DISCLAIMER: Ojamajo Doremi © Toei Animation, 1999-2004. Ojamajo Doremi 16, 17, 18 dan 19 series (light novel) © Midori Kuriyama, Kodansha, 2011-2015. Ojamajo Doremi 20's (light novel) © Kageyama Yumi, Kodansha, 2019. Tidak ada keuntungan komersial sepeserpun yang saya dapatkan dari fic ini.


Our Future

.

Chapter 22 – The Girls' Talk


8 Januari 2028

Kirari, Alice, Alya, Nami, Monica, Vania dan Himawari memutuskan untuk menginap di rumah baru keluarga Kotake, yang sebelumnya lebih dikenal sebagai Maho-dou. Sekarang, mereka sedang mengobrol bersama Tsubomi dan Nozomi di ruang santai.

"Aku senang, kalian semua bisa menginap hari ini," Tsubomi mengawali pembicaraan sambil tersenyum riang, "Dengan begini, kita bisa membicarakan banyak hal dan melakukan sesuatu bersama akhir pekan ini."

"Ngomong-ngomong, Tsubomi-chan, kamu yakin Tono-kun dan Alex tidak perlu ikut menginap disini juga?" tanya Nami, "Memangnya, kamu nggak mau menghabiskan akhir pekan sama Tono-kun?"

"Kurasa tidak perlu, Nami-chan. Akhir pekan ini, aku hanya ingin bersama dengan kalian," jawab Tsubomi mantap, "Tidak jadi masalah, kan?"

"Yang penting sih, aku bisa ikut bergabung dengan kalian disini," ujar Monica, "Aku bisa menginap di tempat yang sangat bersejarah untuk mama-mama kita."

"Benar juga ya, Moni-chan. Bagaimanapun, tempat ini adalah tempat yang spesial untuk mereka, dan bukan tidak mungkin kalau tempat ini juga akan jadi tempat yang spesial untuk kita," Nami membenarkan perkataan Monica sebelum bertanya kepada Tsubomi, "Jadi bagaimana, Tsubomi-chan? Apa kau senang tinggal disini?"

Tsubomi mengangguk, "Aku senang sekali tinggal disini."

"Bagaimana denganmu, Nonchi?" Nami mengalihkan perhatiannya kepada Nozomi, "Aku dengar-dengar, kalian semua punya kamar masing-masing disini."

"Aku juga senang tinggal disini, Nami-nee," jawab Nozomi sambil tersenyum, "Setidaknya, walaupun aku tidak tidur sekamar dengan Tsubomi-nee lagi disini, aku tetap merasa nyaman karena ada pintu penghubung diantara kamar kami."

"Nonchi memang sempat terus-terusan menghampiriku di kamarku lewat pintu itu selama 2 minggu pertama kami tinggal disini, tapi setelah itu, dia sudah mulai bisa menerima kalau disini, dia harus tidur sendiri di kamarnya," tambah Tsubomi, "Kami benar-benar betah tinggal disini."

"Uniknya, terkadang ada tamu yang tidak diduga datang kemari," lanjut Nozomi, "dan kami senang sekali menyambut kedatangan mereka disini."

"Siapa tamu yang tidak diduga yang kaumaksud itu, Nonchi?" tanya Alya ingin tahu, "Apa mereka benar-benar datang dari pintu 'ajaib' itu?"

"Mereka kenalan mama yang tinggal di Majokai, dan ya, mereka datang kemari lewat pintu yang kaumaksud, Alya-chan," Nozomi mengangguk, "Awalnya, hal itu membuatku kaget, tapi lama-lama, rasanya aku mulai terbiasa melihat ada tamu yang datang dari sana."

"Tadinya, Nonchi bahkan sempat berpikir kalau tamu yang datang dari sana adalah penyusup," tambah Tsubomi sambil menahan tawanya, "Untungnya, mama langsung memperkenalkan tamu itu kepada kami, kalau tidak, mungkin Nonchi akan langsung berpikir untuk melaporkan mereka ke polisi."

"Tsubomi-nee, jangan meledekku lagi dong," protes Nozomi, "Waktu itu kan aku belum tahu."

"Iya iya, aku tidak akan meledekmu lagi," Tsubomi melambaikan tangannya, "Lagipula, aku mengerti kenapa kau sempat terkejut seperti itu."

"Aku juga berpikir kalau itu hal yang wajar," sahut Kirari, "Karena bagaimanapun juga, hanya mama kalian yang kenal betul dengan tamu yang datang kesini lewat pintu itu."

"Anou, Kirarin…" panggil Tsubomi, "Apa aku boleh menanyakan sesuatu padamu?"

"Tentu saja boleh, Tsubomi-chan," ujar Kirari ramah, "Memangnya, apa yang ingin kautanyakan?"

"Ngg… apa sebenarnya, kamu naksir sama Zucchini?" tanya Tsubomi dengan hati-hati, "Habisnya, waktu Zucchini bilang padamu kalau dia sudah ada janji dengan Akari-chan sebulan yang lalu, kamu kelihatannya kecewa sekali."

"Ya… Itu…" Kirari terkejut mendengar pertanyaan Tsubomi, tapi kemudian ia menghela napas dan menjawab pertanyaan itu, "Baiklah, aku memang menyukai Tsuchiya-kun."

"Sudah kuduga," komentar Tsubomi, "Sayangnya, Zucchini sudah terlanjur menyukai Akari-chan, dan kelihatannya… mereka saling menyukai."

"Tidak apa-apa kok, Tsubomi-chan," sahut Kirari sambil tersenyum lemah, "Aku memang menyukai Tsuchiya-kun, tapi bukan berarti dia harus menyukaiku juga, kan? Lagipula, mungkin suatu saat nanti, akan ada seseorang yang lebih kusukai, dan dia juga akan menyukaiku."

"Kirarin…"

"Ah, aku mau ke dapur sekarang!" seru Nozomi, "Aku ingin tahu apa kue buatan mama sudah jadi atau belum. Rasanya tidak asyik kalau kita hanya mengobrol saja."

"Aku juga mau ke dapur," sahut Tsubomi, "Aku justru penasaran tentang kue apa yang mama buat untuk kita kali ini."

Setelah keduanya beranjak ke dapur, Monica berkata kepada Kirari, "Kau sama saja denganku. Aku juga menyukai Alex, tapi dia malah menyukai Tsubomi-chan yang jelas-jelas naksir sama Tono-kun."

"Moni-chan, kamu… naksir Ale-nii?" tanya Alice tidak percaya, "Bukannya di kelasmu banyak cowok ganteng ya?"

"Ya, semua anak laki-laki di kelasku memang berpenampilan menarik, dan aku berteman baik dengan mereka semua, tapi… hanya Alex yang bisa menarik hatiku," aku Monica, "tapi kelihatannya… sampai sekarang, Alex masih saja ingin mendekati Tsubomi-chan."

"Jujur saja, menurutku kau masih punya kesempatan untuk mendekati Alex," Nami mengutarakan pendapatnya, "Karena yang kulihat sih, Tono-kun juga menyukai Tsubomi-chan, dan kalau mereka memang saling menyukai begitu, artinya kan… Alex tidak punya kesempatan untuk bersama Tsubomi-chan."

"Maksudmu, aku punya kesempatan untuk berpacaran dengannya?" simpul Monica.

"Tentu saja. Dalam hal ini, kau lebih beruntung dari Kira-chan," Nami mengangguk, "Kalian tidak benar-benar mengalami hal yang sama."

"Mudah-mudahan saja tidak akan ada orang lain diantara aku dan Alex," harap Monica yang kemudian bertanya kepada Alice dan Alya, "Kalian nggak keberatan kan, kalau suatu saat nanti aku bisa pacaran sama Alex?"

"Tentu saja, kami tidak keberatan," sahut Alice dengan mantap, "Ya kan, Alya."

"Iya, aku juga setuju," tambah Alya, "tapi syaratnya, sering-sering kasih kue ke kita, ya?"

"Oke, akan kuusahakan," Monica tersenyum, "Bahkan kalau perlu, aku sendiri yang akan membuatkan kue itu untuk kalian."

Kirari menghela napas, "Bahkan papa dan mama sudah mulai dekat sejak mereka TK dulu, sementara aku…"

"Menurutku sih, untuk saat ini, kau tidak perlu memikirkan hal itu dulu," ujar Nami, memberi saran, "Lakukan saja apa yang kausukai."

"Baiklah, mungkin kau benar, Nami-chan," Kirari akhirnya tersenyum, "Mungkin sebaiknya, untuk saat ini aku fokus belajar saja."

"Terima kasih telah menunggu!" seru Tsubomi yang kembali memasuki ruang santai dengan membawa sembilan potong shortcake bersama Nozomi yang juga membawa sembilan cangkir teh dalam sebuah nampan, "Hari ini, mama bikin shortcake untuk kita semua."

"Tumben bukan cookies cantik kesukaan kalian," sahut Nami, "tapi setidaknya, aku yakin kalau kue itu cocok dimakan sambil melanjutkan obrolan kita."

"Ya, mungkin bagi sebagian orang, rasanya kurang sopan kalau mereka makan sambil mengobrol, sekalipun yang dimakan hanya sepotong kue. Mereka menganggap kalau mengobrol membuat mereka kurang menikmati rasa kuenya," renung Alice, "Meski begitu, rasa kue buatan mama kalian selalu bisa dinikmati sekalipun kita memakannya sambil mengobrol."

"Mungkin itu juga yang membuat rasanya berbeda dengan kue buatan Tante Momo," tambah Nami sambil tersenyum, "Kelihatannya, itu ada hubungannya dengan sikap mereka saat bergaul."

"Masa sih? Kelihatannya, baik Tante Momo maupun Tante Doremi tidak jauh berbeda dalam hal itu," Kirari mengernyitkan dahi, "Kurasa yang membuat rasa kue buatan mereka berbeda itu adalah… passion mereka saat membuat kue itu sendiri."

"Mungkin kau benar, Kira-chan," Monica mengangguk, "Lagipula, mamaku sampai kuliah ke Paris hanya untuk menjadi seorang patissiere… jadi kemampuan membuat kuenya juga sudah profesional.

"Iya deh, Moni-chan. Mamamu memang yang terbaik dalam hal membuat kue," sahut Tsubomi sebelum menggoda Monica dengan berbalik sambil tetap memegang nampan berisi kue itu dan berkata, "Jadi mendingan kita nggak usah makan kue buatan mamaku sekarang. Kan tadi kamu bilang kue ini rasanya kurang 'profesional'…"

"Eh, tunggu, Tsubomi-chan. Jangan tersinggung begitu. Aku mau kok, makan shortcake buatan mamamu. Jangan dibalikin ke dapur dong," pinta Monica, "Mendingan sekarang, kita membicarakan hal yang lain saja."

"Yakin nih?" Tsubomi menyeringai sebelum akhirnya menaruh nampan yang dibawanya keatas meja, di sebelah sembilan cangkir teh yang tadi dibawa Nozomi dari dapur, dan ikut duduk bersama dengan yang lain, "Baiklah, kita akan membicarakan hal yang lain lagi, tapi sebelum itu, ayo kita mulai makan kue."

Yang lain mengangguk, kemudian mereka mengambil jatah kue mereka masing-masing dan mulai memakannya.

"Benar kan apa kataku? Kue ini memang enak dinikmati sambil mengobrol," puji Alice, "Padahal biasanya, aku tidak terlalu suka makan kue bolu."

"Ini shortcake, Alice, bukan kue bolu," ralat Tsubomi, "Ini bukan kue chiffon atau bolu gulung."

"Terserahlah. Menurutku semua kue itu sama saja," Alice menghela napas, "Yang kutahu juga, bahan-bahan untuk membuat semua kue itu sama saja."

"Ya ya, itu ada benarnya juga sih," sahut Tsubomi, "Aku baru ingat kalau kamu lebih suka makan cemilan asin."

"Jadi…" Nozomi memulai pembicaraan baru, "Apa sekarang kita bisa membicarakan tentang majo minarai?"

"Hmm, boleh juga," Kirari menyetujui usul Nozomi, lalu bertanya kepada Tsubomi, "Tsubomi-chan, apa ada diantara tamu mamamu yang menyarankan supaya kita menjadi majo minarai secepatnya?"

"Sejauh ini sih, belum ada diantara mereka yang menyarankan hal itu," jawab sang gadis berambut biru sambil mengangkat bahu, "Lagipula selama ini, mereka lebih sering berbicara dengan mama saja."

"Bicara tentang tamu mamamu, apa mereka semua datang dari Majokai? Maksudku, memangnya tidak ada satupun dari mereka yang datang dari Mahotsukaikai mungkin?" tanya Alice, "Ayah bilang mamamu juga punya peranan yang cukup penting di sana."

"Hmm… Mahotsukaikai ya…" Tsubomi mencoba mengingat-ingat, "Paling-paling diantara semua tamu mama, yang datang dari sana cuma seorang pria tua yang mama panggil 'pria tua'…"

"Oh, maksudnya kakek Oyajide," simpul Alya sambil menahan tawa, "Kenalan ayah yang sekarang jadi kepala sekolah di TK Mahotsukai."

"Begitulah," sahut Nozomi, "Waktu kesini, kakek itu minta saran dari mama, karena katanya pertumbuhan jumlah penduduk di Mahotsukaikai sedang berkembang pesat."

"Bagaimana dengan keluarga kerajaan Mahotsukai? Apa ada diantara mereka yang pernah bertamu kemari?" tanya Nami.

"Maksudmu sahabat papamu kan, Nami-chan? Orang yang pernah jadi saingannya papaku?" balas Tsubomi ketus, "Ya, dia pernah bertamu kesini bersama istri dan anaknya, tapi untungnya, aku belum selesai mengerjakan PR saat mereka datang kesini, jadi yang bertemu dengan mereka cuma papa, mama, Zucchini, Nonchi dan Miura."

"Lebih tepatnya, mereka makan malam bersama kami saat itu, tapi Tsubomi-nee malah minta izin ke mama supaya bisa makan malam di kamarnya," ralat Nozomi, "Tadinya mama sempat tidak memperbolehkan Tsubomi-nee makan malam di kamar, tapi Om Akatsuki akhirnya meminta mama supaya tidak memaksa Tsubomi-nee untuk makan malam bersama mereka."

"Tentu saja, aku tidak akan pernah sudi makan malam bersama orang yang sempat berniat merebut mama dari papa," timpal Tsubomi kesal, "Sekalipun dia sudah berteman dengan papa, aku tetap saja tidak menyukainya."

"Ayolah, Tsubomi-nee, jangan seperti itu," ujar Nozomi kepada sang kakak, "Mereka keluarga yang baik kok. Taiyou-kun juga asik diajak main."

"Tetap saja aku tidak menyukai mereka, Nonchi. Bukan berarti aku tidak pernah mencoba menyukai mereka. Aku pernah mencobanya, tapi tetap saja aku tidak bisa."

"Tsubomi-nee…"

Mereka pun akhirnya memutuskan untuk membicarakan tentang hal yang lain lagi.