Disclaimer : Gege Akutami
A Fanfiction by Noisseggra
Pair : Gojo X Geto
Genre : Romance, Drama
Warning : YAOI, BL, SHOUNEN AI, RATED M, Canon semi AU (Setting Canon, tapi plot nggak mengikuti Manga. Di sini Geto dan Gojo baik-baik saja, tidak ada masalah dengan dunia Jujutsu, dan mereka menjadi Sensei di KouSen. Saia lelah dengan angst bung :"v pengen mereka bahagia), maybe typo (s), probably OOC, bahasa campur aduk
You have been warned !
.
.
NOTES : Kuputuskan untuk melanjutkan fanfic ini menjadi short-fic compilation. Jadi tiap chapternya adalah chapter pendek berisi momen-moment SatoSugu. Kalaupun ada chapter panjang mungkin hanya akan dibagi menjad 2-3 chapter per story.
PS. Fanfic ini ditulis untuk kepuasan pribadi, jadi serah aing mau nulis apa :"V
.
.
# Makasih buat loeybby yang sudah menyempatkan review, dibales lewat PM ya…makasih banyak ;)
.
.
Urge
.
.
Meskipun tinggal bersama, ada waktu di mana mereka tak bertemu untuk waktu yang cukup lama. Dunia Jujutsu selalu saja kekurangan orang untuk menangani misi, jadi kalau sedang banyak misi, mereka bisa tidak bertemu sampai berminggu-minggu. Kadang saat Gojo pergi misi, begitu ia kembali Geto lah yang sedang berada di misi lain. Saat Geto kembali, Gojo sudah harus menangani misi lain lagi. Jadi bukan berarti tinggal dalam satu rumah juga bisa lovey-dovey setiap saat.
Saat ini juga mereka sedang mengalami itu. Geto baru saja pulang misi, tapi keadaan rumah gelap. Ia sudah tahu karena Gojo menghubungi nya, mengatakan bahwa ia sedang ada urusan di luar negeri dan sudah pergi beberapa hari yang lalu.
"Heeh," Geto menghela nafas lelah. Ini sudah sekitar 2 minggu mereka terus berselisih waktu, dan sepertinya masih belum bisa bertemu untuk beberapa waktu ke depan. "Aitakatta yo," lirih Geto. Ia menghampiri kamar yang gelap, sengaja tak menyalakan lampu, ia naik ke atas ranjang, tidur di bantal Gojo. Ia menghirup aroma nya. Masih tercium aroma orang yang paling dicintai nya itu.
Geto memeluk bantal itu dengan erat. Aroma itu sedikit membuatya terangsang, tangannya meraih ke bagian selangkangannya. Meremasnya kuat. Tapi ia segera menjauhkan tangannya itu.
"Nggak deh," ucap Geto seraya duduk. "Kutahan saja sampai bertemu Satoru, pasti sex nanti akan lebih memuaskan," iapun menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.
.
~OoooOoooO~
.
Beberapa hari kemudian, Gojo baru menghubungi bahwa ia kembali malam nanti.
'Mau kujemput di bandara?' Geto mengirim pesan.
'Nggak perlu, aku pulangnya malam. Kau tidur duluan saja,' balas Gojo.
'Baiklah. Mau kumasakkan sesuatu?'
'Nggak usah saja, akan makan di pesawat. Kau istirahatlah, kudengar kau juga mendapat banyak misi. Pasti lelah.'
Geto tersenyum. Ia suka dengan perhatian-perhatian kecil dari Gojo seperti itu. 'Hati-hati di perjalanan,' hanya itu balasan Geto.
'Iya. I love you,' balas Gojo yang langsung membuat Geto guling-guling di kasur.
"Aho ka omae. Kau bukan anak SD lagi, kenapa masih tersipu hanya dengan begini," ucap Geto pada dirinya sendiri. Meskipun begitu ia mengirim pesan balasan 'I love you too,' untuk mengakhiri percakapan mereka.
.
Geto merasa tak sabar menunggu malam tiba, alhasil ia tak bisa tidur, dan memutuskan untuk mengerjakan sesuatu di computer nya. Beberapa kali ia menatap jarum jam. Pesawat Gojo mendarat jam 11 malam, mungkin setengah 12 Gojo baru akan tiba, atau bila masih ada urusan dengan pihak KouSen, dia akan lebih lama lagi untuk sampai di rumah. Geto menghela nafas lelah. Ia melanjutkan apa yang ia kerjakan dengan serius. Tanpa sadar jarum jam sudah menunjuk angka 11. Ia meneguk ludah berat, rasanya berdebar menunggu Gojo pulang.
"Mungkin aku harus menyiapkan sesuatu untuknya? Sekedar kopi atau susu untuk menghangatkan badan," ujar Geto. Ia pun menuju dapur, dan ia putuskan untuk justru membuat coklat panas saja. Gojo sangat suka sesuatu yang manis. Geto pun mengambil coklat bubuk saat tiba-tiba terdengar suara Gojo.
"Tadaima," ucapnya dibarengi suara pintu tertutup.
"Huh?" Geto terkejut. Ia menghampiri pintu untuk menyambut Gojo. "Okaeri. Kenapa cepat sekali, kupikir pesawatmu mendarat jam 11."
"Aku teleport dari bandara kemari."
"Baaka, kau membuang-buang ener—…"
Flop…!
Gojo langsung memeluk Geto. "Aaaah aku lelah sekali," ucapnya lirih.
"…" pipi Geto sedikit memerah. Ia balas memeluk Gojo, tubuhnya terasa panas. Sudah berapa lama ia tak merasakan hangat tubuh itu, mencium aroma tubuhnya. Tapi…Gojo tampaknya lelah sekali. Haruskah…ia menahan diri…?
"Tidurlah, ayo ke kamar," akhirnya Geto hanya mengatakan itu. Ia tak sampai hati untuk mengajak Gojo melakukan sex dengan tubuhnya yang lelah itu. Ditambah lagi, ia termasuk orang yang jarang meminta melakukan itu, biasanya Gojo lah yang meminta. Jadi sebenarnya ia sedikit malu untuk mengajak Gojo. Ia pikir Gojo yang akan memulai seperti biasa, maklum mereka sudah sangat lama tak bertemu, tapi sepertinya kali ini berbeda.
Geto memapah Gojo ke kamar. Dibaringkannya tubuh Gojo ke ranjang, dan ia langsung tertidur lelap bahkan tanpa melepas kaos kaki atau jaket nya.
"Dasar," Geto tersenyum. Ia melepas kaos kaki Gojo, melemparnya ke tempat cucian. Ia juga melepas jaket Gojo, tapi saat hampir melemparnya ke tempat cucian, tangan Geto terhenti. Wajahnya memerah, ia pun menuju kamar mandi membawa jaket itu.
Ia duduk di atas kloset yang tertutup lalu mulai menyentuh dirinya sendiri. Satu tangan memeluk jaket Gojo dan menghirup aroma nya. "Nnh…anh…" Geto menutup mulutnya dengan jaket, ia tak ingin membangunkan Gojo. Ia melakukan kegiatan itu hingga mencapai orgasme, sperma nya membasahi tangan, sebagian kecil mengenai jaket Gojo. Ia sweatdrop, ia harus benar-benar segera menaruh jaket itu ke tempat cucian kotor.
Geto membetulkan celana nya, dilemparnya jaket Gojo ke tempat cucian kotor. Setelah itu baru kembali ke kamar. Gojo masih belum berubah dari posisi nya, sepertinya ia tertidur lelap sekali.
"Sudahlah, kurasa tadi sudah membuatku cukup tenang," ujar Geto. Ia naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Gojo. "Oyasumi," lirihnya. Ia tertidur miring menghadap Gojo, ia ingin bisa melihat orang yang dicintainya itu tidur di sampingnya malam ini.
Cukup lama Geto mencoba tidur, tapi matanya masih terbuka lebar.
"Hng," Gojo bergerak di dalam tidur nya, mengubah posisi menjadi miring ke arah Geto, membuat tubuh mereka kini saling berhadapan.
Wajah Geto kembali memanas. Dipandanginya wajah Gojo yang tertidur nyaman, wajah itu…wajah orang yang sangat ia cintai. Tangan Geto bergerak untuk mengusap pelan wajah itu, membelainya pelan. Jemarinya bergerak untuk menyentuh bibir Gojo yang sedikit terbuka. Ingin rasanya ia mencium bibir itu.
Throb…throb…
Geto terbelalak saat merasakan kejantanannya berdenyut. "Ugh…" keluhnya. Ia bergerak tak nyaman, merasakan kejantanannya kembali bangkit. Ia duduk menghadap ke arah Gojo, memegang area selangkangannya yang kini sudah menggunduk. Ia benar-benar belum puas, apalagi dengan orang yang ia cintai ada di hadapannya saat ini. Ia benar-benar tak kuat lagi.
"Sa-Satoru…" panggil Geto.
Tapi Gojo tak bergerak.
"Khh…ittatatata…" Geto membungkuk hingga wajahnya menyentuh bantal ketika merasakan darah berdesir di kejantanannya itu. "Satoru…okiru yo…" keluhnya. Ia kembali mengangkat wajahnya, menatap wajah Gojo yang masih lelap. Geto meneguk ludah pelan, ia rasa ia benar-benar tak bisa menahan diri lagi. Ia pun mendekatkan wajahya ke wajah Gojo, mencium bibirnya. Ia mengulum bibir itu, karena bibirnya tak terbuka sehingga ia tak bisa memasukkan lidahnya ke mulut Gojo. Tangannya bertumpu di tubuh Gojo untuk memeluk.
"Ng…?" Gojo membuka mata merasakan seuatu yang hangat dan basah menyentuh bibirnya.
Gasp!
Getou terkesiap melihat Gojo membuka matanya. Apa ia akan marah? Geto berniat menarik tubuhnya menjauh, tapi yang ada Gojo malah memeluknya, menahan kepalanya supaya tak pergi. Ia merubah posisinya menjadi terlentang, dan membuat tubuh Geto berada di atas tubuhnya. Gojo membuka mulut, membawa ciuman mereka menjadi ciuman basah yang penuh hasrat. Ia meremas bokong Geto kuat. Membuat cowok itu terkesiap. Bisa ia rasakan kejantanan Geto yang sudah tegak menggesek kejantanannya.
Geto sebenarnya sedikit malu, Gojo pasti merasakan kejantanannya yang sudah tegak sempurna itu. Biasanya Gojo akan meledek sih, tapi sepertinya tidak kali itu. Gojo tak mengatakan apapun, ia tetap mencium Geto, tangannya menurunkan celana Geto, meremas bokong Geto secara langsung. Kejantanan Geto yang kini menggantung, menggesek pelan permukaan perut Gojo, terasa basah di bagian ujung.
Tangan Gojo meraih kejantanan itu, mengocoknya, satu tangan memasuki lubang Geto.
"No—…ahh, tu-tunggu. Satoru…" cegah Geto, tapi Gojo tak berhenti. "Aku bisa klimaks…ahh, henti—…kaannhhh…aahh…ahhh," Geto pun menumpahkan sperma nya, membasahi kaos Gojo dan perutnya yang sedikit tersingkap.
Gojo menyeringai. "Hayai," godanya.
"Urusai. Aku sudah menahannya sejak lama—…hmph," geto langsung membungkam mulutnya dengan telapak tangan. Wajahnya memerah.
"Begitu," Gojo mengecup pipi Geto, ia lalu menuntun kejantananya ke arah lubang Geto, memasukinya. Ia meremas bokong Geto dan menggerakkanya. "Jangan-jangan selama kita tidak ketemu kau juga tidak melepaskan hasratmu sendiri?"
Geto tak menjawab, hanya membuang pandangan. Gojo kembali menyeringai. Ia membalik posisi membuat Geto yang di bawah, ia melepskan celana Geto seluruhnya, lalu menaikkan kaki Geto, ia kembali memasukkan kejantanannya ke lubang Geto dan mulai bergerak cepat.
"Nnhh…ahh…" Geto mendesah. Ia menatap wajah Gojo yang terlihat lelah. Ia mengulurkan tangannya. "Cium," pintanya. Gojo pun menurut, ia menundukkan badannya untuk mencium Geto, tubuhnya dipeluk erat.
"Aku hampir keluar," ujar Gojo beberapa saat kemudian.
"Yeah, aku juga," balas Geto.
Gojo meciumi leher Geto tanpa menghentikan gerakan. Beberapa saat kemudian ia menyodok kuat beberapa kali, mengeluarkan sperma nya di dalam tubuh Geto. Geto mengocok penis nya, beberapa saat kemudian ia menyusul klimaks.
Gojo menimpakan berat tubuhnya di atas tubuh Geto, nafasnya terengah. "Gomenne," lirihnya.
Geto hanya menepuk pelan kepala Gojo. "Oyasumi," ia mengecup kepala Gojo yang kini sudah kembali terlelap dengan tubuh mereka yang masih menyatu. Biasanya Gojo tak akan berhenti hanya dengan satu ronde, tapi sepertinya ia benar-benar kelelahan. Geto jadi merasa bersalah karena memaksa Gojo, tapi ia benar-benar sudah tidak kuat malam ini. Gojo memberikannya satu ronde saja ia sudah berterimakasih. Geto pun menarik selimut hingga menutupi dada dengan membiarkan posisi mereka tetap begitu.
.
~OoooOoooO~
.
"Ngh…" Geto terbangun karena merasa tak nyaman. Ia membuka mata, samar dilihatnya sinar matahari redup di balik tirai jendela yang belum dibuka. Ia merasakan beban di atas tubuhnya, dan ia baru menyadari posisi mereka belum berubah sejak semalam. Gojo masih ada di atas tubuhnya, dan lebih parah lagi, ia masih berada di dalam lubangnya. Dan karena ini pagi, otomatis kejantanan Gojo ereksi. Dan itu lah rasa tak nyaman yang tadi membangunkan Geto. "Satoru, Satoru bangun," Geto memencet hidung Gojo.
"Ngh…" dengan ogah Gojo membuka mata, untuk beberapa detik mengumpulkan kesadaran. Ia menatap ke bawah dan baru menyadari posisi mereka. Gojo menyeringai, ia malah mulai bergerak di dalam lubang Geto.
"Woy, hentikan. Kita berangkat ke KouSen," Geto berusaha menghentikan Gojo.
"Nnh, biar saja lah. Kita bolos hari ini," jawab Gojo tanpa menghentikan gerakan. Ia menumpu di atas lutut, tangannya melebarkan paha Geto.
"Kau gila, kita bisa kena masalah. Ahh…," Geto mengerang saat Gojo meraih penisnya yang juga sudah tegak. Reaksi wajar pagi hari bagi para cowok.
Gojo menghentikan gerakan lalu merangkak di atas tubuh Geto. Wajahnya tersenyum jahil. "Ini untuk mengganti yang semalam. Maaf aku tidak bisa memuaskanmu malam tadi, jadi hari ini, aku akan membuatmu benar-benar terpuaskan, Suguru."
Wajah Geto langsung memerah. "Baka! Tapi kan—…aahhh…" Geto langsung menutup mulutnya dengan tangan karena Gojo mulai bergerak tanpa aba-aba. Sepertinya hari ini ia tidak akan lepas dari cengkeraman Gojo.
.
~OoooOoooO~
.
Mereka betul-betul melakukan itu seharian penuh. Saat matahari mulai memerah di ujung barat, mereka baru turun dari ranjang. Menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh mereka yang basah oleh keringat dan cairan lengket. Tapi saat sesi mandi pun, Gojo masih meminta beberapa ronde.
"Dasar, kau ini harus mulai bisa menahan diri," ujar Geto setelah mandi. Ia tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Tapi kau menikmatinya kan," Gojo memeluk dari belakang, menariknya hingga duduk di tepi ranjang. Ia mengecup tengkuk Geto, menghirup aroma nya.
Wajah Geto tersipu. "Pokoknya kau harus bisa menahan diri," ia tetap pada pendiriannya. "Kita bahkan sampai bolos, pasti besok bakal dapat masalah."
"Hai hai, Geto-Sensei," Gojo mengecup pipi Geto.
Geto hanya sweatdrop, sepertinya Gojo sama sekali tak ada niatan melakukan itu. Ia menghela nafas lelah lalu memutar tubuh, melingkarkan tangan ke leher Gojo lalu menyatukan bibir mereka. Hanya kecupan bibir, Geto langsung menjauh saat lidah Gojo mulai menjilatnya. "Tapi jangan terlalu sering begini, oke. Tubuhku juga tidak akan kuat kalau kau begini terus."
"Iya sayaaaang," Gojo menjewer pipi Geto. Tapi entahlah, siapa yang tahu Gojo betulan akan menuruti ucapan Geto atau tidak.
Keesokan harinya sesuai dugaan, mereka kena semprot habis-habisan oleh Yaga-sensei. Mereka bahkan harus menjalani hukuman cukup berat akibat ulah mereka.
"Nggak lagi-lagi deeeh," keluh Gojo melihat tumpukan dokumen di meja nya. Geto hanya tersenyum dari balik tumpukan kertas di meja nya sendiri.
"Nggak yakin sih," lirihnya pada diri sendiri.
.
.
.
~Urge - End~
.
Support me on Trakteer : Noisseggra
