Yang dilakukan Ikatan Remaja Mesjid Konoha saat ngabuburit dan kumplit?

Langkah pertama, mengambil dan memastikan absen kelas dan ATK pengajar Pesantren Kilat tetap dalam keadaan layak pakai esok hari.

Kedua, menyalakan audio Qur'an di speaker mesjid.

Ketiga, menyibukkan diri dengan kegiatan pilihan sambil menunggu takjil dari RT yang mendapat amanah maupun bunyi alarm tanda waktu adzan magrib.

Di tengah ruangan, duduk beralaskan keramik, Yahiko menarik napas dalam-dalam. Keringat sebesar biji jagung muncul di wajahnya. Dia gugup. Menghembuskan napas yang sudah ditarik, dia mengangguk meyakinkan diri. Dia pasti bisa.

Hup!

Bola bekel dilempar, matanya gesit menatap lantai dan kuwuk yang berserakan di atasnya. Tangannya diulurkan untuk mengambil satu kuwuk. Berhasil. Tinggal menangkap bolanya sebelum melakukan pantulan kedua!

"Assalamualaikum, Kiai Madara."

"!" Terkejut, bola yang belum tertangkap erat pun terlepas kembali dari genggaman. Yahiko menatap nanar bola yang memantul sembarang.

Konan, Sakura, dan Hinata cekikikan.

Yahiko menolehkan kepala pada tersangka lasutnya dengan pelototan tajam. "Jangan ngagetin, Nagato! Lasut, kan?!"

Nagato hanya mendengus kecil, kemudian memungut semua kuwuk dan bola bekel untuk melakukan gilirannya.

Dua kuwuk diambil sekaligus. Dua lain. Dua lagi tanpa kesulitan. Keenam kuwuk ia masukkan ke saku baju koko. Kemudian ia melempar lagi bola, mengambil satu kuwuk di tangan kanan dan satu kuwuk di tangan kiri secara bersamaan. Ditutup dengan bola yang kembali ditangkap.

Kuwuk dikeluarkan lagi dari saku, digenggam di tangan kiri. Lempar bola, ambil dua sisa kuwuk lalu disebar lagi di lantai. Bola sukses ditangkap kembali. Naik level.

"Kok kaya yang gampang gitu sih, To?" Yahiko bertanya, setengah tidak terima karena dia sendiri yang payah di sini.

"Gimana amal," jawab Nagato kalem.

"Woi!"

Di satu sudut ruangan; Kakuzu, Hidan, Itachi, Kisame, Naruto, Gaara, Neji, dan Sasuke melingkari papan permainan monopoli.

Kakuzu geber-geber uang monopoli, tertawa laknat saat ada pemain yang menginjak pajak, masuk penjara, atau mendapat kesialan dari kartu 'Kesempatan' dan 'Dana Umum'. Dia jadi Bank(sat). Tujuh makhluk yang tersisa menjadi pemain dan berusaha keras untuk membuat satu sama lain bangkrut.

Peraturan maksimal empat pemain ditabrak saja, yang penting hati senang. Penghapus, tutup pulpen, dan ember kecil untuk kocok dadu dipakai untuk pion tambahan.

Itachi menatap nanar sisa uang selembar di tangannya. Sekali injak lahan orang, bangkrutlah dia.

"Hahaha! Makan tuh, Kak! Bangkrut! Makanya jangan kebanyakan mikir! Beli mah beli aja!" Sasuke, sebagai adik yang patut dicontoh, menertawakan kakaknya dengan puas. Dendam karena permainan sebelumnya dia yang kalah dan diledek habis-habisan oleh sang Kakak.

"Eh, gak boleh gitu sama kakak sendiri. Kualat. Doain tuh yang baik-baik. Semoga cepet miskin, aamiin."

"Hidan, jangan ngajak gelut dulu. Belum buka puasa."

Tak jauh dari sana, Si Kembar Zetsu sedang bergulat di atas karpet sambil saling jambak/cekik.

"Lu curang, kan?!"

"Lu kali yang curang!"

Di dekat mereka, terdapat papan kayu dengan enam belas lekukan di atasnya. Tiap lekuk berisi kuwuk kecil. Congklak. Punyanya Ustadzah Kaguya yang dipinjam (tanpa permisi) oleh ketua mereka yang berbudi.

Sisa tiga anggota menghuni kamar yang ada di Sekre IRM. Yang dua duduk di depan layar TV, stik PS (lagi-lagi disediakan oleh ketua mereka yang berbudi, meski kali ini dari harta pribadi) ditekan agresif di tangan masing-masing. Main Digimon.

"MATI LU, BANCI!" kata Sasori penuh sayang.

"GUA EVOLVE HAHA! LU YANG BAKAL MATI, BERBI!" jawab adik sepupunya tak kalah sayang.

Keganasan keduanya dalam membunuh satu-sama lain tidak cukup untuk mengganggu fokus anggota kehormatan IRM, ketua bayangan yang lebih terkacungi oleh Pak Kiai—Obito namanya. Mahasiswa paling ganteng di jurusannya itu terkekeh sambil menatap layar laptop pribadinya. Duduk santai di atas kasur. Serasa jadi raja.

Sedang apa? Main GTA.

Misi? Tidak juga. Asal hajar asal tembak asal tabrak, yang penting aku senang.

Mari berdoa, semoga tak ada ibu-ibu yang cukup bego untuk menitipkan anak mereka pada cucu kesayangan Kiai Madara itu di masa depan. Aamiin.