DISCLAIMER: Ojamajo Doremi © Toei Animation, 1999-2004. Ojamajo Doremi 16, 17, 18 dan 19 series (light novel) © Kodansha, 2011-2015. Tidak ada keuntungan komersial sepeserpun yang saya dapatkan dari fic ini.


Our Future

.

Chapter 16 – Summer Sleepover in Kindergarten


Musim panas, tahun 2023…

"Tsuchiya, Tsubomi, apa kalian berdua sudah siap?" tanya Doremi kepada kedua anak kembarnya yang sejak musim semi ini mulai belajar di Taman Kanak-Kanak, "Hari ini kalian akan bermalam di sekolah kan?"

"Iya ma. Aku dan Zucchini udah siap kok," jawab Tsubomi sambil menghampiri sang ibu di pintu depan, "Jadi, hari ini mama mau antar kami ke sekolah?"

"Tentu saja. Apalagi sekarang, libur musim panas telah dimulai, jadi mama punya kesempatan untuk mengantar kalian hari ini."

"Eh? Tapi Nozomi dan Miura kan…"

"Tidak apa-apa. Adik-adikmu kan masih tidur. Lagipula, mama hanya mengantarkan kalian ke sekolah," jelas sang ibu, "Setelah itu, mama langsung pulang ke rumah."

"Oh iya ya, mama cuma antar kami," Tsubomi tersipu malu, "Kirain mama juga mau nginap di TK."

"Tentu aja nggak, Tsubomi. Yang boleh menginap kan hanya kalian saja; kau, Tsuchiya, teman sekelas kalian dan guru kalian. Mana mungkin mama bisa ikut? Mama kan juga mau jaga Nonchi dan Miura di rumah," Doremi lalu menyadari sesuatu, "Tunggu dulu. Mana Tsuchiya?"

"Aku baru dari toilet, ma," jawab Tsuchiya yang dengan cepat menuruni tangga dan berjalan mendekati pintu depan, "Jadi, hari ini mama yang antar kami?"

"Iya, Tsuchiya."

"Berarti papa nggak bisa antar kami?"

"Bukannya nggak bisa, Tsuchiya. Papa kalian sekarang sedang butuh istirahat yang cukup," ralat Doremi, "Yah, tadi juga papa bilang mau antar kalian ke sekolah, tapi yang mama perhatikan, papa masih terlihat lesu, jadi tidak ada salahnya kan, kalau hari ini mama yang antar kalian?"

"Kelihatannya, selama ini papa memang suka memaksakan diri," Tsuchiya menyetujui perkataan sang ibu, "Padahal dari kemarin malam, saat papa baru pulang dari latihannya di tim sepakbola, papa sudah terlihat sangat lelah."

"Jadi, tidak apa-apa kan, kalau hari ini mama yang antar?"

"Tentu aja, ma. Justru aku senang sekali kalau mama yang antar," aku Tsuchiya, "Biasanya kan, mama sibuk mengajar di SD Misora. Untungnya, kami menginap di sekolah setelah mama membagi kartu rapor murid-murid mama, jadi mama bisa antar kami ke sekolah."

"Jujur saja, alasan mama ingin mengantar kalian ke sekolah bukan hanya karena mama ingin meluangkan sedikit waktu mama dengan kalian, tapi juga karena mama ingin melihat keadaan sekolah kalian sekarang. Kalian tahu sendiri, kalau mama juga dulu bersekolah disana," Doremi tersenyum, "Ayo kita berangkat."

"Nggak pamit papa dulu nih?"

"Tsubomi, sekarang papa sedang tidur pulas di kamar. Apa kamu mau membangunkan papa saat ia sedang kelelahan begini?"

"Ya… nggak juga sih. Kalau memang papa perlu istirahat, aku nggak mau ganggu papa," ujar Tsubomi penuh pengertian, "Ayo berangkat."

Ketiganya lalu bergegas melewati pintu depan, pergi menuju TK Sonatine dimana Tsuchiya dan Tsubomi akan menginap bersama dengan teman-teman sekelas mereka sampai besok pagi.

"Jadi, mama juga pernah nginep di sekolah kan?" tanya Tsubomi, "Apa mama punya pengalaman khusus waktu nginep di sekolah?"

"Sebenarnya, tidak ada yang spesial saat mama bermalam di sekolah, hanya saja, saat itu semuanya terasa sangat menyenangkan," kenang sang ibu, "Makan bersama, main kembang api bersama…"

"Begitu ya? Terus malamnya tidur sama-sama di dalam kelas?" gadis kecil berambut biru itupun bertanya lagi, "Tidur pake futon itu sebenernya enak nggak sih?"

"Hmm, gimana jawabnya ya?" Doremi berpikir sebentar sebelum kembali menjawab, "Yang pasti malam itu mama tidur nyenyak sekali, karena guru mama menyediakan futon yang nyaman dan empuk. Ditambah lagi, semua teman sekelas mama juga tidur disana, jadi mama tidak merasa takut."

"Termasuk papa?"

"Iya, papa kalian juga ikut menginap," Doremi tersenyum, "Sebelum tidur, kami main perang bantal, dan esok paginya juga, ada banyak permainan yang kami ikuti."

"Kedengarannya menyenangkan," komentar Tsubomi, "Tanpopo juga pernah nginep di sekolah kan?"

"Ya, tante kalian bahkan mengalami pengalaman yang berharga saat itu," sang ibu muda pun teringat akan apa yang terjadi pada adiknya saat itu, "tapi kalau kau ingin tahu lebih jelas tentang pengalaman tantemu, lebih baik kautanya sendiri saja padanya, ya? Mama kan bukan tukang gosip."

"Aku tahu ma. Lain kali aku tanya Tanpopo deh," Tsubomi akhirnya tersenyum, "Sekarang aku jadi semangat!"

"Tapi ma, waktu mama nginep di sekolah, mama nggak punya pengalaman khusus sama papa?" sekarang giliran Tsuchiya yang bertanya, "Atau sama teman sekelas mama yang lain?"

Mereka pun akhirnya terus membicarakan tentang pengalaman sang ibu sambil berjalan menuju ke TK Sonatine.

.O.

"Payah…"

Monica menghela napas saat ia duduk di sebuah kursi yang berada di dapur, di toko kue milik sang ibu, sebelum melanjutkan keluhannya, "Harusnya aku nggak usah naik kelas aja tahun ini."

"Monica, kamu ini kenapa sih? Dari tadi mama lihat kamu ngeluh terus," tanya Momoko sambil menyodorkan sesuatu kepada sang putri sulung, "Nih, mama buatkan ice cream cookies rasa coklat kesukaanmu. Lebih baik kamu makan ini dulu supaya kamu rileks."

"Ya, andai saja aku baru masuk TK tahun ini," ujar Monica sambil menerima kudapan manis favoritnya itu, "Pasti Tsubomi-chan dan yang lainnya sedang bersenang-senang di sekolah sekarang. Aku kan juga ingin bersenang-senang bareng mereka."

"Oh, jadi itu masalahnya," Momoko tersenyum, "Tahun lalu kan kamu udah dapat giliran menginap di sekolah."

"Iya sih, tapi apa yang terjadi saat itu kurang menyenangkan buatku."

"Kurang menyenangkan apanya? Seingat mama, kamu kelihatan seneng banget sepulangnya kamu dari sekolah waktu itu."

"Itu sih, hanya karena aku berhasil pukul Semangka," Monica kembali menghela napas, "Selebihnya kurang seru."

"Masa sih? Kalau tidak salah, waktu itu justru kamu cerita banyak tentang teman-teman sekelasmu."

"Iya sih. Flora-chan baik padaku. Rina-chan juga nolongin aku beresin futon," aku Monica, "Chiko-kun bagi-bagi kue mahal waktu makan malam. Ren-kun ngajarin aku supaya bisa pukul Semangka. Aku juga ngobrol sama Makoto-chan tentang baseball."

"Terus, apa masalahnya? Teman sekelasmu juga baik padamu."

"Tapi nggak rame kalau nggak ada Tsubomi-chan," tambah gadis kecil berambut pirang itu setelah ia menghabiskan cemilan dingin kesukaannya, "Entah kenapa, aku malah lebih nyaman ngumpul bareng Tsubomi-chan, Tsuchiya-kun, Kirarin, Alex, Alice, Nami-chan dan Tono-kun. Rasanya, aku lebih bisa terbuka sama mereka."

"Oke. Mama mengerti sekarang," Momoko tersenyum, "Anak-anaknya sahabat mama memang yang terbaik."

"Mama juga setuju, kan? Mereka itu asyik banget diajak main."

"Tapi kan bukan berarti kamu nggak bisa deket sama teman sekelas kamu juga, Monica. Seharusnya kamu nggak perlu membeda-bedakan mereka begitu," tegur Momoko dengan lembut dan bijak, "Lagipula, kalau kamu hanya ingin berkumpul dengan mereka, kamu kan tidak perlu harus bertemu dengan mereka di kelas. Kamu bisa bertemu dengan mereka dimanapun kamu mau."

Tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benak Momoko, yang lalu membisikkan ide tersebut di telinga Monica, "Gimana kalau besok, kita undang mereka untuk menginap di rumah? Dengan begitu kan, kalian bisa menikmati liburan musim panas bersama-sama."

Setelah mendengar ide dari sang ibu, mata Monica terlihat berbinar-binar. Ia berseru, "Ide bagus, ma! Dengan begitu, aku bisa liburan bareng mereka."

"Nah, kalau begitu, sekarang mama mau kasih tahu mereka di grup…"

"Jangan undang lewat chat di grup. Nanti yang datang kesini malah lebih banyak lagi," potong Monica.

"Apa maksudmu?" Momoko mengernyitkan dahi.

"Yang belum masuk TK dilarang masuk," jelas Monica sambil menyilangkan kedua lengannya, "Sekarang aja, mama udah dibikin repot sama Vania."

"Kamu tenang aja, sayang. Sahabat mama kan juga mengerti," Momoko mencoba menenangkan sang putri sulung, "Mereka yang seumuran dengan adikmu pasti tidak ikut kesini. Kita kan hanya mengundang yang seumuran denganmu."

"Jadi nggak ada Nozomi-chan kan? Nggak ada Miura-kun? Nggak ada Alya-chan?"

"Kamu tenang aja. Lagipula Nonchi dan Miura-kun baru berumur dua tahun, sama seperti adikmu," Momoko menepuk bahu Monica, "Alya-chan bahkan baru akan berulang tahun bulan Oktober nanti, dan mereka bertiga masih terlalu kecil untuk diajak menginap disini tanpa ditemani orangtua mereka."

"Baguslah kalau begitu," akhirnya Monica menghela napas lega, "Setidaknya, kalau mereka menginap nanti, kami jadi bisa menikmati ice cream cookies buatan mama bersama-sama."

Momoko tersenyum, kemudian mengeluarkan smartphone miliknya dan mulai mengetik sebuah pesan.

.O.

"Kirarin, katanya akhir libur musim panas ini, kamu mau ke Paris ya?" tanya Tsubomi yang baru saja sampai di sekolahnya kepada seorang teman sekelasnya yang juga adalah putri dari Hazuki dan Masaru, Kirari, "Berapa lama kamu disana?"

"Nggak bakalan lama sih. Paling cuma seminggu," jawab gadis kecil berambut brunette pendek itu. Ia lalu menambahkan, "Ngomong-ngomong, biasanya papa kalian yang mengantar kalian kesini, tapi sekarang…"

Kirari mengalihkan pandangannya kepada seseorang yang mengantar Tsubomi dan Tsuchiya hari ini, "Ah, maaf. Seharusnya aku menyapa Tante Doremi dulu…"

"Tidak apa-apa, Kira-chan. Lagipula kan, Tsubomi sudah menanyaimu duluan tentang rencana keluarga kalian pergi ke Paris," Doremi melambaikan tangannya, "Justru Tsubomi yang tidak sopan. Baru sampai malah langsung bertanya padamu."

"Hah? Ah iya, ada Tante Hazuki dan Om Yada!" seru Tsubomi yang kemudian menyapa kedua orangtua Kirari, "Selamat pagi, Tante Hazuki dan Om Yada!"

"Pagi, Tsubomi-chan!" Hazuki tersenyum, "Kelihatannya, kau ceria sekali hari ini. Tante jadi ingat mama kamu waktu masih kecil."

"Akhirnya, ada juga yang bilang aku mirip mama, walau cuma sifatnya aja," Tsubomi membalas senyuman Hazuki dengan senang hati, "Aku memang lagi seneng banget hari ini. Baru kali ini aku bisa nginep di sekolah bareng sama semua teman sekelasku."

"Tante mengerti," Hazuki lalu bertanya kepada Doremi, "Mana Kotake-kun, Nonchi dan Miura-kun? Doremi-chan, kau tidak mengajak mereka kesini?"

"Untuk apa? Aku kan hanya ingin mengantar Tsuchiya dan Tsubomi kemari, jadi mereka tidak perlu ikut," jawab Doremi, "Lagipula, mereka masih tidur saat kami berangkat tadi."

"Aku mengerti. Kotake pasti sedang berlatih keras dalam menghadapi turnamen yang selanjutnya," komentar Yada, "tapi setidaknya, hari ini dia punya sedikit waktu untuk menjaga anak-anak kalian yang lain."

"Begitulah, tapi… Tetsuya bilang, hari ini dia masih perlu ikut latihan di klub, dan karena itu juga, aku tidak bisa berlama-lama disini," Doremi lalu mengecek jam tangannya sebentar sebelum menambahkan, "Aku bahkan harus pulang sekarang juga, kalau tidak, bisa-bisa Nonchi dan Miura menangis meraung-raung mencariku."

"Eh? Jadi mama harus pulang sekarang juga?" tanya Tsuchiya, agak kecewa, "Padahal kan, kegiatan kami belum dimulai. Memangnya mama nggak mau ketemu sama yang lain juga?"

"Zucchini, bilang aja kalau sebenernya, kamu mau yang lain tahu kalau hari ini kita diantar mama ke sekolah. Kamu mau pamer sama yang lain kan?" goda Tsubomi, "Mentang-mentang penampilanmu mirip banget sama mama…"

"Aku nggak bermaksud begitu! Aku cuma mau lihat mama ketemu sama sahabatnya yang lain!" sanggah Tsuchiya, "Dan harus berapa kali aku bilang ke kamu, jangan panggil aku Zucchini! Aku bukan sayuran!"

"Hei, kalian jangan seperti itu," Doremi menegur kedua anaknya itu, "Pokoknya, mama harus pulang sekarang, ya. Kan biasanya ada nenek atau tante kalian yang menolong mama menjaga Nonchi dan Miura, tapi karena sekarang sudah liburan musim panas, mama ingin menjaga mereka sendiri."

"Tapi kalau nanti Tante Aiko dan Tante Onpu dateng…"

"Mama titip salam aja untuk mereka, ya? Kau bisa menyampaikannya, kan? Mama pulang sekarang, ya?" potong Doremi, "Hazuki-chan, Yada-kun, maaf tidak bisa mengobrol banyak. Kira-chan, tante pulang dulu, ya? Sampai jumpa lagi."

"Yah, mama pulang," keluh Tsuchiya sambil memandangi punggung sang ibu yang berjalan menjauh, "Padahal aku masih pengen ngobrol sama mama."

"Mau bagaimana lagi, Tsuchiya-kun? Kau juga harus mengerti keadaan mamamu," Hazuki mencoba menenangkan Tsuchiya, "Tante yakin, sebenarnya mamamu juga ingin sekali menemani kalian disini lebih lama lagi, tapi karena Nonchi dan Miura-kun masih perlu perhatian yang lebih, mau tidak mau, mamamu harus pulang."

"Benarkah?"

Hazuki mengangguk, "Tante kan sahabat mamamu sejak kecil, jadi tante tahu betul kalau mamamu akan selalu menyayangi anak-anaknya dengan adil, dan tidak ada seorangpun dari kalian yang lebih disayang dari yang lainnya. Mamamu pulang hanya karena Nonchi dan Miura-kun masih belum sebesar kalian. Mereka baru berumur dua tahun, tidak seperti kalian yang sudah berumur lima tahun."

"Iya juga ya?" Tsuchiya akhirnya memikirkan perkataan Hazuki baik-baik, "Mungkin memang sebaiknya mama pulang sekarang."

"Ngomong-ngomong, aku jadi mau tanya sesuatu sama Tante Hazuki," Tsubomi akhirnya mengganti topik pembicaraan, "Kenapa mama sama tante panggil Nozomi… 'Nonchi'?"

"Karena Nonchi sendiri yang mau dipanggil begitu. Kalian ingat kan, waktu Nonchi pertama kali bisa ngomong?"

"Tapi kenapa yang lain juga ikut-ikutan panggil dia Nonchi? Aku jadi bingung."

"Kalau kamu penasaran, kenapa kamu nggak tanya mamamu saja tadi?" Hazuki balik bertanya, "Dalam perjalanan ke sekolah, kalian sempat mengobrol kan?"

"Oh iya. Aku lupa tanya ke mama," Tsubomi tersipu, "Padahal kami mengobrol tentang banyak hal tadi."

"Hey semuanya, kami belum terlambat kan?" sapa Alex yang baru tiba disana bersama dengan Leon dan Alice, "Good morning!"

"Selamat pagi!" balas mereka.

"Eh? Alex, Alice, mana Tante Aiko? Biasanya kan…"

"Iya, biasanya ibu juga ikut kesini, tapi hari ini, Alya sakit," jelas Alex, menjawab pertanyaan Tsuchiya, "Mau nggak mau, ibu harus jaga Alya di rumah."

"Punya adik kecil memang menyusahkan," sahut bocah berambut merah itu sambil menghela napas, "Mamaku juga tadi harus buru-buru pulang jaga Nozomi dan Miura."

"Eh, jadi tadi kalian diantar mama kesini?" tanya Leon, "Biasanya papa kalian yang mengantar kalian ke sekolah. Memangnya, ada apa di rumah kalian? Papa sakit? Adik kalian juga sakit?"

"Tidak, Om Leon. Baik papa maupun Nozomi dan Miura sehat-sehat aja kok, cuma… Papa terlalu capek habis latihan kemarin."

"Oh, kalau begitu, om mengerti," Leon mengangguk, "Papamu memang harus berusaha keras menghadapi turnamen kali ini."

"Memangnya, lawan papa di turnamen kali ini hebat semua, ya?" tanya Tsuchiya ingin tahu, "Om Leon kayaknya tahu banyak tentang turnamen sepakbola yang papa ikuti."

"Lebih tepatnya, tim papamu harus menghadapi tim-tim lain yang punya banyak pemain baru yang masih muda dan potensial," jelas Leon, "dan ya, om selalu mengikuti kabar terbaru tentang turnamen itu, walaupun om tidak sering bisa menonton pertandingannya karena kesibukan om sendiri."

"Baiklah, aku mengerti. Om Leon memang atlet lari yang hebat dan sibuk," Tsuchiya tersenyum, "tapi untungnya, Om Leon masih bisa antar-jemput Alex dan Alice kesini."

"Kau benar-benar pintar memuji, Tsuchiya-kun," balas Leon yang kemudian bertanya kepada Hazuki dan Masaru, "Apa Tooru-kun dan Onpu-chan juga sudah sampai? Mereka sudah berjanji akan bertemu denganku disini, karena katanya mereka juga mau mengantar Nami-chan dan Tono-kun kemari."

Hazuki menggeleng, "Kami belum lihat Onpu-chan dan Tooru-kun disini. Kelihatannya mereka masih dalam perjalanan kesini."

"Begitu ya? Baiklah, aku akan menunggu mereka saja disini, sambil mengobrol dengan kalian semua," ujar Leon, "Kalau boleh jujur, sebenarnya aku ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan Tooru-kun dan Onpu-chan."

"Apa aku boleh mengetahui hal itu? Maksudku, kau kelihatannya juga ingin membicarakannya dengan kami disini," tanya Hazuki, "dan kelihatannya, ini hal yang serius sekali."

"Ya, tapi untuk hal ini, kita tidak perlu membicarakannya di depan anak-anak kita. Biar nanti saja kita bicarakan hal ini setelah mereka masuk kelas dan memulai kegiatan," jawab Leon dengan santai, "Untuk sekarang, aku hanya ingin menanyakan sesuatu. Apa kalian sudah mengecek pesan baru di group chat kita?"

"Pesan baru?" tanpa buang waktu, Hazuki segera mengeluarkan smartphone miliknya dan membaca pesan yang dimaksud oleh Leon, "Oh, dari Momo-chan…"

"Mama, Tante Momo bilang apa?" tanya Kirari, "Apa Tante Momo bikin resep kue baru lagi?"

"Bukan, Kirari. Tante Momo cuma kirim undangan buat kamu, Tsuchiya-kun, Tsubomi-chan, Ale-kun, Ali-chan, Nami-chan dan Tono-kun."

"Eh? Untuk kami?" tanya Tsubomi tidak mengerti, "Undangan apa, Tante Hazuki? Setahuku kan, ulang tahun Moni-chan sudah lama lewat."

"Tante Momo bilang, Moni-chan ingin sekali menghabiskan liburan musim panas ini bersama dengan kalian. Dia ingin supaya kalian bisa menginap di rumahnya mulai besok," jelas Hazuki, "Kelihatannya, Moni-chan masih belum bisa menerima keadaan kalau dia harus beda angkatan dengan kalian."

"Tentu aja. Aku maklum kok," sahut Alice, adik kembar Alex, "Habisnya, walaupun kita sama-sama lahir di tahun yang sama, kita nggak bisa masuk sekolah di tahun yang sama juga. Kalau saja tahun ajaran baru dimulai bulan Januari dan bukan bulan April…"

"Apa boleh buat, Ali-chan. Dari dulu peraturannya memang seperti itu," ujar Hazuki, "Kita hanya bisa mengikutinya saja."

Tepat saat Hazuki menyelesaikan perkataannya, sebuah mobil berwarna biru tua menghentikan lajunya di depan gerbang TK Sonatine. Dari dalam mobil tersebut, keluarlah seorang anak laki-laki berambut hitam yang perlahan memasuki area sekolah. Anak itu lalu memberi salam kepada semua orang yang dilewatinya, sebelum akhirnya ia memasuki sebuah toilet yang berada disana.

Saat anak itu berjalan melewati mereka, Hazuki memperhatikan bahwa Leon memandangi anak itu dengan serius, seolah-olah ia sedang menyelidiki anak itu. Karena itulah, begitu anak itu memasuki toilet di gedung sekolah, ia langsung bertanya kepada Leon, "Ada apa, Leon-kun? Kelihatannya, kau penasaran sekali dengan Taneshiro-kun."

"Taneshiro-kun?" Leon menyadari sesuatu, "Hazuki-chan, kau mengenali anak laki-laki yang baru lewat tadi?"

"Kami semua mengenalnya, ayah. Dia itu Taneshiro, teman sekelas kami," Alex menjawab pertanyaan sang ayah yang sebenarnya tidak ditujukan kepadanya tersebut, "Ibunya meninggal saat dia lahir, tapi tidak ada seorangpun yang tahu tentang keberadaan ayahnya. Sekarang, dia tinggal bersama dengan kakeknya."

"Jadi begitu…"

Alex mengangguk, "Ibunya juga teman ibu waktu di SD dulu."

"Benarkah?"

"Anak itu… putra dari Shiori-chan, teman kami," jelas Hazuki, "Sejak dulu, Shiori-chan memang sering sakit. Keadaannya bahkan sempat kritis, tapi untungnya, dia bisa lulus sekolah bersama kami."

"Taneshiro… Kasihan sekali anak itu," tambah Yada, "Ini semua karena ulah ayahnya yang tidak bertanggung jawab itu!"

"Apa maksudmu, Yada-kun? Ayah Taneshiro-kun tidak bertanggung jawab?" tanya Leon, "Maksudnya, ayahnya meninggalkan mendiang ibunya saat ia… hamil? Orangtua Taneshiro-kun bercerai sebelum ia lahir?"

"Justru mereka belum menikah saat Shiori-chan mengandung. Mereka bahkan sebenarnya tidak saling mencintai," ralat Hazuki, "Ayah Taneshiro-kun memaksa Shiori-chan untuk…"

"Oke, aku mengerti sekarang. Kau tidak perlu meneruskannya lagi, Hazuki-chan," potong Leon yang menyadari bahwa apa yang akan dikatakan Hazuki adalah hal yang sensitif yang tidak layak didengar oleh anak-anak mereka yang masih berada disana bersama mereka, "Entah kenapa, aku semakin merasa bahwa apa yang ingin kubicarakan nanti ada hubungannya dengan Taneshiro-kun."

Yada memandang Leon dengan heran, sementara Hazuki berkata kepada Leon, "Baiklah. Mungkin, kita bisa melanjutkan pembicaraan tentang Taneshiro-kun nanti saja."

"Duh, aku jadi bingung mau ngobrol tentang apa! Andai aja Tono-kun udah sampe disini…" gerutu Tsubomi.

"Pagi, Tsubomi!" sapa seorang anak laki-laki yang baru saja tiba di sekolah itu bersama kedua orangtuanya dan seorang kakak kembar perempuannya. Anak itu menepuk bahu Tsubomi dan bertanya padanya, "Siap menginap di sekolah hari ini?"

"Tono-kuuun!" seru Tsubomi yang langsung memeluk anak itu, "Aku seneng banget kamu bisa ikut nginep."

"Oh, jadi yang bikin kamu semangat nginep itu cuma… Tono?" kali ini, giliran Tsuchiya yang menggoda Tsubomi, "Kamu itu baru masuk TK kok udah genit banget sih?"

"Kamu kan juga baru masuk TK, Zucchini!" balas Tsubomi sambil melepas pelukannya dari Tono, "Memangnya kenapa kalau aku mau lebih dekat sama Tono-kun?"

"Di TK itu kita cuma harus main, nggak perlu suka-sukaan sama lawan jenis dulu."

"Kayaknya nggak juga. Zucchini sendiri, udah deket-deketan kan, sama Akari-chan?"

"Tsu-bo-mi!"

"Zu-cchi-ni!"

"Eh, sudah sudah. Kalian ini kenapa bertengkar sih?" Onpu melerai kedua anak itu, "Tante jadi heran. Yang sekarang tante lihat itu, Tsuchiya-kun dan Tsubomi-chan atau papa mamanya sih?"

"Selamat pagi, Onpu-chan!" sapa Hazuki sambil tertawa kecil, "Kamu ini ada-ada saja…"

"Lho, memang kenyataannya begitu, kan? Dulu juga, Kotake-kun dan Doremi-chan sering bertengkar. Protes karena panggilan aneh lah. Marah karena rebutan makanan lah… Mereka berdua memang pasangan yang konyol…" sahut Onpu yang kembali mengalihkan perhatiannya kepada Tsuchiya dan Tsubomi, "Eh, tapi kok, tante jadi makin bingung nih? Ini Tsuchiya-kun apa mamanya yang nyamar jadi cowok ya? Terus, ini Tsubomi-chan apa papanya yang nyamar jadi cewek ya?"

"Tante Onpu ini bisa aja. Aku kan nggak mungkin papa yang nyamar jadi cewek," akhirnya Tsubomi menyahut perkataan Onpu sambil tertawa, "Kalau papa bener-bener nyamar jadi cewek kan harusnya badannya tinggi, nggak pendek kayak aku."

"Kalau beneran gitu mungkin papa langsung ditawarin jadi model," sambung Tsuchiya yang juga tertawa, "Aku bener-bener nggak kebayang kalau papa jadi cewek."

"Nah, begitu dong. Jangan mentang-mentang dulu orangtua kalian sering bertengkar, kalian malah ikutan begitu," Onpu menepuk bahu mereka, "Yang namanya kakak beradik itu kan harus kompak. Jangan sering bertengkar."

"Baik, Tante Onpu."

"Tante tahu kalian anak-anak yang pintar," Onpu tersenyum, "Ngomong-ngomong, apa tadi kalian berangkat ke sekolah sendiri? Mana orangtua kalian?"

"Tadi mama yang antar kami kesini, tapi nggak lama setelah kita sampai, mama langsung pulang lagi, mau jaga Nozomi dan Miura di rumah," jawab Tsuchiya, "Oh iya, tadi mama cuma titip salam aja sama Tante Onpu."

"Begitu ya?" gumam Onpu, "Punya anak lebih dari dua memang merepotkan…"

"Tunggu sebentar! Mamamu nggak titip salam buat om?" tanya Leon agak kecewa, "Kok bisa?"

"Sebenernya sih, tadi mama nggak nyebutin nama siapa-siapa waktu titip salam ke aku, cuma kupikir, yang mau antar Alex dan Alice kesini itu… Tante Aiko," jelas Tsuchiya, "Mungkin juga, secara nggak langsung, mama juga titip salam ke Om Leon."

"Oh, kalau begitu om baru mengerti," Leon kemudian menyadari sesuatu dan berkata kepada Onpu, "dan aku juga tahu kalau tiga dan empat itu sama-sama lebih dari dua. Kau dan Tooru-kun memang beruntung karena kalian hanya punya dua anak, Onpu-chan."

"Jadi, Leon-kun, bagaimana keadaan Alya-chan sekarang? Apa dia masih demam?" tanya Onpu.

"Begitulah, Onpu-chan. Karena itu juga, Ai-chan tidak bisa ikut kesini," Leon menghela napas, "Kalau boleh jujur, aku juga ingin menjaga Alya, tapi kan aku juga harus adil kepada Alex dan Alice."

"Ayah…" gumam Alex dan Alice, dan tepat setelahnya, bel masuk pun berbunyi.

Tsuchiya, Tsubomi, Kirari, Alex, Alice, Nami dan Tono bergegas memasuki kelas mereka, sementara Hazuki, Yada, Leon, Onpu dan Tooru memutuskan untuk meneruskan pembicaraan mereka di tempat lain.