DISCLAIMER: Ojamajo Doremi © Toei Animation, 1999-2004. Ojamajo Doremi 16, 17, 18 dan 19 series (light novel) © Kodansha, 2011-2015. Tidak ada keuntungan komersial sepeserpun yang saya dapatkan dari fic ini.
Author's Note: Di Jepang, hanya ibu dan bayinya yang diperbolehkan tinggal di Rumah Sakit sebelum dan setelah persalinan. Konsep tentang kamar tunggu hanyalah headcanon dari saya.
Our Future
.
Chapter 14 – Welcome to the World, Our Children
"Apa? Kontraksi palsu?"
"Benar, pak. Kelihatannya anak anda belum akan lahir hari ini," jelas sang dokter kandungan yang memeriksa Doremi begitu ia dan keluarganya tiba di Rumah Sakit, menjawab pertanyaan Kotake, "Meski begitu, kelihatannya ada kemungkinan anak anda akan lahir sekitar satu atau dua hari lagi, jadi sebaiknya istri anda sudah menginap disini mulai hari ini."
Segera setelah Doremi mengeluhkan rasa sakit di perutnya, Kotake membawanya ke Rumah Sakit bersama Pop dan kedua orangtua mereka dengan menggunakan mobil, hanya untuk mengetahui bahwa yang dirasakan Doremi hanyalah kontraksi palsu. Walaupun begitu, dokter menyarankan supaya Doremi mulai menginap di Rumah Sakit malam ini juga, karena dari hasil pemeriksaan terakhir, sang dokter memperkirakan bahwa waktu persalinan sudah sangat dekat.
"Untungnya kita sudah menyiapkan baju ganti untukmu, kalau memang kau sudah harus menginap disini sekarang juga," Kotake menghela napas saat ia mengantarkan sang istri ke kamar yang akan ditempatinya. Ia memandangi sebuah tas besar yang dibawanya sebelum kembali menoleh kearah Doremi dan menambahkan, "Setidaknya, aku senang mengetahui bahwa anak-anak kita akan lahir tidak lama lagi."
"Ya, aku juga tidak keberatan kalau memang aku sudah harus masuk Rumah Sakit hari ini juga. Justru aku ingin sekali melahirkan mereka secepatnya. Melihat mereka, memeluk mereka dalam dekapanku, juga menyusui mereka," sahut sang calon ibu yang sedang duduk di kursi roda itu. Iapun mengalihkan perhatiannya kepada sang adik yang berjalan dibelakangnya sambil mendorong kursi roda yang diduduki oleh Doremi sampai ke kamarnya, "Tapi kenapa sekarang aku harus duduk di kursi roda begini, sih? Aku kan masih bisa jalan ke kamar sendiri."
"Tidak boleh. Pokoknya mulai hari ini, onee-chan tidak boleh melakukan apapun yang bisa membuat onee-chan capek," sahut Pop dengan tegas, "Ini untuk kebaikan kalian semua."
"Poppu hanya ingin membantumu, Doremi," tambah sang ibu, "Kau tahu sendiri kalau kami tidak bisa ikut menginap denganmu disini, jadi Poppu hanya ingin memastikan bahwa dia masih bisa membantumu sekarang."
"Eh?"
"Okasan benar, onee-chan. Kalau kau menginap disini kan, artinya aku sudah tidak bisa banyak membantumu. Begitu kami meninggalkanmu disini, para perawat disini yang akan menjagamu, sementara aku…"
"Kalian kan masih bisa membantuku saat kalian datang berkunjung kesini," potong Doremi, "Kau tidak perlu khawatir begitu, Poppu."
"Tetap saja, onee-chan. Aku tidak bisa banyak membantumu disini."
"Aku saja yang mulai hari ini terpaksa harus tidur sendiri tidak merasa khawatir," sahut Kotake, "Kupikir kalian sudah terbiasa tinggal di tempat terpisah. Setelah kami lulus SMA kan, Doremi sudah mulai tinggal di apartemen. Begitu kami menikah juga, kalian tidak tinggal serumah, kan?"
"Onii-chan bisa bilang begitu karena onii-chan masih bisa menginap di Rumah Sakit, walaupun onii-chan tidak bisa menempati kamar yang sama dengan onee-chan," keluh Pop, "Karena mulai tahun ini, pihak Rumah Sakit telah menyiapkan beberapa kamar khusus untuk para calon ayah di lantai dasar."
"Poppu, kaupikir aku akan bersenang-senang saja di kamar tunggu yang dibawah sana itu?" Kotake menyilangkan kedua lengannya, "Aku berada disana untuk bersiaga, menunggu dan mengawasi kalau-kalau proses persalinan akan segera dilaksanakan. Bukan berarti aku bisa menengok ke kamar Doremi sesering yang aku mau."
"Terserah kaulah, onii-chan," kali ini, giliran Pop yang menghela napas, "Siapa tahu saja, tiba-tiba kau diam-diam ingin menengok onee-chan di luar waktu yang telah ditentukan oleh rumah sakit."
"Hei, aku selalu menaati peraturan, kok," protes Kotake, "Jangan berprasangka buruk padaku begitu dong. Lagipula, dengan adanya aku disini, aku bisa memberitahu kalian kalau-kalau nanti si kembar lahir."
"Baiklah. Mungkin untuk sementara, aku bisa mempercayaimu," Pop akhirnya mengangguk, "tapi kelihatannya, aku masih kurang yakin kalau nanti si kembar sudah lahir, onii-chan masih hanya akan menengok onee-chan dan si kembar di waktu yang telah ditentukan oleh Rumah Sakit."
"Memangnya kenapa? Kupikir pihak Rumah Sakit tidak akan melarangku, kalau memang aku melakukannya nanti," kilah Kotake, "Justru dengan begitu, aku juga bisa membantu mengurusi si kembar disini, kan?"
"Terserah onii-chan sajalah."
Setelah beberapa menit berjalan menyusuri koridor, mereka pun sampai di kamar tempat Doremi akan menginap di Rumah Sakit mulai malam ini. Mereka lalu menghubungi seorang perawat yang sedang bertugas disana dan mengobrol sedikit sebelum akhirnya berpisah.
.O.
14 Mei 2018, saat jam makan siang…
Karena Hana-chan bekerja di Rumah Sakit tempat Doremi menginap, sang dokter muda memanfaatkan kesempatan ini untuk menikmati makan siangnya bersama dengan Doremi di kamarnya yang berukuran agak luas itu. Sambil menikmati makan siang, mereka mengobrol.
Pada awalnya, mereka mengomentari menu makan siang yang mereka santap hari ini, yang terlihat lebih seperti menu makanan di restoran daripada menu makanan untuk pasien Rumah Sakit pada umumnya. Doremi merasa heran, sementara Hana-chan menganggapnya wajar.
"Lagipula kan, kau perlu makan makanan yang bernutrisi tinggi, supaya kau punya cukup energi untuk melahirkan anak-anakmu, Doremi," komentar Hana-chan, "Kebutuhan nutrisimu berbeda dengan kebutuhan nutrisi pasien yang sedang mengidap penyakit. Lagipula dengan begini, aku juga bisa memesan menu makanan yang sama denganmu."
Hana-chan lalu menaruh setangkai anyelir merah kedalam sebuah vas bunga yang ditaruh diatas meja disebelah tempat tidur. Ia juga meminta maaf karena tidak bisa memberikan bunga itu kemarin, di hari ibu, karena ia sibuk bekerja di Rumah Sakit.
"Tidak apa-apa, Hana-chan. Kau tidak perlu minta maaf. Kau kan sedang sibuk sekali kemarin, dan aku memakluminya," Doremi tersenyum, "Setidaknya, sekarang kita bisa bertemu disini, dan itu saja sebenarnya sudah cukup membuatku senang."
Mereka pun membicarakan tentang pekerjaan Hana-chan sebagai seorang dokter, sampai pada akhirnya Doremi memperlihatkan rasa bangganya terhadap Hana-chan.
"Kau tidak perlu bangga seperti itu, Doremi. Aku kan hanya mengerjakan tugasku saja sebagai seorang dokter. Tidak ada yang istimewa," ujar Hana-chan merendah.
"Kau kan tahu sendiri, kalau aku selalu mengamati perkembanganmu sejak kau lahir, dan tentu saja sebagai seorang ibu, aku merasa bangga padamu, Hana-chan," sahut Doremi dengan mata yang mulai berkaca-kaca, "Kau benar-benar sudah tumbuh dewasa."
Tidak ingin melihat 'sang ibu' menangis, Hana-chan akhirnya mencoba mengalihkan pembicaraan dengan bertanya tentang putri Momoko, Monica. Ia juga menjelaskan bahwa karena kesibukannya juga, ia tidak bisa menghadiri pesta ulang tahun Momoko seminggu yang lalu, padahal Momoko juga mengundangnya ke pesta itu. Mereka lalu bicara tentang Monica yang tak henti-hentinya mengoceh dan tertawa di pesta ulang tahun ibunya.
"Sekarang aku jadi penasaran, kalau nanti 'si kembar Tsu-' sudah lahir, apa mereka bisa akrab dengan Moni-chan, ya?"
"Mudah-mudahan sih begitu," sahut Doremi yang kemudian menyadari sesuatu, "Eh? Hana-chan, sejak kapan kau tahu kalau aku dan Tetsuya berencana memberi nama anak kami dengan awalan 'Tsu-'?"
"Hehe, rahasia dong," goda Hana-chan, "tapi ngomong-ngomong, aku senang karena kau tidak bertanya tentang darimana aku mengetahuinya, Doremi."
"Kau tahu sendiri kalau aku sudah bisa mengetahuinya dengan mudah," Doremi menghela napas, "Aku ini kan ibumu, Hana-chan."
"Jadi, kenapa harus berawalan 'Tsu-'?" tanya Hana-chan, "Apa kalian punya maksud tertentu?"
"Hmm… tidak juga sih. Hanya saja, Tetsuya bilang padaku bahwa dia ingin si kembar juga punya inisial yang sama dengannya, dan entah kenapa, kami hanya memikirkan nama berawalan 'Tsu-' saja," Doremi tertawa kecil, "Apalagi, ada banyak nama bagus yang berawalan 'Tsu-', jadi…"
"Aku mengerti," Hana-chan akhirnya tersenyum, "dan aku tahu bahwa kalian pasti akan memberi nama yang bagus untuk anak-anak kalian, sama saja seperti saat kau menamaiku."
"Hana-chan…"
Setelah menghabiskan makan siang mereka, Hana-chan lalu bergegas kembali ke ruangannya, memeriksa beberapa pasien yang sudah menunggunya.
.O.
15 Mei 2018, sekitar jam 5:55 pagi…
Kotake keluar dari kamar tunggu tempatnya menginap sejak dua hari yang lalu dengan tergesa-gesa, sambil buru-buru mengeluarkan telepon genggamnya dan menggunakannya untuk menghubungi seseorang. Iapun berlari menuju ke depan pintu lift di Rumah Sakit tempatnya berada dan menekan tombol naik, menutup teleponnya dan dengan cepat memasuki lift begitu pintunya terbuka.
'Anak-anakku akan segera lahir hari ini,' pikirnya cemas, 'Aku harus cepat-cepat ke ruang bersalin dan menemani Doremi disana.'
Setelah ia sampai di lantai yang ditujunya, Kotake bergegas melangkahkan kakinya menuju kedepan sebuah pintu bertulisan 'ruang bersalin' dan tanpa buang-buang waktu lagi membuka pintu itu dan memasuki ruangan.
Sementara itu, di rumah keluarga Harukaze, Pop dan kedua orangtuanya juga sedang mempersiapkan diri mereka dengan terburu-buru.
"Aku tak menyangka bahwa onee-chan sudah akan melahirkan pagi ini," ujar Pop dengan panik, "Okasan, otousan, yang cepat sikat giginya. Kita harus ke Rumah Sakit sekarang juga."
"Poppu, kita tidak perlu buru-buru ke Rumah Sakit," sahut sang ibu, mencoba menenangkan putri bungsunya itu, "Di Rumah Sakit kan sudah ada Kotake yang menemani Doremi. Kau tenang saja."
"Aku tidak bisa tenang. Aku ingin sekali melihat keponakan-keponakanku secepatnya."
"Kami mengerti apa yang kaurasakan, Poppu, tapi kau tidak perlu berlebihan begitu. Pelan-pelan saja," sang ayah menepuk bahu kiri Pop, "Toh sekalipun kita tidak buru-buru pergi ke Rumah Sakit, kita tetap akan bisa melihat mereka nanti."
"Tapi bagaimana kalau onee-chan membutuhkanku disana?" tanya Pop kurang yakin, "Aku takut onee-chan mencariku di Rumah Sakit."
"Doremi pasti akan mengerti, Poppu. Kotake pasti akan menjaganya dengan baik," ujar Haruka setelah ia selesai berkumur, "Kita memang akan pergi kesana sekarang, tapi tidak perlu sampai buru-buru begitu."
"Baiklah, kalau okasan dan otousan yakin bahwa onee-chan akan baik-baik saja dan kita tidak perlu buru-buru datang ke Rumah Sakit, kurasa aku hanya bisa mempercayakan semuanya kepada onii-chan," Pop akhirnya menghela napas, "Semoga mereka semua baik-baik saja."
"Kalau begitu, sekarang kami kembali ke kamar dulu ya, Poppu," Keisuke sang kepala keluarga di rumah itupun berkata kepada Pop, "Santai saja sikat giginya. Nanti kalau kau menyikatnya terlalu kencang, bisa-bisa gusimu berdarah."
"Setelah ganti baju nanti kita sarapan dulu, ya?" tambah Haruka, "Setelah itu baru ke Rumah Sakit untuk menengok keadaan Doremi dan anak-anaknya."
"Oh, oke."
.O.
30 menit kemudian, di sebuah kamar di Rumah Sakit…
"Telah lahir anak kembar kami yang bernama Kotake Tsuchiya dan Kotake Tsubomi…" gumam Kotake sambil mengetikkan sebuah pesan di akun sosial media miliknya lewat smartphone, "Tsuchiya lahir pada pukul 6 pagi, sementara Tsubomi lahir 6 menit setelahnya…"
Sang pemain sepak bola profesional itupun mengalihkan perhatiannya kepada sang istri yang berada dihadapannya, sedang terbaring diatas tempat tidur. Disebelahnya ada dua buah tempat tidur bayi yang ditempati oleh anak-anak mereka yang baru saja lahir beberapa menit yang lalu. Keduanya sedang tertidur pulas setelah sebelumnya dibersihkan oleh perawat yang membantu kelahiran mereka dan disusui oleh sang ibu untuk pertama kalinya secara bergiliran.
Doremi menatap kearah dua bayi itu dan tersenyum. Dugaannya benar, kehadiran kedua bayi itu memang dengan cepat menghilangkan rasa sakit yang dirasakannya saat melahirkan mereka.
Setelah menaruh gawai miliknya diatas meja, Kotake menghampiri istrinya lalu duduk disampingnya sambil berkata, "Mereka tidur pulas sekali ya?"
"Ya…" sahut Doremi yang tak henti-hentinya memandangi kedua bayi itu, "Semua bayi yang baru lahir memang lebih sering tidur."
Ia memperhatikan penampilan kedua bayi itu baik-baik, dan tiba-tiba tertawa kecil saat menyadari sesuatu.
"Ada apa, Doremi?" tanya Kotake, "Kenapa kau tertawa?"
"Tidak apa-apa, Tetsuya. Aku hanya baru menyadari sesuatu," jawab Doremi. Iapun mulai menjelaskan, "Kau ingat kan, tentang kesepakatan kita mengenai nama mereka?"
"Tentu saja aku ingat. Makanya kan, aku yang memberi nama Tsuchiya, sementara kau yang menamai Tsubomi, sesuai dengan urutan lahir mereka," Kotake mengangguk, "Memangnya kenapa?"
"Hmm, bagaimana menjelaskannya, ya? Kau yang menamai Tsuchiya, tapi penampilannya malah mirip denganku. Sebaliknya, aku yang menamai Tsubomi, tapi penampilannya malah mirip denganmu, Tetsuya."
"Benar juga, ya?" Kotake ikut menoleh kearah kedua anak mereka, "Tsuchiya berambut merah, sementara Tsubomi berambut biru."
"Bukan itu saja," Doremi menggeleng sebelum menambahkan, "Warna mata Tsuchiya juga sama denganku, sedangkan warna mata Tsubomi sama denganmu."
"Baiklah. Kau benar-benar memperhatikan mereka sejak tadi."
"Tentu saja, Tetsuya. Mereka kan anak-anakku," sang ibu muda tersenyum, "Mana mungkin aku tidak memperhatikan anak kandungku sendiri?"
"Kau memang ibu yang baik. Itulah hal yang membuatku bangga padamu," puji Kotake, "Kau memang berpengalaman dalam hal ini."
"Tetsuya…"
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan di pintu kamar itu. Dari balik pintu, seseorang bertanya, "Permisi, apa aku boleh masuk?"
"Boleh saja, Hana-chan," sahut Doremi yang mengenali suara itu, "Masuk saja."
Hana-chan lalu membuka pintu dan memasuki kamar itu. Ia bertanya, "Aku baru saja sampai di Rumah Sakit saat dokter kandunganmu memberitahuku bahwa kau baru saja melahirkan. Apa itu benar, Doremi?"
"Ya… kau bisa lihat sendiri, kan? Si kembar sudah lahir," jawab Doremi, "Walaupun penampilan mereka tidak mirip satu sama lain seperti Youko-chan dan Junji-kun."
"Aku mengerti," Hana-chan tertawa kecil. Iapun mendekati dua tempat tidur bayi yang berada disana, memandangi kedua bayi itu dengan penuh kasih sayang dan bergumam, "Mereka… adik-adikku…"
"Ada apa, Makihatayama? Apa kau ingin menggendong mereka?" tanya Kotake, "Aku tidak bermaksud melarangmu, tapi sebaiknya, kita jangan mengganggu mereka dulu. Mereka sedang tidur."
"Tidak kok, Kotake-kun. Aku hanya ingin menengok mereka," sanggah Hana-chan, "Jadi, siapa nama mereka?"
"Si ganteng berambut merah ini namanya Tsuchiya, sementara si cantik berambut biru disebelahnya namanya Tsubomi," jelas Doremi, "Saat mereka baru lahir, tangisan mereka kencang sekali, tapi begitu aku menyusui mereka berdua, mereka malah tertidur."
"Mereka imut sekali," Hana-chan kembali memperhatikan kedua bayi itu dan mencoba mengajak mereka bicara, walaupun keduanya masih tertidur pulas, "Halo, Tsuchiya-kun, Tsubomi-chan."
"Halo, kak Hana," sahut Kotake yang sedang duduk di dekat kedua bayinya, "Kami senang sekali bisa bertemu denganmu."
"Eh?" Hana-chan tidak mempercayai apa yang baru saja didengarnya, "Kotake-kun, aku kan seumuran denganmu dan Doremi. Harusnya kan anak-anakmu memanggilku 'tante'."
"Aku sudah memberitahu Tetsuya tentang semuanya, Hana-chan. Dia sudah tahu rahasia kita," aku Doremi, "Kau tidak perlu lagi berpura-pura dihadapannya."
"Apa? Tapi kan…"
"Tenang saja. Ini juga akan menjadi rahasiaku, jadi aku tidak akan membongkarnya kepada siapapun," Kotake berusaha menenangkan Hana-chan, "Karena secara tidak langsung, kau juga anakku."
"Baiklah. Kurasa kau bisa menjaga rahasia ini dengan baik," akhirnya Hana-chan menghela napas lega, "Jadi, karena kau sudah tahu semuanya, apa aku harus memanggilmu 'papa', Kotake-kun?"
"Hanya jika keadaannya memungkinkan, kalau kau tahu apa maksudku," Kotake tersenyum, "Akan aneh jadinya kalau orang lain mendengarmu memanggilku begitu."
"Benar juga, ya?" Hana-chan tertawa kecil, "Tenang saja, Kotake-kun. Aku tidak akan memanggilmu 'papa' dihadapan orang banyak."
"Onee-chan!" tiba-tiba terdengar seruan kencang dari balik pintu, yang kemudian dibuka dengan agak kasar oleh seseorang yang tak lain adalah Pop, "Mana Tsuchiya-kun dan Tsubomi-chan?!"
Refleks, kedua bayi dalam kamar itu terbangun mendengar seruan tante mereka yang kencang itu, membuat mereka terkejut dan menangis.
"Ah, Poppu, jangan memanggilku keras-keras begitu. Ini kan di Rumah Sakit. Anak-anakku juga sedang tidur," tegur Doremi dengan halus, "Tetsuya, biar aku yang memeluk Tsubomi. Kau gendong Tsuchiya ya?"
"Baik," Kotake menuruti perkataan istrinya. Ia menyerahkan Tsubomi kepada Doremi lalu menggendong Tsuchiya dan mencoba menenangkan putranya itu dalam dekapannya, sementara Doremi dengan tenang menyanyikan lagu 'Lupinus no Komoriuta' untuk Tsubomi.
"Ups, maaf ya, onee-chan," Pop memelankan suaranya, "Aku hanya tidak sabar ingin melihat si kembar."
Selama beberapa saat, tidak ada yang berbicara sepatah katapun saat mereka mendengar Doremi bernyanyi, sampai akhirnya Pop menyadari sesuatu, "Tunggu, kenapa onee-chan hanya bernyanyi untuk Tsubomi-chan? Malah onii-chan yang menggendong Tsuchiya-kun."
"Kau tidak memperhatikan lirik lagu itu baik-baik, ya?"* bisik Kotake, "Tsuchiya kan anak laki-laki."
"Ah, benar juga ya. Pantas saja," Pop mengangguk setuju, "Lagu itu memang tidak cocok dinyanyikan untuk Tsuchiya-kun, kecuali kalau lagunya dimainkan dengan menggunakan alat musik."
"Kurasa aku tidak sependapat denganmu, Poppu," Kotake menghela napas, "Bagaimanapun, tidak ada yang bisa mengubah lirik lagu itu."
Tak lama kemudian, kedua bayi itupun kembali tidur. Dengan hati-hati, Kotake mengembalikan kedua bayi itu ke tempat tidur mereka masing-masing.
"Poppu, kau baru sampai disini tapi sudah tahu nama mereka berdua," ujar Hana-chan dengan heran, "Bagaimana bisa?"
"Onii-chan yang memberitahuku lewat chat, makanya aku langsung bisa memanggil nama mereka," jelas Pop sambil tersenyum, "Bagaimana denganmu, Hana-chan? Apa tidak apa-apa kalau kau langsung menengok kesini? Kau kan juga harus kerja."
"Kebetulan jadwal praktekku baru akan dimulai jam 9 nanti, jadi aku masih punya banyak waktu disini," Hana-chan membalas senyuman Pop, "Aku senang sekali bisa bertemu denganmu disini, Poppu."
Tak lama kemudian, kedua orangtua Doremi dan Pop juga memasuki kamar itu, melihat cucu-cucu mereka yang kembali tertidur pulas.
*Dalam lirik 'Lupinus no Komoriuta' ada kata-kata 'Suteki na Lady ni naru…' yang kurang lebih artinya 'Jadilah wanita yang anggun…'. Kata-kata tersebut dirasa kurang cocok untuk Tsuchiya.
