Disclaimer : Gege Akutami

A Fanfiction by Noisseggra

Pair : Gojo X Geto

Genre : Romance, Drama

Warning : YAOI, BL, SHOUNEN AI, RATED M, Canon semi AU (Setting Canon, tapi plot nggak mengikuti Manga. Di sini Geto dan Gojo baik-baik saja, tidak ada masalah dengan dunia Jujutsu, dan mereka menjadi Sensei di KouSen. Saia lelah dengan angst bung :"v pengen mereka bahagia), maybe typo (s), probably OOC, bahasa campur aduk

You have been warned !

PS. Fanfic ini ditulis untuk kepuasan pribadi, jadi serah aing mau nulis apa :"V

.

.

# Makasih buat ai selai strawberry yang sudah menyempatkan review, dibales lewat PM ya…makasih banyak ;)

.

.

Jealousy

.

.

Cuaca cukup cerah hari itu, dan yang paling menyenangkan karena sedang tidak ada misi. Di musim seperti itu memang tidak begitu banyak curse berkeliaran, jadi mereka juga tidak terlalu sering mendapatkan misi. Kegiatan belajar mengajar di KouSen berjalan tenang hari itu. Karena bagi dunia luar, KouSen adalah private religious school, meskipun jarang mereka tetap memiliki jadwal kegiatan mengajar seperti biasa. Tidak hanya belajar Jujutsu dan semacamnya, tapi juga mempelajar pelajaraan umum seperti layaknya SMU normal.

Geto tengah menikmati rokok di tepi lapangan sambil melihat murid-muridnya istirahat siang. Mereka makan sambil bercanda di taman sekolah, Geto sendiri duduk di salah satu kursi taman yang terbuat dari semen berjarak agak jauh dari para muridnya.

"Utahimee~ ini laporanku," dari ruang staff, Geto mendengar Gojo bercakap.

"Kau ini! Padahal sudah kusuruh menyerahkannya sejak kemarin!" omel Utahime.

Gojo hanya nyengir dan kembali menggoda wanita cantik dengan bekas luka di wajahnya itu. Geto terdiam melihat keakraban mereka. Ia menghela nafas lelah, menghembuskan asap rokok dan menatap ke langit yang memiliki warna senada dengan iris kekasihnya. Harusnya ini sudah bukan waktunya lagi ia cemburu. Gojo dan Utahime sudah akrab sejak Geto dan Gojo masih menjalani pedidikan di KouSen. Sejak Geto dan Gojo jadian, mereka juga sudah beberapa kali melewati konflik karena keakraban Gojo dengan cewek lain. Yang tentu saja Geto tahu Gojo sangat mencintainya, tapi sudah dari sana nya sifat Gojo begitu. Makanya Geto juga berusaha memaklumi. Geto juga tidak ingin Gojo menjauhi orang-orang di sekeliling hanya karena keegoisannya, tidak ada yang diuntungkan di situ.

Tapi tetap saja, melihat orang yang kau cintai akrab dengan orang lain, pasti akan ada rasa cemburu walau sedikit. Tapi cukup untuk dipendam sendiri saja. Geto akan menghapusnya begitu mereka berduaan nanti, memeluk dan mencium Gojo, membuktikan bahwa hanya dirinya yang bisa memonopli Gojo sejauh itu. Ya, hanya itu yang bisa ia lakukan.

"Ano, Geto-Sensei," Sepertinya Geto melamun karena tak menyadari saat Megumi sudah ada di dekatnya. "Boleh…duduk di sebelahmu?"

"Iya, tentu saja," balas Geto. Ia mematikan rokoknya, tak ingin muridnya menghisap asap rokok darinya.

"Umm, tidak apa-apa kalau kau merokok," Megumi jadi tidak enak.

"Tidak masalah. Ini juga sudah hampir habis," alasan Geto meski rokoknya masih setengah. "Jadi, ada apa?"

"Umm…" Megumi tampak ragu. Ia tak berani menatap Geto, kedua tangannya saling bertaut. "Geto-sensei dan…Gojo-sensei, sudah lama menjadi sepasang kekasih kan," ucap Megumi terdengar ragu.

Geto sedikit tercengang dengan pertanyaan itu tapi lalu tersenyum degan menopang dagu menatap Megumi. Sepertinya bocah itu mau konsultasi masalah cinta. Setahu Geto, Megumi sudah jadian dengan Yuuji beberapa bulan yang lalu. "Ya. Ada yang bisa kubantu? Soal kau dan Itadori-kun mungkin."

Wajah Megumi memerah dan ia langsung bangkit. "Ah, kurasa tidak usah saja. Selamat siang—…"

"Hora hora, tidak apa-apa loh," Geto meraih tangan Megumi, mencegahnya pergi. "Kalau bukan padaku kau juga tidak tahu mau tanya pada siapa lagi kan? Pada Nanami tidak mungkin, pada Satoru apalagi."

Megumi menatap mati. "Membayangkan saja aku tidak mau," ia ngeri sendiri bagaimana kalau ia harus bertanya pada Gojo. Ia pun kembali duduk dengan Geto yang tertawa pelan. Ia terdiam beberapa saat untuk mengumpulkan keberanian.

"U-umm…a-apa kalian…sudah pernah…me-melakukan…itu?" Tanya Megumi dengan wajah memerah.

"Hee, sex maksudmu?" balas Geto santai meski melihat Megumi tampak tersentak dengan wajah semakin memerah. "Tentu saja sudah pernah. Kau ingin melakukannya dengan Itadori?"

"…" tanpa berani melihat ke arah Geto, Megumi mengangguk pelan.

Geto mengacak rambut Fushiguro yang sudah berantakan dari sana nya. "Tidak perlu malu begitu. Wajar kalau kau ingin melakukannya dengan orang yang kau cintai. Dan ya, sebaiknya kau tidak menanyakan ini pada Satoru. Dia pasti akan meledekmu habis-habisan," Geto sweatdrop, sementara Megumi mengangguk cepat. Ia sangat setuju akan itu. "Jadi apa yang ingin kau tanyakan?"

"Umm…itu…ba-bagaimana cara sesama cowok melakukannya?" Tanya Megumi, kali ini ia sudah lebih berani untuk menatap Geto. "Maksudku, secara basic aku tahu bagaimana dua cowok melakukannya, tapi apa ada cara khusus yang harus dilakukan? Atau hal semacam itu. Aku tidak ingin Yuuji kesakitan dan tidak menikmati itu nantinya."

"Hmm…yah mungkin ada beberapa," ujar Geto. "Kau tahu kan lubang cowok itu tidak se elastis vagina cewek, juga tidak mengeluarkan lubricant alami. Jadi kau harus gunakan pelumas sebelum memasuki Itadori, lalu juga mempersiapkan lubangnya," dalam hati Geto sweatdrop sendiri, karena kadang kalau Gojo sudah kelewat nafsu, ia sama sekali tak melakukan itu dan langsung main terobos saja. Tapi ini dia sedang mengajari muridnya yang baru pertama kali akan melakukan sex, pasti persiapan semacam itu perlu.

"Pe-pelumas…? Mempersiapkan?" Fushiguro tampak sedikit bingung.

"Iya, kau bisa gunakan lube. Ah, tapi kalau anak seusiamu beli lube pasti belum boleh ya oleh pihak toko—seperti membeli kondom dan rokok—atau kau juga bisa pakai handcream, atau mungkin lotion. Pokoknya sesuatu untuk mempermudah akses mu."

Megumi mengangguk serius, seolah memperhatikan setiap kata yang Geto ucapkan. Melihat ekspresi itu Geto jadi ingin menggodanya. "Atau kalau tidak ada, kau bisa menggunakan saliva, bisa kau lumuri di jari, atau kau bisa menjilatnya," seperti yang Geto duga, wajah Megumi langsung berasap. Geto ingin sekali tertawa, tapi ia tahan. Apa bedanya dengan Gojo kalau dia juga ikutan meledek. Ia pun memilih untuk melanjutkan penjelasan. "Atau gunakan sperma kalau Itadori klimaks duluan, setelah klimaks biasanya tubuhnya juga jadi lebih rileks kan, akan mempermudah kau membuka lubangnya," Geto memperagakan dengan jari nya seperti gunting.

"Mempersiapkan ya…" ujar Megumi melihat gerakan jari Geto.

"Iya, sudah kubilang kan, lubang cowok tidak seelastis itu. Kau harus persiapkan dulu dengan jari, supaya lebih longgar, apalagi kalau punyamu besar."

Megumi langsung menutupi daerah selangkangannya dan membuang muka. "Pfftt…" kali ini sebuah tawa kecil lolos dari bibir Geto. Reaksi anak-anak yang polos sungguh membuatnya jadi tambah ingin menggoda. Tapi ia harus berhenti, ia tak ingin membuat Megumi jadi tak enakan. "Oh jangan lupa suruh Itadori untuk rileks oke," Geto merogoh saku nya. "Kalau dia sehabis klimaks, itu lebih bagus sih karena dia pasti rileks. Tapi tetap saja, kalau saat kau masuk dia ketakutan, bisa-bisa ia kembali tegang. Itu akan menyakiti kalian berdua, Itadori juga akan kesakitan karena merasakan milikmu di dalam sana, kau juga akan kesakitan karena seolah terjepit terlalu kuat," Geto mengambil sesuatu dari dalam dompetnya.

Megumi tampak terbelalak melihat Geto mengambil kondom dari sana. "Untuk pertama kali sebaiknya kau pakai kondom," ujar Geto, menjepit kondom itu dengan dua jari nya. "Kalau sampai kau keluar di dalam, kasihan juga Itadori karena itu sex pertama kalian, masih terlalu berat bagi tubuhnya. Dan di sex pertama aku takut kau tidak tahu kapan harus mencabut penis mu sebelum tiba-tiba klimaks."

Wajah Megumi benar-benar panas saat itu. Mengobrolkan sex dengan orang lain benar-benar yang pertama bagi nya, dan itu membuatnya malu. Dengan tangan sedikit gemetar ia mengambil kondom yang disodorkan Geto. "Geto-sensei, kau selalu membawa benda ini kemanapun?" Megumi jadi penasaran juga.

Geto menghela nafas lelah. "Yeah, kadang Satoru meminta melakukannya di manapun kami berada. Tidak pandang tempat, kalau sudah mau pasti tidak bisa dihentikan. Seperti anjing yang sedang dalam masa kawin," Geto memasukkan kembali dompetnya. "Mana dia selalu ingin mengeluarkannya di dalam, kalau sedang tidak bawa baju ganti bisa gawat. Makanya aku selalu sedia kondom, biar kalau dia keluar di dalam pun tidak masalah."

"Pfftt…hahaha, aku bisa membayangkan itu," tawa Megumi.

"Eh tunggu," Geto menatap kondom yang ada di tangan Megumi. "Fushiguro-kun, berapa ukuranmu?"

"…" psssh, wajah Megumi kembali memerah. "I-itu…harus kujawab kah…?" ia kelabakan.

"Umm, maksudku, aku baru ingat kalau kondom itu ukuran besar, soalnya punya Satoru…" tiba-tiba wajah Geto sendiri yang memerah saat tanpa sengaja sekelebat bayangan kejantanan Gojo melintas di kepala nya. Wajah Megumi juga sama-sama memerah. Untuk beberapa menit keduanya diam dengan wajah seperti kepiting rebus.

"Aaah, sangat tidak keren. Padahal aku Sensei-mu," keluh Geto.

"Kurasa tidak masalah. Menurutku itu sih wajar kalau Sensei juga tersipu, Gojo-Sensei kan orang yang kau sayangi."

Geto tersenyum kecil dan kembali mengacak rambut Megumi. "Ya sudah, ini tidak jadi," Geto kembai meraih kondom dari tangan Megumi. "Ayo pergi," ia bangkit.

"Kemana?"

"Beli kondom dong, yang sesuai dengan ukuranmu."

Meski dengan malu-malu, Megumi menuruti Geto.

.

Geto membawa Megumi ke sebuah toko, dan membawanya ke rak yang berisi barang-barang semacam itu. "Nah, kau pilih yang mana yang sesuai dengan ukuranmu," ucap Geto. Megumi tampak malu. "Tidak perlu malu begitu, kita sama-sama cowok. Lagipula kau masih SMU, wajar kalau ukuranmu belum sebesar Satoru," Geto tertawa kecil.

Megumi memilih-milih kondom yang sesuai dengan ukurannya. "Bagaimana kalau yang ini, Geto-sensei?" ia menunjukkan satu pack kondom yang ia pilih.

"Boleh. Ah, yang ini ada rasa lain loh, kau tidak ingin mencoba yang ada rasanya?"

Megumi menatap bingung. "Rasa? Untuk apa? Bukannya ini untuk dimasukkan ke…" ia sengaja tak melanjutkan ucapan. Tanpa menjawab, Geto hanya tersenyum lalu mengetuk bibirnya beberapa kali dengan lidah sedikit terjulur. Wajah Megumi memerah, sepertinya ia mengerti maksud Geto. Ia pun kembali memilih yang lain.

"Oke, yang ini dan yang ini ya," ucap Geto memegang kondom yang dipilih Megumi.

"Eh, cukup satu saja Sensei, kenapa kau ambil 3 pack. Tadi aku pilih tiga karena masih memilih rasa nya," ucap Megumi.

'Tidak apa-apa, lagipula kalau sex pertamamu berjalan lancar…" Geto melirik nakal. "Aku yakin kau akan melakukannya lagi dan lagi di hari berikutnya. Jadi ini untuk berjaga-jaga saja."

"Ta-tapi kan, tidak perlu sebanyak itu," Megumi tertunduk malu-malu.

"Hahaha siapa yang tahu. Kalian kan baru pertama kali merasakannya, kalau enak pasti ketagihan kan. Apalagi stamina kalian masih dalam masa puncak nya," Geto membawa Megumi ke rak lain. "Ini ada pelumas juga. kau pilih yang mana. Sekalian saja mumpung sudah di sini."

Setelah belanja, Geto membayar ke kasir sementara Megumi menunggu di luar supaya ia tak ketahuan pegawai toko kalau masih di bawah umur. Tak berapa lama Geto keluar dari sana menenteng tas kertas berisi belanjaan mereka. Ia menyerahkannya pada Megumi.

"Selamat bersenang-senang," goda Geto. "Lagipula besok hari Sabtu. Kau bebas melakukannya sebanyak apapun."

"Arigatou," balas Megumi tersipu.

"Ayo kembali ke Kou…Sen…" ucapan Geto terhenti saat mereka mau melangkah dan melihat Gojo ada di hadapannya dengan sebuah senyum. Tapi meski matanya tertutup blindfold, Geto tahu Gojo pasti ngamuk. Kenapa dia ada di toko seperti itu bersama cowok lain. Ngamuk. Dia pasti ngamuk.

"Jam pelajaran sudah hampir dimulai loh," ucap Gojo dengan nada ceria, tapi wajah Geto tetap membiru. Ia tahu Gojo pasti sebenarnya ngamuk, beruntung tatapan marahnya terhalang blindfold. Megumi juga berkeringat dingin di sebelah Geto.

"Ya sudah, ayo kembali ke sekolah, Fushiguro-kun," Geto berusaha bersikap biasa. Mereka berjalan kaku melewati tubuh Gojo.

"Geto-sensei," panggil Gojo yang belum bergerak dari posisi nya.

"Y—a…?" Geto menoleh kaku.

Gojo menoleh dengan senyum lebar. "Sepulang sekolah nanti kita harus bicara."

Mampus. Geto pun hanya bisa pasrah.

.

~OoooOoooO~

.

Jam pembelajaran sekolah sudah selesai sejak lama, tapi Geto masih berada di sekolah mengerjakan sesuatu di computer.

"Suguru, sudah waktunya pulang loh," ujar Utahime yang sudah menenteng tas nya.

"Iya, sebentar lagi," senyum Geto. Dalam hati ia berteriak, 'aku nggak ingin pulaaang.' "Loh, kau membawa pekerjaanmu pulang?" tanya Geto melihat berkas-berkas di tangan Utahime.

"Iya, Senin aku harus sudah kembali ke Kyoto. Aku duluan, Suguru," pamitnya lalu melangkah pergi.

Untuk beberapa saat Geto masih di sana. Ia menghela nafas lelah, ditatapnya langit senja yang mulai menghitam. Ia mematikan computer lalu pergi dari sana. "Pasrah saja deh," ucapnya kemudian.

.

"Tadaima," ucapnya begitu memasuki rumah. Lampu-lampu sudah menyala, tapi tak ada jawaban dari Gojo. "Satoru?" Geto melongok ke ruang tengah dan dapur, kosong. Ia pun menuju kamar. Begitu membuka pintu, Gojo sudah menantinya di sana, duduk di tepian ranjang dengan tangan terlipat di depan dada. Ia sudah memakai pakaian santai, dan karena blindfold sudah ia lepas, sekarang Geto bisa melihat tatapan kesal dari Gojo.

"Umm…" Geto bingung harus berkata apa.

"Kenapa kau ada di sana bersama Megumi," Gojo langsung menginterogasi.

"Membeli kondom, dan lube," jawab Geto jujur.

Gojo tampak semakin marah. "Huh, jadi kalian betulan selingkuh di belakangku? Kau mau melakukan sex dengan Megumi!"

"Satoru, biar kujelaskan. Tadi itu—…"

"Kau bosan melakukan sex denganku? Dan memutuskan untuk mencari partner yang lebih muda?!"

"Satoru, kubilang—…"

"Yeah, aku tahu. Megumi itu manis. Dan aku lihat kalian tadi bicara berduaan saja, wajah Megumi memerah. Pokoknya sangat manis."

"Satoru…" Geto memijit kepala nya pelan.

"Jadi itu karena kalian sedang membicarakan tentang sex? Yeah aku tahu kau mungkin sesekali ingin ganti memasuki bukan dimasuki terus. Tapi kau kan bisa memintanya padaku!"

"He?" Geto cengok, kenapa malah jadi itu ujung pembicaraannya.

Gojo membaringkan tubuhnya ke ranjang, kedua tangannya terlentang. "Nah, kemarilah. Aku akan diam saja, kau boleh memasukiku. Tapi kau nggak boleh melakukan sex dengan Megumi."

Geto masih melongo. "Pfftt…" ia mencoba menahan tawa. Gojo sama sekali tak mendengarkan ucapannya, dan sekarang mengambil kesimpulan sendiri yang berujung kesalahpahaman lain. Tapi Geto menyeringai, mungkin sesekali ia ingin menggoda Gojo juga.

"Baiklah, tapi aku mandi dulu ya," ujarnya.

"Nggak perlu. Cepat lakukan!" protes Gojo.

"Heeh kau ini," Geto pun melepas gakuran nya. Ia merangkak naik ke ranjang. "Sa~toru~" panggilnya menggoda, ia nyaris tertawa melihat ekspresi Gojo. Gojo memejamkan mata dengan bibir masih manyun. "Kau serius melakukan ini?" Geto coba ngeles.

"Iya serius. Pokokya aku tidak rela kau melakukannya dengan orang lain. Kau lakukan saja padaku."

"Baiklah kalau begitu. Tetap tutup matamu oke? Aku tidak ingin kau sampai menangis nantinya."

Gulp…!

Gojo meneguk ludah berat tapi tak mengatakan apapun. Ia menurut saja saat ia mulai merasakan tangan Geto melepas baju yang ia kenakan. Ia juga diam saja saat Geto melucuti celananya. Beberapa detik kemudian ia merasakan sesuatu yang basah menyentuh lehernya, lalu turun ke dada, lalu ke perut.

"Ng…" Gojo mencoba membuka mata.

"Dame dayo," larang Geto, ia tersenyum geli melihat Gojo kembali menutup matanya rapat-rapat. Ma, Gojo memang tetap bisa melihat aliran curse energy di sekitar karena Rokugan nya itu, tapi untuk melihat wujud, ia tetap tak bisa. Geto menyentuh kejantanan Gojo yang setengah tegak, dengan jahil memainkannya. Menyentilnya pelan, lalu mengusap lubang di ujung penis Gojo. Ia juga mengusap hanya dengan ujung jari bagian batangnya. Tapi justru milik Gojo mulai tegak sempurna karena digoda seperti itu, meski tentu saja dia desperate ingin disentuh lebih.

"Suguru…" rengeknya tak tahan.

"Hmm," hanya itu respon Geto.

"Aku ingin—…"

"Da~ me. Kali ini aku yang memimpin kan."

"Ugh…"

Geto menurunkan kepala nya untuk mulai menjilati penis Gojo di bagian kepala, tanpa Gojo ketahui satu tangan Geto memasuki lubangnya untuk mempersiapkan diri.

"Hngh…Suguru, Suguru," panggil Gojo. "Jangan jilat di situ terus dong, kalau kau mau masuk persiapkan aku."

"Hmn, kubilang kau diam saja. aku yang memimpin. Kalau kau terus menggangguku kita berhenti saja deh."

"Ugh…" Gojo pun menurut. Ia tak bicara apa-apa lagi. Tapi yang ia rasakan Geto memang hanya memainkan penis nya, tak mempersiapkan lubangnya sama sekali. Tiba-tiba ia merinding saat sebuah pemikiran menghampiri kepalanya. Jangan-jangan sebagai hukuman, Geto akan memasukinya tanpa persiapan? Padahal ini kan kali pertama Gojo akan dimasuki, pasti akan sangat sakit. Seluruh tubuh Gojo langsung ngilu hanya dengan membayangkan itu.

"HUH?! Kenapa kau tiba-tiba lemas?" omel Geto karena penis Gojo yang dimainkannya tiba-tiba lembek.

"Uhuhu aku nggak bisa," rengek Gojo.

"Tch! Bodo ah!" Geto mutung, ia melangkah pergi tapi Gojo langsung menariknya, memeluknya dari belakang hingga mereka kembali terduduk di ranjang.

"Aaahhhh jangan pergi, gomen gomen. Tapi jangan pergi ke Megumi, Suguru punyaku, nggak boleh," Gojo mulai merengek tak jelas lagi.

Geto menghela nafas lelah, ia menepuk-nepuk pelan kepala Gojo supaya bayi besar itu lebih tenang. Gojo masih sesenggukan saat ia menyadari sesuatu. Ia menatap ke bagian bawah tubuh mereka, dan melihat kalau bagian belakang tubuh Geto basah. "Eh? Suguru?" ia mengangkat sedikit kaki Geto, lalu menyentuh lubang Geto dengan ujung jarinya. Basah, dan lubangnya juga sudah lembut. "K-kau, kenapa menyiapkan diri kalau kau yang mau memasukiku?"

"…" Geto hanya mengalihkan pandangan dengan wajah memerah. "Menurutmu?"

"Hnnghh," Gojo tersentak menyadari apa yang terjadi.

"Habisnya dari tadi yang ngoceh sendiri kan kau," Geto menjewer kedua pipi Gojo dengan kesal. "Tiba-tiba menuduh, terus mengambil kesimpulan seenaknya, dan sama sekali nggak mau dengar penjelasanku!"

"Aaakk gomen gomeeeen," rengek Gojo.

Geto menghela nafas lelah dan melepaskan tangannya dari wajah Gojo. Ia masih manyun meski Gojo sudah minta maaf lagi.

"Maafkan aku," Gojo meraih tangan Geto lalu mengecup punggung tangannya. "Aku akan dengar penjelasanmu. Jangan marah lagi ya."

"Iya iya. Jadi ini mau lanjut atau enggak?"

"Maaauuu," Gojo menubruk Geto hingga terbaring ke ranjang. "Tapi aku yang memimpin boleh? Aku nggak kuat kalau tak menyentuh Suguru."

"Baiklah. Tapi buat aku merasa nikmat malam ini," Geto melingkarkan tangannya di leher Gojo.

"Tentu saja, Yang Mulia," Gojo pun menurunkan kepalanya untuk mencium Geto.

.

~OoooOoooO~

.

Keesokan pagi nya Geto terbangun karena denting pelan di ponsel. Ia tengkurap di bantal sambil membuka ponselnya. Ia tersenyum kecil membaca chat masuk dari Megumi.

'Sensei, Arigatou. Tips darimu sangat membantu. Kami berdua sama-sama menikmatinya. Ah, dan kami sudah habiskan sekotak kondom untuk malam ini saja.'

Geto pun mengetik pesan balasan sekedar mengucapkan selamat. Saat itulah Gojo bangun dan manyun menatap Geto yang tampak asyik chattingan dengan seseorang.

"Lagi chat sama siapa?!" tanya Gojo menginterogasi.

"Sama Megumi," balas Geto tanpa menoleh. Tapi ia baru sadar kalau semalam Gojo tengah ngambek gara-gara Megumi, Geto pun menoleh ke arah Gojo yang ternyata memang sudah manyun. "Ini loh, dia meminta tips padaku karena dia mau melakukan sex dengan Yuuji," Geto menunjukkan layar ponselnya pada Gojo.

"Eh? Megumi mau sex?" Gojo meraih ponsel Geto. "Kok dia nggak bilang padaku."

"Ya kau itu kerjanya meledek terus, dia mana mau bilang."

"Tapi aku kan wali nya. Masa—..."

"Sudah sudah. Memangnya dulu kau izin dulu pada ayahmu saat kau mau sex denganku?"

Gojo nyengir. "Hehe, enggak."

"Ya sudah, biarkan saja Megumi begitu kan. Dia juga tak ingin kau tahu karena takut diledek, jadi kalau sampai kau mengatakan padanya kau tahu dariku, awas saja kau," Geto meninju pelan pelipis Gojo dengan buku jarinya. "Aku terpaksa bilang karena kau rewel terus sejak semalam."

"Hehe iya maaf. Jadi, yang kemarin itu kau ke toko dengan Megumi karena mau membantunya?"

Geto mengangguk. "Dia masih grogi karena baru pertama, jadi belum tahu apa yang harus dibeli, persiapannya bagaimana."

"Dan kau mengajarinya?"

"Hanya lewat kata saja. Jangan mikir yang macam-macam deh."

"Iyaaa," Gojo kembali memeluk Geto.

"Hey ayo bangun, nanti telat ke sekolah."

"Hngh," Gojo malah menarik tangan Geto lalu mengarahkan ke selangkangannya yang sudah tegak.

"Satoruuu...!"

"Hehe ayo dong sekali lagi," dan Gojo pun kembali menubruk Geto.

.

.

.

~Jealousy : End~

.

Support me on Trakteer : Noisseggra