandar di sandaran ranjang, dan meletakan meja lipat portable di pinggir ranjang. Seperti kencan yang manis.
Sudah dua puluh menit laptop Fred menampilkan aksi kocak dari Mr. Bean. Mereka menonton Mr. Bean yang kepalanya masuk ke ayam kalkun. Melihat Mr. Bean yang berputar dan menabrak dinding apartemennya membuat Fred tertawa. Hermione memandangi Fred. Sebenarnya, Hermione tidak perlu melanjutkan 'Strategi Perebutan Ron dari Lavender'. Walau hubungan mereka beberapa minggu ini seperti roller coaster, namun dapat membuat Hermione sedikit melupakan perasaannya terhadap Ron. Fred dapat menenangkan perasaan dan ambisinya untuk memiliki Ron. Mungkin, sebenarnya inilah yang diinginkan Hermione. Ia hanya ingin dicintai, dan Fred melakukan banyak hal yang membuat Hermione merasa seperti itu.
Hermione terkekeh, mencoba menarik kata-katanya. Tidak benar. Fred tidak mencintainya, yang laki-laki itu lakukan adalah kebaikan manusiawi semata. Fred melakukan hal yang sewajarnya dilakukan jika seseorang melakukan kesalahan sebesar itu. Lagi, Hermione belum menemukan jawaban yang pasti akan niat di balik 'pertolongan' Fred. Hermione merasa bahwa masih ada yang disembunyikan Fred dari dirinya.
Merasa diperhatikan, Fred menoleh ke Hermione yang bersandar di dadanya.
"Kenapa? Kau mau sesuatu?" tanya Fred. Mungkin Hermione haus atau lapar, karena sekarang sudah waktunya makan malam. Fred bisa mengambilkan makan malam untuk Hermione dan memakannya bersama di kamar.
Hermione bangkit dari pelukan Fred, membuat Fred mengerutkan dahi.
"Ada apa? Kau lapar? Aku bisa mengambilkanmu makan dan kita makan di sini saja."
Wajah Hermione tampak seperti menimbang-nimbang sesuatu. Jemari lentiknya memilin rambut coklat ikalnya, membuat Fred kebingungan. Apa Hermione sedang menggodanya? Tingkah laku Hermione membuat dirinya memanas.
"Kau tahu, aku tidak keberatan untuk berciuman denganmu. Berlatih."
Fred membelalakan matanya. Apa Hermione mabuk? Tetapi, baiklah jika gadis itu yang meminta.
"Oke, kemarilah."
Jika saja Fred dapat mendengarnya, jantung Hermione sekarang berdetak sangat kencang sampai-sampai Hermione khawatir dirinya terkena serangan jantung. Mungkin dirinya sudah gila. Beberapa hari lalu Fred menyakiti perasaannya, dan sekarang ia malah ingin mencium laki-laki itu.
Hermione beranjak duduk di antara paha Fred. Fred menuntun tangan Hermione untuk menyentuh dadanya.
"Dorong aku kalau kau ingin berhenti," perintah Fred yang disambut anggukan Hermione. Gadis itu menutup matanya perlahan, pertanda bahwa ia sudah siap. Fred menyentuh pipi Hermione, mengusapnya agar gadis itu tenang, kemudian menciumnya. Pertama hanya menempelkan kedua bibir saja, namun kemudian Fred membuka mulutnya. Hermione merespon dengan baik. Fred membuka matanya, tampak dahi Hermione berkerut. Fred ingin tertawa, lucu sekali pikirnya. Juga kasihan.
Fred melepaskan ciuman.
"Hermione, jika kau tidak mau, kita tidak usah melakukannya."
"Aku ingin melakukannya, aku ingin berciuman denganmu."
"Kalau begitu jangan gugup Herm.." kalimat Fred terputus karena Hermione sudah mencium bibirnya kembali. Awalnya Hermione tergesa, walau akhirnya Fred dapat menurunkan ritme. Mereka saling memagut, sesekali memainkan lidah. Berciuman dengan Hermione tidak buruk juga. Membayangkan Hermione yang berlatih ciuman dengan Cormac McLaggen dan Viktor Krum membuat darahnya mendidih. Fred tidak suka fakta bahwa Hermione sering berciuman sehingga bisa semahir ini. Mungkin awalnya gadis itu hanya gugup, tetapi lihatlah sekarang. Dengan nyaman Hermione mengalungkan lengannya ke leher Fred. Mereka saling berpagut dan bertukar saliva. Celana Fred mulai sesak, tubuhnya memanas. Tanpa sadar Fred menyelusupkan tangannya ke pinggang Hermione, mengelusnya. Mengantar getaran listrik ke sekujur tubuh Hermione. Aneh, namun nikmat. Tubuh gadis itu menegang, membuatnya semakin memperdalam ciuman. Jemari Hermione menyelusup ke helai merah rambut Fred, sesekali mengelus tengkuknya. Lenguhan pelan keluar dari bibir Fred. Fred tahu kemana arahnya. Telinganya dengan awas mendengar suara gemuruh hujan yang datang tiba-tiba.
Oh, suasana yang bagus, pikir Fred. Tangan Fred makin lama makin naik hingga dapat merasakan kain bra Hermione. Fred mengerang. Dirinya harus menghentikan semua ini, atau Fred tidak lagi dapat mengendalikan dirinya.
"Stop, Hermione. Ayo makan malam." Putus Fred yang menyisakan kebingungan bagi Hermione. Apa Fred lapar? Ataukah dirinya begitu cupu sehingga Fred bosan?
Pikiran terakhirnya membuat Hermione pedih. Ya, jika dibandingkan dengan Fred yang berpengalaman dengan ratusan gadis, Hermione bukanlah apa-apa.
"Ke..kenapa? Apa aku seburuk itu?" Hermione melepaskan tangannya dari leher Fred. Ia juga turun dari pangkuan Fred, berusaha menjauh. Perasaannya buruk.
"Tidak, astaga. Bahkan aku takut aku melewati batas. Aku tidak ingin tidur denganmu Hermione,"
Ucapan Fred malah membuat Hermione semakin kecil hati. Hermione berusaha tersenyum.
"Yeah, lagipula aku tidak sebanding dengan dirimu yang sudah berpengalaman, Fred,"
"Astaga, aku bodoh sekali. Maaf, Hermione. Aku tidak ingin tidur denganmu karena aku menghargaimu, aku tidak ingin kita melakukan casual sex saja," Fred mengelus pipi Hermione, "di luar hujan deras, aku akan ambilkan makan malam. Kita makan malam di sini saja, oke?" Hermione mengangguk pelan dan Fred langsung keluar kamar. Hal yang tidak disadari Hermione adalah, Fred memukul pelan kepalanya di depan pintu. Bisa-bisanya Fred hilang kendali, hampir saja terjadi sesuatu.
Setelah makan malam, mereka kembali menonton film. Kali ini adalah 21 & Over. Adegan dimana Miller dan Casey melempar Jeff dari balkon asrama perempuan dan terjatuh di semak bunga membuat Fred tergelak. Terutama saat Jeff menari hanya dengan pakaian dalam dan boneka di atas mobil, Fred tidak dapat menahan tawanya.
Fred memandang keluar jendela. Sekarang sudah pukul 9 malam namun hujan masih saja belum reda. Tapi tak mengapa, George berkata bahwa dirinya dan Angelina tidak ke asrama melainkan pulang ke rumah saja. Baguslah, karena Hogwarts jauh sekali dan mereka pasti akan basah kuyup. Suara jutaan tetes air yang membasahi bumi begitu bergemuruh masuk ke kamar. Namun suasana kamar yang hanya diisi dengan tawa Fred, hujan, dan suara film membuat Fred curiga.
Fred menoleh ke bawah, dan melihat Hermione tampak bergelung nyaman di dadanya. Fred tersenyum. Ia tidak pernah merasakan kehangatan seperti ini, yang ia rasakan hanyalah panasnya gairah. Bersama dengan Hermione, di pelukannya membuat hatinya tergelitik. Fred mengusap ikal rambut Hermione. Dalam hati ia sungguh meminta maaf atas perlakuan brengseknya. Fred mematikan laptopnya dan menyelimuti dirinya bersama Hermione.
.
sweetdream
.
Tit.. tit..
Suara ponsel Hermione berdenting dua kali pertanda bahwa ada pesan masuk. Gadis itu sedang memasukan kue-kue kering buatannya ke dalam toples mika. Harum coklat menguar dari kue kering berbentuk hati tersebut. Dengan hiasan coklat dan sprinkle warna putih dan pink membuat orang mengira hari ini adalah Hari Valentine. Tetapi salah, hari ini adalah hari Minggu biasa di bulan April yang biasa juga. Mulai dari jam delapan pagi Hermione sudah berkutat dengan segala macam adonan, dark chocolate dan white chocolate yang ia sulap menjadi berwarna merah muda, cetakan kue, dan lain-lain.
Setelah menyusun kue kering, Hermione segera mengambil ponselnya. Ternyata Fred mengirimnya pesan sejam yang lalu.
(9.03 am)
Dari : Fred
Kapan kau datang?
Hermione terkikik. Mengapa lucu sekali bila mengetahui Fred yang berusaha keras dalam rencana ini? Seperti Fred mencoba merebut Lavender. Dahi Hermione mengkerut karena memikirkan hal itu. Tentu saja itu hal konyol.
(9.33 am)
Kepada : Fred
Sebentar lagi.
Di sisi lain, di halaman belakang rumah Weasley, Fred sedang memantulkan bola basket sendirian. George sedang bermain game PC di kamar. Kedua orang tuanya pergi menjenguk Charlie di Rumania. Bill sudah tinggal bersama dengan dengan istrinya, Fleur. Percy sedang belajar sebelum ujian masuk univeritas di perpustakaan kota, sedangkan Ginny berkencan dengan Harry di mal.
Bagaimana dengan Ron? Ron sedang bersama Lavender, menemani kekasihnya di dapur. Fred yakin bahwa Ron akan menghabiskan duluan saus daging lasagna yang dibuat Lavender, alih-alih membantunya.
Lagipula, kemana Hermione? Sekarang sudah pukul sebelas dan jarak rumahnya ke rumah Hermione tidak sejauh itu. Apakah 'sebentar' versi Hermione berarti 'sejam lagi' atau bagaimana?
Merasa bosan, Fred melempar asal bola basketnya dan mengambil selang air. Tubuhnya panas dan berkeringat. Ia ingin membasahi diri agar tubuhnya segar. Fred menyemprotkan air ke kepalanya, kemudian menggosok rambutnya. Tetes-tetes air juga jatuh mengaliri tubuhnya yang bertelanjang dada. Segar sekali.
"Fred! Ada tamu, buka pintunya." Teriak Ron dari dapur. Pasti itu Hermione.
Fred bergegas menuju ruang tamu, tanpa bersusah payah untuk setidaknya mengeringkan tubuhnya. Saat pintu terbuka, tampil seorang Hermione yang berdandan lebih dari biasanya sedikit mengenakan blush on dan mengikat rambutnya messy bun style. Mengenakan ankle boot, rok di atas lutut dan halter top putih. Hermione juga menenteng kantung kertas dan jaket biru muda. Pakaian Hermione hari ini agak terbuka di banding yang biasa Fred temui saat di sekolah ataupun di asrama, namun Fred memaklumi karena Hermione mungkin ingin menarik perhatian Ron.
Alih-alih, Fred malah menarik perhatian Hermione. Fred yang hanya memakai celana training panjang hitam, beserta rambut dan dadanya yang basah membuat Hermione reflek menelan liurnya. Lihatlah Fred, menahan pintu dengan tangan di dekat kepala sontak membentuk otot lengannya yang terlatih. Penampilan Fred sungguh menggodanya sebagai remaja perempuan.
Pandangan mata Hermione tidak bisa fokus, entah harus menatap wajah tampan Fred, otot lengannya, ataukah dadanya yang basah?
"Kau lama sekali," ucap Fred memecah pikiran kacau Hermione. Gadis itu langsung masuk tanpa dipersilakan. Diam-diam Hermione selalu menyukai gaya rumah keluarga Weasley. Rumah besar tingkat dua berdinding kayu itu selalu menampilkan kesan hangat.
"Ini hari Minggu Fred! Rasanya seisi kota London tumpah ke jalan sampai aku tidak bisa mendapatkan bis." Omel gadis sembari menuju dapur. Dirinya kehausan setelah berdiri lama di halte bis. Ia ingin minum segelas air dingin.
"Yeah, aku yakin kau sibuk berdandan karena ingin mengesankan Ron. Lihat saja rokmu, pendek sekali."
"Hei, rok sekolah kita juga sependek ini. Kau ingin rencana kita berhasil atau tidak?"
"Tetapi masih ada pakaian lain, kan? Pakai jaketmu,"
"Tidak mau." Tolak Hermione.
Fred dan Hermione sibuk berdebat hingga mereka sampai ke dapur di mana sudah ada Lavender dan Ron.
"Hei, Hermione. Mengapa tidak bilang kalau kesini? Kita bisa sekalian." Sapa Lavender. Oh, hal itu adalah hal terakhir yang ingin Hermione lakukan di dunia.
Hermione mulai melancarkan aktingnya.
"Ya, aku saja lama menunggu bis," pandangan Hermione teralihkan ke loyang yang tampaknya berisi krim.
"Kau sedang memasak apa?" tanya Hermione.
"Aku sedang memasak lasagna, nanti coba ya?"
Hermione tersenyum dan membuka kantung kertas yang dibawanya.
"Icipi juga kueku. Rasanya tidak seberapa, tapi aku senang jika kalian mau memakannya," tanpa pikir panjang Ron langsung mengambil kue kering. Lavender menepuk tangan Ron.
"Hei, tidak peka sekali. Lihatlah kue Hermione begitu lucu berwarna merah muda, ia membuatnya untuk Fred." Ron cemberut karena dimarahi Lavender.
Oh, tidak Lavender, aku membuatnya khusus untukmu agar kau sadar bahwa aku lawan yang tangguh. Pikir Hermione.
"Tidak apa, aku membuatnya agak banyak. Kalian makan saja," tawar Hermione. Ia menoleh ke belakang, mencari Fred karena tadi Fred mengambil jaketnya. Dimana laki=laki itu?
"Dimana Fred?"
"Oh tadi dia naik, kau ke kamarnya saja." Jawab Ron sambil mengunyah kue Hermione.
"Baiklah, kalian makan saja kuenya. Aku pergi menyusul Fred,"
Hermione tidak perlu mendengar pujian atau komentar Ron dan Lavender terhadap kuenya. Ia cukup akan memberi kue lain kepada Ron. Semoga bisa membuat hati Ron luluh karenanya. Hermione bergegas naik menuju kamar Fred.
"Fred."
Fred yang sedang mengeringkan kepala pun menoleh.
"Tutup pintunya, tapi jangan terlalu rapat." perintah Fred. Hermione menurut. Hermione menyisakan sejengkal celah pintu kamarnya terbuka.
"Selanjutnya apa Fred? Mereka sudah memakan kueku, lalu?" tanya Hermione sambil merebahkan diri di ranjang Fred. Ia lebih sering berbaring di kamar Ron jika main ke rumah Weasley, sangat jarang ia berbaring bahkan memasuki kamar Fred.
Fred yang melihat Hermione berbaring di ranjang pun tersenyum. Ia ingin mengusli Hermione, anggap saja ini balasan karena sudah membuatnya menunggu hingga bosan. Fred naik ke atas ranjang, kemudian merangkak ke atas tubuh Hermione. Dari atas Fred dapat melihat wajah Hermione yang memerah.
"Apa yang kau lakukan?" Perintah Hermione.
"Tidak ada," jawab Fred disertai seringai. Ia tidak takut Fred akan melakukan sesuatu kepadanya, tetapi tetap saja perasaan tidak bisa dibohongi. Jantungnya berdetak kencang. Melihat wajah Fred sedekat ini, dan juga otot tubuhnya yang tidak ditutupi sehelai kain pun.
Sebenarnya Fred cemburu. Hermione berdandan secantik ini untuk adiknya yang bahkan sudah memiliki kekasih. Ia ingin Hermione berdandan untuknya, namun Fred sadar diri. Akan sangat absurd jika tiba-tiba Fred meminta Hermione untuk menghentikan sandiwara ini. Setelah ini selesai, mereka tidak bisa bertingkah seperti sepasang kekasih. Untuk meredakan kesedihannya, Fred mengusap kepala Hermione.
"Hermione, boleh aku menciummu?"
"Apa ini untuk akting selanjutnya?"
"Tidak. Aku memang ingin menciummu. Kau cantik sekali."
"Jadi hari-hari sebelumnya aku tidak cantik?"
"Tidak," Fred terkekeh. Hermione merengut kesal namun tetep menyentuhkan tangannya ke pipi Fred. Laki-laki itu menunduk dan mulai mencium bibir Hermione. Tangan Hermione beralih memeluk leher Fred, sesekali mengusap punggung telanjangnya. Mereka saling mencium dan mengecap bibir masing-masing. Rasa soda jeruk yang barusan diminum Hermione menjadi rasa yang dominan di bibir mereka. Tangan Fred tidak terkontrol, menjalari lengan Hermione, kemudian turun dan menyelusup ke dalam pakaian Hermione. Merasakan pinggangnya dielus membuat Hermione mengerang. Sungguh, Fred akan melakukan apa saja agar Hermione mengerang dan meneriakan namanya. Fred kehilangan akal. Ia turun untuk mencium leher Hermione.
"Ahh, Fred.. engh," Fred mencium, menjilat, dan menggigit leher Hermione. Selama Hermione tidak menyuruhnya berhenti, maka Fred tidak akan berhenti. Tangan Fred puas bergerilya di pinggang dan perut Hermione, sekarang menginginkan yang lebih. Tangannya turun ke paha Hermione, mengelus dan meremasnya perlahan sambil tetap fokus mencium leher Hermione. Kini Hermione yang kehilangan akal. Hermione merasakan gelenyar aneh di bagian perut ke bawah. Rasanya geli, namun bukan seperti digelitik. Hermione tidak tahu rasa apa itu, namun yang ia tahu bahwa ia tidak ingin Fred berhenti. Hermione hanya bisa mendesah dan memeluk Fred saja. Ia biarkan dirinya yang cupu dituntun menuju kenikmatan oleh Fred. Tangan Fred bergerak perlahan di paha Hermione, naik, naik dan menuju pangkal paha. Entah beruntung atau buntung Hermione hari ini memakai rok pendek, intinya memudahkan Fred menyentuh paha mulus Hermione.
"What the fuck! Tutup pintunya, Fred!" teriak Ron. Weasley yang malang. Ia ingin mengambil ponsel di kamarnya yang bersebelahan dengan Fred, namun malah melihat adegan ranjang kakaknya dan sahabatnya sendiri. Teriakan tadi membuat mereka kaget dan langsung menghentikan 'aktivitas'. Fred bangkit dan menutup pintu kamarnya rapat.
"Oke, misi kita hari ini sudah selesai," Hermione buru-buru mengambil tas dan jaketnya di ranjang, "aku akan pulang."
"Hei, untuk apa? Jika kau pulang maka mereka akan curiga, Mione."
"Mengapa? Mengapa kau menciumku seperti itu? Ini hanya akting!" Hermione tidak sadar sudah berteriak. Entah mengapa ia merasa kesal. Ia juga tidak paham mengapa mengungkit masalah ini. Hermione hanya merasa malu dan kesal terhadap Fred.
"Oh, seperti kau tidak membalas ciumanku saja. Lalu siapa tadi yang memelukku di ranjang? Hantu Helena Ravenclaw?"
Fred benar, mereka sedang akting sebagai kekasih dan wajar jika mereka bermesraan di kamar Fred. Hal ini yang mereka rencanakan, berjalan lancar. Ron memakan kuenya. Ron memergokinya bermesraan dengan Fred. Ia tidak bisa pulang karena akan aneh jika pulang hanya karena ketahuan bermesraan. Di sisi lain, Hermione akan canggung jika bersama Fred setelah 'aktivitas' tadi. Perasaannya campur aduk. Hermione mengerang kesal. Ia tidak ingin berada satu ruangan dengan Fred. Pikiran dan tubuhnya aneh setiap dirinya hanya berduaan saja.
"Sial, sekarang aku harus terjebak di sini." Umpat Hermione. Fred merasa tersinggung dengan ucapan Hermione. Apa-apaan gadis itu?!
"Terjebak? Aku berusaha membantumu di sini Hermione. Dan kau bilang bahwa kau terjebak denganku?" Fred tertawa mengejek.
"Dari awal aku tidak butuh bantuanmu."
Satu kalimat itu. Yap, satu kalimat itu. Sebuah fakta yang tidak bisa ditutupi. Dari awal sandiwara, rekayasa, settingan, strategi ini adalah ide Fred dan Fred jugalah yang setengah memaksa Hermione. Fred tidak ingin mendengar kenyataan ini. Fred tidak siap.
Hermione sadar bahwa dirinya kelewatan sudah berkata seperti itu, namun ia juga tidak ingin meminta maaf. Gadis itu kesal karena merasa Fred mempermainkan perasaannya.
Fred mengeratkan kepalannya.
"Keluar,"
"Apa?" Hermione memastikan kembali.
"Keluar dari rumahku, Hermione." Usir Fred.
Hati Hermione kembali tersayat. Kejadian ini terulang lagi. Tanpa sadar Hermione meneteskan air mata. Melihat Hermione menangis menyadarkan Fred kembali ke kenyataan. Saat Fred menyadari tindakannya keterlaluan, Hermione sudah menghilang dari kamarnya. Fred hanya bisa diam, tidak berusaha untuk mengejar Hermione.
"Sial!"
.
sweetdream
.
KRINGGG!
Bel sekolah berbunyi pada jam 12.00 pm pertanda istirahat siang dimulai. Hermione berjalan gontai menuju lokernya. Ia memasukan blazer dan buku catatannya ke dalam.
"Hei,"
Hermione terperanjat dan reflek menutup pintu lokernya. Seketika Hermione melihat sosok berambut pirang panjang yang paling tidak ingin ia lihat selain Lavender Brown.
"Hei, Clearwater. Apa kabar?" sapa Hermione kepada Penelope.
"Kabarku baik. Jadi, umm, aku kesini untuk minta maaf. Aku minta maaf karena aku sudah tidur dengan Fred Weasley, tapi sungguh aku tidak tahu bahwa dia sudah punya kekasih."
"Tidak apa, Clearwater. Tapi apa tadi kau bilang, kau tidak tahu?"
Penelope memucat. Apa ia salah bicara?
"Y-ya, aku telah bertanya padanya, mungkin dua atau tiga kali. Tapi dia selalu menjawab tidak punya kekasih. Jika aku tahu maka aku tidak akan tidur dengannya, Granger. Aku sungguh minta maaf."
Hermione mengelus lengan Penelope. Brengsek sekali Fred, laki-laki itu marah padanya karena tidak bertingkah seperti kekasih, tetapi ia malah tidak mengaku bahwa sudah memiliki kekasih.
"Sudah, tidak apa. Kau kan tidak tahu. Tetapi aku berterima kasih karena kau sudah minta maaf." Hermione tersenyum. Kasihan sekali Penelope, gadis pirang itu seperti ingin menangis.
"Um, aku ingin tanya sesuatu jika kau tidak keberatan. Apa kalian masih bertengkar?"
"Ya, sebenarnya setelah kejadian itu kami sudah berbaikan, namun kami bertengkar lagi. Apa terlihat sekali di mata orang-orang?" Hermione terkekeh. Ya, dirinya 'mengencani' salah satu aset tampan Hogwarts. Tentu saja kisah mereka dinanti-nanti. Ada banyak gadis yang menginginkan posisi Hermione sekarang.
"Kau tidak tahu saja para gadis diam-diam menggosipimu, Granger. Tapi tidak apa, aku yakin cinta kalian akan melewati semuanya." Penelope memeluk Hermione. Hatinya lega setelah berhari-hari merasa bersalah.
"Namun jika kau sakit hati sekali karena Weasley, kau bisa mencariku," Penelope mengedipkan sebelah matanya, "aku akan memberimu gratis. Sampai jumpa, Granger!" Penelope melambaikan tangan dan berlalu. Hah, cinta katanya Penelope. Orang-orang Hogwarts tidak tahu saja drama mereka seperti apa.
Berbicara soal Fred, laki-laki itu tidak melakukan apapun seperti sebelumnya. Sudah berhari-hari Fred mendiamkan Hermione. Tidak mendatanginya ke asrama, membelikannya kue, atau apapun. Bahkan sekadar mengirimnya pesan teks juga tidak. Hermione sakit hati sekali, namun ia juga berusaha tidak peduli. Jika Fred mengabaikannya, maka Hermione juga bisa.
Sama seperti sekarang. Fred dan Hermione tidak sengaja bertatapan mata di lorong kelas. Tebak apa yang dilakukan Fred?
Yap. Striker andalan ekskul sepak bola itu membuang muka. Sedih sekali Hermione dibuatnya.
"Hei, kau belum meminta maaf kepada Hermione?" tegur George. Cuplikan drama tadi tertangkap matanya, dan sungguh George merasa kasihan terhadap Hermione. Wajah Hermione tadi seperti anak anjing yang di buang di tempat sampah.
"Sudah berhari-hari, tahu?" tambah George.
"Terserah, aku tidak peduli lagi." Abai Fred.
"Jika memang begitu, selesaikan baik-baik. Kalian mulai berpacaran baik, akhiri juga dengan baik. Jika tidak mau mengakhiri, jangan pernah memulai."
"Diam, George."
George merasa kesal dengan tingkah laku kekanakan saudara kembarnya, namun berusaha memaklumi karena Fred adalah seorang playboy. Sudah sejak lama Fred tidak berkencan serius seperti ini. Fred hanya berkencan satu malam dengan perempuan saja. Oleh karena itu George harus melakukan sesuatu.
Hermione melihat George memisah dari gerombolan temannya dan menuju dirinya.
"Hei, Hermione. Apa Fred masih mendiamkanmu?" tanya George tiba-tiba. Hermione hanya mengangguk. George mendekat ke telinga Hermione.
"Datangi saja ia sepulang sekolah di kamar kami. Aku akan pergi dengan Angelina." Bisik George.
"Apa? Aku tidak mau. Ia yang mengusirku duluan, kenapa harus aku juga yang mendatanginya?" protes Hermione.
"Benarkah? Kembaran bodoh," George berbisik lagi, "tidak apa, kembaranku memang gengsinya tinggi karena selalu dipuja gadis. Datangi saja ia, jika masih berulah, pukul dia tidak apa." Tawar George yang membuat Hermione terkikik.
"Baiklah, aku akan ikuti saranmu. Terima kasih bantuannya, George."
George tersenyum dan berbalik kembali ke Fred dan teman-temannya. George puas melihat wajah kesal Fred, ia pasti cemburu karena George berbisik ke Hermione.
"Kenapa kau berbisik ke Hermione?" tanya Fred kesal.
"Diam, Fred."
.
sweetdream
.
(2.17 pm)
Dari: George
Datang saja ke kamar, aku sudah pergi dengan Angie. Fred sedang bermain game.
Hermione menatap layar ponselnya malas. George mengirim pesan padanya dua jam yang lalu, memberitahunya bahwa George sudah pergi. Bukannya ia tidak berterima kasih kepada George, namun Hermione merasa bukanlah kewajibannya untuk membujuk Fred. Walau Hermione juga salah karena berkata tidak membutuhkan bantuan Fred, namun laki-laki itu telah mengusirnya dan kembali membuatnya menangis. Entahlah, ia hanya duduk di bawah pohon willow dan melihat anak-anak ekskul tenis sedang berlatih. Ada Harry di sampingnya, meminum sekotak jus jeruk.
"Kau tahu, George benar. Sebaiknya salah satu dari kalian mengubur ego, atau kalian tidak baikan sama sekali,"
"Hei, aku yang diusir disini!" Hermione kesal tidak terima. Mengapa harus dirinya yang meminta maaf. Bahkan Fred tahu bahwa Hermione menangis tetapi laki-laki itu tidak mengatakan apapun. Atau melakukan apapun.
"Apa kau melakukan sesuatu yang membuatnya kesal?"
"Aku.. berkata bahwa aku tidak membutuhkan bantuannya," Tentu saja Hermione tidak menceritakan lebih detail tentang pertengkaran mereka. Tentang bantuan apa yang Hermione tidak butuhkan. Jika Harry tahu, maka hidupnya akan tamat.
Harry menghela napas. Begitulah Hermione, jarang sekali memikirkan apa yang akan ia ucapkan. Terutama sahabatnya itu jarang berpacaran dan sedikit memiliki pengalaman.
"Memang Fred tidak benar karena sudah mengusirmu, tetapi jika kalian sudah tidak berhubungan selama beberapa hari. Itu tidak baik."
Sore yang indah bersama sahabat. Semilir angin sore menggerakan daun-daunnya yang menjulur ke bawah. Setidaknya kehadiran Harry dan angin musim semi dapat membuat hatinya baik. Hermione ingin berbaring di rumput, namun seketika teringat bahwa ia hanya memakai kemeja putih saja. Hermione mengurungkan niatnya.
"Argh! Jika saja bukan karena George dan kau, aku tidak mau menemui Fred."
Harry hanya menepuk bahu Hermione dan pulang ke rumah. Setelah menemani Harry ke parkiran, akhirnya Hermione memutuskan untuk pergi ke kamar Fred. Agak jauh memang dari tempatnya sekarang. Hermione berjalan terburu-buru karena ingin segera menemui Fred dan setelah itu ia beristirahat di kamar.
"Huh, enak sekali dia sudah selesai pelajaran siang, sedangkan aku yang baru selesai jam empat masih harus rela ke kamarnya dan meminta maaf. Awas saja kau masih mendiamkanku, Weasley."
Hermione yang terburu-buru tidak melihat tiga orang siswa tahun ketujuh dan menabraknya. Sialnya, siswa yang Hermione tabrak menumpahkan segelas penuh soda ke kemeja putihnya. Yap, kemeja putih. Sontak saja kemeja Hermione menjadi transparan, menampilkan bayangan ungu dari bra Hermione. Siswa yang menabrak Hermione panik dan meminta maaf, sedangkan dua orang temannya terkikik melihat tontonan menarik dari Hermione.
"Fuck!" umpat Hermione membuat siswa tahun ketujuh itu kabur. Betapa sial hari ini. Rasanya alam semesta sedang bersekongkol untuk membuatnya kesal. Mengapa tadi Hermione menyimpan blazer dan tasnya di lemari loker, padahal biasa ia memakainya? Mengapa harus hari ini siswa tahun ketujuh itu menabraknya? Mengapa siswa itu membawa soda dalam gelas? Ada banyak kemasan soda, dan dia harus memilih gelas?
Hermione sibuk bersedekap namun tidak berhasil menutupi bayangan branya yang timbul. Untung saja rok abu-abunya tidak terkena tumpahan banyak. Gadis malang itu menangis. Ia tidak peduli beberapa siswa melihatnya aneh karena menangis dan menguarkan bau soda. Ia ingin kembali ke kamarnya.
"Hermione,"
Hermione menoleh ke belakang. Ia melihat Fred sedang menenteng kantung kertas dengan logo burger terkenal. Fred yang merasa aneh dengan pose Hermione bergerak mendekat.
"Fred…" melihat Fred membuat emosi Hermione tak terbendung. Sebelumnya ia hanya menangis sesengukan dan sekarang menangis semakin kencang. Tanpa perlu bertanya Fred sudah sadar bahwa kemeja putih Hermione basah dan ia susah payah menutupi dadanya.
"Pegang makananku dan berjalanlah di belakangku," Hermione mengangguk dan mulai berjalan
Hermione mengangguk. Satu tangannya menggenggam kantung makanan Fred, satunya lagi memegang erat belakang kaus Fred. Hermione masih menangis sesengukan.
"Kita ke kamarku saja ya? Lebih dekat dibandingkan ke asrama perempuan," ajak Fred.
"Iya.." lirih Hermione. Ia baru sadar bahwa sedari tadi Hermione sudah berada di dekat asrama laki-laki. Pantas saja banyak laki-laki Gryffindor yang kadang melirik ke arahnya.
Sesampainya di kamar Fred, Hermione langsung bernapas lega namun tetap berusaha menutup dadanya dengan kantung makan Fred.
"Berikan kunci kamarmu. Aku akan mengambil pakaianmu."
"Tidak usah, aku pinjam jaketmu saja. Aku segera pergi," Tolak Hermione halus. Ia tidak enak jika Fred pergi ke kamarnya, akan merepotkan laki-laki itu lagi.
"Tidak apa, kau mandi saja. Teman-teman asramamu pasti paham jika aku yang masuk sebentar ke kamarmu. Apa ada yang kau butuhkan?"
"Aku pinjam saja jaketmu, atau kausmu. Lalu aku bisa kembali ke asramaku." Paksa Hermione. Permintaan Hermione tidak masuk akal, akan lebih nyaman jika Hermione mandi dulu. Toh Fred akan keluar mengambil pakaian. Hermione tidak perlu khawatir.
"Tidak bisakah kau menurutiku kali ini, Hermione?"
"Terakhir kali aku di kamarmu, kau mengusirku Fred."
Fred tertawa sinis. 'Mengusir' katanya? Pikir Fred.
"Itu karena kau berkata bahwa kau TIDAK membutuhkan bantuanku, Hermione. Sekarang aku tanya, apa kau membutuhkan pakaianku?"
"Tolong ambilkan pakaianku saja, Fred. Kamarku nomor 12,"
"Oke," Fred langsung melesat keluar kamar. Fred tahu bahwa saat ini Hermione tidak ingin berada di dekatnya selain karena insiden kemeja basah Hermione, mereka masih bertengkar. Dan baru saja bertengkar lagi.
Setelah Hermione mandi, gadis itu duduk di ranjang Fred dan hanya mengenakan handuk. Ia merenung memikirkan Fred. Hermione tahu bahwa Fred masih kesal padanya, namun tetap tidak mengurangi perhatian Fred terhadapnya. Lihat bagaimana ia mau repot-repot ke asrama perempuan dan mengambil pakaian untuknya. Mungkin sebenarnya Hermione yang berbicara keterlaluan.
"Hermione, kau sudah m…" Fred terkaget dan langsung menghadap ke arah dinding. Dasar mata mesum, Fred tadi langsung fokus ke arah paha Hermione. Handuk Fred yang pendek membuat Hermione memakai handuk sebagai pengering saja, formalitas untuk menutupi badannya.
"Maaf, aku tidak tahu kau ada di situ. Aku ambilkan pakaian dan beberapa peralatanmu, dan ganti baju di kamar mandi, oke?"
Hermione berterima kasih dan segera mengambil tote bag-nya. Hermione melihat Fred membawakannya kaus hitam, celana tidur motif bebek, hairdryer, lipstik pink, sisir, dan bb cushion. Hermione tersenyum melihat bb cushion. Fred pasti mengira itu adalah bedak dan membawakannya.
Setelah berganti baju dan mengeringkan rambut, Hermione melihat Fred mengeluarkan dua gelas soda oh Hermione trauma, dua kotak burger, dan tiga kantung kentang goreng. Kapan Fred membeli semua ini?
"Aku membeli ini untukku dan George, namun ia masih di luar. Aku bisa membelikannya nanti." Jelas Fred sembari memberikan sekotak burger hangat kepada Hermione.
"George bersama Angelina."
Fred mengerutkan dahi.
"Bagaimana kau tahu?"
"George dan Harry menyuruhku untuk menemuimu."
"Jadi jika George dan Harry tidak menyuruhmu, kau tidak akan menemuiku?" pancing Fred.
"Kau mau bertengkar sekarang, Fred?"
"Tidak."
Mereka akhirnya makan dengan tenang. Mereka berdua sama-sama keras dan tidak mau kalah. Hermione sering sekali membuatnya emosi, namun Fred punya pilihan untuk tidak tersulut, kan?
Hermione menggigit potongan terakhir burgernya. Burgernya enak, dagingnya juicy dan bumbunya meresap. Saus barbekyunya juga nikmat. Hermione kenyang sekali karena menghabiskan pula kentang gorengnya. Melihat Hermione yang menyedot sodanya dengan tatapan kosong, membuat Fred bertanya-tanya apa yang terjadi pada Hermione sore tadi.
Setelah mengambil burgernya dari kurir di gerbang sekolah dan berjalan kembali ke kamar, Fred melihat sosok siswi yang berjalan pelan di dekat asrama laki-laki Gryffindor. Ditambah pula Fred mendengar siswa lain yang berbicara 'kau lihat bra gadis itu' atau 'wow tembus pandang haha' Fred semakin merasa aneh. Bahu gadis itu juga tampak naik turun seperti sedang menangis. Kacaunya, saat Fred mendekati gadis itu, ternyata dia adalah Hermione Granger. Penampilannya kacau sekali. Fred dapat mencium aroma soda menguar dari tubuhnya. Seperti kata para siswa brengsek tadi, kemeja Hermione menjadi transparan dan branya terlihat menerawang. Hermione bersedekap tampak menutupi dadanya. Tetesan soda juga tampak jatuh dari pakaiannya. Dan juga… astaga. Untuk kesekian kalinya Fred melihat Hermione menangis, walau ia juga bersyukur bukan dirinya penyebab tangisan Hermione. Rambutnya juga acak-acakan seperti hantu. Mungkin sengaja oleh Hermione agar tidak ada yang dapat mengenali dirinya.
"Bolehkah aku bertanya, kenapa kau bisa seperti ini?" tanya Fred memecah keheningan. Mereka berdua sudah selesai makan, dan sudah memiliki tenaga untuk berdebat. Atau karena kenyang, mereka jadi mengantuk dan tidur?
Hermione menghela napas, masih kesal jika harus mengingat kejadian tadi.
"Aku buru-buru ingin menemuimu dan tidak sengaja menabrak anak tahun ketujuh. Aku tidak tahu apa mereka dari asrama Hufflepuff atau manapun, dan yang aku tabrak sedang membawa minuman di gelas. Terjadilah," jelas Hermione. Fred menganggukan kepala tanda ia paham apa yang terjadi.
"Sebesar itu keinginanmu untuk bertemu denganku?" Fred menyeringai. Hermione hanya memutar bola matanya malas. Keduanya kembali diam, menyelami pikiran masing-masing. Perasaan bertarung dengan gengsi. Pilihan antara teguh pada gengsi dan ingin mengalah agar tak lagi bertengkar pun menjadi pertikaian sengit.
Hermione menghela napas. Mungkin yang dikatakan George dan Harry benar. Melihat Fred yang tidak mengungkit kejadian di rumahnya, mungkin harus dirinya yang meminta maaf duluan. Entah apa alasan Fred, mungkin ia tidak mau mengungkit kejadian menyakitkan itu, atau memang Fred tidak merasa bersalah?
"Ya, Fred. Aku ingin meminta maaf padamu karena sudah berkata kasar padamu," pinta Hermione. Fred hanya diam. Entah apa yang dipikirkan laki-laki itu.
Hening menyelimuti mereka beberapa saat, dan keduanya hanya diam sampai Fred memecah keheningan.
"Biar kuantar kau ke kamarmu," ucap Fred. Alis Hermione menyatu.
"Lalu? Apa kelanjutannya? Apa kau masih marah padaku? Apa kau tidak memaafkanku? Makanya kau mendiamkanku? Jawab Fred."
Fred mengeratkan genggamannya. Sungguh, akan lebih baik bagi dirinya jika Hermione tidak meminta maaf dan mengungkit kejadian itu. Fred memang kesal dengan Hermione, tetapi Fred takut gadis itu membawa kenyataan yang tidak ingin ia terima. Hermione memang salah, namun ia tidak ingin kehilangan Hermione. Ia tidak ingin Hermione sadar bahwa gadis itu tidak membutuhkan bantuannya.
Fred menyentuh bahu Hermione.
"Herms, aku memang terluka karena kalimatmu, namun bukan itu alasanku mendiamkanmu. Aku takut karena kau sudah sadar sekarang bahwa kau tidak membutuhkanku, dan kau akan meninggalkanku."
Fred dapat melihat ekspresi yang tidak bisa diurai di wajah Hermione. Tentu saja Hermione bingung dengan kalimatnya barusan, sangat wajar. Kalimat yang Fred ucap barusan seperti pernyataan cinta.
"Ayo, aku antar kau." Fred memakaikan jaket putihnya ke tubuh Hermione. Setelahnya mereka tidak berbicara apapun, namun mereka berdebat di pikiran masing-masing.
Ada apa dengan Fred?
.
sweetdream
.
Terima kasih semuanya yang sudah membaca. Jangan lupa reviewnya!
