DISCLAIMER: Ojamajo Doremi © Toei Animation, 1999-2004. Ojamajo Doremi 16, 17, 18 dan 19 series (light novel) © Midori Kuriyama, Kodansha, 2011-2015. Ojamajo Doremi 20's (light novel) © Kageyama Yumi, Kodansha, 2019. Tidak ada keuntungan komersial sepeserpun yang saya dapatkan dari fic ini.
Our Future
.
Chapter 24 – Our Parents in Anime?! Misora Komachi's Secret Work
20 Februari 2028
"Eh? Nobu-chan, kau serius? Kau ingin supaya manga karya Misora Komachi yang satu itu diadaptasi jadi anime? Bukankah itu artinya, kau mau memberitahu mereka kalau kau dan Miho-chan sempat membuat manga tentang mereka?" tanya Aiko saat ia sedang mengobrol dengan Nobuko lewat telepon sambil duduk di sofa di ruang keluarga yang berada di rumahnya, "Seingatku, kalian hanya membuatnya sebagai koleksi pribadi. Kau sendiri bahkan merahasiakan hal itu dari mereka."
Aiko menyimak jawaban yang diutarakan Nobuko sebelum menambahkan, "Oh, jadi menurutmu, kisah percintaan mereka yang unik itu cocok untuk dijadikan cerita anime? Yah, kalau boleh jujur sih, kurasa aku setuju dengan pendapatmu, tapi itu artinya, kau juga harus siap-siap kalau-kalau mereka menyadari bahwa pengalaman mereka sempat kautulis dalam sebuah manga bersama Miho-chan."
Tanpa diketahui oleh Aiko, seseorang mengetuk pintu depan rumahnya.
"Ai-chan, kau sudah siap belum? Yang lainnya sudah menunggu di taman hiburan," tanyanya, "Leon-kun, Ale-kun, Ali-chan, Alya-chan, kalian juga sudah siap kan?"
"Sebentar lagi, Doremi-chan. Ai-chan sedang menelepon seseorang," jawab Leon dari dalam rumah itu, "Kami akan keluar sebentar lagi."
Leon pun menghampiri sang istri dan memberitahunya bahwa Doremi sudah menunggu mereka di depan pintu.
'Kebetulan sekali. Doremi-chan tiba disini saat aku dan Nobu-chan sedang membicarakan tentang dia dan Kotake,' pikir Aiko yang kemudian berkata kepada Nobuko lewat telepon, "Baiklah, kelihatannya kita harus melanjutkan pembicaraan kita lain kali saja. Kau bisa dengar apa yang dikatakan suamiku barusan, kan? Orang yang sedang kita bicarakan sudah menjemputku."
Aiko tertawa mendengar tanggapan Nobuko, "Yah, mungkin bisa dibilang dia panjang umur. Aku jadi heran kenapa dulu dia sering merasa tidak beruntung."
Setelah berpamitan sebentar, Aiko menutup teleponnya dan bergegas ke pintu depan rumahnya bersama Leon dan ketiga anak mereka. Keluarga itu pun membuka pintu dan bergabung dengan keluarga Kotake yang sudah menunggu mereka disana.
Hari ini, mereka berencana untuk berjalan-jalan ke taman hiburan bersama keluarga para mantan ojamajo lainnya.
"Mama, kita tidak akan bertemu dengan orang yang menyebalkan di taman hiburan nanti, kan?" selidik Tsubomi, "Kita hanya akan bertemu dengan keluarga sahabat mama, kan?"
"Iya, Tsubomi. Mama janji," Doremi meyakinkan salah satu putrinya itu, "Kalau yang kamu maksud itu Taiyou-kun dan orangtuanya, kamu tidak perlu khawatir. Hari ini mereka sedang berjalan-jalan ke peternakan, bukan ke taman hiburan."
"Baguslah kalau begitu," Tsubomi menghela napas lega, "Aku hanya belum terbiasa untuk berjalan-jalan bersama mereka, dan aku harap, mama mengerti perasaanku. Aku memang sudah mulai mencoba melupakan rasa ketidak sukaanku kepada mereka, tapi untuk saat ini, aku masih belum siap untuk bersenang-senang dengan mereka."
"Mama mengerti, sayang."
"Tsubomi-nee aneh sekali. Katanya sudah mau memaafkan Om Akatsuki, tapi Tsubomi-nee masih saja tidak mau berjalan-jalan dengan keluarganya," komentar Nozomi, "Aku nggak yakin kalau Tsubomi-nee sudah memaafkan dia."
"Kalian ini benar-benar," Leon menggelengkan kepalanya dan berkomentar dengan cengiran di bibirnya, "Kotake-kun, andai saja persainganmu dengan Akatsuki-kun dulu tidak sampai separah itu, mungkin Tsubomi-chan tidak akan terlalu membencinya begini."
"Untung saja, kau tidak pernah berpikir untuk mencederaiku saat itu, jadi Tsubomi masih bisa akrab dengan anak-anakmu, Leon," timpal Kotake, "Kau dan Tooru memang yang terbaik."
"Ah, tidak juga. Aku dan Tooru-kun hanya berpendapat kalau kami harus selalu bertanding dengan adil dalam pertandingan sepak bola, siapapun lawan kami dalam pertandingan itu," kilah Leon, sedikit merendah, "Apalagi, aku anggota FLAT4 yang paling sportif."
"Aku bersyukur, kau tidak ikut-ikutan berbuat sejahat itu, Leon-kun," Aiko tersenyum, "Kau masih bisa berpikir dewasa."
"Tentu saja," Leon membanggakan dirinya sendiri, "Sebagai atlet yang baik kan, aku harus sportif. Itu tidak ada hubungannya dengan jalinan persahabatan kami di FLAT4."
"Kau memang hebat, Leon," puji Kotake, "Aku sendiri juga bersyukur bisa bersahabat denganmu."
"Aku setuju dengan apa yang dikatakan Tetsuya, Leon-kun," Doremi mengangguk, "Karena itu, sebenarnya kalian tidak perlu sungkan untuk memberitahu kami tentang hubungan percintaan kalian saat kalian belum menikah dulu. Kalau memang kalian mulai berpacaran beberapa bulan setelah kita lulus SMA, aku tidak akan pernah keberatan."
"Eh? Jadi sebelum Om Leon dan Tante Aiko menikah, papa dan mama sempat tidak tahu kalau Om Leon dan Tante Aiko pacaran?" simpul Tsuchiya yang kemudian menambahkan sambil tersenyum, "Kalau tidak salah, Om Tooru dan Tante Onpu dulu juga begitu, kan?"
"Yah, begitulah keadaannya, Tsuchiya-kun," Leon menghela napas, "Kami memang tidak ikut-ikutan berencana mencederai papamu dalam pertandingan yang kami ikuti waktu masih di SMA, tapi kami tetap saja merasa tidak enak dengan papa dan mamamu."
"Kalian tidak perlu seperti itu, Leon," Kotake melambaikan tangannya, "Kami tahu kalau kau dan Tooru juga anggota FLAT4, tapi bukan berarti kalian juga harus disalahkan atas kesalahan yang diperbuat oleh Akatsuki dan Fujio."
Sang pemain sepak bola profesional itupun mengalihkan perhatiannya kepada salah satu putrinya yang berpenampilan agak mirip dengannya dan menambahkan, "Meski begitu, papa juga berharap suatu saat nanti, kita bisa ke taman hiburan bersama mereka, kalau kamu nggak keberatan, Tsubomi."
"Iya pa, aku janji," sahut Tsubomi dengan agak enggan, "Kalau aku udah siap, kita boleh ajak Om Akatsuki, Hikaru-sensei dan Taiyou-kun jalan-jalan bareng."
Tak lama setelah mereka sampai di taman hiburan, mereka bertemu dengan Momoko dan kedua anaknya di dekat pintu masuk.
"Akhirnya, kalian datang juga," sapa Momoko, "Kupikir kalian tidak akan datang hari ini."
"Bicara apa kau, Momo-chan? Kita kan sudah berjanji," sahut Aiko, "Mana mungkin kami tega membatalkan janji dengan sahabat baik kami sendiri? Kita kan sudah bersahabat baik sejak lama."
"Yah, untung saja aku punya waktu kosong hari ini, jadi aku masih bisa ikut berkumpul bersama kalian disini," Kotake menghela napas lega, "Jarang sekali aku punya waktu luang begini, apalagi menjelang turnamen."
"Aku juga senang bisa kesini bersamamu dan anak-anak," sahut Doremi, "Rasanya, sudah lama sekali kita tidak berjalan-jalan sekeluarga begini."
"Setidaknya, itulah yang harus kulakukan, sebagai kepala keluarga yang baik," tambah Kotake, "Aku hanya ingin keluarga kita bahagia."
"Kurasa, kami semua harus mengingatkan kepada kalian kalau… acara jalan-jalan hari ini bukan hanya diikuti oleh keluarga kalian saja," Aiko mengingatkan, "Kenapa kalian jadi mengobrol berdua saja?"
"Ah, maafkan kami," Doremi menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum malu, "Lagipula, aku ingat kok, kalau kita semua janjian untuk berjalan-jalan disini."
"Halo semuanya!" sapa Pop yang menghampiri mereka bersama Kimitaka dan Himawari, "Kami belum terlambat, kan?"
"Oh, tentu saja belum, Poppu," sahut Kotake, "Kami juga belum lama sampai disini."
"Baguslah. Setidaknya, kita bukan yang terakhir sampai disini," Kimitaka menghela napas lega, "Kita masih harus menunggu dua keluarga lagi."
"Hazuki-chan bilang, Yada-kun baru saja pulang dari Eropa kemarin, jadi dia mungkin akan bangun terlambat pagi ini," jelas Doremi, "Onpu-chan baru saja mengirim pesan di group chat kalau keluarganya sudah dalam perjalanan menuju kesini, jadi yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah menunggu mereka disini sampai mereka datang."
"Mama, Hana-nee tidak datang?" tanya Tsubomi, setengah berbisik, "Hari ini, Hana-nee sedang sibuk sekali, ya?"
"Ya, mama sudah memberitahunya tentang rencana kita hari ini. Mama juga sudah mengajaknya untuk ikut, tapi…"
"Aku bisa datang kok," potong Hana-chan yang baru saja sampai, "Hanya saja, sebelum aku sempat membalas pesanmu, aku malah ketiduran."
"Hana-chan," Doremi memeluknya, "Kamu pasti terlalu capek di Rumah Sakit."
"Tidak juga. Aku hanya sedikit sibuk kemarin," sanggah Hana-chan, "Sekarang aku baik-baik saja."
Keduanya melepas pelukan mereka tepat disaat Hazuki dan Onpu menghampiri mereka semua bersama Yada, Kirari, Tooru, Nami dan Tono. Mereka pun kembali saling menyapa sebelum akhirnya memesan tiket masuk di loket dan memasuki area taman hiburan.
"Baik, jadi wahana apa yang akan kita naiki sekarang?" tanya Doremi, "Ada yang punya ide?"
"Roller Coaster!" seru Hana-chan.
"Jangan, Hana-chan. Nonchi, Miura, Alya-chan, Vania-chan dan Himawari kan masih belum boleh naik Roller Coaster. Lebih baik kita naik wahana yang lebih aman saja."
"Kalau begitu, seharusnya kau tidak perlu bertanya dulu, Doremi," protes Hana-chan, "Tentu saja aku akan menyebutkan wahana kesukaanku, kalau kau bertanya padaku."
Mereka pun berjalan menuju ke sebuah wahana kecil yang cocok dinaiki oleh Nozomi, Miura, Alya, Vania dan Himawari.
.O.
Beberapa jam kemudian…
"Hari ini benar-benar menyenangkan!" seru Alice, "Semua wahana disini benar-benar mengasyikkan!"
Setelah menaiki sebuah wahana air, mereka semua bergegas mengganti baju, bersiap untuk pulang. Mereka pun berjalan pulang bersama-sama.
"Kau benar, Ali-chan. Untung saja kita semua bawa baju ganti, jadi kita masih bisa naik wahana 'basah-basahan' seperti tadi," sahut Tsubomi, "tapi sebenarnya sih, yang membuatku senang hari ini adalah kehadiran papa disini."
"Aku setuju denganmu, Tsubomi-nee," Nozomi menyetujui perkataan sang kakak, "Jarang-jarang kita bisa jalan-jalan sama papa."
"Jadi, kalian mau lebih sering jalan-jalan sama papa?" tanya Kotake.
"Tentu saja, pa," sahut kedua anak perempuan itu secara bersamaan, "Kami kan sayang papa."
"Baiklah. Lain kali, kalau papa libur lagi, papa janji mau ajak kalian jalan-jalan ke manapun kalian mau, oke?"
"Oke!" seru Tsubomi dan Nozomi.
"Sayangnya, papa malah lagi sibuk di luar negeri," keluh Monica, "Walaupun sekarang papa sudah tahu rahasia mama, tetap saja papa jarang ikut berkumpul dengan kita semua."
"Jangan sedih, Moni-chan," hibur Doremi, "Tante yakin papamu juga sebenarnya ingin berjalan-jalan bersama kita disini, hanya saja, papamu tidak punya waktu sekarang. Kau harus mengerti."
"Baiklah, akan kucoba," Monica menghela napas, "Mudah-mudahan diluar sana, papa masih peduli padaku dan Vania."
"Tentu saja, kalian kan anaknya," Doremi tersenyum, "Tante yakin, begitu papa kalian pulang nanti, papa kalian pasti akan memberikan kejutan yang bagus untuk kalian."
"Bicara soal kejutan, kelihatannya kau dan Kotake-kun akan mendapatkan sebuah kejutan besar sebentar lagi," ujar Aiko, "Sebuah kejutan yang sangat besar."
"Oh ya? Apa itu, Ai-chan?" tanya Doremi, "Kau mau memberikan kejutan untuk kami?"
"Bukan aku, tapi seseorang diluar sana," Aiko tersenyum, "Kalian pasti akan kaget begitu mengetahui apa kejutan itu."
"Kau mengetahuinya?"
"Aku mengetahuinya, tapi tentu saja aku tidak akan pernah menjelaskannya lebih lanjut kepada kalian. Akan lebih baik kalau kalian mengetahuinya sendiri."
"Baiklah, sekarang aku jadi penasaran," ujar Doremi heran, "Mudah-mudahan kejutan yang kaumaksud adalah kejutan yang menyenangkan."
Seolah mengetahui kejutan yang dimaksud Aiko, Tsubomi membuka mulutnya, bersiap untuk mengatakan sesuatu, tapi kemudian Alice menepuk bahu kirinya dan membisikkan sesuatu padanya. Gadis itupun kembali menutup mulutnya.
"2028… Artinya sebentar lagi, aku akan berumur 28 tahun…" renung Hana-chan pelan, "Aku jadi penasaran, sampai kapan kita bisa terus berkumpul seperti ini…"
"Tidak ada yang bisa menebaknya, Hana-chan," sahut Doremi, "tapi yang jelas, untuk sekarang ini, kita semua hanya bisa berusaha sebisa mungkin untuk terus bisa bersama, seperti hari ini."
"Ya, memang hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang," tambah Onpu, "Semoga saja, kita semua diberi umur yang cukup panjang, karena aku ingin sekali bisa melihat Hana-chan menjadi Ratu dan memulai misinya untuk menjalin kembali hubungan antara Majokai dan Ningenkai yang telah lama putus."
"Hebat. Aku tak menyangka bahwa… kita sudah selama ini bersahabat baik," kali ini giliran Doremi yang merenung, "Sudah banyak hal yang kita lalui bersama."
"Kau benar, Doremi-chan," Hazuki menyetujui perkataan Doremi, "Semua hal yang kita lalui bersama membuat persahabatan diantara kita menjadi semakin erat."
"Ngomong-ngomong, aku sedikit tidak percaya begitu mengetahui bahwa sekarang… kau sedang hamil, Hazuki-chan," Doremi mengalihkan pembicaraan, "Apalagi kan, akhir-akhir ini, Yada-kun sering keluar negeri untuk tampil di festival musik jazz…"
"Yah, tapi setidaknya, akhirnya Kira-chan akan punya adik," Momoko tersenyum, "Dengan begitu, tinggal Poppu-chan saja yang belum sukses menambah anak."
"Memangnya kenapa, Momo-chan? Menurutku sih, tidak masalah kalau memang pada akhirnya, aku dan Kimitaka hanya punya satu anak," timpal Pop, "Setidaknya, kami sangat menyayangi Himawari, anak kami."
"Justru kupikir, kau sangat beruntung karena hanya memiliki satu anak, Poppu-chan," Leon mengutarakan pendapatnya, "Punya banyak anak itu merepotkan."
"Menurutku tidak juga, Leon-kun," Doremi menggeleng, "Aku dan Tetsuya memiliki empat orang anak, tapi kami tidak pernah merasa repot."
"Itu karena orangtua kalian masing-masing juga ikut membantu kalian mengurusi mereka," sahut Leon, "Sementara kami… hanya ayah dan ibu Ai-chan yang bisa menolong, itu juga kalau mereka sedang tidak sibuk bekerja."
Tiba-tiba, telepon genggam Momoko berdering. Wanita berambut pirang itupun mengeluarkan gawai miliknya itu dan mengecek nomor yang meneleponnya.
'Ini dari Steve!' pikirnya sebelum berkata kepada yang lain, "Minna, aku angkat telepon dulu, ya? Ini dari suamiku."
Selama beberapa menit mereka menunggu, sampai akhirnya Momoko menutup teleponnya dan menambahkan, "Monica, Vania, papa sudah menunggu kita di rumah."
"Eh? Jadi papa pulang hari ini?" sahut Monica dengan mata berbinar-binar, "Tapi kenapa papa nggak minta jemput?"
"Katanya sih, papa punya kejutan buat kamu dan Vania, jadi… papa ingin supaya kita bisa sampai di rumah secepatnya."
Mereka pun akhirnya sampai di sebuah pertigaan. Doremi, Kotake, Hana-chan, Tsubomi, Tsuchiya, Nozomi, Miura, Aiko, Leon, Alex, Alice, Alya, Pop, Kimitaka dan Himawari berbelok ke kiri, sementara Hazuki, Yada, Kirari, Onpu, Tooru, Nami, Tono, Momoko, Monica dan Vania berbelok ke kanan.
"Kira-kira kejutan apa ya, yang papa siapkan untuk kita?" ujar Vania, terlihat ingin cepat-cepat sampai di rumahnya, "Moni-nee, menurutmu apa yang mau papa kasih ke kita?"
"Hmm… apa ya?" Monica berpikir sebentar sebelum menjawab pertanyaan sang adik, "Yang pasti sih, kurasa papa akan memberikan kejutan yang spesial untuk kita."
"Tentu saja!" seru Vania girang, "Aku ingin sampai di rumah dan dapat kejutan dari papa secepatnya."
Vania pun berlari menuju ke rumahnya, setelah berpamitan dengan keluarga Yada dan Tooru, "Lebih baik aku lari saja sekarang. Sampai jumpa lagi, semuanya!"
"Vania, tunggu, hati-hati!" Momoko dan Monica pun menyusul sang gadis kecil yang terus saja berlari dengan penuh semangat, sementara yang lain tetap berjalan menuju ke rumah mereka masing-masing.
.O.
5 Maret 2028
"Papa, mama, coba lihat ini!" seru Tsubomi saat ia melihat sesuatu di TV, "Kisah papa mama jadi cerita anime terbaru di TV!"
"Eh?!" Doremi dan Kotake pun bergegas menghampiri sang anak yang sedang duduk di depan TV dan mengecek apa yang dilihat oleh anak itu. Ketiganya menatap lekat-lekat layar TV tersebut yang sedang menayangkan acara peluncuran anime terbaru.
Manik magenta Doremi dan manik sapphire Kotake tertuju kepada dua sosok tak asing yang sedang diwawancara dalam acara tersebut.
'Sejak kapan Nobuko-chan dan Miho-chan menulis tentang kami?!'
