Tim Pengajar [ Obito (TK), Hidan (B. Arab), Kakuzu (Tahfiz), Itachi (Fikih), Nagato (Tafsir) ]

"Gak mau udahan! Masih mau belajar sama Kak Tobi!"

Kakuzu mengernyit heran melihat Obito dikeroyok oleh anak-anak TK.

"Kenapa tuh?"

Nagato terkekeh. "Paling anak-anak masih betah sama Obito, seperti biasa."

Itachi bergabung bersama mereka. Mukanya langsung memucat melihat kerumunan setan-setan kecil di depan sana. "Aku masih heran gimana dia jinakkin anak-anak hyena itu. Dipanggil Kak pula. Aku mah apa atuh, dipanggil OM."

"Hush! Gak boleh gitu, anak orang." Nagato menegur. Ya siapa bilang anak perkutut? "Mending gak dipanggil kakek, kan?"

Itachi dengan legowo mengabaikannya. Cuma dia yang mengerti bagaimana rasanya trauma menghadapi kelas itu. Sekali menggantikan Obito membuatnya sadar, dia lebih memilih gila oleh falsafah daripada mengajar di kelas neraka untuk kedua kalinya.

Sehari saja sudah cukup membuat keriputnya memanjang!

"Kuz, bantu temen anta. Kasihan tuh!" Hidan tidak mau ketinggalan berkokok.

"Gak usah anta-anta segala dih. Biasa juga lu-gua. Mentang-mentang dapet tugas ngajar B. Arab. Ckck." Kakuzu mengernyit. "Bantu gimana?"

"Samperin aja. Muka anta kan serem. Anak-anak pasti langsung kabur HAHAHA!"

Meskipun kesal dan mengancam akan membuat Hidan bayar uang kas 33 kali lipat (biar berkah, terutama untuk Kakuzu), Kakuzu tetap menyelamatkan Obito dari kerumunan.

"Fansku banyak sekali~" Obito bersiul pada dirinya sendiri.

"Sayang gak ada yang bisa bantu keluar dari jurang kejombloan, ya." Nagato menanggapi kalem.

Obito seketika mempraktekkan emotikon ":)".

"Anak-anak kok bisa lengket gitu sama kamu?" Itachi bertanya.

Obito pasang ekspresi normal lagi. "Ya ada teknik dan ilmunya, lah! Kalian pikir aku masuk jurusan PG PAUD buat apa? Bikin harem?"

Nagato batuk. Obito yang merasa dituduh langsung praktek emotikon ":'(".

"Prakteknya udah oke, kok sidangnya belum juga?" Kakuzu bertanya murni heran.

Obito yang merasa keasinan karena status penanya sudah otw nunggu sidang pun langsung ngegas. "TELAT WISUDA BUKAN BERARTI GAK PUNYA KEMAMPUAN, YA!"

"Cuma skripsinya aja yang kena revisi mulu, ya?" Hidan cengengesan.

"MAHASISWA AJARAN SESAT DIEM AJA, YA!"

"EH KAMPRU ENAK AJA NGATAIN SESAT! NGERASA UDAH PASTI MASUK SYURGA, HA? PUNYA ORANG DALEM EMANGNYA?!"

Lalu gelut.

Tim Administrasi [ Konan, Deidara ]

"Gimana, Dei?"

"Kiai Madara lupa ngabsen anak-anak lagi!"

"TOBIIIII!"

"APA SIH?! LAGI GTA GUA! Kaget, tahu!"

"Ini Kakek lu lupa ngabsen anak-anak!"

"LAH SI PIKUN BERULAH LAGI. JANGAN GUA LAH ITACHI KEK KALI-KALI!"

Tim Logistik [ Yahiko, Sasori, Kisame, Kembar Zetsu ]

"Lah, spidol kok kurang satu?"

"Bentar gua cek di mesjid takutnya jatoh."

.

"Gimana, Dei?"

"Gak ada, Sor."

" ... Bentar, buku Fikih inventaris ke mana?"

"Tadi dipinjem Kiai Madara kan, Put?"

"Ho'oh."

"Jangan-jangan spidol juga Pak Kiai yang bawa?"

"TOBIIII!"

"APAAN LAGI ELAH?! LAGI NUMPANG WIFI BUAT NUGAS NEH! MASALAH SI KAKEK? CUCUNYA BUKAN GUA DOANG! KE ITACHI TUH!"

"Nggak usah ngegas, Bi."

"Elu juga ketua! Kalau ada apa-apa samperin aja langsung! Jangan ke gua mulu!"

Pembantu Umum [ Naruto, Sasuke ]

"Takjil dari RT 01 banyak banget, nih. Gak ada yang mau bantuin gitu?" Naruto meletakkan sekardus akua gelas di dalam sekre. Sasuke menirunya.

"Itu kan bagian kalian." Yahiko menanggapi cuek.

"Jahat banget sih, Kak." Naruto menangis buaya. Ketuanya malah tertawa menghina.

"Sini kubantu." Itachi meletakkan alat bantu mengajar, berdiri dan menghampiri dua junior yang salah satunya berbagi DNA dengannya.

"Makasih, Kak! Ayo ke rumah Bu Terumi!" Naruto berbalik dan melangkah semangat. Kelelahannya sirna oleh niat baik yang Itachi tunjukkan.

Saat dia pakai sandal, dia sadar kakak dari sahabatnya itu tidak ada di dekat mereka.

"Lah? Kakakmu mana, Sas?"

Sasuke celingukan. "Entah?"

"KAK ITACHI!" Naruto langsung masuk mode TOA. Untung saja Sasuke gercep tutup telinga. "KAK! KATANYA MAU BANTUIN?!"

"Ini lagi bantuin pake doa!" jawab yang bersangkutan dari arah sekretariat.

Naruto mangap-mangap bagai ikan lohan.

"Nar, singsingkan lengan bajumu. Bantu aku."

"Eh? Mau ngapain em-WOI! ISTIGFAR! ITU POT BUNGA GEDE MAU DIBAWA KE MANA?!"

Tim Hore [ Neji, Gaara, Sai, Sakura, Hinata ]

"Kalian gak ada yang mau bantu kita gitu?"

"Makasih. Udah ngebul jadi peserta dijejelin materi sanlat. Kalian aja."

"Aku juga ngebul, tahu! Si Sasuke doang yang nggak mah!"

"Ya syukurin."

"Eh, kamvret."

"Kita bantuin lewat doa, kok."

" ... NO! SASUKE! JANGAN BAWA POT BUNGA LAGI! AH! KALIAN SIH BAWA-BAWA DOA! KESETANAN LAGI KAN DIA! SASUKE! SASUKEE!"